BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Ada beberapa metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan, menurut
Suharsimi Arikunto (2002:25) : “Pada dasarnya metode yang
digunakan dalam penelitian pendidikan ditinjau dari segi tujuan dapat kita kelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu metode deskriptif, metode historis dan metode eksperimen”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen atau lebih tepatnya kuasi-eksperimental. Disebut kuasi-eksperimental karena tidak memungkinkan dilakukan penempatan kelompok mana yang mendapatkan perlakuan dan kelompok mana yang merupakan pengendali secara random (Ronny Kountur, 2007: 136). Penelitian ini mengkaji perbedaan antara hasil belajar
menggunakan
model
pembelajaran
CTL
dengan
hasil
belajar
menggunakan model pembelajaran PBL. Metode kuasi-eksperimental yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara memberikan dua perlakuan yang berbeda terhadap subjek penelitian berupa penggunaan model pembelajaran yang berbeda. Model CTL diberikan
30
31
kepada kelompok eksperimen pertama dan model PBL diberikan kepada kelompok eksperimen kedua.
3.2
Desain Penelitian Desain yang dipilih adalah desain faktorial 2 x 3. Hal ini dikarenakan
penelitian dilakukan pada 2 kelas yaitu kelas eksperimen pertama yang diberikan perlakuan penggunaan model CTL dan kelas eksperimen kedua yang diberi perlakuan penggunaan model PBL. Masing-masing kelas tersebut dibagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan hasil pre-test yaitu kelompok tinggi, sedang dan kelompok rendah. Dengan desain faktorial, kita dapat melihat dan menganalisis efek utama dari dua variabel bebas secara terpisah dan bersamaan terhadap variabel terikat dan efek-efek yang terjadi akibat interaksi antar variabel. Tabel 3.1 Desain Faktorial
KELOMPOK
Tinggi Sedang Rendah
PERLAKUAN (MODEL PEMBELAJARAN) Model CTL Model PBL B1 B1 B2 B2 B3 B3
Keterangan : B1 : nilai rata-rata gain kelompok tinggi B2 : nilai rata-rata gain kelompok sedang. B3 : nilai rata-rata gain kelompok rendah.
32
Secara umum paradigma penelitiannya digambarkan pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Kemampuan Awal (Pre Test )
Contextual Teaching and Learning
Kesimpulan
Kemampuan Awal (Pre Test )
Problem Based Learning
Hasil Belajar (Post Test )
Dibandingkan (Hasil Penelitian)
Hasil Belajar (Post Test )
Gambar 3.1. Paradigma Penelitian
3.3
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, Nana Sudjana (2001: 84)
mengemukakan : Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen. Sesuai dengan lingkup penelitian, populasi atau wilayah data yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa tingkat awal Program Keahlian Elektronika Pesawat Udara (EPU) yang mengambil Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12
33
Bandung Tahun Ajaran 2008– 2009 yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas X EPU 1 dan X EPU 2. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Mengenai jumlah sampel menurut Nana Sudjana (2001 : 84) bahwa : “tidak ada ketentuan yang baku atau rumus pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya, mendekati populasi atau tidak, bukan pada jumlah atau banyaknya. Nana Sudajana juga mengatakan (2001 : 85) minimal sampel sebanyak 30 subyek. Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling adalah teknik penarikan sampel dari populasi yang cukup besar dan beragam, sehingga dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis sampel ini bukan individu, tetapi kelompok, yaitu berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua dilakukan secara acak dan diundi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 orang yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas 2B sebanyak 33 orang yang diperlakukan sebagai kelompok eksperimen pertama yang akan diajar dengan menggunakan model CTL dan kelas 2C sebanyak 33 orang yang diperlakukan sebagai kelompok eksperimen kedua yang akan diajar dengan menggunakan model PBL.
