BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah “Research and Development” atau penelitian dan pengembangan. Pengertian penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2012, hlm. 164) adalah “suatu proses atau langkah
–
langkah
untuk
mengembangkan
suatu
produk
baru
atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan”. Pengertian tersebut memberikan penjabaran tentang Penelitian dan Pengembangan sebagai suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk – produk pendidikan. Metode ini didasarkan pada langkah – langkah penelitian yang mengarah pada siklus, dimana pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalau mengacu pada hasil langkah sebelumnya yang sudah diperbaiki hingga akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru atau model pembelajaran yang efektif dan kapabel. Borg dan Gall (1989) dalam Sukmadinata (2011, hlm. 169) mengemukakan tentang 10 (sepuluh) langkah yang dilakukan dalam Research dan Development tersebut yaitu : (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop primary form product, (4) prelimenary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7) operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, (10) dissemination and distribution. Sukmadinata (2012, hlm. 167) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode : deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Dihubungkan dengan penelitian ini, maka metode penelitian deskriptif digunakan dalam studi pendahuluan untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, yang mencakup : (a) kondisi modul yang sudah ada sebagai bahan pembanding atau embrio, (b) kondisi pengguna yaitu mahasiswa dan dosen pendamping, dan (c) kondisi faktor pendukung dan Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
penghambat pengembangan dan penggunaan modul yang akan dikembangkan seperti kondisi lingkungan fisik ruangan praktik dan pengelolaan simulator. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan modul, melalui serangkaian ujicoba dan dievaluasi pada setiap ujicoba tersebut. Berdasarkan temuan
– temuan kemudian dilakukan penyempurnaan
–
penyempurnaan. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keefektifitasan modul dengan membandingkan terhadap suatu kelompok kontrol atau pembanding. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok akan menunjukkan tingkat keefektifitasan modul tersebut. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk cetakan berupa modul pembelajaran
troubleshooting yang diharapkan dapat mengarahkan
mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi melakukan troubleshooting tanpa kegagalan. Sukmadinata (2012, hlm. 166) menyatakan bahwa pembuatan modul atau bahan ajar yang baik menuntut penelitian dan pengembangan. Pengembangan modul dalam penelitian ini terkait dengan beberapa aspek, antara lain jenjang pendidikan, mata kuliah atau kurikulum, persyaratan sertifikasi personil perawatan pesawat udara, aspek dari modul yang dikembangkan (sekuens, prosedur, konten), kemampuan simulator yang dipergunakan serta kualifikasi dosen pendamping. Dalam proses untuk menemukan bentuk modul yang sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan tersebut, suatu studi pendahuluan perlu dilakukan di lapangan terkait kondisis pembelajaran yang berlangsung di simulator yang dilakukan mahasiswa . B. Prosedur Penelitian Pada dasarnya prosedur dalam penelitian ini menggunakan Research and Development merujuk kepada teori Borg dan Gall (1989) dalam Sukmadinata (2012, hlm. 169) yang mengemukakan sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam penelitian dan pengembangan :
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) : termasuk di dalam kegiatan penelitian ini adalah reviu literatur, dokumen dan observasi di lapangan dan di laboratorium pembelajaran simulator. Pengumpulan informasi tentang persyaratan pekerjaan perawatan serta data – data lapangan awal termasuk pembelajaran troubleshooting serta pencapaian fault-free performance pada kondisi saat ini yang memperlihatkan apakah perlu pengembangan modul dan menunjang isi dari modul yang dikembangkan. 2. Perencanaan (planning) : termasuk di dalamnya menyusun rencana penelitian meliputi kemampuan yang diperlukan
