BAB III SOLUSI BISNIS
BAB III SOLUSI BISNIS Setelah pada bab sebelumnya dibicarakan mengenai faktor‐faktor yang berpengaruh dalam penyusunan SMK, maka pada bab ini akan dikaji bagaimana perancangan SMK dilakukan. SMK usulan akan disusun berdasarkan variabel kinerja IPSM dan PRISM yang sesuai untuk Dynaplast lalu dibandingkan dengan SMK Dynaplast yang ada saat ini. Sistem Manajemen Kinerja usulan yang diharapkan dapat menjadi solusi bisnis sesuai dengan kebutuhan bisnis PT. Dynaplast, Tbk. 3.1 Kerangka Sistem Manajemen Kinerja Di dalam penyusunan kerangka Sistem Manajemen Kinerja (SMK) yang paling penting adalah menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam SMK. Di dalam penyusunan SMK pada projek akhir ini pendekatan yang digunakan adalah IPSM dan PRISM, bukan Balance Scorecard (BSC). Hal ini disebabkan BSC hanya menyediakan kerangka SMK dari aspek finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Banyak kritik yang dilontarkan oleh para pakar dalam berbagai jurnal maupun dalam Asosiasi Pengukuran Kinerja (Performance Measurement Association) di mana Prof. Kaplan dan Prof Neely menjadi Pembina di asosiasi tersebut, seperti yang tertulis dalam buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D (2006:64) yang menyebutkan beberapa kritik yang dilontarkan adalah: 1. BSC fokus pada perspektif finansial, sementara finansial bukanlah satu‐ satunya ukuran keberhasilam perusahaan, banyak aspek lain yang menjadi target organisasi seperti faktor keluaran organisasi, proses
51
BAB III SOLUSI BISNIS
internal dan kemampuan sumber daya yang dapat dikaji dengan pendekatan IPSM dan PRISM. 2. Tidak ada kaji banding (benchmarking) yang cukup jelas seperti yang dikaji dalam pendekatan IPSM. Pada projek akhir ini penyusunan SMK menggunakan pendekatan IPSM dan PRISM karena kedua pendekatan tersebut lebih komprehensif dan dapat lebih mewakili kebutuhan stakeholder sesuai tujuan projek akhir ini. Setelah dilakukan penyusunan variabel SMK dengan pendekatan IPSM dan PRISM yang sesuai untuk PT. Dynaplast, Tbk maka selanjutnya dilakukan analisis keterkaitan menggunakan analisis korelasi dan kaji banding (benchmarking). Analisis internal benchmarking dilakukan dengan melakukan perbandingan kinerja Plant VI‐ Cikarang dengan sesama pabrik kemasan plastik dibawah PT. Dynaplast, Tbk. Analisis external bechmarking dilakukan bukan pada pesaing karena adanya kesulitan memperoleh data dari pesaing, melainkan dengan membandingkan kinerja pabrik komponen plastik yang juga berada dibawah PT. Dynaplast, Tbk tetapi mempunyai fungsi yang sama dengan karakter bisnis yang berbeda seperti Plant IV‐Cibitung (functional benchmarking). 3.2 Variabel Kinerja Berdasarkan IPSM Pendekatan IPSM akan didasarkan pada buku Manajemen Kinerja yang disusun oleh Wibisono Ph.D (2006) yang menyebutkan variabel kinerja disusun berdasarkan tiga perspektif yaitu : 1.
Keluaran Organisasi
2.
Proses Internal
3.
Kemampuan Sumber Daya
Di mana masing‐masing perspektif terdapat beberapa parameter atau aspek yang mendasari varibel kinerja seperti terlihat di Tabel 3.1 berikut. 52
BAB III SOLUSI BISNIS
Tabel 3.1 Perspektif Sistem Manajemen Kinerja Perspektif Keluaran Organisasi
Aspek Finansial Non Finansial
Proses Internal
Inovasi Proses Operasi Pemasaran Pelayanan Purna Jual
Kemampuan Sumber Daya
Sumber Daya Insani Sumber Daya Teknologi Sumber Daya Organisasi
3.2.1. Variabel Kinerja Finansial Variabel kinerja ini dilakukan lebih untuk kepentingan investor (shareholder). Akan tetapi sesuai dengan tujuan projek akhir ini adalah untuk analisis dan perancangan SMK dalam hal memenuhi tuntutan stakeholder dan kondisi persaingan di mana pembahasan masalah dibatasi hanya pada aspek non finansial maka variabel kinerja finansial tidak dibahas lebih lanjut. 3.2.2. Variabel Kinerja Non Finansial Pada perspektif keluaran organisasi aspek non finansial, variabel kinerja diukur dalam hubungannya dengan pelanggan, masyarakat, pemerintah dan pemasok. 3.2.2.1. Pelanggan Menurut Wibisono (2006) pada buku Manajemen Kinerja menilai kinerja kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan, pada dasarnya adalah melakukan identifikasi terhadap gap‐gap yang timbul antara harapan dan pelanggan dengan 53
BAB III SOLUSI BISNIS
layanan aktual yang mereka terima. Parasuraman dan kawan‐kawan (1990) mengidentifikasikan adanya lima gap yang dapat terjadi dalam proses layanan kepada pelanggan, yang dapat diminimasi untuk meningkatkan kinerja. Secara diagramatis, kelima gap tersebut dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 3.1 berikut. PELANGGAN
Komunikasi dari mulut ke mulut
Kebutuhan individu
Pengalaman masa lalu
Layanan yang diharapkan
GAP 5 PENYEDIA PELAYANAN
Layanan yang diterima
Layanan disampaikan
GAP 4
GAP 1
Komunikasi eksternal ke pelanggan
GAP 3 Spesifikasi kualitas layanan
GAP 2 Persepsi manajemen terhadap ekspektasi pelanggan
Gambar 3.1 Model Konseptual Kualitas Layanan Dengan mengetahui gap yang ada maka dapat dilakukan analisis kinerja perusahaan yang berkaitan dengan kualitas layanan terhadap pelanggan. Di mana variabel kinerja yang berkaitan dengan pelanggan meliputi: 1. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) 2. Mempertahankan pelanggan yang sudah ada (Customer retention) 3. Memperoleh pelanggan baru (Customer acquisition)
54
BAB III SOLUSI BISNIS
4. Keuntungan yang dihasilkan pelanggan (Customer profitability) 5. Pangsa pasar (market share) 6. Pangsa bisnis (Account bisnis) Secara ringkas variabel kinerja kunci yang berkaitan dengan pelanggan untuk perusahaan manufaktur berdasarkan buku Manajemen Kinerja yang disusun Wibisono Ph.D dapat dilihat pada tabel berikut ini. (2006:103) Tabel 3.2 Variabel Kinerja Kunci Pelanggan Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Cacat produk (Defect level )
Jumlah produk 'gagal produksi' dibandingkan dengan total produk yang diproduksi
Waktu antar (Delivery time )
Waktu yang dibutuhkan untuk menyediakan produk bagi konsumen, sejak pemesanan hingga konsumen menerima produk tersebut
Daya tahan produk (Product durability )
Ketahanan produk yang dihasikan
Komplain yang takdapat ditindaklanjuti (Complaint abandon rate )
Waktu yang dibutuhkan untuk mengenali produk sehingga konsumen dapat menggunakan produk tersebut. Perbandingan tingkat harga produk dengan perubahan tingkat inflasi yang dapat memberi dampak pada biaya pokok produksi produk tersebut Jumlah komplain konsumen yang tidak dapat ditindaklanjuti oleh customer service
Daya tanggap (speed of answer )
Rata-rata waktu yang diperlukan untuk merespon komplain konsumen
Kemudahan penggunaan (Ease of use ) Harga (Price )
Penghargaan (Recognition from customer and independent rating organization ) Tingkat kepuasan (Customer satisfaction rate ) Tingkat komplain (Customer complaint rate ) Ide pelanggan (Customer innovation suggestion ) Pasar (market entered )
Jumlah penghargaan yang diterima oleh perusahaan dari konsumen atau suatu organisasi independent Keseluruhan kepuasan konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan Jumlah komplain konsumen yang ditujukan pada perusahaan dalam kurun waktu tertentu Jumlah ide untuk melakukan inovasi yang datang dari konsumen dalam kurun waktu tertentu Jumlah dan tipe pasar yang dapat dimasuki oleh perusahaan
3.2.2.2.Pemerintah dan Masyarakat Disamping pelanggan, perusahaan juga harus turut memperhatikan apa regulasi pemerintah yang harus dipatuhi dan apa tuntutan masyarakat yang selayaknya dipenuhi, mengingat hal tersebut juga berpengaruh pada reputasi perusahaan. 55
BAB III SOLUSI BISNIS
Secara ringkas variabel kinerja kunci yang berkaitan dengan pemerintah dan masyarakat untuk perusahaan manufaktur pada buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D adalah seperti tabel berikut. (2006:107) Tabel 3.3. Variabel Kinerja Kunci Pemerintah dan Masyarakat Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Keterlibatan terhadap komunitas (Community involvement )
Jumlah karyawan yang terlibat dalam kegiatan komunitas dalam suatu periode waktu tertentu
Tingkat limbah (Hazardous waste normalized )
Rasio jumlah limbah berbahaya yang didaur ulang per jumlah total bahan baku yang digunakan
Daur ulang air (Water use normalized )
Rasio jumlah air yang didaur ulang per total pendapatan yang diperoleh
