BAB III PENDIDIKAN INTEGRAL PERSPEKTIF MUHAMMAD NATSIR DAN MUHAMMAD IQBAL
A. Pendidikan Integral Perspektif Muhammad Natsir 1. Biografi Muhammad Natsir Muhammad Natsir bin Idris Sutan Saripado (1908-1993) adalah tokoh intelektual, pejuang, politikus, ulama dan sekaligus salah seorang negarawan yang dimiliki bangsa kita. Ayahnya bernama Idris Sutan Saripado dan ibunya bernama Khadijah.Anak ketiga dari empat bersaudara itu tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana.Idris Sutan Saripado adalah pegawai rendahan yang bekerja sebagai juru tulis kontrolir di kampungnya Maninjau dan sipir penjara di Sulawesi Selatan.Ia memiliki tiga orang saudara kandung, masing-masing bernama Yukinan, Rubiah, dan Yohanusun. Muhammad Natsir Datuk Sinaru Panjang lahir di Jembatan Berukir, Alahan Panjang, kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada hari Jumat, 17 Jumadil Akhir 1326 Hijriah, bertepatan dengan 17 Juli 1908 Masehi.1Semasa kecil Muhammad Natsir dididik di lingkungan yang menghadirkan nilai-nilai religiusitas, Masjid dan Surau marupakan tempat Muhammad Natsir belajar ilmu agama. Selain belajar agama, Muhammad Natsir juga di sekolah Rakyat (SR) di Maninjau Sumatra Barat hingga 1
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pambaruan Pendidikan Islam Di Indonesia,(Jakarta: Rajda Grafindo Persada, 2005), hal., 73
49
kelas dua. Ketika ayahnya dipindah-tugaskan ke Bakeru, Natsir mendapat tawaran dari ibunya, Ibrahim untuk pindah ke Padang agar dapat menjadi siswa di Holland Inlandse School (HIS) Padang.Namun HIS Padang menolak Muhammad Natsir karena latar belakang yang berasal dari anak pegawai rendahan,2 sebuah sekolah bergengsi milik orang kulit putih yang banyak diminati saat itu.HIS hanya menerima anak pegawai negeri yang berpenghasilan besar atau anak saudagar kaya raya.3 Karena di tolak, Muhammad Natsir kemudian bersekolah di HIS Adabiyah (swasta) yang diperuntukkan untuk anak-anak negeri selama lima bulan.Selama bersekolah disini, Muhammad Natsir dititipkan kepada mamaknya yang biasa di sapa Makcik Ibrahim.4 Sebagai pegawai rendah dan memiliki kemampuan terbatas, ayah Muhammad Natsir kerap kali berpindah satu satu kota ke kota lainnya untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Pada gilirannya, ayahnya dipindah-tugaskan dari Bekeru ke Alahan Panjang, Natsir dijemput untuk sekolah di HIS Pemerintah yang berada di Solok. Namun karena Solok cukup jauh dari Alahan Panjang, maka Natsir terpaksa dititipkan di rumah
2
Sebagaimana telah dipaparkan diatas, ayah Muhammad Natsir adalah pegawai kecil yang gajinya hanya sekitar F 70 sebulan.Sedangkan menurut ketentuan, bahwa seorang pelajar yang diterima di HIS harus anak pegawai negeri yang gajinya minimal F 70, atau anak saudagar yang kaya raya(elit lokal). Standart kualifikasi yang ditentukan sekolah Belanda ini (HIS), tentu membuyarkan niat Muhammad Natsir memperoleh pendidikan di sekolah tersebut. 3 Hepi Andi Bastoni dkk, Muhammad Natsir Sang Maestro Dakwah, (Jakarta: Mujtama Press, 2008), hal., 2 4 Makcik Ibrahim adalah buruh kasar di Pabrik kopi, ia berpenghasilan sangat pas-pasan. Untuk makan berdua dengan Natsir harus mengeluarkan keringat.makanan istimewa mereka adalah rendang teri, yang bisa dibeli sepekan sekali atau telur yang hanya bisa dinikmati dua kali dalam sepekan. Untuk merasakan nikmatnya daging rendang, mereka harus menunggu hari raya tiba. Lihat Muhammadi Natsir sang Maesto…, hal., 2
saudagar yang bernama Haji Musa.5 Selain belajar di HIS pagi hari, sorenya Muhammad Natsir belajar bahasa Arab di sekolah Diniyah dan belajar
mengaji
pada
malam
harinya.
Sewaktu
belajar
Diniyah,Muhammad Natsir sudah di percaya untuk membantu adikadiknya dalam belajar.Terbukti setelah duduk di kelas tiga sekolah Diniyah, Muhammad Natsir diminta membantu mengajar di kelas satu.Berkat membantu menjadi pengajar sekolah Diniyah Muhammad Natsir memperoleh imbalan sebesar sepuluh rupiah sebulan. Proses pengabdian Muhammad Natsir di sekolah Diniyah tersebut nampaknya tak berjalan lama, kakak Muhammad Natsir mengajak pindah ke Kota Padang sehingga proses belajar-mengajar pun berhenti. Setelah di Kota Padang, Muhammad Natsir melanjutkan pendidikan di HIS Padang dan masuk kelas lima. Hanya saja, Muhammad Natsirmengeyam pendidikan di HIS Padang selama tiga tahun hingga selesai. Saat inilah Muhammad Natsir memasuki dunia baru, bukan lagi sebagai siswa tingkat dasar melainkan masuk jenjang pendidikan menengah. Setelah lulus dari HIS, Natsir mengajukan permohonan untuk mendapat beasiswa dari MULO (Meer Uitgebreid Lager Orderwijs) kalau sekarang sebuah sekolah tingkat SMP yang diisi oleh anak-anak yang berprestasi. Berkat keserdasan dan keuletannya dalam beraktifitas membuat lamaran beasiswanya diterima.Di MULO Padang inilah Muhammad Natsir mulai aktif dalam organisasi. Mula-mula ia masuk
5
Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan, Op.Cit, h. 74
Jong Sumatranen Bond (Sarikat Pemuda Sumatera) yang diketuai oleh Sanusi Pane. Kemudian ia bergabung dengan Jong Islamieten Bond (Sarikat Pemuda Islam), dan disitu pun, Sanusi Pane aktif sebagai ketua dan menjadi anggota Pandu Nationale Islamietische Pavinderij (Nayipij), sejenis pramuka sekarang. Menurut Muhammad Natsir, organisasi merupakan pelengkap untuk membantu dalam belajar selain yang didapatkannya di sekolah, dan memiliki andil yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Dari kegiatan berbagai organisasi ini, Muhammad Natsir mulai tumbuh bibit sebagai pemimpin bangsa.6 Pendidikan Muhammad Natsir tidak berhenti sampai di MULO (Meer Uitgebreid Lager Orderwijs) saja, Muhammad Natsir bertekad melanjutkan
studinya.Setamat
dari
MULO,
Muhammad
Natsir
berkeinginan belajar di pulau Jawa.Hal ini cukup beralasan, sebagian besar anak-anak tamatan MULO kebanyakan melirik tanah Jawa sebagai peraduan pendidikan selanjutnya. Muhammad Natsir ingin sekali merantau kepulau Jawa seperti anak-anak cerdas tamatan MULO lainnya yang sudah sampai lebih dulu ke tanah seberang.Kepada orang tuanya, Muhammad Natsir menceritakan keinginannya untuk bisa melanjutkan studinya ke AMS (Algemere Middlebare School) A II, sekarang setingkat SMA, dengan memilih jurusan Sastra Belanda di Bandung.Keinginan pemuda calon tokoh besar inipun tidah hanya isapan jempol belaka, cita-
6
Ibid, hal., 75
citanya terkabul bisa masuk ke sekolah AMS di Bandung melalui jalur beasiswa.7 Bandung, kota kembang berjuluk parijs van java saat itu sudah dikenal sebagai kota modern. Kota berhawa sejuk itu menjadi tujuan para tuan tanah dan Meneer belanda untuk berfoya-foya menghabiskan uang. Tempat hiburan, gedung bioskop dan taman-taman bertaburan, tempat muda-mudi untuk menghabiskan malam.Meski gemerlap oleh kehidupan duniawi, Bandung saat itu juga menjadi tempat mangkalnya para aktivis. Walaupun kota Bandung dipenuhi dengan kenikmatan dunia, Muhammad Natsir memilih larut dalam buku-buku pelajaran di tempat kosnya yang sempit di jalan Cihapit, menghabiskan waktu di perpustakaan dan berdiskusi dengan teman-teman satu organisasinya di Jong Islamieten Bond (JIB) Bandung. Di JIB inilah kiprah berorganisasi natsir terus bersinar.Ia kemudian dipilih menjadi ketua badan inti oleh JIB pusat. Sejak saat itulah Muhammad Natsir banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh seerti Haji Agus Salim (tokoh Syarikat Islam ) dan Syekh Ahmad Soorkaty, ulama asal Sudan yang mendirikan organisasi Al irsyad al Islamiyah.8 Di sekolah AMS, Muhammad Natsir selain belajar Bahasa Belanda juga belajar Bahasa Latin dan Kebudayaan Yunani. Di kelas 2 AMS Muhammad Natsir
sudah sanggup meneliti dan menganalisa
"Pengaruh Penanaman Tebu dan Pabrik Gula Bagi Rakyat di Pulau 7 Hepi Andi Bastoni, dkk, Muhammad Natsir Sang MaestroDakwah, (Jakarta : Mujtama Press, 2008), hal., 4 8 Ibid, hal., 5
Jawa"bahkan Muhammad Natsir berani memaparkan dalam presentasi di depan kelas. Menurut Muhammad Natsir hasil analisanya pengaruh itu negative bagi eksistensi ekonomi masyarakat pribumi Jawa.Meskipun sibuk dengan penelitiannya, Muhammad Natsir tidak lupa berjuang untuk Islam.Muncul fanatik Islam dalam tubuh Muhammad Natsir ketika diajak guru gambarnya menghadiri khutbah Pendeta Protestan DS Christoffel yang menyerang Islam. Muhammad Natsir membuat sanggahan yang dimuat dalam Surat Kabar Algemeen Indisch Dagblad (AID) dengan judul " Qur'an en Evangeli" dan " Muhammad as Profeet". Dsini Muhammad Natsir begitu akrab dengan dunia intektual dan keilmuan.Selain mempelajari agama secara mendalam Muhammad Natsir juga berkecimpung dalam dunia politik, dakwah dan pendidikan. Di tempat ini pula Muhammad Natsir berjumpa dengan Ahmad Hasan (18871958), seorang tokoh pemikir radikal dan pendiri Persatuan Islam (Persis), dia keturunan Tamil India.Bagi Muhammad Natsir, selain Ahmad Hasan dikenal fakih dalam bidang agama,alam pikirannya sangat dipengaruhi Ahmad Hasan dalam pelbagai hal. Oleh karena itu, saat Soekarno mabuk kepayang oleh sekularisasi Turki dan menjajakan paham sekularnya ke tengah masyarakat untuk dijadikan landasan bernegara, Ahmad Hasan dan Muhammad Natsir tokoh yang paling bersuara kencang menolak gagasan Soekarno. Masa-masa selanjutnya, Ahmad Hasan dan Muhammad Natsir dikenal sebagai motor penggerak Persatuan Islam (Persis), organisasi
yang dikenal puritan mendakwahkan pentingnya kembali kepada al Qur’an dan al Hadist. Natsir tidak memperoleh pemikiran pendidikan keislamannya secara formal, melainkan melalui hubungan langsung dengan tokoh-tokoh pemikir Islam.Seperti bertemu dengan Ahmad Hasan dan Agus Salim dari Syarikat Islam juga Ahmad Soorkaty yang mendirikan organisasi AlIrsyad Al-Islamiyah. Serta melalui karya-karya tokoh pembaharu di dunia Islam, Muhammad Abduh, Rasyid Ridho Haji Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, Imam Asy Syahid Hasan Al-Banna, dan Imam Hasan AlHudhaibi. Dari situlah Muhammad Natsir mulai memperdalam keilmuan Islam, serta perhatiaannya yang besar terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan
mendorongnya
aktif
dalam
berbagai
organisasi
kepemudaan dan politik Islam. Perhatian Muhammad Natsir kepada dunia sosial dan agama menyebabkan Muhammad Natsir menolak tiga kesempatan yang ditawarkan kepadanya, yaitu melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi di Rotterda atau Fakultas Hukum di Jakarta, menjadi pegawai negeri dengan gaji besar sebagai hadiah atas keberhasilannya menyelesaikan studi di AMS dengan nilai tinggi. Dia tidak melanjutkan studinya dan lebih tertarik pada perjuangan Islam.Minat tersebut direalisasikannya dengan aktif dalam bidang pendidikan secara luas yang dirintisnya dengan melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan studi Islam yang dilaksanakan oleh Persatuan Islam di Bandung.Perhatian Muhammad
Natsir terhadap kondisi pendidikan pada masa itu mendorongnya untuk mengikuti kursus guru diploma (Lager Orderwijs) 1931-1932 yang diadakan oleh pemerintah bagi lulusan HBS dan AMS untuk mendapatkan sertifikat mengajar.9 Setamat AMS Muhammad Natsir memantapkan dirinya sebagai pengkaji agama dan pejuang agama.Ia tidak memburu uang, tetapi cukup bekerja bersama Ahmad Hasan Bandung sebagai anggota Redaksi Majalah "Pembela Islam" dengan honor Rp. 20 perbulan. Ia terus belajar agama dengan konsep belajar agama bukan sekedar Ilmu Tauhid, Fiqh, Tafsir dan Hadist tetapi juga ilmu Filsafat Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Pendidikan Islam, Politik Islam dan lain-lainnya. Muhammad Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993 bertepatan dengan 14 Sya’ban 1413 Hijriah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Muhammad, ia pulang ke Rahmatullah dalam usia 85 tahun dikuburkan di TPU Karet, Tanah Abang. Berita wafatnya ini menjadi berita utama dalam berbagai media cetak dan elektronik. Walaupun di orde baru dan orde lama ia sering dicap sebagai pemberontak, ia masih punya banyak teman pribadi, pengikut yang merasa kehilangan seorang sosok yang tiada duanya. Bahkan ungkapan belasungkawa muncul baik dari kawan seperjuangan maupun lawan politiknya. Mantan Perdana Menteri Jepang yang diwakili Nakajima mengungkapkan berita wafatnya Muhammad Natsir ini dengan ungkapan: “Berita wafatnya Pak 9
Media Dakwah, Pejuang Nasional dan Pejuang Islam, Dalam Serial Khutbah Jum’at Maret, 1993, hal., 25
Muhammad Natsir terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom Hiroshima.”