dalam pelaksanaan penelitian,
merumuskan tujuan penelitian pengembangan modul, menyusun langkah – langkah penelitian, kemungkinan pengujian modul dalam lingkup terbatas. 3. Mengembangkan draft dari modul (develop primary form product): mempersiapkan bentuk modul awal yang dikembangkan yang mencakup konten, interaksi dan prosedur modul pembelajaran. 4. Uji coba lapangan awal (primary field testing) : melibatkan mahasiswa dan instruktur yang melakukan unit pembelajaran troubleshooting pada suatu simulator perawatan yang sesuai dan dilakukan pada kelas tertentu. Selama uji coba dilakukan pengamatan, wawancara dan penyebaran angket. 5. Merevisi hasil uji coba (main product revision) : dilakukan terhadap hasil uji coba terbatas (lapangan awal) mengenai implementasi modul praktik troubleshooting dan hasilnya akan menjadi bahan ujicoba yang lebih luas. 6. Ujicoba model lebih luas (main field testing) : melibatkan kelas dan subjek lebih banyak. Data kuantitatif hasil pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai tujuan. Uji cobalebih luas akan dilaksanakan untuk dua kelas Diploma III Teknik Pesawat Udara dengan simulator yang memiliki karakteristik sama. 7. Penyempurnaan hasil uji coba model lebih luas (operational product revision) : perbaikan model pembelajaran berdasarkan uji coba model lebih luas yang
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
dilakukan peneliti bekerjasama dengan dosen pendamping pembelajaran troubleshooting. 8. Ujicoba modul yang melibatkan lebih banyak lagi kelas dan subjek (operational field testing). 9. Perbaikan model akhir (final product revision), berdasarkan hasil uji coba model lebih luas dengan mempertimbangkan masukan – masukan dari dosen pendamping. 10. Diseminasi dan implementasi. Pada langkah ini dilakukan publikasi keberhasilan ujicoba modul dan kemungkinan hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal. Berdasarkan sepuluh langkah di atas dengan mempertimbangkan saran dosen pembimbing, keterbatasan waktu yang ada dan kesesuaian dengan batasan dan tujuan penelitian, prosedur penelitian tersebut selanjutnya direncanakan untuk melaksanakan langkah – langkah 1,2,3,4,5,6, dan 7 yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok langkah utama, yaitu : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan dan desain modul, dan (3) ujicoba modul. Pada kelompok langkah utama ke-3 yaitu ujicoba modul, berdasarkan pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 187) bahwa “untuk penelitian penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final”, maka ujicoba modul direncanakan selesai sampai dengan ditemukannya suatu bentuk draft akhir modul pembelajaran troubleshooting yang telah diujicoba terbatas dan lebih luas. Dampak dari penelitian dan pengembangan modul tersebut yaitu pencapaian fault-free performance diharapkan sudah terukur pada ujicoba terbatas dan lebih luas. Pernyataan ini didasarkan pada pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 187) yang menyatakan bahwa “dampak dari penerapan model sudah ada, baik pada ujicoba terbatas maupun ujicoba lebih luas, karena selama pelaksanaan pembelajaran ada tugas – tugas yang dilakukan siswa juga ada tes akhir pokok bahasan, yang dapat dipandang sebagai hasil atau dampak dari penerapan model”. Berdasarkan konsep – konsep prosedur penelitian tersebut, disusun suatu langkah – langkah penelitian
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
pengembangan modul pembelajaran troubleshooting sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1 di bawah ini
STUDI PENDAHULUAN
STUDI KEPUSTAKAAN
PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN MODUL
Mengkaji dokumen kurikulum
Perencanaan Modul : Tujuan penggunaan Pengguna modul Deskripsi komponen modul dan penggunaannya