3.2.2.3.Pemasok Pemasok juga merupakan faktor eksternal penting bagi perusahaan. Karena pemasok memberikan kontribusi penting bagi proses produksi, apalagi jika pemasok tersebut meruapakan pemasok tunggal. Sehingga untuk menjamin konsistensi dan kesinambungan pasokan maka pemasok pun harus dinilai variabel kinerjanya. Variabel kinerja kunci yang berkaitan dengan pemasok menurut buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D (2006) halaman 107 adalah: 1. Efektifitas kemitraan secara keseluruhan 2. Kenaikan profit sharing yang seimbang 3. Peningkatan volume bisnis 4. Persetujuan jangka panjang 5. Etika dan kepercayaan (dalam tindakan, bukan janji‐janji saja) 6. Bantuan pengembangan yang konkret (dalam kualitas, ongkos, waktu siklus)
56
BAB III SOLUSI BISNIS
7. Keterlibatan dini dalam proyek 8. Spesifikasi yang jelas, bermakna dan ditentukan bersama 9. Menerima saran yang disampaikan 10. Berbagi jadwal 11. Pertukaran data secara elektronik 12. Harga produk yang varibel terhadap volume 13. Inisiatif untuk memperluas jaringan Evaluasi dilakukan dengan melakukan penialaian pemasok terhadap ketigabelas variabel diatas dengan sistem rating. Pemasok dengan rating terbaik akan terpilih untuk memasok produknya ke perusahaan. 3.2.3. Proses Internal Kajian dilakukan pada proses internal perusahaan yang meliputi: -
Inovasi
-
Proses operasi
-
Pemasaran
-
Pelayanan purna jual
3.2.3.1.Inovasi Inovasi sangat diperlukan oleh perusahaan untuk mampu terus bersaing di persaingan industri yang semakin ketat. Menurut buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D (2006) halaman 113 ada tidaknya inovasi dalam pelayanan yang diberikan perusahaan dapat dideteksi dari karakteristik layanan yang diberikan, seperti tabel berikut. 57
BAB III SOLUSI BISNIS
Tabel 3.4. Karaketeristik Layanan Kategori Window dressing
Karakteristik Tidak berbeda secara signifikan dengan layanan yang diberikan perusahaan lain. Layanan diantarkan dengan cara yang serupa
Breadth of offering
Terdapat rancangan yang berbeda dari isi layanan, tetapi diantarkan dengan cara yang sama
Revolutionary
Sama sekali baru, baik dari sisi isi maupun cara pelayanannya
Channel development
Memberikan layanan yang sama namun menggunakan saluran yang berbeda
Keberhasilan sebuah inovasi dapat dideteksi melalui hasil atau dampak yang diakibatkan oleh inovasi tersebut. Cara yang paling mudah untuk mendeteksi keberhasilan inovasi adalah melalui pengecekan didapatkannya pelanggan baru (akuisisi pelanggan), pertumbuhan penjualan, loyalitas pelanggan dan peningkatan marjin keuntungan. 3.2.3.1.1 Tahap Inovasi Dalam mengelola proses inovasi, terdapat emapat tahapan penting, yaitu: 1. Melihat suatu peluang pasar untuk produk dan jasa baru 2. Mengatur portofolio riset dan pengembangan perusahaan 3. Merancang dan mengembangkan produk dan jasa baru 4. Memasarkan produk dan jasa ke pasaran. Di mana variabel kinerja pada setiap tahap seprti tabel berikut Tabel 3.5. Variabel Kinerja dalam Setiap Tahap Inovasi Tahap-1: Melihat Peluang pasar Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Antisipasi kebutuhan konsumen di masa Waktu yang digunakan bersama dengan pelanggan utama, dalam mempelajari yang akan datang peluang dan kebutuhan ke depan Jumlah persentase proyek baru yang dikeluarkan berdasarkan masukan dari klien Sistem dan prosedur untuk mengevaluasi waktu siklus produk Menemukan dan mengembangkan
Jumlah konsep baru yang muncul dan dikembangkan
produk dan jasa yang lebih efektif dan aman
Nilai-nilai yang dihasilkan dan servis
58
BAB III SOLUSI BISNIS
Lanjutan Tabel 3.5. Variabel Kinerja dalam Setiap Tahap Inovasi Tahap-2 : Mengatur Portfolio Riset Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Mencapai suatu inovasi yang hebat
Aktual vs gabungan dari setiap tipe proyek (advanced, platform, derrivative, outsourced )
serta mengatur positiong, performance
Aktual vs jumlah yang dikeluarkan dari setiap proyek
dan profitability
Ranking teknologi Umpan balik pelanggan Nilai pilihan dari portfolio proyek
Memperluas pasar yang ada dan menambah pasar baru untuk produk
Jumlah yang dicapai dengan target yang ingin dicapai
terusan yang ada
Jumlah life cycle dari proyek yang dikembangkan
Menambah portfolio produk dengan
Jumlah lisensi produk
melakukan kerjasama
Jumlah proyek yang melakukan kerjasama dalam mencapai pasar yang lebih luas Jumlah teknologi atau kerjasama produk
Tahap-3 : Merancang dan Mengambangkan Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Mengatur beberapa proyek
Jumlah paten yang dihasilkan
(portfolio proyek)
Project yield (persentase keuntungan dari setiap proyek di setiap tahapnya) Jumlah proyek yang masuk di setiap proses pengembangan
Mengurangi waktu siklus
Jumlah proyek berjalan sesuai dengan waktu rencana
pengembangan
Waktu rata-rata yang diperlukan pada setiap proses pengembangan
Mengatur biaya pengembangan
Membandingkan antara data aktual dengan anggran yang dihabiskan untuk proyek pada setiap tahap pengembangan
Tahap-4 : Memasarkan Variabel Kinerja Kunci Peluncuran produk baru
Deskripsi Waktu yang dihabiskan sejak dari pilot production sampai dengan kapasitas penuh Jumlah perancangan ulang (redesign ) Jumlah produk baru yang diluncurkan atau dipasarkan
Produk yang efektif
Membandingkan biaya pembuatan aktual dengan anggaran yang direncanakan Jumlah produk yang cacat atau gagal yang dikelmbalikan oleh pelanggan Umpan balik pelanggan Biaya sampingan yang dikeluarkan Jumlah safety incidents dari produk baru Jumlah environmental incident yang disebabkan dari proses produk baru
Pemasaran, distribusi dan penjualan yang efektif
Hasil keuntungan yang didapat selama 6 bulan, yang dihasilkan oleh produk baru Jumlah stok yang ada untuk produk baru
59
BAB III SOLUSI BISNIS
3.2.3.1.2 Keterkaitan Inovasi dengan Perspektif Keluaran Organisasi Inovasi produk dan jasa dapat berpengaruh pada keluaran organisasi baik aspek finansial maupun non finansial. Tetapi karena pembatasan masalah di awal hanya pada aspek non finansial, maka yang akan dianalisis hanya yang terkait dengan keluaran non finanasial yaitu pelanggan, pegawai di perusahaan, manfaat departemen dalam perushaan, maupun pasar dari produk/jasa inovasi tersebut. Variabel kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur keterkaitan inovasi dengan aspek non finansial dapat dilihat di tabel 3.6. Tabel 3.6. Keterkaitan Inovasi dengan Aspek Non Finansial Aspek
Variabel Kinerja Kunci
Pelanggan
Spesifikasi dari produk yang diinginkan pelanggan
Pasar
Waktu yang dipakai dari awal hingga peluncuran ke pasar dibandingkan dengan perusahaan lainnya Jumlah produk/layanan dalam kategori 'yang menjadi pertama' masuk pasar Jumlah produk yang diluncurkan ke pasar sesuai dengan waktu yang direncanakan Jumlah aplikais dari produk terusan Keuntungan dari pasar yang baru dan segmentasinya
Departemen dalam perusahaan
Persentase tim R&D lintas disiplin yang bekerja secara efektif
Pegawai
Persentase karyawan R&D yang ahli dalam pembuatan model suatu produk yang akan dibuat
3.2.3.2. Proses Operasi Proses operasi didefinisikan sebagai proses konversi dari material, energi dan informasi menjadi produk atau layanan dalam skala tertentu guna memenuhi kebutuhan pelanggan (Basu dan Wright, 1997). Proses operasi diyakini oleh banyak pihak dan perusahaan sebagai komponen yang paling krusial dalam strategi organisasi. Hampir semua perusahaan terbaik di dunia menempatkan
60
BAB III SOLUSI BISNIS
prioritas tertinggi pada melakukan perbaikan secara terus menerus dalam proses operasinya. Pengelolaan proses operasi yang baik meliputi empat proses penting yaitu: 1. Mengembangkan dan menjaga kelangsungan hubungan dengan pemasok 2. Pengendalian produk dan jasa 3. Distribusi kepada pelanggan 4. Pengendalian proses yang berkaitan dengan regulasi dan social Variabel kinerja dari masing‐masing proses dapat dilihat pada tabel 3.7. yang diambil dari buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D (2006:118‐119). Tabel 3.7. Variabel Kinerja Proses Operasi Tahap-1: Mengembangkan dan menjaga kelangsungan hubungan dengan Pemasok Variabel Kinerja Kunci Menurunkan biaya kepemilikan (cost of ownership )
Deskripsi Penggunaan sistem activity-base costing (ABC) untuk menghitung biaya material/jasa Biaya pembelian sebagai persentase dari total harga pembelian Ranking pemasok dari sisi kualitas, biaya dan pengiriman Persentase pembelian yang dilakukan secara elektronik