34
3.4
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis. Intrumen harus mengukur/menilai secara obyektif, ini berarti bahwa nilai atau informasi yang diberikan individu tidak dipengaruhi oleh orang yang menilai atau fakta lain yang tidak berkepentingan. Langkah pengujian perlu ditempuh mengingat instrumen yang digunakan belum merupakan alat ukur yang baku. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002:134) yang mengatakan bahwa bagi instrumen yang belum ada persediaan di Lembaga Pengukuran dan Penelitian, maka peneliti yang menyusun sendiri mulai dari merencanakan, menyusun, mengadakan uji coba dan merevisi. Setelah diujicobakan instrumen penelitian tersebut diolah untuk menentukan validitas instrumen penelitian, realibilitas instrumen penelitian, daya pembeda dan indeks atau tingkat kesukaran. 3.4.1
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. (Suharsimi Arikunto, 2002: 144) Dalam penelitian ini, untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan cara menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
35
rxy =
N ∑ XY − ( ∑ X
(N ∑ X
2
) ( ∑Y ) − ( ∑ X ) ) (N ∑ Y − ( ∑ Y ) ) 2
2
2
(Suharsimi Arikunto, 2002: 146) dimana :
rxy = Koefisien antara variabel X dan variabel Y X = Skor tiap item dari responden uji coba varabel X Y = Skor tiap item dari responden uji coba varabel Y N = Jumlah responden
Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikansi korelasi dengan menggunakan rumus distribusi tstudent, yaitu :
t =
r n−2 1− r 2 (Suharsimi Arikunto, 2002: 263)
dimana :
r = koefisien korelasi n = jumlah responden yang diujicoba
Kemudian jika thitung>ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05, maka dapat disimpulkan item soal tersebut valid pada taraf yang ditentukan.
3.4.2
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji ketepatan atau keajegan alat dalam
mengukur apa yang akan diukur. Menurut Nasution, S (1995: 104), “Reliabilitas dari alat ukur adalah penting, karena apabila alat ukur yang digunakan tidak reliabel dengan sendirinya tidak valid”. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpa (Suharsimi Arikunto, 2002: 171) sebagai berikut :
36
k Vt − ∑ pq r11 = Vt k − 1 Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :
Vt =
∑X
2
−
( ∑ X )2 N
N (Suharsimi Arikunto, 2002: 171)
dimana :
Σ X = Jumlah skor total
N
= Jumlah responden
Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.
3.4.3
Uji Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item
soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus : P=
B JS
(Suharsimi Arikunto, 2006: 208) dimana : P = Indeks Kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
37
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.2 Tingkat Kesukaran dan Kriteria No.
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
Klasifikasi
1.
0,70 ≤ TK ≤ 1,00
Mudah
2.
0,30 ≤ TK < 0,70
Sedang
3.
0,00 ≤ TK < 0,30
Sukar (Suharsimi Arikunto, 2006 : 210)
Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Umumnya dapat dikatakan, soal-soal yang mempunyai nilai TK ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar dan soal-soal yang mempunyai nilai TK ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.
3.4.4
Uji Daya Pembeda Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : D=
dimana :
BA BB − = PA − PB JA JB (Suharsimi Arikunto, 2002: 213)
D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
38
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Sebagai acuan untuk mengklasifikasikan data hasil penelitian, maka digunakan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda No.
Rentang Nilai D
Klasifikasi
1.
D < 0,20
Jelek
2.
0,20 ≤ D < 0,40
Cukup
3.
0,40 ≤ D < 0,70
Baik
4.
0,70 ≤ D ≤ 1,00
Baik sekali (Sudjana, 1995:458).
3.5
Teknik Analisis Data Pengolahan data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena
dengan mengolah data, data tersebut dapat memberi arti yang berguna bagi pemecahan masalah penelitian. Data yang diperoleh adalah berupa skor yang didapat dari tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas control. Sebelum mengolah data, sebelumnya data diorganisasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberi skor pada lembar jawaban, dimana soal dijawab benar diberi skor 1 (satu) dan soal yang
39
dijawab salah diberi skor 0 (nol) dengan pedoman pada kunci jawaban yang telah ditentukan. 2. Menganalisa data dengan tujuan untuk menguji asumsi-asumsi statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji normalitas distribusi, uji homogenitas dan uji hipotesis.