2. Karya-karya Muhammad Natsir Muhammad Natsir tercatat sebagai tokoh negarawan, agamawan, guru.Ia pula termasuk cendekiawan muslim yang profuktif. Menurut Yusuf Abdullah Puar, Muhammad Natsir telah menulis lebih dari 52 judul buku yang ditulis sejak tahun 1930.10 Diantara karya tulisnya itu adalah : ¾ Islam Sebagai Ideologi (Jakarta : Pustaka Aida, 1951), buku ini membicarakan tentang ajaran Islam dalam hubungannya dengan pedoman hidup manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. ¾ Agama Dan Negara, Falsafah Perjuangan Islam (Medan,tp.p.1951) ¾ Muhammad Natsir menulis buku ini yang membahas hubungan posisi agama dan Negara. ¾ Capita selekta I (Jakarta:Bulan Bintang, 1954). Buku ini memuat tulisan-tulisan Muhammad Natsir antara tahun 1936-1941, ditambah lagi dengan tangkisan Muhammad Natsir atas seri Artikel Ir. Soekarno tentang soal pemisahan agama dari Negara yang ditulis ketika masih sama-sama
muda.
Didalamnya
membicarakan
ekonomi, pendidikan, politik dan kebudayaan.
10
Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan, Op.Cit. h 79
tentang
sosial,
¾ Capita Selekta II (Jakarta:Pustaka Pendis,1957). Buku ini berisikan kumpulan tulisan, pidato dan interview persnya antara 1950-1955, yakni semenjak terbentuknya Negara Kesatuan sampai dengan terbentuknya kabinet Burhanuddin Harahap. Dengan demikian dapat dianggap merupakan sebagian dokumentasi dari perkembangan Negara selama 5 tahun itu. ¾ Islam Sebagai Dasar Negara (Bandung, 1954) ¾ Some Observation, Concerning the Rule of Islam in National and Internasional Affair (Ithaca : Departemen of Estern Studies, Cornel University, 1954). Sebuah buku yang memuat hasil pengamatan Muhammad Natsir terhadap perhatian dan kesungguhan umat Islam dalam menegakkan ajaran Islam, baik dalam skala Nasional maupun Internasional. ¾ Fiqhud Da’wah (Fikih Dakwah) Jakarta, Yayasan Capita Selekta dan Media Da’wah, cetakan ke XIII, 2008. ¾ Ikhtaru Ahadas Sabilain , Addinu wa la al-Dinu, (Jeddah: Al-dar alSaudiyah, 1392 H.). ¾ Normalisasi
Konstitusional,
(Jakarta:
Yayasan
Kesadaran
Berkonstitusi, 1990Bahaya Takut, (Jakarta, Media dakwah, 1991) ¾ Agama dan Negara dalam Perspektif Islam (Jakarta, Media Dakwah, 2001). ¾ World Of Islam Festival Dalam Persepektif Sejarah (Jakarta,Yayasan Idayu, 1976).
¾ Tempatkan
Kembali
Pancasila
pada
Kedudukannya
yang
Konstitusional, (Jakarta,1985). ¾ Dengan nama samaran A. Moechlis, Dengan Islam ke Indonesia Moelia, (Bandung, Persatuan Islam, Madlis Penjiaran, 1940). ¾ Bersama H.A.M.K. Amarullah, Islam Sumber Bahagia, (Bandung, Jajasan Djaja, 1953). ¾ Pandai-pandailah Bersyukur Nikmat, (Jakarta, Bulan Bintang, 1980). ¾ Dari Masa ke Masa, (Jakarta,Yayasan Fajar Shadiq, 1975). ¾ Islam dan Kristen di Indonesia, (Bandung, Pelajar Bulan Sabit, 1969). ¾ Di Bawah Naungan Risalah, (Jakarta, Sinar Hudaya, 1971). ¾ Buku PMP dan Mutiara yang Hilang, (Jakarta, Panji Masyarakat, 1982). ¾ Tolong Dengarkan Pula Suara Kami, (Jakarta, Panji Masyarakat, 1982). ¾ Dakwah dan Pembangunan, (Bangil, Al-Muslimun, 1974). ¾ Islam dan Akal Merdeka,(Tasikmalaya, Persatoen Islam Penjiaran, 1947). ¾ Hendak ke mana Anak-anak Kita Dibawa oleh PMP, (Jakarta, Panji Masyarakat, 1402 H). ¾ Tauhid untuk Persaudaraan Universal, (Jakarta, Suara Masjid, 1991). ¾ Gubahlah Dunia dengan Amalmu, Sinarilah Zaman dengan Imanmu, (Jakarta, Hudaya, 1970). ¾ Keragaman Hidup Antar Agama, (Djakarta, Hudaya, 1970).
¾ Kom Tot Het Gebed (Marilah Shalat), (Jakarta, Media Dakwah, 1981). ¾ Pendidikan,
Pengorbanan
Kepemimpinan,
Primordialisme,
dan
Nostalgia, (Jakarta, Media Dakwah, 1987). ¾ Revolusi Indonesia, (Bandung: Pustaka Jihad) ¾ Demokrasi di Bawah Hukum, (Jakarta: Media Dakwah, 1407/1987), Cet. I.11 Dan masih banyak lagi karya-karya Muhammad Natsir, baik itu yang berbentuk Puisi, Prosa, surat-surat atau jawaban dari kritik orang lain yang tidak semuanya penulis cantumkan di Skripsi ini.
3. Konsep dan Model Pendidikan Integral Muhammad Natsir a. Latar Belakang Munculnya Ide Pendidikan Integral Gagasan
pendidikan
integral
yang
dimunculkan
oleh
Muhammad Natsir ini merupakan tanggapan atas pendidikan saat itu. Corak pendidikan saat itu menyuguhkan dua pola pendidikan yang berbeda.Satu sisi pendidikan agama direpresentasikan pesantren, surau dan masjid yang terfokus pada pengajaran agama dan ahklak. Pendidikan model ini kurang memperhatikan pengajaran ilmu-ilmu dunia/umum yang sejatinya sangat penting bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia, sehingga lulusan dari pendidikan agama akan tertinggal akan kemajuan teknologi dan zaman. Di sisi lain, ada 11
Lihat http://hmasoed.wordpress.com/2008/06/09/tentang-karya-tulis-pak-natsir/ diakses pada tanggal 10 Juni 2011.
pendidikan umum yang didirikan oleh pemerintah yang lebih banyak mengajarkan ilmu-ilmu umum/dunia tetapi kurang memperhatikan pendidikan agama dan akhlak, sehingga lulusan dari sekolah umum kebanyakan
lalai
bahkan
“Apatis”
terhadap
agama.
Bahkan
pendidikan yang diselenggarahkan oleh pihak swasta, umumnya tidak atau kurang menganggap penting pendidikan agama Islam. Termasuk juga sekolah-sekolah yang didirikan oleh organisasi-organisasi Islam sendiri, karena terlalu berpola kepada sekolah pemerintah.12 Model dualisme pendidikan yang hadir di Indonesia ini tentu menarik perhatian tokoh sekaliber Muhammad Natsir. Bagaimana tidak, dualisme pendidikan tersebut senantiasa tidak membekali umat Islam dalam menghadapi dunia kongkritnya, namun hanya menjadi bekal akhirat belaka. Padahal dalam ajaran Islam tidak mengenalkan akan dikotomi ilmu. Malahan Islam merupakan agama yang universal yang memberikan pedoman bagi umat manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Untuk itu, Muhammad Natsir ingin merekonseptualisasi pendidikan yang ada pada saat itu.Menurutnya, yang dinamakan pendidikan ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya.13 Menurutnya, pendidikan Timur dan Barat tidak perlu dipertentangkan. Sebagai sesuatu yang diciptakan oleh manusia 12 Ajip Rosidi dalam M. Natsir “Kabudayaan Islam dalam perspektif Sejarah” (Jakarta: Girimukti Pusaka, 1988), hal.xix. 13 Natsir, Capita Selecta( Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954), hal. 57.
sendiri itu bersifat baru.Kedua sistem pendidikan mempunyai kelebihan dan kekurangan, serta kebaikan dan keburukan, namun tidak perlu dipertentangkan. Pendidikan Islam, menurut Natsir adalah yang
mengambil
yang
baik
dari
manapun
datangnya
dan
menyingkirkan yang buruk dari manapun datangnya. Oleh karena itu, pendidikan Islam bersifat universal dan sekaligus integral dan harmonis. Buat seorang hamba Allah, kata Natsir, jasmani dan rohani, dunia dan akhirat bukanlah dua barang yang bertentangan yang harus dipisahkan, melainkan dua serangkai harus lengkap melengkapi dan dilebur menjadi satu susunan yang harmonis dan seimbang dalam mencapai kebahagiaan dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebagai konsekuensinya perlu integrasi sekolah umum dengan madrasah.14 Muhammad Natsir mengemukakan dalam tulisannya bahwa tidak ada dikotomi antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Ia mengatakan bahwa dikotomi pendidikan adalah warisan sejarah masa kemunduran Islam, dan tidak pernah ada dalam Islam.15 Dengan demikian, cara pandang (paradigm) Muhammad Natsir dalam melihat fenomena dikotomi pendidikan dalam Islam merupakan kesalahan menghadirkan periodesasi kemunduran Islam kedalam lokus kekinian. Oleh karena itu, perlu ada perubahan mendasar dalam praktek pendidikan Islam agar mampu menjawab tantangan zaman. 14 15
Ramayulis, Ibid., hal., 67. Muhammad Natsir, Op.Cit., hal. 87.
Lebih jauh, bagi Abuddin Nata (2005) mengemukakan enam konsep peran dan fungsi pendidikan yang diajukan oleh Muhammad Natsir, yaitu : Pertama, pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin dan membimbing agar manusia yang dikenakan sasaran pendidikan tersebut dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani secara sempurna. Kedua, pendidikan harus diarahkan untuk menjadikan anak didik memiliki sifat-sifat kemanusiaan dengan mencapai akhlak karimah yang sempurna.Ketiga, pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk menghasilkan manusia yang jujur dan benar.Keempat, pendidikan agar berperan membawa manusia agar dapat mencapai tujuan hidupnya, yaitu menjadi hamba Allah SWT.Kelima, pendidikan harus menjadikan manusia yang dalam segala perilaku atau interaksi vertikal maupun horizontalnya selalu menjadi rahmat bagi seluruh alam.Keenam pendidikan harus benar-benar mendorong sifat-sifat kesempurnaannya dan bukan sebaliknya, yaitu menghilangkan dan menyesatkan sifat-sifat kemanusiaan.16 Dalam konteks itu, nampak jelas bahwa cara pandang yang dipakai
Muhammad
Natsir
melihat
fenomena
pendidikan
menggunakan perspektif Dakwah. Namun, secara eksplisit apabila dikorelasikan
dengan
pendidikan
maka
percikan
pemikiran
Muhammad Natsir menghendaki adanya sistem pendidikan yang
16
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan,.....Op.Cit. hal., 81.
menghadirkan nilai-nilai religiusitas. Artinya, meskipun pendidikan umum tetap harus melakukan transformasi nilai keagamaan sebagai spirit. Oleh sebab itu, kita akan menemukan konsep yang konsisten dari Natsir baik yang berhubungan dengan Dakwah maupun pendidikan. Sebagai contoh, dalam perumusan tujuan hidup dalam konsep
Dakwah
sama
dengan
tujuan
hidup
dalam
konsep
pendidikan.17 b. Konsep Pendidikan Integral Muhammad Natsir Pada prinsipnya, pendidikan integral perspektif Muhammad Natsir tidak mengenal dualisme pendidikan, yakni dikotomi pendidikan agama dengan pendidikan umum. Keduanya memiliki keterkaitan dan berkesinambungan. Gagasan Muhammad Natsir ini didasarkan pada pandangan bahwa agama memiliki nilai universal sehingga memungkinkan masuk dalam ruang apapun dan dimanapun. Agama tidak memandang disiplin keilmuan, baik umum maupun agama, kedua merupakan ajaran agama bahkan mempelajarinya adalah sebuah kewajiban. Untuk itu, pendidikan integral menurut Muhammad Natsir adalah bukanlah pendidikan parsial, melainkan pendidikan yang universal, ada keseimbangan (balance) antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat rohani dan jasmani. Tidak ada dikotomi
17
Lihat Fiqhud Da’wah karya M. Natsir.