Mencapai kemampuan just in time
Waktu ancang dari pemesanan sampai penerimaan (lead time ) Persentase pengiriman tepat waktu (on time deliver y) Persentase keterlambatan pesanan Persentase pengiriman pesanan langsung ke bagian proses produksi
Mengembangakan kemampuan pemasok berkualitas tinggi
ppm (part per-million ) atau persentase kerusakan pesanan Persentase pemasok yang layak untuk mengirimkan pesanan tanpa inspeksi Persentase pesanan sempurna yang diterima
Menggunakan ide baru dari pemasok
Jumlah inovasi dari pemasok
61
BAB III SOLUSI BISNIS
Lanjutan Tabel 3.7. Variabel Kinerja Proses Operasi Tahap-2 : Pengendalian Produk dan Jasa yang Dihasilkan Variabel Kinerja Kunci Menurunkan biaya produksi
Deskripsi Penggunaan activity-based costing untuk proses operasi penting Biaya per unit output Biaya pemasaran , penjualan, distribusi dan biaya administrasi sebagai persentase dari total biaya
Memperbaiki proses secara kontinyu
Jumlah proses dengan perbaikan besar (major improvement ) Jumlah proses inefisien/non-value added yang dieliminasi ppm (part per-million ) tingkat kerusakan Persentase sisa dan limbah (waste and scrap ) Biaya inspeksi dan pengujian Biaya kualitas total (total cost of quality )
Memperbaiki respons proses
Waktu siklus dari awal produksi sampai selesai (cycle time ) Waktu proses aktual (process time ) Efisiensi proses (process efficiency ) yang dihitung dari rasio cycle time/process time
Memperbaiki penggunaan aset tetap
Persentase penggunaan kapasitas Ketahanan alat Jumlah dan persentase kerusakan Fleksibilitas proses untuk menghasilkan produk/jasa
Memperbaiki efisiensi modal kerja
Jumlah hari persediaan (days inventory ) Kecepatan pergantian persediaan (inventory turnover ) Persentase kekurangan persediaan (stockout )
Tahap-3 : Distribusi ke pelanggan Variabel Kinerja Kunci Mengurangi biaya pelayanan (cost to serve)
Deskripsi Rasio biaya penyimpanan dan pengiriman ke pelanggan Persentase konsumen yang berhasil diraih oleh saluran distribusi yang telah ditetapkan
Mengirimkan produk/jasa secara responsif kepada pelanggan
Waktu dari pemasaran samapi pengiriman (lead time ) Waktu mulai dari produk/jasa telah jadi sampai dengan dapat digunakan oleh pelanggan Persentase pengiriman tepat waktu (on-time delivery )
Meningkatkan kualitas
Persentase produk yang dikirim kan tanpa kerusakan Jumlah komplain dari pelanggan
62
BAB III SOLUSI BISNIS
Lanjutan Tabel 3.7. Variabel Kinerja Proses Operasi Tahap-4 : Pengendalian Proses berkaitan dengan Regulasi dan Sosial Variabel Kinerja Kunci Kelestarian Lingkungan
Deskripsi Total konsumsi energi seperti listrik dan bahan bakar terhadap total pendapatan penjualan pada periode tertentu Jumlah penggunaan air bersih Jumlah air limbah yang dihasilkan Berat gas (karbondiaksia, nitrous oxide, sulfur dioxide) yang dilepaskan ke udara Jumlah penggunaan bahan kimia penyebab penipisan lapisan ozon Persentase sampah yang didaur ulang Persentase sampah yang dibuang dengan cara land-fill Jumlah produk yang bisa didaur ulang setelah dipakai
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
Frekuensi kecelakaan kerja dalam periode waktu tertentu Jumlah pekerja sakit per seribu jam kerja
Laporan pelaksanaan ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja wanita dan kaum minoritas berdasarkan jenis pekerjaan
3.2.3.3.Pemasaran Terdapat empat aspek utama yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan strategi pemasaran (Dairymple dan Parsons, 1995): 1. Pasar dari produk atau jasa di mana perusahaan akan berkompetisi 2. Investasi yang dibutuhkan untuk tumbuh maupun memanen bisnis nantinya 3. Jalur produk, pemilihan posisi, dan strategi distribusi dari produk atau layanan yang dibutuhkan untuk bersaing di segmen pasar yang telah dipilih. 4. Aset dan ketrampilan yang harus disediakan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif Mengukur kinerja pemasaran merupakan hal yang tidak mudah, karena sering kali tidak dapat diidentifikasi korelasi langsung dari aktivitas pemasaran terhadap peningkatan atau penurunan keuntungan perusahaan. Beberapa
63
BAB III SOLUSI BISNIS
variabel kinerja praktis untuk mengukur kinerja pemasaran dapat dilihat dari buku Manajemen Kinerja yang dikarang oleh Wibisono Ph.D seperti tertera di tabel 3.8. berikut. (2006:127) Tabel 3.8. Variabel Kinerja Pemasaran Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Pencapaian target pasar potensial
Pasar yang dapat diraih vs pasar potensial yang direncanakan akan diraih
Akurasi peramalan
Aktual vs peramalan target pasar yang dibidk
Akurasi analisis kompetisi
Aktual vs peramalan mengambil pangsa pasar pesaing
Akurasi analisis pelayanan pesaing
Aktual vs peramalan perhitungan tingkat layanan pesaing
Periklanan
Rasio biaya yang dikeluarkan untuk periklanan dan penjualan
Promosi
Rasio biaya promosi terhadap penjualan
Efektifitas staf penjualan
Penjualan/jumlah tenaga penjual
Efektifitas pengembangan jalur
Penjulan/biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan jalur (channel)
3.2.3.4.Pelayanan Purna Jual Pelayanan purna jual merupakan salah satu variabel penting dalam meningkatkan daya saing perusahaan yang harus diperhatikan guna merancang strategi bisnis perusahaan untuk memenangkan persaingan, disamping keunggulan pada harga/biaya, kualitas, pengiriman, fleksibilitas dan desain produk/jasa (Buffa, 1984; Porter 1980). Dalam jangka panjang, rancangan pelayanan purna jual membutuhkan pengembangan strategi, analisis, kebutuhan pelanggan dan analisis terhadap program dan posisi pesaing dalam memberikan layanan perna jual. Dalam aspek teknis, layanan purna jual membutuhkan rancangan yang menyangkut: 1. Sistem dan prosedur untuk menarik produk atau jasa 2. Sistem dan prosedur untuk jaminan klaim
64
BAB III SOLUSI BISNIS
3. Sistem dan prosedur untuk mengontrolsemua dokumen yang berkaitan dengan produk atau jasa yang ditawarkan 4. Layanan konsultasi 5. Perbaikan produk yang tidak memenuhi spesifikasi 6. Penugasan pada pegawai yang harus merespons komplain pelanggan 7. Pengembangan sistem pengkajian pelayanan purna jual Ukuran kinerja pelayanan purna jual, sama seperti halnya pemasaran, juga merupakan hal yang tidak mudah didefinisikan. Berikut beberapa variabel parktis yang dapat diterapkan dalam mengukur kinerja pelayanan purna jual seperti pada buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D.(2006:128) Tabel 3.9. Variabel Kinerja Layanan Purna Jual Variabel Kinerja Kunci Tingkat layanan Kepuasan pelanggan Perbandingan dengan pesaing
Deskripsi Jumlah komplain yang dapat diselesaikan dan memuaskan, dalam kesempatan pertama Persentase pelanggan yang puas terhadap pelayanan purna jual yang diberikan Jumlah fitur pelayanan purna jual yang dimiliki dibandingkan dengan pesaing
3.2.4. Kemampuan Sumber Daya Intangible asset seperti sumber daya insani, teknologi dan organisasi jika dikelola dengan baik akan membangun nilai yang berbeda bagi organisasi. Hal ini didasari pemahaman bahwa intangible asset ternyata mampu menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan sebesar 75%, sedangkan rata‐rata tangible asset perusahaan hanya mampu mempresentasikan kurang dari 25% nilai pasarnya. Intangible asset dapat memberikan keuntungan dan nilai jangka panjang, baik pada tatanan mikroekonomi (perusahaan) maupun makroekonomi (negara). Karena seberapapun besar kekayaan atau tangible asset yang dimiliki jika tidak
65
BAB III SOLUSI BISNIS
diimbangi dengan intangible asset yang cukup seperti sumber daya manusia yang handal dan sistem internal yang efektif tidak akan menghasilkan produktifitas yang tinggi. Berdasarkan buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono PhD di halaman 130 mengelompokkan kemampuan sumber daya menjadi tiga kategori yaitu: 1. Sumber daya insani (human capital) 2. Sumber daya teknologi (technology capital) 3. Sumber daya organisasi (organizational capital) Nilai intangible asset ditentukan dari seberapa tinggi tingkat kesesuaian asset dengan prioritas strategi perusahaan. Semakin sesuai maka semakin besar nilainya bagi perusahaan. Nilai intangible asset tidak diukur atau ditentukan oleh: 1.
Berapa banyak dana yang dikeluarkan untuk menciptakan dan mengembangkan asset tersebut
2.