3.5.1
Uji Normalitas Distribusi Uji Normalitas Distribusi bertujuan untuk menguji hipotesis berdistribusi
normal atau tidak. Normal atau tidaknya distribusi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Chi- Square. Data hasil tes pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung rentang skor (r) r = skor tertinggi - skor terendah (Sudjana, 2002 : 91) 2. Menentukan banyak kelas interval (k) K = 1 + 3,3 log N (Sudjana, 2002 : 47) 3. Menentukan panjang kelas interval (p) p=
ren tan g banyak kelas (Sudjana, 2002 : 47)
40
4. Menghitung mean (rata-rata X) X =
∑ Xi n
(Sudjana, 2002 : 67) 5. Menghitung simpangan baku (SD) SD =
n∑ ( Fi X i2 ) − ( ∑ Fi X i ) 2 n(n − 1)
(Sudjana, 2002 : 95) 6. Menghitung harga baku (Z) Z=
(X − M ) SD
7. Menghitung luas daerah tiap-tiap interval (l) Untuk luas daerah dilakuakn dengan mencari selisih dari kedua batas daerah setelah batas daerah ditentukan dengan menggunakan tabel luas daerah di bawah lengkung normal standar dari 0 ke z. 8. Menghitung frekuansi expektasi (frekuensi diharapkan) Ei = N x l 9. Menghitung Chi Kuadrat (x)
x2 = ∑
(Oi − Ei ) 2 Ei (Sudjana, 2002 : 273)
41
10. Menghitung tabel uji normalitas Tabel 3.4 Tabel Uji Normalitas Kelas
No
BK
fi
Interval
1
Z hitung 2
1
2
Z tabel 1
l 2
Ei
11. Membandingkan nilai χ2hitung yang didapat dengan nilai χ2tabel pada derajat kebebasan dk = k - 3 dan taraf kepercayaan 95%. 12. Kriteria pengujian : Jika χ2hitung < χ2tabel maka disimpulkan data berdistribusi normal
3.5.2
Uji Homogenitas F=
Varian terbesar Varian terkecil (Sudjana, 2002 : 250)
Vb = varian besar Vk = varian kecil dk1= n1-1 dk2= n2-1 kedua kelompok dikatakan mempunyai variasi yang homogen jika Fhitung
x2
42
3.5.3 Analisis Variansi (ANAVA) Analisis variansi digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan perbedaan dua mean atau lebih. Hasil perhitungan uji analisis varian dinyatakan dengan nilai F. Analisis varians yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis varians dua jalur (two way ANAVA). Adapun langkah-langkah perhitungan anava dua jalan adalah sebagai berikut : 1. Membuat tabel statistik Tabel 3.5 Tabel Statistik ANAVA 2 Jalur Stat N ΣX ΣX²
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
Total
−
X
2. Perhitungan •
Menghitung jumlah kuadrat total (JK T ) JK T =
∑ X T2 −
( X T )2 nT
(Endi Nurgana, 1985:36)
nT = banyak semua data •
Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok A (JK A )
(∑ X ) − (∑ X ) =∑ 2
JK A
2
A
nA
T
nT
(Endi Nurgana, 1985:36)
43
•
Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok B (JK B )
(∑ X ) − (∑ X ) =∑ 2
JK B
2
B
T
nB
nT
(Endi Nurgana, 1985:44) •
Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok AB (JK AB )
(∑ X ) − (∑ X ) =∑ 2
JK AB
2
AB
T
n AB
nT
− JK A − JK B (Endi Nurgana, 1985:44)
•
Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok (JK d ) JK d = JK T - JK A - JK B - JK AB (Endi Nurgana, 1985:44)
•
Menghitung derajat kebebasan db A = a – 1
;
db AB = (a – 1)(b – 1)
db B = b – 1
;
db T =
nT − 1
; db d = nT − ab (Endi Nurgana, 1985:45)
•
Menghitung rata-rata kuadrat RK A = JK A : db A
;
RK AB = JK AB : db AB
RK B = JK B : db B
;
RK d = JK d : db d (Endi Nurgana, 1985:36)
•
Menghitung F
FA =
dbA dbd
;
FB =
dbB dbd
;
F AB =
dbAB dbd
(Endi Nurgana, 1985:36)
44
3. Tabel Ringkasan Tabel 3.6 Ringkasan ANAVA 2 Jalur SV
JK
db
RK
F hitung
F tabel
A B AB d T
4. Hasil Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel , setelah itu dapat dilakukan pengujian hipotesis penelitian yaitu : a. Jika Fhitung < Ftabel •
H1 (1) ditolak, maka dalam hal ini tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang menggunakan model contextual teaching and learning dengan kelas yang menggunakan model problem based learning.