antaradisiplin ilmu.18Cara pandang demikian dapat ditinjau ketika Muhammad Natsir ketika ia memimpin lembaga Pendidikan Islam (Pendis) tahun 1932-1942, lembaga tersebut menjadi model alternative dari system pendidikan Kolonial, sekaligus hadir sebagai jawaban dari system pendidikan secular Belanda saat itu. Model pendidikan tersebut tak lain adalah model pendidikan integral. Tanpa membuang
semua
warisan
kolonial,
Muhammad
Natsir
memodivikasi dengan sentuhan pendidikan Islam dan memanfaatkan nilai pendidikan kolonial yang masih relevan digunakan. Dengan begitu, pendidikan tidak akan lagi membeda-bedakan ilmu umum dan ilmu agama. Hadirnya pendidikan integral ini akan menjadikan pendidikan umum tidak lagi mengajarkan keilmuan umum saja, tetapi diimbangi keilmuan agama. Begitu juga pendidikan agama (lembaga pendidikan) tidak hanya mengajarkan keagamaan saja melainkan juga keilmuaan umum. Jadi keduanya akan terpadu menjadi satu sebuah pendidikan model Indonesia. Pendidikan integral ini mengedepankan keseimbangan antara pendidikan jasmani dan rohani, intelektual dan akhlak, umum dan agama, sehingga semua itu berintegrasi. Sejarah mencatat Muhammad Natsir merupakan peletak dasar dari sistem pendidikan yang integral di mana pada saat itu pendidikan
masih
menerapkan
dualisme
pendidikan,
antara
pendidikan umum dan pendidikan agama. 18
Hepi Andi Bastoni, dkk, Muhammad Natsir Sang Maestro Dakwah, (Jakarta : Mujtama Press, 2008), hal., 54
Gagasan pendidikan integral diterapkan pertama kali oleh Muhammad Natsir di pendidikan Islam (Pendis) yang dirintis di Bandung, yang dimulai dengan hanya 7 orang murid dan kemudian berkembang ke kota-kota lain di Jawa Barat. Seiring dengan waktu, pendidikan integral yang diterapkan di Pendis mulai diterima masyarakat dan bahkan Pemerintah pun mulai menerapkan pendidikan integral konsep Muhammad Natsir ini di seluruh Indonesia dimana tidak ada lagi perbedaan dan pemisahan antara sekolah umum dan sekolah agama, madrasah atau pesantren.19 Pendidikan
integral
perspektif
Muhammad
Natsir
menggunakan konsep tauhid sebagai dasar Pendidikan. Tauhid harus menjadi dasar berpijak setiap muslim dalam melakukan segala kegiatannya, diantaranya pendidikan. Muhammad Natsir juga menggariskan bahwa tauhid haruslah dijadikan dasar dalam kehidupan manusia, diantaranya dalam masalah pendidikan.Pendidikan Islam adalah pendidikan yang diasaskan pada tauhid. Beliau berpandangan bahwa pendidikan tauhid harus diberikan kepada anak sedini mungkin, selagi masih muda dan mudah dibentuk, sebelum didahului oleh materi dan ideologi dan pemahaman lain. Ini dimaksudkan agar nantinya peserta didik mempunyai pegangan agama dalam menjalani hidup.20 Hasil dari pendidikan model ini akan melahirkan generasi-
19
100 Tahun Muhammad Natsir, Berdamai Dengan Sejarah, (Jakarta : Republikan, 2008), hal., 210-211 20 Salah satu ungkapan Muhammad Natsir pada tahun 1937 dalam artikelnya di majalah Pedoman Masyarakat yang bertajuk Tauhid Sebagai Dasar Pendidikan. “Mengenal Tuhan, men-tauhidkan
generasi yang memiliki hubungan kuat dengan penciptanya serta mengutamakan kemasylahatan antar sesama manusia. Inilah dua syarat wajib untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup, lahir dan batin. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Ali Imran:112 sebagai berikut: ôMt/ÎàÑãΝÍκön=tãèπ©9Ïe%!$#t⎦ø⎪r&$tΒ(#þθàÉ)èOωÎ)9≅ö6pt¿2z⎯ÏiΒ«!$#9≅ö6ymuρz⎯ÏiΒĨ$¨Ψ9$#ρâ™!$t/uρ5=ŸÒtóÎ/z⎯ÏiΒ«!$#ôMt /ÎàÑuρãΝÍκön=tãèπuΖs3ó¡yϑø9$#4šÏ9≡sŒ..... Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu……… (QS. Ali Imran: 112) Menurut Natsir, meninggalkan dasar tauhid dalam pendidikan anak merupakan kelalaian yang amat besar. Bahayanya, sama besarnya, dengan penghianatan terhadap anak-anak didik. Walaupun sudah dicukupkan makan dan minumnya, pakaian dan perhiasannya, serta
dilengkapkan
hidupnya.Semua
ini,
pula
ilmu
menurutnya,
pengetahuan tidak
ada
untuk artinya
bekal apabila
meninggalkan dasar ketuhanan (ketauhidan) dalam pendidikan mereka. Natsir memandang bahwa lahirnya para intelektual muslim
Tuhan, mempertjajai dan mejerahkan diri kepada Tuhan, tak dapat harus mendjadi dasar bagi tiap-tiap pendidikan jang hendak diberikan kepada generasi jang kita latih, djikalau kita sebagai guru ataupun sebagai Ibu-Bapa, betul-betul tjinta kepada anak-anak jang dipertaruhkan Allah kepada kita” dan “Hubungan dengan manusia dan sesama machluk dapat diadakan kapan sadja waktunya. Akan tetapi hubungan dengan Ilahi tidaklah boleh dinanti-nantikan setelahnja besar atau berumur landjut.”
yang menentang Islam dan kelompok yang western-minded21 adalah akibat dari pendidikan yang tidak berbasis agama yang benar. Dari sinilah beliau melihat sisi pentingnya tauhid sebagai dasar dari pendidikan Islam.22 Dengan demikian, meskipun tidak secara tersurat Muhammad Natsir mengurai konsep dan model pendidikan integral, namun secara tersirat model dan konsep dakwah Muhammad Natsir mencerminkan nilai integral. Hal ini diperkuat tatkala Muhammad Natsir mengelola pendidikan
Islam
di
Bandung
dengan
menghadirkan
model
pendidikan alternatif yang mengkawinkan ilmu umum dan ilmu agama. Tanpa terjebak pada pemaksaan teoritis, hal ini menjadi rujukan utama dalam merumuskan narasi konseptual dan model pendidikan integral dalam skripsi kali ini. c. Konsep dan Model pendidikan integral 1. Konseptual
21
Muhammad Natsir mencontohkan salah satu tokoh muda yang terpengaruh oleh western minded seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata: “Salah satu usaha pemerintah kolonial Belanda yang juga merupakan tantangan adalah apa yang dikenal dengan asimilasi atau se-Indonesiasi, yaitu upaya untuk mengajak golongan elite Indonesia agar merasa dan menganggap sebagai orang Belanda yang sama-sama berkiblat ke Den Haag, sehingga terlepas dari pandangan hidupnya sebagai bangsa Indonesia yang memiliki budaya asli Indonesia. Murid-murid sekolah yang otaknya brillian dititipkan kepada keluarga belanda atau keluarga yang beragama Kristen. Salah satu korbannya adalah Amir Syarifuddin yang lahir sebagai anak Islam, namun kemudian menjadi seorang Kristen Protestan” (Abuddin Nata: Tokoh Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, hal. 82) 22 BadruTamam, Konsep Pendidikan Mohammad Natsir.Lihat http://www.voaislam.com/teenage/print/2009/07/09/187/konsep-pendidikan-mohammad-natsir/Diunduh tanggal 19 Juni 2011.
Gagasan
pendidikan
integral
yang
digasas
oleh
Muhammad Natsir bisa ditinjau dari segi tujuan pendidikan Islam, kurikulum dan metodenya. a. Tujuan pendidikan Islam Menurut Muhammad Natsir, bahwa tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya adalah untuk membentuk insan yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu
beradaptasi
dengan
dinamika
perkembangan
masyarakat.23 Tujuan ini sejalan dengan tujuan manusia diciptakan yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kesamaan itu tercermin tercermin dalam al Qur’an Surat Al-An’am: 162. ﻦ َ ب ا ْﻟﻌَﺎَﻟﻤِﻴ ِّ ي َو َﻣﻤَﺎﺗِﻲ ِﻟَّﻠ ِﻪ َر َ ﺤﻴَﺎ ْ ﺴﻜِﻲ َو َﻣ ُ ﺻﻠَﺎﺗِﻲ َو ُﻧ َ ن َّ ﻞ ِإ ْ ُﻗ Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam’.” (QS. AlAn’am: 162) Jadi menurut Muhammad Natsir, pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan manusia yang memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan konsep Islam terhadap manusia itu sendiri. Bahwa mereka diciptakan oleh Allah untuk menghambakan 23 Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Natsir.Lihat di http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2008-dwimardiya12336&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985Diunduh pada tanggal 29 April 2010.
diri hanya kepada Allah semata. Oleh karenanya segala usaha dan upaya manusia harus mengarah ke sana, di antaranya adalah pendidikan.Firman Allah SWT: ن ِ ﺲ ِإَﻟّﺎ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒﺪُو َ ﻦ وَا ْﻟِﺈ ْﻧ َّ ﺠ ِ ﺖ ا ْﻟ ُ ﺧَﻠ ْﻘ َ َوﻣَﺎ Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56) Selanjutnya Natsir mengatakan bahwa ketika manusia telah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada dalam kebahagian dunia dan akhirat. Untuk menetapkan tujuan pendidikan Islam, menurut Muhammad Natsir hendaknya mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang terbaik dan sebagai khalifah di bumi.24 Dalam surat Az-Dzariyaat di atas, ada kata menyembahKu. Kata tersebut, menurut Muhammad Natsir memiliki arti yang sangat dalam dan luas. ”Menyembah Allah” itu melengkapi semua ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah ilahi yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan diakhirat, serta menjauhkan diri dari segala
24
Abuddin Nata,Tokoh Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal., 83
larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan di dunia dan di akhirat itu.25 2. Operasional Untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
yang
integral,
Muhammad Natsir berpandangan bahwa semestinya kurikulum pendidikan disusun dan dikembangkan secara integral dengan mempertimbangkan kebutuhan umum dan kebutuhan khusus sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga akan tertanam sikap kemandirian bagi setiap peserta didik dalam menyikapi realitas kehidupannya. Beliau sangat tegas menolak teori dikotomi ilmu yang memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum.Makanya beliau menampik pemisahan pendidikan agama dan pendidikan umum.Dikotomi ilmu agama dan ilmu umum adalah teori yang lahir dari rahim sekularisme.Hal ini tentunya sesuai dengan pandangan al-Qur’an tentang manusia. Bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki unsur jasmani dan rohani, fisik dan jiwa yang memungkinkan ia diberi pendidikan. Selanjutnya manusia ditugaskan untuk menjadi khalifah muka bumi sebagai pengamalan ibadah kepada Allah dalam arti seluasluasnya.Ia tidak akan bisa melaksakan tugas ini sebaik-baiknya kecuali dengan penguasaan yang baik terhadap kedua ilmu ini.
25
M. Natsir, Capita Selekta 1, (Jakarta: Yayasan Bulan Bintang Abadi dan Media Da’wah. Cet 4. 2008), hlm., 86
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan yang integral harus memasukkan tauhid sebagai dasar pendidikan. Ini sangat penting mengingat tauhid mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ahlak yang mulia. Dengan adanya tauhid sebagai dasar pendidikan, peserta didik akan mempunyai kepribadian yang mulia seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Yaitu pribadi yang memiliki keikhlasan, kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas atau kewajiban yang diyakini kebenarannya. Menurut Muhammad Natsir, tauhid mempunyai dua manfaat dalam membentuk kepribadian peserta didik, yaitu pertama, memperkokoh kesadaran batin manusia, menumbuhkan spritualitas yang mendalam dan juga menjadi basis etika pribadi. Kedua, berisikan penekanan kepada kesatuan universal umat manusia sebagai umat yang satu, berdasarkan persamaan, keadilan, kasih sayang, toleransi dan kesabaran. Jadi dalam konteks kemanusiaan, tauhid menegaskan prinsip humanisme universal yang tanpa batas, serta sumber atau rujukan di dalam penyajian materi pendidikan kepada anggota keluarga yaitu ayatayat al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Melalui dasar tauhid tersebut akan tercipta integrasi pendidikan agama dan umum. Muhammad Natsir selalu menekankan bahwa sesungguhnya tidak ada dikotomi antara
pendidikan agama dengan pendidikan umum.Melainkan keduanya memiliki keterpaduan dan keseimbangan.Muhammad Natsir membagi keseimbangan antara pendidikan Islam yang meliputi tiga hal: 1. Keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. 2. Keseimbangan antara badan dan roh. 3. Keseimbangan antara individu dan masyarakat. Mencermati pembagian menurut Muhammad Natsir diatas tentu dapat dipetik kesimpulan mendasar yaitu, dalam pendidikan idealnya selain penguatan dimensi hizontal juga dimensi transendental. Dengan demikian, pendidikan akan melahirkan keseimbangan baik sisi dunia maupun sisi rohaniahnya. Konsep pendidikan yang integral, harmonis, dan universal tersebut oleh Muhammad Natsir dihubungkan dengan misi ajaran Islam sebagai agama yang bersifat universal. Lebih jauh, bagi Muhammad Natsir Islam bukan sekedar agama dalam pengertian yang sempit yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan saja, melainkan mengatur hubungan manusia dengan manusia. Disinilah letak titik temu manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tanggung jawab antar sesama. Sebagai entry point perspektif Muhammad Natsir, ia melihat fakta dualisme pendidikan umum dan agama saat itu. Sebagian besar, umat Islam saat itu mengenyam pendidikan umum
namun model pendidikan ini menafikan peran agama. Sehingga, muhammad Natsir melakukan kritik terhadap model pendidikan demikian karena akan mengantarkan pada kekeringan nilai spiritualitas.
Sebaliknya,
pendidikan
agama
senantiasa
menegasikan peran ilmu umum yang senyatanya menjadi bekal kehidupan manusia di dunia. Oleh karenanya, bagi Muhammad Natsir
perlu
menginisiasi
nilai-nilai
ke-Tauhid-an
dalam
pendidikan.