Penilain secara terpisah akan kemampuan dan nilai asset sumber daya insani, teknologi dan organisasi
3.
Penilaian secara terpisah akan manfaat dari sumber daya insani, teknologi dan organisasi.
3.2.4.1.Pengelolan Sumber Daya Insani Sumber daya insani merupakan sumber daya paling penting untuk menghadapi persaingan karena merupakan tulang punggung dari sistem yang dirancang, metode yang diterapkan dan teknologi yang digunakan. Sumber daya insani sangat penting untuk dikembangkan melalui proses recruitment yang kompetitif, pelatihan yang sistematis, peningkatan kepuasan pegawai, peningkatkan skill dan pengetahuan pegawai serta pemberdayaan pegawai. Memiliki pegawai 66
BAB III SOLUSI BISNIS
yang sangat terampil dan efektif namun dapat menjauhkan perusahaan lain untuk merekrut mereka merupakan salah satu kunci sukses perusahaan manufaktur kelas dunia (Hayes, Wheelwright, dan Clark 1988). Dalam jangka panjang, program pengembangan sumber daya insani yang harus dimiliki perusahaan setidaknya menyangkut: 1. Pendidikan lanjutan bagi pegawai 2. Pelatihan reguler bagi pegawai 3. Sistem dan prosedur bagi rotasi kerja 4. Sistem dan prosedur jalur karir 5. Sistem dan prosedur untuk perbaikan kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja 6. Evaluasi kinerja individu 7. Pengukuran kepuasan pegawai yang menyangkut gaji, jam kerja, kesehatan dan keselamatan, insentif serta pelatihan dan pendidikan. Sebelum memulai program pengembangan sumber daya insani, penting untuk dilakukan adalah mendefinisikan kesiapan modal sumber daya insani yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Identifikasi Kelompok Jabatan Strategis 2. Mendefinisikan profil kempetensi yang sesuai 3. Menilai kesiapan strategis 4. Program pengembangan sumber daya insani Dengan menerapkan keempat tahap ini, pengelolaan sumber daya insani dapat dimaksimalkan dengan menyelaraskan program pengembangan dengan strategy map perusahaan.
67
BAB III SOLUSI BISNIS
Dalam aspek praktis, kinerja sumber daya insani dapat dilakukan dengan menggunakan variabel kinerja seperti tabel 3.10. berikut yang dikutip dari buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D.(2006:136) Tabel 3.10. Variabel Kinerja Sumber Daya Insani Variabel Kinerja Kunci
Deskripsi
Kualifikasi pegawai terhadap kompetensi Jumlah pegawai dengan ijazah universitas pekerjaan Jumlah pegawai yang memiliki sertifikat profesional Jumlah pegawai dengan kemampuan multifungsi Jumlah pegawai yang mencapai kualifikasi lebih tinggi selama menjadi karyawan Tingkat keluar masuk pegawai (emplyee Jumlah pegawai yang masuk/keluar dari perusahaan per periode waktu turnover)'' Jumlah pegawai yang dibajak pesaing
Jumlah pegawaui yang keluar dari perusahaan dan pindah ke perusahaan sejenis
Rata-rata usia pengabdian
Lama waktu rata-rata pegawai bekerja di perusahaan
Absensi
Tingkat absensi dari pegawai
Jam pelatihan/tahun/pegawai
Alokais dan dukungan pelatihan bagi pegawai semua level/orang/tahun
Partisipasi pegawai
Persentase pegawai yang berpartisispasi dalam aktifitas tertentu (permusan strategi, usulan perbaikan dsb)
Jumlah ide perbaikan
Jumlah ide perbaikan/pegawai/tahun
Tingkat kecelakaan kerja
Jumlah kecelakaan kerja/tahun
Produktifitas pegawai
Produktifitas pegawai dibandingkan dengan pesaing
Ide perbaikan yang diterapkan
Jumlah ide perbaikan dari karyawan yang diterapkan
Kompetisi masuk
Rasio jumlah pelamar kerja vs yang diterima
3.2.4.2.Sumber Daya Teknologi Kemampuan organisasi untuk mengeksekusi strategi dan memuaskan pelanggan dalam penyediaan produk dan layanan sangat ditentukan oleh usia dan kondisi teknologi yang dimiliki. Sehingga teknologi sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan pada jangka panjang (Roth dan kawan‐kawan, 1992).
68
BAB III SOLUSI BISNIS
Dalam menetapkan perbaikan teknologi, beberapa hal harus dipertimbangkan: 1. Analisis terhadap dampak lingkungan 2. Analisis ketepatan sistem otomasi yang diterapkan 3. Analisis ergonomic 4. Sistem dan prosedur untuk mengkalibrasi deviasi 5. Sistem dan prosedur untuk pemeliharaan dan perawatan Secara praktis, variabel kinerja untuk pengelolaan teknologi‐hardware menurut buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono Ph.D (2006) halaman 137 seperti tercantum di Tabel 3.11. Tabel 3.11. Variabel Kinerja Sumber Daya Teknologi Variabel Kinerja Kunci Rata-rata teknologi Daya guna teknologi
Deskripsi Rata-rata umur teknologi yang digunakan perusahaan (misal tahun keluaran mesin yang dipakai) Rata-rata jangka waktu operasional teknologi yang digunakan (misal lama waktu mesin dapat beroperasi di perusahaan)
Tingkat perbaikan
Persentase teknologi yang digunakan untuk membutuhkan reparasi
Tingkat kerusakan
Persentase waktu rusak/waktu hidup
Tingkat penggunaan
Persentas penggunaan teknologi/waktu hidup
Cacat produk
Persentase produk cacat karena aspek teknologi
Waktu pengulangan
Persentase waktu untuk mengulang pekerjaan
Waktu perbaikan
Persentase waktu yang digunakan untuk memperbaiki
Produksi hilang
Persentase produksi hilang karena proses pemeliharaan
3.2.4.3 Sumber Daya Organisasi Agar intangible asset dapat berguna bagi organisasi, maka ekesekutif harus membangun organization capital, yaitu kemampuan organisasi untuk bergerak dan menopang proses perubahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan strategi.
69
BAB III SOLUSI BISNIS
Proses pembangunan organization capital harus memperhitungkan kemampuan dan modal organisasi. Pada dasarnya, modal organisasi terdiri dari empat komponen yaitu: 1. Budaya organisasi (culture) Yaitu perilaku anggota dalam organisasi, sebagai bentuk dari pemahaman visi, misi dan strategi organisasi. 2. Kepemimpinan (leadership) Berperan untuk menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. 3. Keselarasan (Allignment) Penyesuaian strategi terkait dengan perubahan lingkungan maupun tujuan dan kerkaitan tiap individu terhadap organisasi, kelompok atau departemen, dikaitkan dengan pencapaian tujuan strategis organisasi. 4. Kerjasama tim (teamwork) dan membagi pengetahuan (knowledge sharing) Digunakan sebagai modal potensial untuk membantu pencapaian tujuan organisasi. Variabel kinerja yang digunakan untuk mengukur sumber daya organisasi tidak dituliskan secara spesifik dalam pendekatan IPSM di buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono (2006). 70
BAB III SOLUSI BISNIS
3.3. Variabel Kinerja Berdasarkan PRISM PRISM memberikan lebih dari 200 varibel kinerja yang dapat digunakan oleh organisasi, yang difokuskan pada keinginan dan kebutuhan stakeholder. Ada lima dimensi variabel kinerja yang digunakan pada pendekatan PRISM di mana secara logis kelimanya saling berhubungan, yaitu: 1. Stakeholder satisfaction, untuk mengetahui siapa stakeholder yang terlibat, apa yang mereka inginkan dan butuhkan. 2. Strategies, untuk mengetahui strategi apa yang cocok untuk digunakan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan stakeholder 3. Processes, untuk mengetahui proses kritikal apa saja yang diperlukan untuk menjalankan strategi tersebut. 4. Capabilitities,untuk mengetahui kemampuan apa saja yang diperlukan untuk dapat menjalankan operasi tersebut. 5. Stakeholder contributions, untuk mengetahui kontribusi apa yang dibutuhkan dari stakeholder untuk terus mempertahakan dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Masing‐masing dimensi tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa kriteria yang didalamnya mengandung varibel yang digunakan untuk mengukur kinerja, seperti yang dapat dilihat di Tabel 3.12. 71
BAB III SOLUSI BISNIS
Tabel 3.12 Dimensi dan Kategori Kinerja Berdasarkan PRISM DIMENSI Stakeholder satisfaction
KRITERIA Customer satisfaction Employee satisfaction Investor satisfaction Regulator and community satisfaction Supplier satisfaction
Strategies
Corporate strategy Business Unit strategy Brand product & service strategy Operating strategy
Processes
Develop Product and service Generate demand Fulfil demand Plan and manage enterprise (Plan enterprise, Plan&manage financial operations, Plan& manage operations, Plan& manage human resources, Plan&manage stakeholder relations)
Capabilities
Infrastructure People Practices Technology
Stakeholder Contributions
Customer contribution Employee contribution Investor contribution Regulator and community contribution Supplier contribution
Untuk pembahasan selanjutnya di dalam penentuan variabel kinerja berdasarkan PRISM sesuai pembatasan masalah hanya dilakukan pada aspek non‐finansial dengan cara: 1. Evaluasi semua variabel kinerja non finansial berdasarkan PRISM 2. Pilih varibel kinerja yang dapat diterapkan (applicable) di Dynaplast 3. Pilih variabel yang belum dikaji pada pendekatan IPSM.