Mengkaji Konsep dan Teori Fault-free performance
Perencanaan Uji Lapangan
Mengkaji Konsep dan Teori Troubleshooting
Mengkaji konsep perawatan dan hasil penelitian terkait
STUDI LAPANGAN Proses pembelajaran Penggunaan modul Implementasi kurikulum Perawatan
PENGEMBANGAN DAN UJICOBA MODUL
Uji coba terbatas : Draft modul Implementasi Evaluasi proses ujicoba (konten, sekuensial) Penyempurnaan
Penyusunan draft Modul : Perumusan tujuan (terminal behaviour) Penyusunan criterion item. Analisis karakteristik siswa dan entry behaviour Pengurutan sekuensial, konten dan pemilihan media
Uji coba lebih luas : Implementasi Penggunaan simulator Evaluasi proses Justifikasi reviewer ujicoba (konten, modul dan ahli materi sekuensial) Praktik troubleshooting Evaluasi dampak di lapangan (outcome) penggunaan modul Wira Gauthama,2014 Penyempurnaan Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Fasilitas pendukung
Hasil kajian kepustakaan dan studi lapangan
Draft awal modul siap ujicoba lapangan
Model Modul hasil ujicoba lebih luas
Gambar 3.1. Langkah – Langkah Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting Dengan Metode “Research and Development” Langkah – langkah penelitian di atas dapat diuraikan secara lebih rinci pada penjelasan sebagai berikut : 1. Tahap Studi Pendahuluan (Prelimenary Study) Pada tahap kegiatan yang dilakukan adalah penjajagan awal yang secara umum bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang apa dan bagaimana variabel penelitian tersebut. Studi pendahuluan ini mencakup : a. Studi kepustakaan yang mengkaji teori – teori, konsep dan dokumen yang berkaitan. Studi ini bertujuan untuk : 1) menghimpun dan mengkaji teori dan konsep – konsep yang mendasari pengembangan modul pembelajaran troubleshooting. 2) mengkaji dokumen kurikulum pembelajaran troubleshooting di simulator dan dokumen standar pekerjaan perawatan pesawat udara. 3) Menghimpun dan mengkaji konsep – konsep tentang fault-free performance dalam perawatan pesawat udara. 4) mengkaji konsep perawatan sistem pesawat udara yang terkait serta penelitian – penelitan yang terkait dengan pembelajaran di simulator. b. Studi lapangan. Dalam studi ini dilakukan kegiatan menghimpun data dan mendapatkan gambaran umum tentang kondisi pembelajaran troubleshooting di simulator perawatan sistem pesawat di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI Curug untuk melihat bagaimana proses pembelajaran troubleshooting, penggunaan modul pembelajaran troubleshooting yang tersedia, penggunaan Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
simulator dalam pembelajaran troubleshooting, dan fasilitas pembelajaran lain yang mendukung, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan modul pembelajaran troubleshooting yang tepat untuk meningkatkan fault-free performance mahasiswa. Hasil studi pendahuluan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan modul pembelajaran troubleshooting yang tepat sebagai panduan mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran troubleshooting secara mandiri dan dapat meningkatkan fault-free performance sesuai dengan standar dalam kurikulum.
2. Tahap
Perencanaan
dan
Penyusunan
Modul
Pembelajaran
Troubleshooting Dalam tahap ini terdapat tiga langkah utama kegiatan yang dilakukan, mengacu pada Sukmadinata (2012, hlm.173) yang meliputi rancangan produk yang dihasilkan, serta proses pengembangannya, yaitu : a. Tahap perencanaan modul, mengacu pada konsep Sukmadinata (2012, hlm. 173) yaitu rancangan produk yang akan dikembangkan minimal mencakup : (1) tujuan dari penggunaan produk (modul pembelajaran), (2) siapa pengguna modul pembelajaran tersebut, (3) deskripsi dari komponen – komponen modul dan penggunaannya. b. Perencanaan subjek ujicoba dan lokasi ujicoba (uji lapangan), baik untuk ujicoba awal, ujicoba lebih luas dan pengujian produk akhir, perhitungan biaya, orang – orang yang akan membantu, alat dan bahan serta perkiraan waktu yang diperlukan. c.