B. Pendidikan Integral Perspektif Muhammad Iqbal 1. BiografiMuhammad Iqbal Muhammad Iqbal merupakan salah satu tokoh reformis Islam, politisi, penyair,ahli hukum serta sosok yang ahli dalam filsafat pendidikan. Ia dilahirkan diSialkot,Punjab, India (sekarang termasuk wilayah pakistan) pada 9 November1877 Masehi,26bertepatan pada tanggal 3 Dzul Qa’dah. Hal ini juga diperkuat dari hasilpenelitian terakhir
26
Ada sedikit perbedaan informasi yang ditemukan beberapa penulis tentang tahun kelahiranIqbal. Khalifat ‘abd al Hakim mencatat kelahiran Iqbal pada tanggal 9 November 1877 M. Lihat :Khalifat ‘abd al Hakim,Renaissance ini Indo-Pakistan : Iqbal, dalam M.M. Syarif (ed). A History ofMuslim Philosophy (Jerman: OttoHorrossowitz, 1996), Vol. II, h. 1614. Hal ini sama dengan catatanHafeez Malik. Lihat : Hafeez Malik dan Linda HLM. Malik, I The Life of The ReatPhilosopher,dalam Hafeez Maik (ed). Lihat juga : Iqbal, Poet Philosopher of Pakistan (New York -London:Colombia University Press, 1971), hal. 3. Munawar Muhammad,Annemarie Schimmel dan ParveenSyaukat Ali mencatat kelahiran sama dengan yang ditulis oleh Hafeez Malik. Lihat : MunawarMuhammad, Dimensions of Iqbal (Lahore: Iqbal Academy Pakistan, 1986), hal., 1. Lihat: AnnemarieSchimmel, Gabriel’s Wing (Leiden: E.J.Brill,1963), hal., 35. Lihat, Parveen Syaukat Ali, The PoliticalPhilosophy of Iqbal, (Lahore: Anorkali, 1978), hal., 1. Ia disebutkan juga lahir pada tanggal 22 Februari 1873. Lihat : Schimmel, Gabriel’s Wing.., versi ini juga sama dengan Abdullah Siddik, lihat : Abdullah Siddik, Islam dan Filsafat, (Jakarta : PT. Triputra Masa, 1984 ), hal., 179. Juga sama denganAbdul Wahab Azzam. Lihat dalam : Danusiri, Epistmologi dalam Tasawwuf Iqbal, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), h. 17.
yang mengungkapkan bahwa Muhammad Iqbal lahir pada 9November 1877, bukan 22 Februari 1873 seperti yang kita kenal selama ini.27 Muhammad Iqbal merupakan keturunan dari kasta Brahma Kasymir, yang terkenaldengan kebijaksanaan rum dan tabriznya,28 dari keluarga yang nenek moyangnyaberasal dari Lembah Kasymir.29 Kurang lebih pada tiga abad yang lalu, ketika Dinasti Moghul yaitu sebuah dinasti Islam terbesar yang berkuasa di India, salah seorang nenek moyang Muhammad Iqbal masuk Islam, dan nenek moyangnya tersebut masuk Islam dibawah bimbingan Syah Hamdani, seorang tokoh Muslim pada waktu itu.30 Ayah Muhammad Iqbal, Nur Muhammad,adalah seorang sufi yang zuhud. Dalam sumber lain, Nur Muhammad ini pada mulanya bekerja pada dinas pemerintahan dan kemudian beralih ke pedagang, dikenal sebagai seorang yang shaleh dan relegius, bahkan seorang sufi.31 Begitu juga dengan Ibu Muhammad Iqbal, Imam Bibi32adalah seorangwanita yang solihah dan taqwa.33
27
Lihat Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam pendahuluan: Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam, (Yogyakarta: Jalasautra, 2008), hal., XI 28 Mohammad Iqbal, The Secrets of The Self : A Philoshopical Poem, Trans. By R.A. Nicolson(Lahore: Syeikh Mohammad Asraf Kasmiri Bazar, 1950), hal., 14. 29 Abdullah Siddik, Islam dan Filsafat, (Jakarta : PT. Triputra Masa, 1984), h. 179. 30 Abdul Wahab Azzam , Filsafat dan Puisi Iqbal, terj. Ahmad Rofi’I Utsman, (Bandung : Pustaka, 1985), hal., 13. 31 Smith, Wilfred Contwell, Modern Islam in India, A Social Analysis, (New Delhi: UshaPublication, 1979), hal., 116-117. Lihat juga : Ali Kaudah, Muhammad Iqbal, Sebuah Pengantar dalamMuhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam, (Jakarta: Tintamas, 1982), hal., x. 32 Danusiri, Epistimologi dalam Tasawwuf Iqbal,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal., 4. 33 Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 105.
Saat Muhammad Iqbal lahir (1877), rasa traumatik akibat peristiwa tragis perangkemerdekaan 1857 masih melekat dalam ingatan kaum Muslim India.Sejarah mencatat, peristiwa tersebut dikenal sebagai pemberontakan rakyat India yangmengakibatkan hilangnya kemerdekaan kaum Muslim pada khususnya, danorang-orang yang kemudian takluk kepada
kolonialis
Inggris
yang
menang.Tragedi
tersebut
telah
menewaskan sedikitnya 500.000 rakyat India yang sebagian besar adalah Muslim. Peristiwa ini terjadi merupakan aksi balas dendam akibat pembunuhan tujuh ribu serdadu Inggris semasaperlawanan. Akibatnya, kaum muslimmengalami ketidakberdayaan dalam masa kekacauan dan keputusasaan.34 Sejarah
lain
menyebutkan,
bahwa
peristiwa
1857
telah
mengakibatkan situasi India menjadi tidak stabil sekaligus merupakan peristiwa
runtuhnya
Dinasti
Moghul,
yakni
ditandai
peristiwa
pertempuran antara Bahadur Syah (memerintah 1837-1857) sebagai Raja Moghul terakhir bersama dengan kaum Muslimin dan golongan Hindu mengadakan pemberontakan terhadap Inggris. Pemberontakan terjadi tanggal 10 Mei 1857,akibat pemberontakan ini, Bahadur Syah serta beberapa kaum Mujahidin dibuang. Inggris semakin kuat posisinya di India terutama dalam bidang ekonomidan politik. Intervensi Inggris terhadap pemerintahan India
34
A. Syafi’i Ma’arif, Islam Kekuatan Doktrin dan Kegamangan Umat (Yogyakarta : PustakaPelajar, 1997), hal., 13.
semakin jauh, danThe East India Company (EIC) dibubarkan.35 Umat Islam sejak mula merupakan minoritas di India, semakin nampak kemundurannya dengan munculnya degenerasi aqidah dan kemudian diikuti oleh degenerasi sosio- moral, sosio-politik serta dekadensi etnik.36Kondisi tersebut menyebabkan praktek keagamaan umatIslam tidak lagi murni, yang telah bercampur dengan faham dan praktek yangberasal dari Persia dan India.37 Melihat konsisi kemunduran umat Islam tersebut, beberapa tokoh seperti Ahmad Khan(1817-1898) dan Amir Ali (1849-1928) berusaha untuk membebaskan umat islam dari keterpurukan dengan cara melakukan gerakan pembaharuan Islam lewat jalur intelektual.38 Menurut Ahmad Khan, umat Islam dapat maju dengan mempelajari ilmupengetahuan dan teknologi. Demikian juga dengan Amir Ali yang berusahamenghidupkan kembali pemikiran rasional dan filosofis yang terdapat dalamsejarah Islam. Pada perkembangan selanjutnya, gerakan pembaharuan merekadikenal dengan gerakan Aligarh. Gerakan Aligarh tersebut dirintis oleh Ahmad Khan dan kemudiandidirikan oleh murid dan pengikutnya, gerakan ini sebagai penggerak utamaterwujudnya pembaharuan pemikiran di kalangan Islam 35
EIC adalah bentuk kerjasama antara India dan Inggris dalam bidang perniagaan padaawalnya, didirikan pada masa pemerintahan Akbar II (1806-1877) pada Dinasti Moghul.Perkembangan selanjutnya EIC ini semakin luas kekuasaannya sehingga menimbulkan kecemasandikalangan bangsa India yang mengakibatkan terjadinya pemberontakan tahun 1857, pemberontakandapat dipadamkan, EIC dapat dibubarkan dan India langsung di bawah kerajaan Inggris, kemudianRatu Victoria menobatkan dirinya sebagai maharani India. 36 M. Amin Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1989), hal. 119-122. 37 A. Syafi’i Ma’arif, Islam Kekuatan Doktrin..Op.Cit. hal. 13. 38 Stoddard, L, Dunia Baru Islam, terj. M. Muljadi Djojomartono dkk., (Jakarta, 1966), h.207-208.
di India yang pusatnyaberada di sekolah M.A.O.C (Muhammad Anglo Oriental College) yang padatahun 1920 namanya diganti dengan Universitas Islam Aligarh, gerakan inimengembangkan pemikiran rasional serta menumbuhkan semangat kebangsaandan keagamaan. Diantara tokoh-tokoh gerakan ini adalah Chiragh Ali, SalahuddinKhudu Bakhs, Maulvi Aziz Ahmad dan Sibli Nu’mani. Setelah itu, kondisi sosial dan pendidikan India mulaimengalami kemajuan dengan didirikannya lembaga-lembaga pendidikan. Saat masih kanak-kanak, Muhammad Iqbal dididik langsung oleh ayahnya,
Nur
Muhammad.
Sedangkan
di
surau/musholah,
dia
mempelajari ilmu agama, Al-Qur’an dan menghafalkannya.39 Pendidikan formal Muhammad Iqbal dimulai di Scottish Mission School di Sialkot. Ia yang dalam hal ini masih dalam usia remaja telah memperoleh bimbingan yang sangat berarti yang utama dan serta diketahui kecerdasannya oleh gurunya yang bernama Maulana Mir Hasan,40 seorang ahli dalam bahasa Persia dan Arab, yang juga sebagai teman dari ayah Iqbal, Nur Muhammad. Mir Hasan, sebagai guru dari Muhammad Iqbal, berupaya secara kuat agardapat membentuk jiwa agama pada Iqbal dan juga paling banyak memberikandorongan bagi kemajuan pelajar muda itu. Sejak menempuh pendidikan diSialkot, Iqbal gemar menggunakan dan mengarang syairsyair serta dapatmengesankan hati Mir Hasan pada sajak-sajak karya 39 40
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hal. 182. Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam, (Jakarta : Gresindo, 2003), hal.45.
Iqbal. Sejak sekolah diSialkot pula, dia sudah menampakkan bakat menggubah syair dalam bahasaUrdu.41 Mir Hasan merupakan sastrawan yang sangat menguasai sastra persia danmenguasai bahasa Arab. Iqbal yang gemar pada sastra dan gurunya yang ahlisastra menyebabkan karier Iqbal memperoleh momentumnya yang signifikan.42Di dalam hati, Iqbal merasa banyak berutang budi kepada ulama besar ini, olehkarena itu Iqbal mengisyaratkannya dalam salah satu sajak indah menyentuh hati,yang berbunyi ”Nafasnya mengembangkan kuntum hasratku menjadi bunga”. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sialkot, pada tahun 1895Muhammad Iqbal yang cerdas dan penyair yang berbakat ini hijrah ke Lahore43untuk melanjutkan studinya di Governtment College sampai ia berhasilmemperoleh gelar B.A pada tahun 1897 kemudian ia mengambil program Mastersof Arts (MA) pada bidang filsafat pada tahun 1899. Ia juga mendapat medaliemas karena keistimewaanya sebagai satu-satunya calon yang lulus dalam ujiankomprehensif akhir.44 Dan di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold,seorang orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untukmelanjutkan studi di Inggris.45
41
Lutfi Rachman, Obsesi Iqbal Menolak Nasionalisme, SURYA, (April, 1992), hal. 4. Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam…, hal. 45. 43 Lahore pada masa itu merupakan sebuah kota besar, pusat kegiatan intelektualisme,dimana-mana didirikan perkumpulan-perkumpulan sastra dan sering di Lahore diadakan pulasimposiumsimposium mengenai bahasa Urdu dan persajakan. 44 Lihat Muhammad Iqbal, Sisi Insanwi Iqbal, terj. Ihsan Ali Fauzi dan Nurul Agustina,(Bandung: Mizan, 1992), hal. 27. Lihat juga Danusiri, Epistimologi…, hal. 4. 45 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta :Bulan Bintang, 1990), hal. 190. 42
Dimasa
kuliahnya
di
Governtment
College,
Iqbal
telah
mendapatbimbingan dari seorang Orientalist bernama Thomas Arnold, yang pada waktuitu menjadi dosen di Governtment College, Lahore. Thomas Arnold bagi Muhammad Iqbal merupakan sosok seorang guru yang penuh kasih dimana yang antara keduanya terjalin hubungan yang erat melebihi hubungan guru dengan muridnya, sebagaimana yang Iqbal tuangkan dalam kumpulan sajaknya dalam “Bang-I Dara”.46 Thomas Arnold berusaha memadukan pengetahuan mendalam tentangfilsafat Barat,
tentang
budaya
Islam
dan
literatur
Arab,
serta
membantumenanamkan perpaduan Timur dan Barat.47 Selama Iqbal belajar di Lahore, di Lahore itu pula sering diadakan berupasimposium-simposium mengenai bahasa Urdu dalam persajakan. Di kota ini pulaIqbal sering di undang oleh para sastrawan dalam kegiatan Musya’arah.48 Pada waktu itu sekalipun Iqbal juga mengikuti dan membacakan sajak-sajaknya, namun sebagai penyair ia dikenal terbatas dikalangan terpelajar saja. Dan sekitarpada masa itu pula dalam sebuah organisasi sastra yang anggotanya beberapasastrawan terkenal, Iqbal mendeklamasikan sajaknya yang terkenal tentangHimalaya. Isi dari sajak tersebut berisikan pikiran baru yang diterapkan dalamkata-kata Persia klasik dan penuh semangat patriotisme, sehingga dapat memukausiapapun yang hadir. 46
Khalifat Abdul Halim, Renaissance…, hal. 1615. Lihat juga dalam Hasyimsyah Nasution,Filsafat Islam…, hal. 182. 47 John L. Esposito, Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), hal.,321 48 Musya’arah merupakan pertemuan-pertemuan dimana para penyair membacakan sajaksajaknya(merupakan tradisi yang masih berkembang di Pakistan dan India hingga kini).