•
H1 (2) ditolak, maka dalam hal ini tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
•
H1 (3) ditolak, maka dalam hal ini tidak terdapat interaksi yang signifikan antara strategi pembelajaran dengan pengelompokan siswa.
b. Jika Fhitung > Ftabel •
H1 (1) diterima, maka dalam hal ini terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan kelas yang menggunakan model contextual
45
teaching and learning dengan kelas yang menggunakan model problem based learning. •
H1 (2) diterima, maka dalam hal ini terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
•
H1 (3) diterima, maka dalam hal ini terdapat interaksi yang signifikan antara strategi pembelajaran dengan pengelompokan siswa.
3.6
Kisi-kisi Instrumen Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun
pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Tabel 3.7 Garis Besar Materi Variabel
Aspek yang
Indikator
diukur Penguasaan Aljabar Boole
1. Pengetahuan Aljabar Boole 2. Pemahaman Aljabar Boole
1) Siswa dapat menggunakan teorema Aljabar Boole 2) Siswa dapat menggunakan teori van de Morgan 1) Siswa dapat membuktikan teorema Aljabar Boole 2) Siswa dapat membuktikan hasil dari suatu persamaan Boole 3) Siswa dapat menghitung persamaan Boole dengan teori van de Morgan
3. Penerapan Aljabar
1) Siswa dapat menyederhanakan persamaan kanonik
46
Boole
2) Siswa dapat membuat tabel kebenaran dari suatu persamaan Boole
4. Analisis
Aljabar
Boole 5. Sintesis
lain dari pernyataan Boole Aljabar
Boole Penguasaan teori gerbang logika
Siswa dapat menentukan persamaan Boole yang
bentuk Product of Sum (POS)
1. Pengetahuan teori gerbang logika 2. Pemahaman
teori
Siswa dapat menjelaskan karakteristik gerbang logika
teori
gerbang logika 4. Analisis
1) Siswa dapat menyebutkan fungsi gerbang logika 2) Siswa dapat menyebutkan gerbang logika dasar
gerbang logika 3. Penerapan
Siswa dapat membuat persamaan kanonik dalam
Siswa
dapat
memodifikasi
gerbang
NAND
menjadi gerbang logika yang lain. teori
Siswa dapat menentukan jenis gerbang logika
teori
Siswa dapat merealisasikan persamaan Boole
gerbang logika 5. Sisntesis gerbang logika
dengan
menggunakan
gerbang
logika
paling
sederhana Penguasaan
1. Analisis rangkaian
1) Siswa dapat mengubah persamaan Boole keluaran
rangkaian
logika
rangkaian logika kombinasi ke dalam persamaan
logika
kombinasional
kanonik bentuk Product Of Sum (POS)
kombinasional
2) Siswa dapat mengubah persamaan Boole keluaran rangkaian logika kombinasi ke dalam persamaan kanonik bentuk Sum Of Product (SOP) 3) Siswa dapat menyederhanakan persamaan Boole dengan teorema Aljabar Boole 2. Sintesis rangkaian
1) Siswa dapat menentukan persamaan kanonik
logika
bentuk Sum Of Product (SOP)
kombinasional
kebenaran
dari tabel
2) Siswa dapat menentukan persamaan kanonik bentuk Product Of Sum (POS) kebenaran
dari tabel