72
BAB III SOLUSI BISNIS
Sehingga dengan cara diatas akhirnya akan didapat variabel kinerja yang sesuai untuk diimplementasi di PT. Dynaplast, Tbk berdasarkan pendekatan PRISM untuk melengkapi variabel kinerja yang diperoleh dari IPSM seperti contoh pada Tabel 3.13. dan secara ditail dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 3.13 Contoh Variabel Kinerja Pilihan Berdasarkan PRISM DIMENSI Stakeholder satisfaction
KRITERIA
Investor satisfaction
% karyawan yang mengundurkan diri pada periode waktu tertentu
Tidak dilakukan analisa variabel kinerja sesuai pembatasan masalah Tidak dilakukan analisa variabel kinerja sesuai pembatasan masalah
Supplier satisfaction
Number of alternative supplier
% produk dan servis yang memiliki alternatif supplier
Corporate strategy
Mission/vission awareness
% karyawan yang mengerti visi dan misi perusahaan
Business Unit strategy
Hierarchical Complexity
Jumlah level hirarki dalam organisasi
Profit from new products/services
% profit yang diperoleh dari produk baru pada periode waktu tertentu
Infrastructure availability
rata-rata waktu diantara kerusakan alat
Idea conversion rate
Jumlah ide yang berhasil diimplementasikan pada periode waktu tertentu
Fulfil demand
Inventory level
Rata-rata nilai inventory pada periode waktu tertentu
Plan& Manage Enterprise- Financial Operation
Tidak dilakukan analisa variabel kinerja sesuai pembatasan masalah
Operating strategy Develop Product and service
Skills/labour availability
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan orang dengan ketrampilan yang sesuai
Plan&Manage Enterprise - Operation
Material & parts availability
% ketersediaan material/part saat dibutuhkan tepat waktu
Plan&Manage Enterprise - Plan Enterprise
Capacity availability
% ketersediaan kapasitas saat dibutuhkan
Stability of customer-supplier relationship
Lama hubungan dengan customer
Infrastructure availability
Rata-rata waktu diantara kerusakan alat rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan orang dengan ketrampilan yang sesuai
Plan& Manage Enterprise- Human Resources
Plan&Manage Enterprise - Stakeholder Realtion
Capabilities
Employee turnover
Regulator and community satisfaction
Brand product & service strategy
Processes
DESKRIPSI
Customer satisfaction Employee satisfaction
Strategies
VARIABEL KINERJA
Customer Retention ( kesetiaan pelanggan) % order dari customer lama terhadap total penjualan
Infrastructure People
Skills/labour availability Lead time to implement best practice
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk implementasi best practice
Customer Recommendation
% customer yang mau merekomendasikan perusahaan ke customer baru
Employee contribution
Willingness of employee to recommend company as employer
% pelamar karena rekomendasi darai karyawan
Investor contribution
Tidak dilakukan analisa variabel kinerja sesuai pembatasan masalah
Regulator and community contribution
Tidak dilakukan analisa variabel kinerja sesuai pembatasan masalah
Supplier contribution
Idea conversion rate
Practices
Stakeholder Contributions Customer contribution
Jumlah ide improvement yang diusulkan supplier pada periode waktu tertentu
73
BAB III SOLUSI BISNIS
3.4. Usulan Alternatif Variabel Kinerja Berdasarkan variabel yang ada pada pendekatan IPSM dan PRISM yang disesuaikan dengan kebutuhan Sistem Manajemen Kinerja di PT. Dynaplast, Tbk; khususnya Plant‐VI Cikarang maka didapatkan : 1. Variabel Kinerja berdasarkan perspektif dan aspek penilaian sebagai berikut: -
Keluaran Organisasi Non Finansial, yaitu: supplier, pelanggan, dan lingkungan (pemerintah dan masyarakat)
-
Proses Internal, di mana menurut buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono PhD (2006) terdiri dari inovasi, proses operasi, pemasaran dan purna jual; tetapi karena harus disesuaikan dengan business process dari Dynaplast maka proses internal tersebut juga ditambahkan aspek HRD, pembelian, pengawasan kualitas dan logistik; sedangkan aspek purna jual digabungkan dengan pemasaran.
-
Kemampuan sumber daya, yaitu: sumber daya insani, teknologi dan organisasi
Sehingga akhirnya didapatkan alternatif variabel kinerja per aspek seperti contoh pada Tabel 3.14 dan secara ditail variabel kinerja yang diusulkan dapat dilihat di Lampiran 5.
74
BAB III SOLUSI BISNIS
Tabel 3.14. Contoh Alterbatif Varibel Kinerja Berdasarkan Perspektif dan Aspek Penilaian VARIABEL KINERJA
DESKRIPSI
Keluhan Pelanggan Berulang
PERSPEKTIF
ASPEK
% complaint atau defect yang berulang terjadi
Keluaran Organisasi
Pelanggan
Kelestarian Lingkungan
Jumlah penggunaan air bersih
Keluaran Organisasi
Pemerintah dan masyarakat
Hubungan dengan pemasok yang layak
% Supplier yang menjadi preferred supplier
Keluaran Organisasi
Supplier
jumlah hari ketidakhadiran dibagi jumlah hari tersedia pada periode Kemampuan Sumber Daya waktu tertentu Jumlah penghargaan yang diterima oleh perusahaan dari konsumen Kemampuan Sumber Daya atau suatu organisasi independent
Absensi
Penghargaan
Insani Organisasi
Cacat produk
Persentase produk cacat karena aspek teknologi
Ketersediaan infrastruktur
rata-rata waktu diantara kerusakan alat
Proses Internal
Engineering
% perubahan jumlah defect sebelum dan setelah training
Proses Internal
HRD
Dampak training bagi organisasi Kualitas produk baru Inventory level
Kemampuan Sumber Daya
Teknologi
% new product yang dikirim tanpa defect pada periode waktu tertentu
Proses Internal
Inovasi
Rata-rata nilai inventory pada periode waktu tertentu
Proses Internal
Logistik
Pasar
Jumlah dan tipe pasar yang dapat dimasuki oleh perusahaan
Proses Internal
Pemasaran
Ketersediaan material
% ketersediaan material/part saat dibutuhkan tepat waktu
Proses Internal
Pembelian
Penanganan Keluhan Pelanggan
% customer complaint yang berhasil diselesaikan
Proses Internal
Pengawasan Mutu
Kesesuaian jadwal
% order yang selesai tepat waktu sesuai jadwal
Proses Internal
Proses operasi/produksi
2. Variabel Kinerja dihubungan dengan KPI (Key Performaace Indicator) Departemen terkait, yaitu variabel kinerja yang diusulkan dikelompokkan sesuai dengan Depertemen yang terkait dan dijadikan KPI dari Departemen tersebut. Contoh alternatif varibel kinerja per Departemem dapat dilihat pada Tabel 3.15 dan secara ditail dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 3.15. Contoh Alterantif Varibel Kinerja Berdasarkan Departemen PROPOSED SMK VARIABEL KINERJA
DEPT
ALL ENGINEERING HRD MANAGEMENT
NPD PERS&GA PPIC PRODUKSI QA
S&M SC
FORMULA
% Implementasi ide improvement karyawan % ide improvement karyawan yang diimplementasikan Ketersediaan infrastruktur
rata-rata waktu diantara kerusakan alat
Dampak training bagi organisasi
% perubahan jumlah defect sebelum dan setelah training
Menambah portfolio produk dengan melakukan lisensi
Jumlah lisensi produk
Ketepatan waktu penyelesaian proyek
% project improvement selesai tepat waktu
Absensi Ketepatan pengiriman
JUMLAH UNIT
VARIABEL
%
5
jam
9
%
24
produk
6
%
5
jumlah hari ketidakhadiran dibagi jumlah hari tersedia pada periode % / bulan waktu tertentu % pengiriman yang on time dengan jumlah 100% sesuai order pada % / bulan periode waktu tertentu
7 6
In process reject
Jumlah produk reject terhadap total output (in proses reject)
%
10
Daya tanggap
Rata-rata waktu yang diperlukan untuk merespon komplain konsumen
jam
12
Kesuksesan proposal penawaran
% proposal penawaran yang diterima menjadi order
%
11
Kehandalan supplier
Ranking pemasok dari sisi kualitas, biaya dan pengiriman
%
7
TOTAL
102
75
BAB III SOLUSI BISNIS