Sajak Iqbal tersebut dikutip dalam majalah ‘Machzan’ berbahasa Urdu.Hal tersebut membuat nama Muhammad Iqbal dapat lebih dikenal luas di seluruhTanah Air. Sejak saat itu pula banyak dari majalah-majalah meminta izin untukmengutip sajak-sajaknya dan kemudian disiarkan dalam majalah-majalah yanglain.49 Pada tahun 1899 Iqbal sempat menjadi dosen di Oriental College, Lahore,pada bidang bahasa Arab.50Kemudian pada tahun 1905 ia meninggalkan Lahoredan hijrah menuju Eropa tepatnya di Inggris atas dorongan dan bimbinganThomas Arnold. Untuk melanjutkan studinya, Iqbal masuk di Universitas Cambridge sebagai usahanya dalam mempelajari dan mendalami bidang filsafat pada R.A. Nicholson.51 Pada Universitas ini, Iqbal juga mendapat bimbingan dari para dosen-dosen filsafat terkemuka, diantaranya adalah James Wart dan J.E Mac Tegart, seorang Neo Hegelian, dimana selain itu Iqbal juga mengambil kuliah hukum dan ilmu politik di Lincoln Inn London dan berhasil lulus ujian keadvokatan dan memperoleh gelar M.A.52 Dua tahun kemudian, yakni pada tahun 1907 ia pindah ke Jerman danmasuk ke Universitas Munich, di Universitas ini ia mendapatkan gelar Ph.D(Doktor) dalam bidang filsafat dengan tesis berjudul “The Development ofMetaphysics in Persia” (Perkembangan Metafisika 49
Muhammad Iqbal, sebuah pengantar; Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam,terj. Ali Audah dkk (Jakarta : Tintamas, 1982), hal., XXI 50 Sudarsono, Filsafat…, hal., 105. 51 John L. Esposito, “Muhammad Iqbal and The Islamic State”, dalam John L. Esposito,(ed.), Voices of Resurgent Islam, (New york : Oxford University Press), hal., 176. 52 Abdul Hadi W.M. (editor), Iqbal Pemikir Sosial Islam dalam Syair-Syairnya, (Jakarta :HLMT Pantja Simpati, 1986), hal., 17.
Persia).53 Dan ketika tesisnyaditerbitkan, ia persembahkan pada Thomas Arnold.54 Hal itu berarti, selama tigatahun di Eropa, Iqbal meraih gelar formal Bachelor of Art (B.A) dalam bidangseni dan advokat, serta gelar Doktor dalam bidang filsafat. Hal ini merupakansebuah prestasi yang spektakuler dan tentu sulit dicari tandingannya di abadmodern ini. Setelah menyelesaikan studinya selama tiga tahun, maka Iqbal kembali keLahore untuk membuka praktik sebagai pengacara serta menjadi guru besar yangluar biasa dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris pada Government College.Sempat juga Iqbal menjabat sebagai Dekan Fakultas Kajian-Kajian Ketimurandan ketua Jurusan Kajian-Kajian Filosofis serta menjadi anggota dalam komisikomisiyang meneliti masalah
perbaikan
pendidikan
jugamembericeramah-ceramah
di
politik
India.55 dan
Selain
itu
ia
ceramah-ceramah
di
UniversitasHyderabad, Madras, dan Aligarh. Hasil ceramah-ceramahnya kemudiandibukukan dengan judul Six Lectures On The Reconstruction Of ReligiousThought In Islam, dan edisi berikutnya The Reconstruction Of Religious ThoughtIn Islam, merupakan suatu karya terbesar atau Masterpiece Iqbal dalam bidangfilsafat.56 Buku tersebut menarik perhatian
dunia
dan
menunjukkan
betapadalamnya
telaah
dan
pengetahuan beliau mengenai Al Qur’an. Uraian-uraian didalamnya
53
Rosihan Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), hal. 220. H.H. Bill Gram, Iqbal Sekilas Tentang Hidup dan Pikiran-Pikirannya, terj. Djohan Effendi,(Jakarta : Bulan Bintang, 1982), hal. 17. 55 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam…, hal. 183. 56 Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam…, hal. 46. 54
merupakan uraian yang mendalam untuk menjelaskan kembali ilmuilmuagama Islam secara modern. Pada periode beberapa masa tersebut Iqbal telah menghasilkan karyanyayang ditulis ke dalam berbagai bahasa, yang berupa prosa ditulisnya dalam bahasaInggris, sedang puisinya ditulis dalam bahasa Urdu dan Persia secara bergantian.Namun ada suatu peristiwa penting dalam hidup Muhammad Iqbal, yakniterciptanya sebuah karya buku dengan judul “Asrar-i Khudi” pada tahun 1915,yang berisikan ajaranajaran tentang ego, dan perjuangan hidup. Buku tersebutsempat menimbulkan
kegemparan
di
dalamhidupnya
lebih memilih
kalangan untuk
Pseudo-Mistik
yang
bersikap dalam kehidupan
menyendiri. Tak lamakemudian terbit pula karya Iqbal dengan judul buku “Rumuz-I Bekhudi” di tahun1918 yang berisi tentang ajaran-ajaran kehidupan individu insan Muslim, danberisi ajaran tentang kehidupan masyarakat Muslim.57 Meski beliau sejak saat itu bekerja sebagai seorang ahli hukum, Iqballebih diakui sebagai seorang penyair dan filosof, yang diakui dari dalam negeri diIndia sendiri, dan luar negeri serta telah dianugerahi gelar kebangsawanan padatahun1922.58 Dan di tahun itu pula Muhammad Iqbal dianugerahi gelar Sir olehUniversitas Tokyo, sebuah Universitas tertua di Jepang, yang dalam kesempatanlain telah menganugerahkan gelar Doctor
57
Muhammad Iqbal, Membangun Kembali…, hal., XIV. Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik Dari Nalar Puitis Iqbal Hingga Nalar KritisArkoun, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 70. 58
Anumerta dalam Sastra untuk Iqbal. Inimerupakan pertama kalinya dari Universitas Tokyo memberikan gelar demikian.59 Selain bergelut dalam bidang keadvokatan, pendidikan, filsafat, dan seni,Iqbal juga menyempatkan diri berkarir dalam bidang politik. Di tahun 1927, Iqbalterpilih menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab dan telah pula memberikansumbangan-sumbangan pikiran yang penting.60 Iqbal memperingatkan Liga Muslim, bahwa India tidak pernah dapatmengatasi perbedaan-perbedaan yang timbul untuk menjadi bangsa yang utuh danmenganjurkan agar dapat kerjasama antar kelompokkelompok agama. Berikut iniperingatan Iqbal: ”Mungkin kita tidak ingin mengakui bahwa setiap kelompokmempunyai hak untuk membangun menurut tradisi budayanya sendiri”. Kata-kataIqbal tersebut akhirnya dikenal sebagai “Rencana Pakistan”, walaupun Iqbalsendiri tidak pernah mendukung nasionalisme sempit dalam bentuk apapun.Pihak-pihak lain memanfaatkan idenya itu untuk melahirkan Negara MuslimPakistan, dan Iqbal secara umum diakui sebagai “Bapak Pakistan Modern”61 yangidenya telah direalisasikan oleh Muhammad Ali Jinnah pada tahun 1947 denganberdirinya Negara Republik Islam Pakistan.62 Pada tahun 1931 dan tahun 1932, Iqbal juga mengikuti berbagai kegiatan.Diantaranya dalam Konferensi Meja Bundar di London yang membahas aturanaturanyang akan diterapkan di anak benua India. Dan
59
Muhammad Iqbal, Membangun Kembali…, hal., XXXVI. Ibid. hal., XXIX 61 Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik …, hal. 70. 62 Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam…, hal. 44. 60
selama di Eropa itubeberapa negara lain telah mengundangnya, seperti Prancis, Italia, dan Spanyol. Dalam kunjungannya di Paris, Iqbal telah menemui Henri Bergson, seorangfilosof terkenal Prancis. Di saat perjalanan pulang ke Tanah Airnya, Iqbalmenyempatkan diri singgah di Spanyol sambil meninjau peninggalan-peninggalanIslam disamping juga memberikan berbagai ceramah di Madrid dan UniversitasRoma mengenai kesenian Islam. Dari situ ia melanjutkan perjalanannya menujuJerussalem guna menghadiri
Konferensi
Islam.
Kunjungan-kunjungan
seperti
inimendorong Iqbal untuk juga mengunjungi negeri- negeri Islam lainnya dengantujuan hendak menilai kehidupan mental umat Islam yang ada. Akan tetapi hal itu tidak dapat terlaksana dikarenakan adanya suatu halangan kecuali Iqbal sempat mengunjungi Mesir serta memberikan ceramah di Gedung ‘Pemuda Islam’ di Kairo.63 Dan pada bulan Oktober 1933, ia juga turut menghadiri undangan diAfghanistan dengan agenda membicarakan pendirian Universitas Kabul.Puncaknya, pada tahun 1935, Iqbal Jatuh sakit, dan sakitnya semakin menjaditatkala Istrinya meninggal dunia pada tahun itu juga.64 Penyakit tenggorokan yang menyerangnya sejak tahun 1935 dan ditambahpula penyakit katarak di tahun 1937 tidak menyurutkan keinginan
dari
Iqbal
untuktetap
menulis.
Dia
berharap
dapat
mempublikasikan karya tafsirnya “Aids to TheStudy of The Qur’an”. Dia 63 64
Muhammad Iqbal, Membangun Kembali…, hal., XXXIV. Rosihan Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam…, hal., 221.
juga hendak menyusun karya yang mirip dengan “AlsoSprach Zarathurstra Nietzsche”, yang rencananya akan diberi judul “The Book ofForgotten Prophet”. Sebagai seorang Lawyer, Iqbal juga bermaksud menyusunbuku tentang “Aplikasi Hukum Islam Dalam Masa Modern”. Akan tetapi, buku-bukutersebut tidak sempat ia kerjakan hingga ia akhirnya wafat. Di saat-saat terakhirnya, Iqbal sempat berujar singkat ketika putrinya yangkecil, Munira, sering mengunjungi ayahnya di kamar sewaktu ajal hampirmenjelang. Iqbal berkata, “Nalurinya sudah mengetahui, kematian seorang ayahsudah begitu dekat”.65 Beberapa hari sebelum meninggal, ia mendapat kunjungan seorang kawanlama semasa bersama-sama belajar di Jerman dulu, Baron Van Voltheim.Dengan kawannya itu Iqbal banyak berbicara tentang kenangan lama, tatkalamereka sama-sama tinggal di Munich : bicara tentang puisi, tentang filsafat,tentang politik. Orang yang melihat mereka demikian intim berbincang takkanmenduga, bahwa saat terakhir bagi Iqbal sudah sangatlah dekat. Tatkala sakitnya telah merenggut suaranya dan mencapai puncak kritisnyapada 19 April 1938, seperti di ceritakan Raja Hasan yang mengunjungi Iqbalpadamalam hari sebelum ia meninggal, Iqbal sempat membacakan sajak terakhirnya: Melodi perpisahan kau menggema kembali atau tidak 65
Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam, (Yogyakarta: Jalasautra,2008), hal., VII
Angin Hijaz kau berhembus kembali atau tidak Saat-saat hidupku kau berakhir Entah pujangga lain kau kan kembali atau tidak Selanjutnya… Kukatakan kepadamu ciri seorang mukmin Bila maut datang, akan merekah senyum di bibir.66 Demikianlah keadaan Iqbal sewaktu menyambut kematiannya. Kemudianiameletakkan tangannya pada jantungnya seraya berkata, “kini, sakit telah sampaidisini.” Dan Iqbal merintih sejenak kemudian tersenyum lalu ia pun terbangbersama garuda cita-cita humanisme religiusnya untuk kembali kepada khaliknya.Dan Dr. Sir. Muhammad Iqbal akhirnya meninggal dunia pada usia 60 tahunMasehi, 1 bulan 26 hari; atau 63 tahun Hijriah, 1 bulan 29 hari.67 2. Karya-karya Dalam menuangkan gagasannya, Muhammad Iqbal tidak hanya menggunakan “mulut ke mulut”, tetapi juga dieksprisikan dengan lewat karya tulis. Selama ini karya-karya dan tulisan-tulisan Iqbal dikenal lebih banyak yang bercorak sastra daripada filsafat, namun yang menarik disini adalah bahwa di setiap karya beliau yang berbentuk sastra itu sesungguhnya tercantum pemikiran-pemikiran Filsafatnya. Sedang karya yang dikenal bercorak filsafat menurut M.M. Syarif dalam bukunya hanya ada dua buah, yaitu yang pertama dengan judul “The Development of Metaphyshics in Persia” yang isinya lebih bersifat Historis, dan yang kedua dengan judul “Six Lectures on The Reconstriction of Religious 66 67
Ibid., VII-VIII. Ibid., VIII.