3.5 Analisis Usulan Sistem Manajemen Kinerja Analisis yang akan dilakukan meliputi: 1. Membandingkan alternatif variabel kinerja yang diusulkan dengan variabel kinerja yang sudah ada. 2. Analisis korelasi 3. Analisis kinerja saat ini berdasarkan variabel kinerja usulan 4. Analisis benchmarking. 3.5.1 Analisis Alternatif Variabel Kinerja Analisis dilakukan dengan membandingkan dan menggabungkan alternatif variabel kinerja yang diperoleh dari pendekatan IPSM dan PRISM dengan variabel kinerja yang sudah ada. Sehingga dari analisis ini akan diperoleh usulan variabel kinerja yang dapat digunakan pada Sistem Manajemen Kinerja PT. Dynaplast, Tbk, khususnya Plant‐VI Cikarang seperti contoh yang dapat dilihat pada Tabel 3.16 dan secara ditail dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 3.16. Contoh Usulan Sistem Manajemen Kinerja PT. Dynaplast, Tbk EXISTING SMK
PROPOSED SMK
DEPT
VARIABEL KINERJA
VARIABEL KINERJA
ALL
N/A
Kontribusi karyawan terhadap ide improvement
FORMULA
ALL
N/A
% Implementasi ide improvement karyawan % ide improvement karyawan yang diimplementasikan
ALL
N/A
Jumlah ide perbaikan
Jumlah ide perbaikan/pegawai/tahun
ide
ALL
N/A
Jumlah ide baru
Jumlah ide baru yang diusulkan setiap bulan
ide
% karyawan yang memberikan ide perbaikan
UNIT % %
ALL
N/A
Kepedulian visi misi organisasi
% karyawan yang mengerti visi dan misi perusahaan
%
ENGINEERING
N/A
Cacat produk karena teknologi
Persentase produk cacat karena aspek teknologi
%
ENGINEERING
N/A
Tingkat kerusakan
Persentase waktu rusak/waktu hidup
%
ENGINEERING
N/A
Tingkat penggunaan
Persentas penggunaan teknologi/waktu hidup
%
ENGINEERING
N/A
Umur Infrastruktur
Rata-rata umur pakai alat/mesin/spare part
ENGINEERING
N/A
Waktu penggantian peralatan
rata-rata waktu yang dibutuhkan teknologi atau peralatan baru bisa diimplementasikan
tahun hari
76
BAB III SOLUSI BISNIS
3.5.2 Analisis Korelasi Bertujuan untuk mengetahui korelasi antara dua variabel. Di mana dua variabel dikatakan berkorelasi jika perubahan pada variabel yang satu akan berpengaruh pada variabel yang lain secara beraturan, dengan arah yang sama atau berlawanan. Menurut buku Manajemen Kinerja karangan Wibisono (2006) halaman 166, arah hubungan antara dua variabel dapat dibedakan menjadi: a. Korelasi langsung (Direct correlation/positive correlation) Jika perubahan nilai salah satu variabel diikuti perubahan nilai variabel lain yang searah. b. Korelasi berlawanan (Inverse correlation/negative correlation) Jika perubahan nilai salah satu variabel diikuti perubahan nilai variabel lain yang berlawanan arah. c. Tidak berkorelasi (nil correlation) Jika kenaikan nilai salah satu variabel kadang‐kadang diikuti oleh penurunan nilai varaibel yang lain, kadang pula diikuti oleh kenaikan nilai variabel yang lain tersebut. Arah hubungannya tidak teratur, kadang berlawanan, kadang searah. Dengan mengetahui hubungan antara dua variabel, diharapkan: a. Akan membantu menyelesaikan masalah karena kita mengetahui hubungan antara kedua variabel b. Akan membantu memperkirakan apa yang akan terjadi di masa datang. c. Akan dapat memperkirakan nilai dari satu variabel berdasarkan nilai variabel yang lain jika keduanya mempunyai hubungan yang cukup dekat. 77
BAB III SOLUSI BISNIS
Matrix korelasi antar variabel dapat dilihat pada Lampiran 8 dan contoh pada Tabel 3.17, di mana: a. Dua variabel yang berkorelasi positif akan bertanda “+” b. Dua variabel yang berkorelasi negative akan bertanda “‐“ c. Dua variabel yang tidak berkorelasi akan blank (tidak bertanda)
DEPT ALL ALL
ENGIN EERIN G ENGIN EERIN G
Cacat produk karena teknologi
Tingkat kerusakan
ALL
Jumlah ide baru
Kepedulian visi misi organisasi
ALL
ALL
ALL
% Implementasi ide improvement karyawan
Jumlah ide perbaikan
ALL
Kontribusi karyawan terhadap ide improvement
VARIABEL KINERJA
DEPT
Tabel 3.17. Contoh Analisis Korelasi Antar variabel Kinerja
VARIABEL KINERJA Kontribusi karyawan terhadap ide improvement % Implementasi ide improvement karyawan
ALL
Jumlah ide perbaikan
ALL
Jumlah ide baru
ALL
Kepedulian visi misi organisasi
ENGINEERING
Cacat produk karena teknologi
ENGINEERING
Tingkat kerusakan
+ +
+
+
+
-
-
+
+
+
-
-
+
+
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
+ +
Pada matrix tersebut terlihat hubungan antar dua variabel, sebagai contoh: ‐ variabel kinerja kontribusi karyawan terhadap ide improvement berkorelasi positif dengan jumlah ide perbaikan, karena semakin banyak ide
78
BAB III SOLUSI BISNIS
improvement yang disampaikan berarti jumlah ide perbaikan juga bertambah. ‐ variabel kinerja kontribusi karyawan terhadap ide perbaikan berkorelasi negatif dengan cacat produk, karena teknologi sebab semakin banyak ide perbaikan maka cacat produk dapat semakin sedikit. ‐ variabel kinerja jumlah ide baru tidak berhubungan dengan cacat produk karena teknologi, karena ide baru dapat bersifat luas, dapat untuk perbaikan dan dapat juga ide baru tersebut justru menimbulkan masalah baru jika tidak tida dikelola dengan baik. 3.5.3 Analisis Kinerja Saat Ini Berdasarkan SMK Usulan Analisis dilakukan dengan mengukur kinerja saat ini berdasarkan variabel kinerja pada Sistem Manajemen Kinerja yang diusulkan. Hal ini dilakukan agar diketahui: -
aktual pencapaian saat ini
-
ketersediaan data untuk memenuhi Sistem Manajemen Kinerja yang diusulkan
Contoh hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3.18 dan secara ditail dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 3.18 Contoh Analisis Kinerja Berdasarkan SMK Usulan PROPOSED SMK DEPT
VARIABEL KINERJA
FORMULA
UNIT
ALL
Kontribusi karyawan terhadap ide improvement
ALL
% Implementasi ide improvement karyawan % ide improvement karyawan yang diimplementasikan
%
ALL
Jumlah ide perbaikan
Jumlah ide perbaikan/pegawai/tahun
ide
ALL
Jumlah ide baru
Jumlah ide baru yang diusulkan setiap bulan
ide
ALL
Kepedulian visi misi organisasi
% karyawan yang mengerti visi dan misi perusahaan
%
ENGINEERING
Cacat produk karena teknologi
Persentase produk cacat karena aspek teknologi
%
ENGINEERING
Tingkat kerusakan
Persentase waktu rusak/waktu hidup
%
ENGINEERING
Tingkat penggunaan
Persentas penggunaan teknologi/waktu hidup
%
ENGINEERING
Umur Infrastruktur
Rata-rata umur pakai alat/mesin/spare part
ENGINEERING
Waktu penggantian peralatan
rata-rata waktu yang dibutuhkan teknologi atau peralatan baru bisa diimplementasikan
% karyawan yang memberikan ide perbaikan
%
tahun hari
ACTUAL 2006 N/A N/A N/A N/A N/A 21.67 57.50 8.00 14.00
79
BAB III SOLUSI BISNIS
3.5.4 Analisis Benchmarking Analisis benchmarking perlu dilakukan untuk: 1. Mengetahui bagaimana kinerja perusahaan lain dibandingkan kinerja perusahaan aktual saat ini 2. Sebagai acuan perusahaan untuk berubah dan tidak cepat puas dengan kondisi yang ada Di dalam projek akhir ini analisis tidak dapat dilakukan terhadap perusahaan competitor karena adanya kesulitan dalam perolehan data, mengingat data yang diperlukan adalah data non finansial yang cukup komprehensif. Untuk itu benchmarking yang dilakukan adalah: 1. Internal benchmarking, yaitu dengan membandingkan performance antar Plastic Packaging Plant di dalam PT. Dynaplast, Tbk khususnya antara Plant VI‐Cikarang dan Plant II‐Jatake di mana keduanya memiliki karakterisik proses produksi, customer dan sales turnover yang relatif sama. Struktur organisasi Plant II‐Jatake dapat dilihat pada Lampiran 10. 2. Functional benchmarking, yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dalam fungsi yang sama pada industri yang sama pula, yaitu Plastic Component Plant. Di mana untuk analisis dipilih dengan membandingkan Plant VI‐Cikarang dengan Plant IV‐ Cibitung, karena keduanya sama‐sama industri plastik, dengan karakteristik produksi dan customer yang berbeda tetapi memiliki fungsi‐ fungsi yang sama. Struktur organisasi Plant‐IV Cibitung dapat dilihat di Lampiran 11. Hasil dari analisis internal benchmarking, jika dibandingkan dengan kinerja PLANT II‐Jatake menunjukkan secara umum kinerja dari Plant VI‐Cikarang 80
BAB III SOLUSI BISNIS