Thought” yang isinya lebih bersifat skolastik.68 Karya Iqbal cukup banyak dan bervariasi, ada karyanya yang berbentuk prosa, puisi, surat-surat jawaban pada orang lain yang mengkritiknya atas berbagai konsep, dan pengantar untuk karya orang lain. Berikut ini akan dirinci beberapa dari karya-karya Iqbal:69 a. Ilm Al Iqtishad(1903), ditulis Iqbal atas anjuran gurunya, Thomas Arnold.yang isinya sebagai penjelasan akan pentingnya ilmu ekonomi serta hubungan dagang, sistem moneter, pembelanjaan serta konsumsi dan mata uang. b. The Development of Metaphysics in Persia: A Contribution to The History of Muslim Philosophy(1908), Desertasi Muhammad Iqbal dalam memperoleh gelar Doctor dari Universitas Munich.Yang berisikan tentang sejarah pemikiran keagamaan di Persia sejak Zoroaster hingga sufisme Mullah Hadi dan Sabwazar yang hidup pada abad 18. c. Asrar-i Khudi(Rahasia Pribadi), diterbitkan oleh pengarangnya pada tahun 1915, salah satu karya utama yang menjelaskan bagaimana seseorang dapat meraih predikat Insan Kamil. d. Rumuz-i Bekhudi(Rahasia Peniadaan Diri), diterbitkan tahun 1918. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran mengenai Insan Kamil. Isi pokok dari buku ini adalah mengenai keberadaan Insan Kamil yang 68
M.M.Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, terj: Yusuf Jamil, (Bandung: Mizan Press,1994),hal., 26. 69 Ahmad Faizin, “Ubermensch dan Al Insan Al Kamil”, Skripsi (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2006), t.d., h. 33-36. lihat juga, Chairul Anam, “Khudi dalam Perspektif Muhammad Iqbal”, Skripsi (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2006), t.d., h. 38-40.
harus bekerja sama dengan pribadi-pribadi lain untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di Bumi. e. Payam-i Misyriq(Sebuah Pesan dari Timur), terbit pada tahun 1923. Yang menjelaskan cara berpikir Timur. f. Bang-i Dara(Genta Lonceng). Terbit tahun 1924 yang di dalamnya tampak pandangan-pandangan Iqbal pada perkembangan pemikiran dan puisipuisinya. g. Zabur-i ‘Ajam(Taman Rahasia Baru), terbit tahun 1927.yang membangkitkan semangat baru kepada dunia, yakni lewat kaum muda dan bangsa Timur. Tema sentral buku ini antara lain mengenai konsep ma’rifat. Tulisan dari Iqbal yang terbesar dalam bidang Filsafat dan berbentuk prosa adalah: a. The Reconstruction Of Religious Thought In Islam (1934). Ada tujuh bagian dalam buku ini, yaitu: 1) pengalaman dan pengetahuan keagamaan, 2) pembuktian secara filosofis mengenai pengalaman keagamaan, 3) konsepsi tentang tuhan dan makna sembahyang, 4) tentang ego insani, kemerdekaan dan keabadiannya, 5) jiwa kebudayaan Islam, 6) prinsip gerakan dalam struktur Islam, dan 7) bahwa Agama itu bukan sekedar mungkin, tetapi pasti ada sebagai kritik terhadap Hegel, seorang filsuf besar idealisme Jerman.
b. Javid Nama(1932) Buku ini menjelaskan tentang petualangan rohani Iqbal dan pesan-pesan kepada anaknya, Javed Namah dan segenap generasigenerasi baru yang akan terus bermunculan. c. Pasche Bayad Kard Aye Aqwam-i Syarq?(Apakah Yang Kau Lakukan Wahai Rakyat Timur?)tahun 1936. Syair-syair dalam buku ini menjelaskan tentang: Perang di Ethiopia, Liga Bangsa-Bangsa, Pesan Matahari, Kebijakan Musa, Kebijakan Fir’aun, tak ada Tuhan selain Allah, Kemiskinan, Tokoh-Tokoh Bebas, Rahasia-Rahasia Syari’at dan Nasehat untuk Bangsa Arab. d. Musafir(1936). inspirasi penulisan buku ini didapat pengarang ketika mengadakan perjalanan ke Turki dan Afghanistan. Di dalam buku ini, pengarang menggambarkan pengalamannya ketika mengunjungi makam Sultan Mahmud al Ghaznawi Amin al Dawlat, seorang guru perintis penyair tasawuf berbahasa Persia. Ia merupakan putra Subuktikin dan Ahmad Syah Baba yang bergelar Durani. Buku ini juga mengandung pesan kepada Sultan Nadir Syah dan anaknya Zahir Syah, maupun kepada segenap suku-suku bangsa Afghanistan tentang bagaimana baiknya menjalani hidup berbangsa, bernegara dan beragama. e. Bal-i Jibril(Sayap Jibril) tahun 1938. Tema-tema buku ini antara lain: Do’a di Masjid Cordova, Mu’tamid ibn ‘ibad dalam penjara, Pohon Kurma yang pertama kali ditanam oleh Abdurrahman Ad Dakhil di Andalusia Spanyol, do’a Thariq ibn Ziyad, Ucapan selamat malaikat kepada Adam ketika keluar dari Surga, serta di makam Napoleon dan Mussolini.
f. Zarb-i Kalim(Pukulan Nabi Musa) tahun 1938. g. Ar Magham-i Hijaz(Hadiah dari Hijaz) tahun 1938.
Sebagian diantaranya ada yang berbahasa Persia, yaitu yang bertema: kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada Umat Insan, dan kepada teman seperjalanan. Dan pada bagian bahasa Urdu berisi tentang Majelis Permusyawaratan Iblis dan dialog Iblis dengan para pendukungnya. Isi dialog Iblis adalah kekhawatiran munculnya kebangkitan Islam. Pengarang memaksudkan Iblis dan para pendukungnya itu adalah paham Demokrasi ala Barat dan paham Komunisme yang ada. Dan masih banyak lagi karya-karya Muhammad Iqbal, baik itu yang berbentuk Puisi, Prosa, surat-surat atau jawaban dari kritik orang lain yang tidak semuanya penulis cantumkan di Skripsi ini. Lebih jauh, muhammad iqbal tergolong intelektual yang sangat produktif sehingga ratusan karya yang tersebar dan telah diterjemahkan kedalam pelbagai bahasa di dunia ini.
3. Pendidikan Integral Menurut Muhammad Iqbal a. Latar Belakang Munculnya Ide Pendidikan Integral Selama ini Muhammad Iqbal dikenal sebagai filosof, penyair, ahli hukum, politisi, humanis, dan seorang yang visioner, tetapi dalam syair-syairnya juga terdapat gagasan tentang pendidikan. Gagasan Muhammad Iqbal tentang pendidikan integral ini muncul bukannya tanpa sebab, melainkan dipicu dengan adanya dualisme pendidikan,
yaitu antara pendidikan barat dan pendidikan timur. Dia berpendapat bahwa jika pendidikan barat saja maka hanya akan membentuk manusia yang cenderung kepada materealisme. Kecenderungan ini pada gilirannya akan merusak nilai-nilai spiritual manusia yang lebih tinggi. Dalam pandangan Muhammad Iqbal pendidikan barat hanya akan membentuk manusia yang mempunyai intelektual tinggi tapi tidak menaruh perhatian yang besar terhadap hati nurani anak didik. Sistem pendidikan seperti ini pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi tidak seimbang antara aspek lahiriah dan aspek batiniah. Sedangkan pendidikan Islam tradisional (timur), Muhammad Iqbal melontarkan kritikannya yaitu pendidikan Islam tradisional ini hanya dapat memenjarakan otak dan jiwa manusia dalam kurungan yang ketat.Pendidikan tradisional tidak mampu mencetak manusia intelek yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan keduniaan. Kritik tajam ini dilakukan karena ia berpendapatbahwa pendidikanmerupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan substansi dari peradaban
manusia.Pendidikan
menurut
Muhammad
Iqbal
sesungguhnya bertujuan untuk membentuk manusia sejati.Dalam hal ini Muhammad Iqbal memandang sistem pendidikan ada pada waktu itu telah gagal mencapai tujuannya. Pendidikan ideal menurutnya
ialah pendidikan yang mampu memadukan dualisme antara aspek keduniaan dan keakhiratan secara sama dan seimbang. Dua sistem pendidikan yang ada pada waktu itu yaitu sistem pendidikan tradisional (Islam) dan sistem pendidikan Barat (Kristen) dalam perspektif Muhammad Iqbal belum dapat mewujudkan tujuan dari apa itu pendidikan yang ideal.70Gagasan rekonstruksi pendidikan ini dimunculkan Muhammad Iqbal tidak terlepas dari faktor sosio historis yang mengitarinya. Wilayah kekuasaan kaum muslim pada waktu itu, khususnya di India telah di pecah belah oleh penjajah yang menyebabkan timbulnya konflik sosio politik diantara meraka. Tanggapannya terhadap pemikiran Barat mengajarkan umat Islam untuk tidak berapologi atau mencaci maki setiap bersentuhan dengan khazanah Barat.Sikap yang baik adalah memanfaatkan apaapa yang baik dari khazanah Barat untuk merekonstruksi Islam dan kemajuannya.Terbukti Muhammad Iqbal banyak terpengaruh para filosof Barat seperti Nitzsche atau Henry Bergson.Walaupun Muhammad Iqbal sebagian menolak konsep mereka tentang moralitas, juga tentang kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Dengan kreativitasnya manusia mampu melepaskan diri dari keterbatasan serta menembus dan menaklukan waktu. Adapun kreatifitas itu sendiri hanya dapat ditumbuhkan kembangkan melalui 70
Lihat http://www.ikrimamailani.co.cc/2010/06/makalah-hakekat-pendidikan-menurut.html diakses pada tanggal 15 Juni 2011.
proses pendidikan. Inilah reaksi atas ketidakpuasan Muhammad Iqbal terhadap totalitas peradaban india khususnya, dan pandangan manusia pada umumnya. Muhammad Iqbal memandang perlu dilakukan rekonstrusi pendidikan, karena telah terjadi berbagai penyimpangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan oleh sistem pendidikan yang ada. b. Konsep Pendidikan Integral Setelah Muhammad Iqbal melontarkan kritik terhadap dua sistem pendidikan yang ada pada waktu itu, kemudian dia menjelaskan 8 pandangan dalam rangka melakukan rekonstrusi pendidikan. Kedelapan pandangan tersebut yaitu:71 1) Konsep individu Dengan konsep ini Muhammad Iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurutnya harus dapat memupuk sifat-sifat individualitas manusia agar menjadi manusia yang sempurna. Yang dimaksud manusia aempurna disini adalah manusia yang dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia bisa berprilaku seperti Tuhan. 2) Pertumbuhan individu Muhammad Iqbal berpendapat bahwa manusia sebagai mahkluk individu akan mengalami berbagainperubahan secar
71
http://www.ikrimamailani.co.cc/2010/06/makalah-hakekat-pendidikan-menurut.html
dinamis dalam rangka interaksinya dengan lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut kearah yang optimal. 3) Keseimbangan jasmani dan rohani Dalam individu
pandanga
memiliki
mengembangkan
Muhammad
implikasi kekayaan
bahwa batin
Iqbal ia dan
perkembangan harus
dapat
eksistensinya.
Pengembangan kekayaan batin ini tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi. Oleh karena itu, antara jasmani sebagai realitas dengan rohani sebagai ide harus dipadukan dalam proses pengembangan individu. 4) Pertautan individu dengan masyarakat. Pemahaman diatas memberikan pengertian mendalam tentang hakekat pertautan antara kehidupan individu dengan kebudayaan masyarakat.Masyarakat adalah tempat individu menyatakan keberadaannya. Oleh karena itu, tanpa masyarakat kehidupan individu akan melemah dan tujuan hidupnya menjadi terarah. 5) Kreatifitas individu Muhammad Iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah-olah tak ada satupun yang baru yang dapat ataupun mungkin terjadi lagi. Sesungguhnya manusia memiliki kreativitas yang perlu dikembangkan secara evolutif.
6) Pesan intelek dan intuisi Ada dua cara untuk dapat menangkap realitas. Masingmasing cara mempunyai cara khusus dalam mengarahkan dan memperkaya kreatifitas manusia. 7) Pendidikan watak Apabila
manusia
melengkapi
diri
dengan
sifat
individualitas yang dapat berkembang secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka ia dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. 8) Pendidikan sosial Muhammad Iqbal menandaskan bahwa kehidupan sosial selayaknya diatas dasar dan prisip tauhid. Tauhid seyogyanya dapat hidup dalam kehidupan intelektual dan emosional manusia. Delapan pandangan pendidikan diatas, dapat dikatakan bahwa rekonstrusi pendidikan Muhammad Iqbal merupakan suatu upaya kreatif dalam rangka memahami proses pendidikan secara filosofis. Pendidikan integral menurut Muhammad Iqbal ini mempunyai tema sentral yaitu insan. Dari beberapa karya Iqbal termasuk juga karya filsafatnya banyak mengulas tentang pendidikan integral dalam menyempurnakan ajaran islam. Dan dari semua pemikiran-pemikiran
Iqbal itu kesemuanya mempunyai dasar berpijak pada konsepnya tentang Khudi atau ego, yang mana menurut Sardi Jufri, bahwasannya sumbangan Iqbal yang paling besar adalah ego atau Khudi yang melukiskan insan sebagai penerus ciptaan Tuhan yang membuat dunia belum sempurna menjadi sempurna.72Dan rumusan ajaran-ajaran pendidikan juga tidak terlepas dari konsepnya tentang khudi. Khudi adalah perkataan bahasa Persia, bentuk kecil dari kata Khuda yang berarti Tuhan; sedang Khudi sendiri berarti diri, atau pribadi atau ego.73 Banyak dalam literatur Persia dan Urdu, istilah Khudi mengandung arti keangkuhan (vanity) dan kemegahan (pemp), akan tetapi Iqbal menggunakan istilah itu untuk menunjukkan suatu kemandirian, personalitas dan individualitas. Dengan konsep Khudi Iqbal hendak menunjukkan bahwa diri atau individualitas adalah suatu entitas real dan sangat fundamental yang merupakan sentral dan dasar dari seluruh organisasi kehidupan insan.Ego oleh Iqbal, tidak hanya dimaksudkan untuk menunjukkan individualitas semata, melainkan kehidupan itu sendiri adalah real dan berada dalam bentuk individu.74 Bagi Iqbal, kehidupan universal tidak memiliki wujud eksternal,75 setiap partikel materi adalah individu. Setiap atom
72
M. Dawam Raharjo, Insan Kamil: Konsepsi Insan Menurut Islam, (Jakarta: Pustaka Granfipers, 1987), h. 16. 73 Musatafa Anshori Lidinillah, Agama dan Aktualisasi Diri ; Perspektif Filsafat Muhammad Iqbal, (Yogyakarta: BP Filsafat UGM, 2005), h. 55 74 Alim Roswantoro, Eksistensialisme Telstik Iqbal: Hermineia, Jurnal Kajian Interdisipliner, 2, (Juli-Desember, 2004), hal., 216. 75 Abdul Wahab Azzam, Filsafat dan Puisi Iqbal, terj. Ahmad Rafi’ Usman, (Bandung: Pustaka, 1985), hal., 50.
bagaimanapun rendahnya dalam skala wujud adalah ego.76Materi adalah sekelompok ego yang berderajat rendah. Iqbal menjelaskan, Tuhan (Ultimate Reality) adalah suatu ego, dan hanya dari ego tertinggi (ego mutlak) inilah ego-ego bermula.77Munculnya ego-ego bertindak spontan, dan dengan demikian tidak dapat diramalkan.78Tenaga kreatif ego tertinggi (ego mutlak) dimana tingkah laku dan pikiran adalah identik, berfungsi sebagai keatuan-kesatuan ego (ego unities).79Ia memilih ego-ego terbatas untuk menjadi peserta dalam kehidupan.80 Jadi realitas yang ada dan sebenarnya ada adalah wujud dari realitas absolut, ego tertinggi atau ego mutlak.Dengan demikian realita absolut, ego tertinggi atau ego mutlak merupakan realitas yang eksistensi
wujudnya
pasti
ada
dan
tidak
mungkin
tidak
ada.Sesungguhnya realitas absolut, ego tertinggi atau ego mutlak merupakan keseluruhan dari hakikat dan realitas.Realitas absolut, ego tertinggi atau ego mutlak jugamengandung di dalamnya ego-ego terbatas
dalam wujudnya
tanpamenghapus
eksistensi
ego-ego
terbatas,81 Lantas dimanakah posisi insanesebagai suatu ego?