lebih baik daripada Plant II‐Jatake seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut dan secara ditail pada Lampiran 9. Tabel 3.19. Kelebihan Plant VI‐Cikang dibandingkan Plant II‐Jatake INTERNAL BENCHMAR KING
PROPOSED SMK DEPT
VARIABEL KINERJA
ENGINEERING
Tingkat penggunaan
ENGINEERING
Pemakaian listrik terhadap konsumsi material
HRD HRD HRD
FORMULA Persentas penggunaan teknologi/waktu hidup
Total pemakaian listrik (Kwh) dibagi total pemakaian material (Kg)pada satu bulan % jumlah karyawan lulusan universitas terhadap total jumlah Kualifikasi pegawai berdasarkan pendidikan karyawan Kualifikasi pegawai terhadap kompetensi % jumlah karyawanyang memiliki sertifikat profesional terhadap total pekerjaan jumlah karyawan Persentase pegawai yang berpartisipasi dalam aktifitas tertentu Partisipasi pegawai (permusan strategi, usulan perbaikan dsb)
UNIT % Kwh/Kg % % %
HRD
Ruang lingkup keahlian
% pekerjaan yang keahliannnya mencukupi
%
HRD
Dampak training bagi organisasi
% perubahan jumlah defect sebelum dan setelah training
%
HRD
Jumlah karyawan
Jumlah karyawan di organisasi
HRD
Jumlah ternaga kerja minoritas
% Jumlah tenaga kerja wanita dan kaum minoritas berdasarkan jenis pekerjaan terhadap total karyawan
%
HRD
Rekomendasi karyawan
% pelamar karena rekomendasi dari karyawan
%
Penghargaan pada karyawan
Jumlah penghargaan yang diterima oleh perusahaan dari konsumen atau suatu organisasi independent
MANAGEMENT MANAGEMENT
Keberhasilan transfer best practice
% best practice yang ditransfer antar departemen/business unit Jumlah ide untuk melakukan inovasi yang datang dari konsumen dalam kurun waktu tertentu % new product yang dikirim tanpa defect pada periode waktu tertentu
orang
penghargaan %
NPD
Ide pelanggan
NPD
Kualitas produk baru
PERS&GA
Fleksibilitas karyawan
% karyawan kontrak (borongan) terhadap total karyawan
PERS&GA
Jumlah pekerja sakit
Jumlah pekerja sakit per seribu jam kerja
PPIC
Akurasi data stock di SAP
% item yang sama antara data dengan actual
%
PPIC
Akurasi data stock sparepart
%item sparepart yang sama antara data dengan actual
%
PRODUKSI
Daur ulang produk
Jumlah produk yang bisa didaur ulang setelah dipakai
%
PRODUKSI
% Reject hold to output
% jumlah produk yang direject dari produk yang disortir karena di Hold oleh QA
%
QA
Ketepatan kualitas
% produk yang dikirim tanpa defect ke customer
%
QA
Keluhan pelanggan & retur
Jumlah customer complaint/returm pada periode waktu tertentu
QA
Tingkat layanan
QA
Daya tanggap
QA
Efektifitas penanganan Keluhan Pelanggan % customer complaint yang berhasil diselesaikan
QA
Waktu penyelesaian keluhan pelanggan
QA
Cacat produk
QA
Jumlah complaint baru per bulan
QA
Critical defect
Jumlah retur karena ditemukan critical defect dicustomer
kasus/bulan
QA
Major defect
Jumlah retur karena ditemukan major defect dicustomer
kasus/bulan
QA
Minor defect
Jumlah retur karena ditemukan minor defect dicustomer
kasus/bulan
S&M
Akurasi rencana kapasitas
Rata-rata kapasitas terpakai terhadap kapasitas yang tersedia
%
S&M
Kesuksesan proposal penawaran
% proposal penawaran yang diterima menjadi order
%
Jumlah komplain yang dapat diselesaikan dan memuaskan, dalam kesempatan pertama Rata-rata waktu yang diperlukan untuk merespon komplain konsumen
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan customer complaint Jumlah produk 'gagal produksi' dibandingkan dengan total produk yang diproduksi Jumlah complaint yang merupakan isue baru pada item yang baru setiap bulan
ide % % orang
kasus/bulan kasus/bulan jam
ACTUAL 2006
ACTUAL 2006
57.50
57.00
3.42
4.15
3.33
2.50
0.33
-
6.67
2.50
30.00
25.00
50.00
30.00
300.00
800.00
86.67
81.25
10.00
9.00
5.00
3.00
90.00
85.00
2.00
1.00
90.00
80.00
30.00
20.00
20.00
32.00
99.54
99.35
100.00
99.35
99.00
90.00
0.35
0.80
99.50
90.12
1.42
7.00
1.00
2.00
72.00
96.00
50.00
86.00
14.00
21.00
% hari % kasus/bulan
0.05
0.27
1.08
6.00
1.00
1.00
0.33
6.00
0.08
0.00
60.00
55.00
75.00
70.00
81
BAB III SOLUSI BISNIS
Sedangkan Plant II‐Jatake lebih baik kinerjanya daripada Plant‐VI Cikarang hanya pada beberapa variabel kinerja saja seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.20 berikut ini. Tabel 3.20. Kekurangan Plant VI‐Cikarang dibandingkan Plant II‐Jatake INTERNAL BENCHMARK ING
PROPOSED SMK DEPT
VARIABEL KINERJA
ENGINEERING
Tingkat kerusakan
ENGINEERING
Waktu penggantian peralatan
ENGINEERING
Waktu perbaikan
FORMULA Persentase waktu rusak/waktu hidup rata-rata waktu yang dibutuhkan teknologi atau peralatan baru bisa diimplementasikan Persentase waktu yang digunakan untuk memperbaiki terhadap total ketersediaan waktu produksi pada periode waktu tertentu % jumlah karyawan dengan kemampuan multifungsi terhadap total jumlah karyawan
UNIT % hari %
HRD
Kualifikasi pegawai berdasarkan skill
HRD
Jam pelatihan/tahun/pegawai
Alokasi dan dukungan pelatihan bagi pegawai semua level/tahun
jam/tahun
HRD
Turnover karyawan
% karyawan yang mengundurkan diri pada periode waktu tertentu
%/bulan
Waktu untuk best practice
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk implementasi best practice
hari
MANAGEMENT NPD
%
Mengurangi waktu siklus pengembangan
Waktu rata-rata yang diperlukan pada setiap proses pengembangan
hari
PERS&GA
Jam kerja
Rata-rata jumlah jam kerja seminggu selama satu tahun
jam
PERS&GA
Loss time karena kecelakaan kerja
jumlah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan pada periode waktu tertentu
Lead Time Pengiriman
Waktu antara penerimaan order hingga delivery
PRODUKSI
Kesesuaian jadwal
% order yang selesai tepat waktu sesuai jadwal (efisiensi produksi)
%
PRODUKSI
Total efisiensi produksi
Total efisiensi mesin dan material (efisiensi mesin x efisiensi material)
%
PRODUKSI
In process reject
Jumlah produk reject terhadap total output (in proses reject)
%
PRODUKSI
Utilisasi aset
= efisiensi produksi x efisiensi mesin x efisiensi material x quality
%
PRODUKSI
Total problem internal
PRODUKSI
Total problem eksternal
PRODUKSI
Efisiensi material
% pemakaian material aktual terhadap std pemakaian
S&M
Pasar
Jumlah dan tipe pasar yang dapat dimasuki oleh perusahaan
S&M
Akurasi peramalan
Aktual vs peramalan target pasar yang dibidk
%
Kualitas pasokan
%produk atau servis yang dikirim sesuai kualitas yang diinginkan
%
PPIC
SC
Jumlah jam problem karena masalah diinternal produksi terhadap total jam produksi tersedia Jumlah jam problem karena masalah di eksternal produksi terhadap total jam produksi tersedia
jam/bulan hari
% % % pasar
ACTUAL 2006
ACTUAL 2006
21.67
9.00
14.00
12.00
6.37
2.86
0.33
1.25
3430.50
4955.84
0.67
0.38
45.00
40.00
90.00
85.00
168.00
159.00
0.80
0.50
20.00
18.00
87.21
98.12
80.31
92.03
5.46
0.25
66.21
90.07
12.19
5.36
6.34
2.86
99.00
99.72
4.00
5.00
50.00
65.00
85.00
91.00
Sehingga jika dilihat dari analisis internal benchmarking maka dibandingkan perusahaan sejenis dengan karaketer proses dan customer yang relatif sama, Plant VI‐Cikarang memiliki kelebihan dalam hal : -
ketenagakerjaan di mana jumlah karyawan sedikit dengan flesibillitas tinggi, % jumlah pegawai lulusan universitas dengan keahlian mencukupi yang lebih banyak, partisipasi karyawan tinggi, jumlah karyawan sakit lebih sedikit walupun jam kerja lebih banyak
82
BAB III SOLUSI BISNIS
-
kualitas training lebih baik, walupun jam training lebih sedikit tetapi dampaknya lebih baik sehingga penghargaan lebih banyak dan implementasi best practice lebih cepat
-
kualitas produk sebelum dikirim ke customer juga cukup baik, di mana defect produk sudah tersortir terlebih dahulu di produksi, hal ini dapat dilihat dari in‐process reject yang tinggi di Plant VI‐Cikarang
-
penanganan keluhan pelanggan yang cepat dan efektif
-
akurasi data stock lebih baik
Sedangkan kekurangan Plant VI‐Cikarang dibandingkan Plant II‐Jatake yang perlu diperbaiki adalah: -