76
Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, terj. Didik Komaidi, (Yogyakarta: Lazuardi, 2002), hal. 104. 77 Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam, terj. Ali Audah (Jakarta: Tintamas, 1982), hal. 81 78 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hal. 196. 79 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi…., hal. 104 80 Nasution, Filsafat Islam, hal. 196. 81 Suhermanto Ja’far, Metafisika Iqbal dan Rekonstruksi Pemikiran Islam, Qualita Ahsana, Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Keislaman, 2, (Agustus 2005), hal., 95
Satu karakteristik terpenting ego, disamping karakteristik lain adalah
kesendiriannya
secara
esensial
yang
menunjukkan
keunikannya. Iqbal menjelaskan bahwa kodrat ego adalah sedemikian rupa, sehingga meskipun ia memiliki kesanggupan berhubungan dengan ego-ego lain, ia tetap terpusat pada dirinya sendiri.82Disinlah terletak realitas dirinya sebagai suatu ego. Iqbal berpendapat bahwa diantara ciptaan Tuhan, hanyalah insan yang mencapai tingkat kedirian tertinggi, dan yang paling sadar akan realitasnya.83 Ego insan pada tingkat menentukan martabat sesuatu dalam ukuran wujud, mempunyai kehendak kreatif, kehendak kreatif adalah sesuatu yang bertujuan, dan diri selalu bergerak ke sebuah arah yang pada gilirannya mencerminkan pilihan diri yang sadar. Sehingga dapat mengubah dunia.84 Dan jika insan tidak mengembangkan kehendak kreatifnya maka dalam dirinya akan mengeras dan akan menjadi benda mati.85 Dari pandangan Iqbal diatas, dapat ditangkap pesan dari Iqbal yang berpendirian bahwa insan adalah makhluk kreatif yang dapat memperlihatkan
keunggulannya
dan
mengembangkan
segala
kemampuannya untuk bisa mengembangkan kebebasan yang tidak terbatas. Sebagaimana yang diungkapkan Iqbal dalam sajaknya: Segala sesuatu dipenuhi luapan untuk menyatakan diri Tiap atom merupakan tunas kebesaran! 82
Iqbal, Rekonstruksi…, hal., 105. Nasution, Filsafat Islam, hal., 194. 84 Suhermanto Ja’far, Metafisika Iqbal…, hal., 98. 85 Muhammad Iqbal, Membangun Kembali…, hal., 15. 83
Hidup tanpa gejolak meramalkan kematian Dengan menyempurnakan diri Insan mengarahkan pandang pada Tuhan! Kekuatan Khudi mengubah biji sawi setinggi gunung Kelemahannya menciutkan gunung sekecil biji sawi Engkaulah semata Realitas di Alam Semesta Selain engkau hanyalah maya belaka.86 Dari sajak Iqbal di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa arti yang sebenarnya adalah yang mampu menyatakan “inilah aku!”, yaitu pada tingkatan ‘aku’ yang menentukan martabat dari sesuatu dalam ukuran wujud. Dan ego atau Khudi disini mempunyai kekuatan yang mengarah pada kerja aktif bagi pembaharuan, perubahan dan penciptaan. Hal tersebut menunjukkan bahwasannya ‘aku’ yang bergejolak yang akan selalu mencari pembaharuan dan sebagainya ke arah yang benar, sehingga terciptalah jaminan bahwa ‘aku’ mampu tampil sebagai pemimpin alam semesta, dan akhirnya mencapai tahap Insan Kamil atau insan (‘aku’) yang sempurna. Menurut Iqbal, sudah menjadi nasib bagi insan untuk turut serta mengambil bagian dari cita-cita yang lebih tinggi dari alam sekitar dan turut menentukan nasibnya sendiri terhadap alam, serta untuk menghadapi segala kekuatan alam demi keperluannya sendiri.87Dengan demikian ego insan mempunyai kebebasan yang luas untuk mengatasi keniscayaan dunia. Sebegitu bebas dan uniknya ego insanitu sampai Iqbal pun mengatakan:
86 87
Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal…, hal., 26. Iqbal, Membangun Kembali.., hal., 15.
“Tuhan sendiri tidak dapat memaksakan, mempertimbangkan dan memulihkan untuk saya apabila dari satu kemungkinan untuk mengambil tindakan terbuka bagi saya”.88 Maksud Iqbal di atas adalah bahwasannya insan itu harus berani mengambil inisiatif yang lebih baik agar dapat menjadi pelopor atau pemimpin alam ini. Dan andaikata insan itu tidak pernah mau aktif untuk mengembangkan kekayaan batinnya, maka dalam dirinya akan mengeras dan akan menjadi benda mati.89Oleh karena itulah insan perlu untuk selalu mendorong dirinya agar selalu aktif bereaksi terhadap alam lingkungan sekitar dengan segala kekuatan dan keyakinan agar mampu memberikan makna yang terdalam bagi kehidupannya sendiri.Maka yang sesuai dari pendidikan integral disini adalah
tenaga
kreatif
yang
senantiasa
menciptakan
dan
memberdayakan dirinya dengan menggunakan akalnya, tanpa itu ajaran agama adalah bukan insan yang sebenarnya. Sejalan dengan hal di atas, menurut Iqbal pendidikan integral adalah kesempurnaan
dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan,
perbuatan dan kebijaksanaan. Dan untuk mengenal Tuhan hanya ada pada dirinya sendiri dimana insan harus mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya
dengan
potensi-potensi
pendidikan
yang
dimilikinya.Hanya manusia sendiri yang harus menciptakan sifat-sifat ketuhanan pada dirinya agar berperilaku seperti perilaku Tuhan.90 88
Iqbal, Rekonstruksi…, hal., 19. Ibid. hal., 19 90 Danusiri, Epistimologi Iqbal,.... hal., 134. 89
Pandangan Iqbal tentang ego menjadi pintu gerbang bagi gagasannya tentang pendidikan integral sebagai satu cita ideal yang menjadi titik tuju dalam perjalanan kehidupan manusia, derajat kesempurnaan manusia akan bias diraih apabila kemaujudan diri diakui secara penuh. Kesempurnaan pendidikan sebagaimana yang dimaksud Iqbal, adalah manusia yang egonya mencapai titik intensitas tertinggi, yakni ketika ego mampu menahan pemilkan (kemaujudan diri) secara penuh.Bahkan ketika mengadakan kontak langsung dengan yang mengikat ego (ego mutlak). Jadi manusia disini menurut Iqbal harus dapat menyerap sifatsifat Tuhan dalam dirinya, dan bila sifat-sifat Tuhan tersebut sudah terserap dalam dirinya maka insan tersebut akan dapat mencapai derajat manusia yang paling sempurna dalam pendidikan integral. Maksudnya disini bukanlah manusia itu melebur bersama Tuhan, karena jika pengertiannya seperti itu maka kepribadian manusia tersebut akan hilang. Yang dimaksud disini adalah seharusnya Tuhanlah yang melebur dan hanyut ke dalam diri insan.Jadi tujuan ego atau Khudi insan untuk mencapai kesempurnaan itu haruslah di dahului dengan menyerap kesempurnaan sifat-sifat ketuhanan. Maksudnya adalah insan itu merupakan bayangan Tuhan, yang secara substansi mempunyai wujud tersendiri sebagaimana layaknya pendidikan pada umumnya, akan tetapi wujud tersebut telah dihiasi dengan sifat-sifat Tuhan yang telah menyatu dan melekat dalam
dirinya. Hal yang demikian itu merupakan cerminan dari pendidikan atau ajaran agama islam (Insan Paripurna/Sempurna) untuk dapat mencitrakan Tuhan dalam dirinya. Cita-cita untuk membentuk manusia yang sempurna ini haruslah dengan memperkuat ego bukan melemahkannya.Adapun cara-cara untuk mencapai tujuan yaitu cinta (Ishq), Berani, Toleransi dan Faqr.
c. Model Pendidikan Integral 1. Tataran konseptual Pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil.Muhammad Iqbal menggambarkan manusia yang ideal atau sejati itu melalui hasil karya-karyanya. Dalam filsafatnya dijelaskan ada beberapa ciri manusia yang ideal, di antaranya:91 a. Hidup yang baik adalah hidup yang penuh usaha dan perjuangan, usaha itu tersebut hendaknya bersifat kreatif dan orisinil. Sebagaimana tertulis dalam syairnya : Bila anda ingin melihat dunia sementara ini, Bila anda ingin beralih dari ketiadaan kepada keberadaan, Bertahanlah! 91
http://kelompokfilsafatpendidikanislam.blogspot.com/2011/02/pemikiran-muhammad-iqbal.html
Jangan mudah anda lenyap seperti kilatan cahaya sekejap! Pupuk keberanian bersusah payah agar berhasil meraih lumbung penuh melimpah Bila anda memiliki sinar matahari Beranilah menjelajah langit lazuardi! Orang yang baik hendaknya belajar menerapkan intelegensinya
secara
meningkat
terus
dalam
rangka
penjelajahan dan pengendalian daya dan kekuatan alam, sambil menambah pengetahuan dan kekuatannya sendiri. Sebagaimana dalam syairnya : Intelek memerintah segala sesuatu yang terbuat dari cahaya maupun dari tanah liat Dan tiada yang tak terjangkau karunia Illah ini Seluruh jagad tunduk merunduk pada keagungan yang abadi Hanya hati yang berani menghadapi setiap derap langkahnya yang tegap. Di
samping
mengemukakan
itu
mengenai
Muhammad.Iqbal tujuan
juga
diselenggarakannya
pendidikan Islam.Sebenarnya menurut dia pendidikan itu diawali dari adanya rasa ego. Ego akan mengalami proses evolusi dan selalu berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Ego yang sempurna itulah menurut M.Iqbal disebut sebagai insan kamil dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan. Adapun rincian dari tujuan penudidikan itu, di antaranya: Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
b. Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka. c. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Dalam kaitanya dengan ini Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiranya tentang kehendak kreatif. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan Soz. Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permaslahan dunia harus menjadi tujuan hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan keindahan. d. Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalahmasalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. 2. Tataran Operasional Yang menjadi garapan dalam pendidikan integral menurut Muhammad Iqbal dalam tataran operasional yaitu kurikulum. Kurikulum ini harus diramu sedemikian rupa sehingga nilai-nilai
fundamental agama dan ilmu umum terpadu secara koheren. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Adapun kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal harus mencakup beberapa hal, diantaranya yaitu, pertama, Isi kurikulum pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya Muhammad Iqbal menggunakan kata “pengetahuan (knowledge) yang didasarkan pada panca indra. Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasan yang harus ditempatkan di bawah agama.Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama adalah suatu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan individu juga masyarakat. Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak ditempatkan dibawah agama, ia akan menjelma menjadi kekuatan syetan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagai langkah pertama
dalam
rangka
mendapatkan
pengetahuan
yang
sebenarnya.Oleh karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan.Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung jawab yang besar yang dimana ilmu pengetahuan juga pasti terlibat.
Kedua, Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak. Pendidikan watak menurut Muhammad Iqbal merupakan faktor yang penting dalam pendidikan. Untuk mengembangkan watak, menurut Muhammad Iqbal pendidikan hendaknya memupuk tiga sifat yang merupakan unsur-unsur utama dari pendidikan itu sendiri, yaitu: a. Cinta (isyq) Setiap
insan
harus
mempunyai
cinta,
cinta
mempunyai daya aktif yang menjadikan individu mempunyai daya
semangat
yang
kuat.92Jika
cinta
sudah
dapat
memperkuat ego, maka segala hal yang menjadi penghalang insan
untuk
dapat
mengembangkan
potensi
dan
mengaktualisasikan diri dapat teratasi. Cinta disini merupakan percintaan insan (manusia) kepada Tuhannya, yang mengatasi segala-galanya, bukan cinta jasmani atau pencarian mistik yang samar-samar dan sia-sia saja.93 Bagi Iqbal, cinta (isyq) disini adalah suatu istilah dengan pengertian khusus, yang memiliki arti “sebuah bentuk usaha pertautan maksimal dari segala potensi yang dimiliki akal dan intuisi.”94Dari pengertian seperti itu, setiap insan harus mampu menangkap keberadaan dirinya sebagai insan dan keberadaan Tuhannya dengan cintanya.Karena 92 Nasution, Filsafat Islam…, hal. 211. 93 http//www.goeties.com/Tradisional Islam/ke arah membina pribadi insan kamil, htm. 54k. 94 Saiyidain, Percikan Filsafat…., h. 101.
relasi Tuhan-insan tidak bergerak dari Tuhan ke insan, tetapi sebaliknya, dari insan ke Tuhan.95 Dengan cinta, ego akan menemukan ego mutlak (Tuhan) yang ia cintai. Ego terbatas mencintai ego mutlak, karena ego mutlak adalah individualitas dengan kreatifitas tanpa henti.Alam dan kehidupan di dalamnya yang unik ini adalah ciptaan-Nya yang mencerminkan individualitas dan kreatifitas-Nya. Dengan konsep cinta yang seperti ini, akan dapat memanusiakan manusia dalam derajat yang sesungguhnya. Karena sejatinya semua ciptaan Tuhan adalah bentuk manifestasi Tuhan itu sendiri.Begitu juga dengan manusia, yang merupakan satu-satunya makhluk yang mendapat amanah besar dari Tuhan untuk memimpin dan memikul dunia. Jadi gelora cinta dapat mendekatkan seseorang kepada Tuhan. Menurut Iqbal, semakin dekat seseorang kepada Tuhan semakin mantap individualitasnya. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh seseorang dari Tuhan maka semakin ia kehilangan individualitasnya.96 Proses pendekatan
95
Ahmad Zainul Hamdi, Insan Kamil Relasi Tuhan-Insan dalam Filsafat Iqbal, Antologi Kajian Islam,Cet. I (Surabaya: Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel, 1999), hal., 101. 96 Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam – Lihat: Puisi Cinta Mengukuhkan Pribadi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal. 250-253.
ini bertujuan untuk menyerap sifat-sifat Tuhan dalam dirinya tanpa harus kehilangan sisi individualitasnya. Cinta yang di idamkan oleh Iqbal adalah semangat regenerasi dari dalam semesta yang mengungkap alam misteri demi kehidupan yang cenderung lebih menggunakan akal dan nalar, yang dapat menjadikan insan membaur dan menerima sifat-sifat luhur dari yang dicintainya.97Maka cinta akan menjadi suatu fenomena kreatif yang dapat melahirkan intensitas kesadaran insan untuk mewujudkan kehidupan yang luhur dan mulia. b. Keberanian Untuk membangun konsep pendidikan yang kuat, dalam arti yang sesungguhnya, maka Iqbal berkeyakinan tentang
perlunya
memupuk
keberanian.98Sebab
jika
keberanian tersebut sudah melebur menjadi satu dalam diri bagi manusia maka tidak ada rasa takut sedikitpun untuk menjunjung tinggi kebenaran.Dengan demikian, cita-cita untuk menggapai derajat pendidikan yang sempurna dan dapat tercapai. Islam, menurut Iqbal menganut konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalm hidup sosial keinsanan.Paham dinamisme yang ditonjolkan inilah yang 97 98
Dawam Raharjo, Insan Kamil…, hal. 20. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal…., hal. 126.
membuat Iqbal memandang hidup sebagai suatu gerak, hukum hidup adalah menciptakan.99Insan yang berani adalah mereka yang yang sadarbahwa dirinya adalah The Maker of Own Destiny (pembuat nasibnya sendiri), sehingga ia dapat menemukan makna hidup dan pengalamannya sendiri.100 Keberanian merupakan kekuatan. Menurut Iqbal, nasib insan tidak selalu bergantung pada peraturan, tetapi lebih bergantung pada kekuatan insan secara individu.101 Keberanian dapat dipupuk dan dijadikan salah satu pertanda dari watak dengan jalan menjadikan Tauhid sebagai prinsip
kerja
yang
melandasi
segala
tingkah
laku
kita.102Menurut pandangan Iqbal, penerapan Tauhid ke dalam segala kegiatan kita sehari-hari mengandung arti penolakan mentah-mentah kepada segala bentuk dan macam kekuatan selain taat kepada Allah.Sikap Tauhid berarti menyerahkan segala kehendak dan maksud kita kepada kudrat ilahi.Di samping itu, Tauhid merupakan suatu tantangan yang jantan terhadap segala macam kekuatan yang hendak dan mungkin membelenggu kebebasan berpikir dan berkembang. Lagi pula sikap Tauhid merupakan hak asasi insan yang sah. 99
Didin Saefuddin, Pemikiran Modern Islam: Biografi Intelektual 17 Tokoh, (Jakarta:Gramedia Widia Sarana, 2003), h. 50. 100 Wahid Achtar, “Unsur-Unsur Eksistensialisme dalam Pemikiran Iqbal”, Al Hikmah, 1, (Maret-Juni 1990), h. 56. 101 Asif Iqbal Khan, Agama, Filsafat, Seni dalam Pemikiran Iqbal, terj. Farida Arini (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 96. 102 Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal…., h. 128
Musuh utama dari berani adalah takut. Kepada generasi sekarang yang sedang dilanda ketakutan, Iqbal pun berpesan : Biarkan Cinta membakar segala rasa takut Takutlah hanya kepada Allah, dan hiduplah laksana Singa! Takut kepada Allah adalah tonggak Iman Takut kepada selain Allah adalah Syirk terselubung Bebaskan dirimu dari rasa takut selain kepada Allah! Engkau penaka tenaga terpendam - Bangkitlah!!103 Dalam karyanya, Rumuz-i Bekhudi, Iqbal secara panjang lebar telah banyak mendiskusikan, bahwa betapa ketakutan, keputusasaan dan kepengecutan merupakan sumber dari sebagian besar dosa dan kejahatan, termasuk pula pengenduran dan pelemahan tempo serta irama hidup. Oleh karenanya, ia mengungkapkan, bahwa Tauhid yang diterapkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan obat yang manjur untuk menyembuhkan rasa takut, sifat pengecut dan putus asa.104 Mengenai hal ini, simaklah untaian lirik puisi Iqbal yang secara kritis tajam dan menghujam menyindir keberadaan ketakutan dalam diri insan : Wahai, engkau yang terkurung dalam tempurung ketakutan, Galilah hikmah ajaran Rasul yang terumus dalam “laa tahzan!” Bila benar-benar kau beriman kepada Ilahi, Bebaskan dirimu dari 103 104
Ibid. hal., 128 Ibid. hal 128
segala ketakutan! Dan segala perhitungan untung rugi! Segala bentuk ketakutan selain kepada Allah Menghambat segala sepak terjang. Ketakutan adalah laksana perompak Yang mengancam menjegal kafilah Keberanian akan mengantarkan seseorang pada sebuah pribadi yang tak mengenal gentar dalam mencapai setiap yang menjadi cita¬cita dalam kehidupannya. Tanpa adanya sebuah keberanian, maka seseorang akan dengan mudahnya terlindas dan tertindas oleh setiap yang ada dalam kehidupannya. Keberanian sejati hanya akan menjelma sebagai gairah yang hebat untuk menopang kehidupan. Orang yang berani adalah mereka yang sama sekali tidak mengenal kata putus asa dalam menghadapi setiap cobaan yang memberatkan
langkahnya
dalam
proses
mencapai
kesempunaan manusia pada ranah pendidikan. c. Toleransi Toleransi menurut Iqbal adalah sikap menghargai (respek) kepada kebenaran dan cinta akan keinsanan serta tidak menyetujui sikap bersitegang yang berpegang kepada loyalitas dan ajaran-ajaran yang sempit picik serta bersifat sektaris (pengkotak-kotakan).105Tindakan toleransi ini pun juga turut mendukung proses pendidikan ego seorang insan. Seperti kata Iqbal: “Prinsip dariperbuatan yang mendukung
105
Ibid., hal. 128-129.
ego ialah menghargai ego dari diri sendiri maupun ego dari orang lain”. 106 Ungkapan toleransi penuh semangat ini dapat kita lihat dalam syair puisi Iqbal di dalam salah satu karya nya, Bal-i Jibril : Seorang faqr yang kalbunya bergetar karena dzikir, Tidak terbatas hanya di Barat atau di Timur. Aku tidak termasuk kawasan Delhi atau Samarkand atau Isfahan. Aku hanya akan mengatakan apa yang kupandang benar. Aku takkan tercekoki ajaran ajian picik ataupun peradaban modern. Dan aku tak akan tersumbat oleh bujukan kawan maupun lawan, Sebab aku tahu betul mana gula mana racun! Betapa mungkin seorang yang faham akan Kebenaran Tak dapat membedakan mana gumpalan tanah dan mana Gunung Damavand! Akan tetapi patutlah dicatat bahwa toleransi yang diajarkan Iqbal ini berlainan sekali dengan toleransi semu sebagaimana tampak pada orang-orang tak beriman pada zaman sekarang yang sangat banyak jumlahnya. Hal tersebut disebabkan oleh sikap serba ragu (skeptis) dan masa bodoh serta tidak menghiraukan sama sekali akan sistem nilai, agama dan kepercayaan ataupun ideal. Sedangkan toleransi menurut ajaran Iqbal justru terlahir dari suatu kekuatan, bukan karena sikap lemah. Toleransinya adalah toleransi orang yang beriman, penu kepercayaan pada diri sendiri serta 106
Ibid., hal. 133.
dijalin dengan rasa kasih sayang, akan tetapi disamping itu juga disertai kesadaran akan perlunya menghargai sifat-sifa tersebut pada orang lain. Dalam perspektif inilah Iqbal memandang toleransi itu sebagai landasan prikemanusiaan yang sesungguhnya serta semangat keagamaan sejati, seperti yang tertuang pada puisinya dalam kitab avid Nama : Agama adalah damba abadi akan kesempurnaan, Berpangkal pada pengabdian, Berujung pada kasih. Adalah dosa untuk menghamburkan sumpah serapah, Mukmin maupun kafir sama-sama makhluk Allah. Apakah “Adamiyah” itu?Apakah inti keinsanan? Inti keinsanan adalah menghormati keinsanan! Belajarlah untuk menghayati nilai dan makna insani! Insan ialah penuh cinta Melangkah di jalan Allah Yang iman dan tak beriman sama-sama dapat tempat. Bila hati bertiada kasih,Apa gerangan akan terjadi? Hati akan terkunci rapat-rapat, Terbelenggu di penjara tanah liat. Padahal seluruh Semesta Adalah tempat hati bertahta!107
Tidakkah kita sekalian merasa, bahwa betapa agungnya toleransi itu bergaung dan bergema dalam sajak di atas? Betapa sajak tersebut amat menginspirasi siapapun yang membaca danmeresapinya. Itu semua dikarenakan semangat
107
Ibid., hal. 133-134.
toleransi menurut Iqbal adalah dengan berpangkal pada agama.Sehingga terlihat indah mempesona. d. Faqir Muhammad Iqbal sangat mendukung suatu sikap hidup yang aktif dalam menundukkan dunia materi.Akan tetapi, disamping itu Iqbal pun juga sadar, bahwa kenyataan sesungguhnya insan sekarang sulit sekali untuk bisa mengekang
keinginan-keinginan
dalam
memperbanyak
materi.Dikarenakan memang selain tuntutan beban hidup, juga godaan nafsu untuk semakin memperkaya diri. Oleh karena itu, Iqbal mendambakan agar insan (walaupun terlibat dalam usaha penguasaan bidang materi) tetap memiliki sikap bebas, tidak terikat, serta mampu mengatasi hasrat untuk memilliki materi secara berlebihlebihan.Inilah makna Faqr yang sebenarnya.108 Dapat diartikan pula sebagai hidup prihatin.Namun bukanlah prihatin dalam arti sempit dan negatif, tetapi lebih kepada tidak berlebih¬lebihan dalam hal duniawi, secukupnya saja. Hanya dengan sikap seperti itulah orang akan dapat menghindarkan diri dari perbudakan meteri. Sesungguhnya materi itu tidak akan mampu membelenggu kehidupan rohani seorang yang faqir. Justru sebaliknya, materi dijadikan
108
.Ibid., hal. 134.
sebuah
alat
untuk
mengembangkandan
memperluas
kehidupan rohani tersebut. Bagi seorang yang faqir, materi tidak akan mendorongnya untuk saling menginjak serta mengeksploitasi sesama insan, melainkan dijadikannya alat untuk saling membantu dan melayani sesama insan. Tabel l Tentang Pendidikan Integral Muhammad Natsir Dan Muhammad Iqbal
no
Pendidikan Integral
`1 masyarakat Islam membedakan disiplin ilmu menjadi ilmu umum dan ilmu agama. Bahkan, ilmu umum senantiasa diasosiasi sebagai ilmu sekular dan berasal dari tradisi Barat sehingga menimba ilmu tersebut haram. Sebaliknya, ilmu agama menjadi ilmu yang wajib dipelajari umat Islam sebab ilmu tersebut bersumber dari alQur’an dan al-Hadist. Fenomena demikian tentu bukan hanya di Timur Tengah saja melainkan menyebar dikalangan dunia Islam menyeluruh.
Muhammad Natsir merupakan keniscayaan yang harus diperoleh umat Islam. Hal ini tertuang dalam pidato politiknya yang menekankan peran pentingnya pendidikan dalam menghadapi penjajahan, kebodohan dan kemiskinan.
Muhammad Iqbal kesempurnaan dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan. Dan untuk mengenal Tuhan hanya ada pada dirinya sendiri dimana insan harus mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya dengan potensi-potensi pendidikan yang dimilikinya.
2
sistem pendidikan memadukan intelektual, moral dan spiritual. Bisa juga pendidikan integral adalah sebuah pendidikan yang mencakup diri manusia antara jasmani dan rohani. Sekolah integral yaitu sekolah yang memaduka antara keilmuan umum dan agama.
pengembangan pribadi yang memiliki dasar ketuhanan (KeTauhid-an) menjadi prioritas utama dalam pengembangan pendidikan.
tujuan utama pendidikan integral selain mengkombinasi ilmu umum dan agama adalah melahirkan insan/pribadi yang memiliki intelektual sekaligus memiliki nilai religuisitas.
3
kedua tokoh ini memiliki kegelisahan yang sama dalam merumuskan pendidikan integral, yaitu berangkat dari fenomena berkembangnya diskursus dikotomi ilmu. Hal ini tentu akan merugikan bagi umat Islam,
menurut Muhammad Natsir bukan lagi saatnya berfikir mendikotomikan ilmu melainkan menempatkan pendidikan sebagai alat pembebasan dari penjajahan, kemiskinan dan kebodohan. Prinsip integrasi yang dimainkan Muhammad Natsir justru lebih nampak tatkala ia menjadi bagian dari peserta didik di sekolah
melahirkanInsan Kamil. Sebuah kreteria manusia yang memiliki kesempurnaan baik secara individual maupun sosial. Pada saat yang sama, orientasi individu ini harus tercapai dalam rumusan pendidikan. Tanpa itu, semangat “Ke-Aku’an” bagi Muhammad Iqbal yang kelak mendorong menjadikan manusia sempurna (insan kamil). Proyeksi insan kamil ini senantiasa dibangun dari kontruksi nalar ketuhanan dan kemanusiaan