tingginya problem internal dan eksternal saat diproduksi dengan in‐ process reject yang tinggi mengakibatkan efisiensi mesin, efisiensi material, efisisiensi produksi dan utilisasi asset lebih rendah
-
tingkat kerusakan alat yang tinggi dan waktu perbaikan yang lambat
-
loss time karena kecelakaan kerja cukup tinggi
-
keterlambatan jadwal produksi dan pengiriman mengakibatkan lead time lebih lama dan kepuasan pelanggan lebih rendah
Sementara jika dilihat dari analisis functional benchmarking terhadap perusahaan yang memiliki fungsi‐fungsi relatif sama tetapi karakter customer yang berbeda, didapatkan kelebihan Plant VI Cikarang dibandingkan Plant IV‐Cibitung seperti terlihat pada Tabel 3.21. 83
BAB III SOLUSI BISNIS
Tabel 3.21. Kelebihan Plant VI‐Cikarang dibandingkan Plant IV‐Cibitung FUNCTIONAL BENCHMARK ING
PROPOSED SMK DEPT ENGINEERING HRD HRD HRD
VARIABEL KINERJA Tingkat penggunaan
FORMULA Persentas penggunaan teknologi/waktu hidup
% jumlah karyawan lulusan universitas terhadap total jumlah Kualifikasi pegawai berdasarkan pendidikan karyawan Kualifikasi pegawai terhadap kompetensi % jumlah karyawan yang memiliki sertifikat profesional terhadap total pekerjaan jumlah karyawan Persentase pegawai yang berpartisipasi dalam aktifitas tertentu Partisipasi pegawai (permusan strategi, usulan perbaikan dsb)
UNIT % % % %
HRD
Jam pelatihan/tahun/pegawai
Alokasi dan dukungan pelatihan bagi pegawai semua level/tahun
HRD
Jumlah karyawan
Jumlah karyawan di organisasi
HRD
Jumlah ternaga kerja minoritas
% Jumlah tenaga kerja wanita dan kaum minoritas berdasarkan jenis pekerjaan terhadap total karyawan
%
HRD
Rekomendasi karyawan
% pelamar karena rekomendasi dari karyawan
%
NPD
Kualitas produk baru
% new product yang dikirim tanpa defect pada periode waktu tertentu jumlah hari ketidakhadiran dibagi jumlah hari tersedia pada periode waktu tertentu
jam/tahun orang
%
PERS&GA
Absensi
PERS&GA
Fleksibilitas karyawan
% karyawan kontrak (borongan) terhadap total karyawan
%
Akurasi data stock di SAP
% item yang sama antara data dengan actual
%
Daur ulang produk
Jumlah produk yang bisa didaur ulang setelah dipakai
%
PPIC PRODUKSI QA
Daya tanggap
QA
Waktu penyelesaian keluhan pelanggan
QA
Cacat produk
Rata-rata waktu yang diperlukan untuk merespon komplain konsumen Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan customer complaint Jumlah produk 'gagal produksi' dibandingkan dengan total produk yang diproduksi
%
jam hari %
S&M
Pasar
Jumlah dan tipe pasar yang dapat dimasuki oleh perusahaan
pasar
S&M
Ketersediaan kapasitas
% ketersediaan kapasitas saat dibutuhkan
%
SC
Hubungan dengan pemasok yang layak
% Supplier yang menjadi preferred supplier
%
SC
Jumlah alternatif supplier
% produk dan servis yang memiliki alternatif supplier
%
SC
Ketersediaan material
% ketersediaan material/part saat dibutuhkan tepat waktu
%
ACTUAL 2006
ACTUAL 2006
57.50
56.64
3.33
0.91
0.33
0.30
6.67
2.29
3430.50
1689.00
300.00
350.00
86.67
91.00
10.00
5.00
90.00
82.00
0.08
0.15
30.00
10.00
99.54
95.65
99.00
89.00
72.00
120.00
14.00
18.00
0.05
0.17
4.00
2.00
55.00
30.00
30.00
20.00
5.00
4.00
99.50
98.00
Sedangkan kekurangan Plant VI‐Cikarang yang harus diperbaiki jika dibandingkan dengan Plant IV‐Cibitung dapat dilihat pada Tabel 3.22. 84
BAB III SOLUSI BISNIS
Tabel 3.22. Kekurangan Plant VI‐Cikarang dibandingkan Plant IV‐Cibitung FUNCTIONAL BENCHMARKI NG
PROPOSED SMK DEPT
VARIABEL KINERJA
ENGINEERING
Produksi hilang karena preventive
ENGINEERING
Waktu perbaikan
FORMULA Persentase produksi hilang karena proses pemeliharaan Persentase waktu yang digunakan untuk memperbaiki terhadap total ketersediaan waktu produksi pada periode waktu tertentu % jumlah karyawan dengan kemampuan multifungsi terhadap total jumlah karyawan
UNIT % %
HRD
Kualifikasi pegawai berdasarkan skill
HRD
Ruang lingkup keahlian
% pekerjaan yang keahliannnya mencukupi
%
HRD
Jumlah pegawai yang dibajak pesaing
% Jumlah karyawan yang keluar dari perusahaan dan pindah ke perusahaan sejenis terhadap total karyawan
%
HRD
Turnover karyawan
% karyawan yang mengundurkan diri pada periode waktu tertentu
%/bulan
MANAGEMENT
Waktu untuk best practice
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk implementasi best practice
hari
MANAGEMENT
Menambah portfolio produk dengan melakukan lisensi
Jumlah lisensi produk
Mengurangi waktu siklus pengembangan
Waktu rata-rata yang diperlukan pada setiap proses pengembangan
PERS&GA
Konsumsi air bersih
Jumlah penggunaan air bersih
m3
PERS&GA
Jam kerja
Rata-rata jumlah jam kerja seminggu selama satu tahun
jam
PERS&GA
Loss time karena kecelakaan kerja
jumlah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan pada periode waktu tertentu
PERS&GA
Jumlah pekerja sakit
Jumlah pekerja sakit per seribu jam kerja
PERS&GA
Tingkat kecelakaan kerja
Jumlah kecelakaan kerja/tahun
NPD
% pengiriman yang on time dengan jumlah 100% sesuai order pada periode waktu tertentu Keseluruhan kepuasan konsumen (timeliness, quantity & quality) terhadap produk yang ditawarkan perusahaan
%
produk hari
jam/bulan orang kejadian/tahun
PPIC
Ketepatan pengiriman
PPIC
Tingkat kepuasan pelanggan
PPIC
Lead Time Pengiriman
Waktu antara penerimaan order hingga delivery
PPIC
Akurasi data stock di SAP
% item yang sama antara data dengan actual
%
PRODUKSI
Kesesuaian jadwal
% order yang selesai tepat waktu sesuai jadwal (efisiensi produksi)
%
PRODUKSI
Total efisiensi produksi
Total efisiensi mesin dan material (efisiensi mesin x efisiensi material)
%
PRODUKSI
In process reject
Jumlah produk reject terhadap total output (in proses reject)
%
PRODUKSI
Utilisasi aset
= efisiensi produksi x efisiensi mesin x efisiensi material x quality
%
PRODUKSI
Total problem internal
PRODUKSI
Total problem eksternal
PRODUKSI
Efisiensi material
Jumlah jam problem karena masalah diinternal produksi terhadap total jam produksi tersedia Jumlah jam problem karena masalah di eksternal produksi terhadap total jam produksi tersedia % pemakaian material aktual terhadap std pemakaian
% % hari
% % %
QA
Keluhan Pelanggan Berulang
% complaint atau defect yang berulang terjadi
QA
Keluhan pelanggan & retur
Jumlah customer complaint/returm pada periode waktu tertentu
QA
Efektifitas penanganan Keluhan Pelanggan % customer complaint yang berhasil diselesaikan
QA
Jumlah complaint baru per bulan
Jumlah complaint yang merupakan isue baru pada item yang baru setiap bulan
kasus/bulan
QA
Critical defect
Jumlah retur karena ditemukan critical defect dicustomer
kasus/bulan
QA
Minor defect
Jumlah retur karena ditemukan minor defect dicustomer
kasus/bulan
Akurasi peramalan
Aktual vs peramalan target pasar yang dibidk
%
Kualitas pasokan
%produk atau servis yang dikirim sesuai kualitas yang diinginkan
%
S&M SC
% kasus/bulan
ACTUAL 2006
ACTUAL 2006
0.08
0.06
6.37
3.60
0.33
0.91
30.00
40.00
1.00
0.91
0.67
0.01
45.00
30.00
1.00
2.00
90.00
80.00
1200.00
1100.00
168.00
144.00
0.80
0.50
20.00
16.00
5.00
3.00
99.00
100.00
95.63
99.68
20.00
12.00
99.54
95.65
87.21
98.92
80.31
99.27
5.46
2.39
66.21
95.85
12.19
6.00
6.34
N/A
99.00
97.79
50.00
24.00
1.42
0.33
50.00
76.00
1.08
0.25
1.00
0.00
0.08
0.00
%
50.00
70.00
85.00
100.00
Dari functional benchmarking dengan Plant IV‐Cibitung di atas dapat dilihat bahwa masih cukup banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh Plant VI‐ Cikarang, hal ini dapat terjadi karena Plant VI‐Cikarang adalah pabrik yang baru berumur empat tahun sedangkan Plant IV‐Cibitung rata‐rata karyawannya sudah bekerja sepuluh tahun lebih. Kondisi ini mengakibatkan Plant IV‐Cibitung
85
BAB III SOLUSI BISNIS
dengan pengalaman yang dimiliki maka jumlah pegawai dengan keahlian mencukupi juga lebih banyak sehingga penanganan masalah, waktu perbaikan, tingkat kecelakaan kerja, efisiensi, jumlah keluhan pelanggan dan kepuasan pelanggan juga lebih baik.
86