Tahap kegiatan penyusunan draft modul pembelajaran,
mengacu pada
langkah – langkah pengembangan bahan ajar (instructional materials) dalam bentuk modul sebagaimana yang dikemukakan oleh Russel (1974) dalam Vembrianto (1975, hlm. 3) dan dipadukan dengan langkah – langkah
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
pengembangan oleh Dick, Carey and Carey (2009, hlm. 236). Langkah penyusunan ini bersinggungan dengan langkah pengembangan modul dalam langkah ujicoba dan evaluasi sehingga dapat diintegrasikan menjadi langkah – langkah penyusunan dan pengembangkan yang integral. Aliran langkah kegiatan penyusunan
ini
menjadi
patokan
dalam penyusunan
dan
penyempurnaan modul pada langkah – langkah penelitian berikutnya. Secara lebih rinci langkah – langkah penyusunan suatu modul pembelajaran berdasarkan Russel (1974) dalam Vembrianto (1975, hlm. 63) adalah : 1) Merumuskan tujuan – tujuan. Tujuan yang dirumuskan dalam langkah ini adalah tingkah laku atau kemampuan akhir (terminal behaviour) seperti apa yang diharapkan dengan modul pembelajaran. Jika tujuan sudah ditentukan dengan tepat maka langkah – langkah untuk mencapai tujuan tersebut dapat ditentukan dengan tepat. Dalam pembelajaran troubleshooting dengan modul pembelajaran ini tujuan yang ditetapkan adalah mahasiswa dengan melaksanakan pembelajaran troubleshooting mampu meningkatkan fault-free performance sesuai dengan standar yang ditetapkan. Indikator pencapaian tujuan tersebut tercakup dalam standar FAA-S-8081-26, -27 dan -28. 2) Menyusun Criterion Item. Penyusunan kriteria ini digunakan untuk mengukur apakah mahasiswa sudah memiliki perubahan tingkah laku yang diharapkan. Penyusunan kriteria ini berfungsi ganda yaitu dalam tahap penyusunan modul untuk mengetahui bagian – bagian mana pada modul yang perlu disempurnakan dan sebagai evaluasi saat modul dipergunakan. Berdasarkan batasan tersebut, criterion item dalam pengembangan modul ini bersumber dari standar FAA-S-8081-26, -27 dan -28 dan dapat dikembangkan dan disempurnakan berdasarkan hasil ujicoba. 3) Menganalisis karakteristik siswa dan spesifikasi entry behaviour.
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
Analisis dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan seperti apa yang telah dimiliki siswa sehingga tidak terjadi pengulangan dan duplikasi kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi tersebut perlu dilakukan entry test (pre tes). 4) Melakukan pengurutan sekuensial pembelajaran dan pemilihan media. Tujuan langkah ini adalah untuk menyusun dan menyajikan bahan dan sumber – sumber pembelajaran secara optimal. Fungsi media membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan dengan semaksimal mungkin memberikan pengalaman belajar langsung bagi mahasiswa dalam mempelajari sesuatu (troubleshooting). Sekuensial modul pembelajaran dalam penyusunan ini diarahkan pada sekuensial pick format (Kroes, Watkins dan Delp, 1993) berdasarkan fakta bahwa sekuens ini umumnya dipergunakan pada troubleshooting chart dalam manual perawatan pesawat udara.
5) Melakukan uji coba modul Uji coba modul berfungsi untuk mendapatkan feedback yaitu informasi yang diperlukan untuk memperbaiki diskrepansi apa yang dicapai oleh mahasiswa dan apa yang seharusnya dicapai. Feedback dapat berbentuk tertulis, lisan ataupun pengamatan tingkah laku. 6) Mengevaluasi modul Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui efektifitas modul. Efektifitas dalam cakupan ini adalah efektifitas pembelajaran mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan modul tersebut. Langkah – langkah tersebut memperlihatkan suatu irisan dengan langkah pengembangan modul secara horisontal yaitu (langkah 5) uji coba modul dan (langkah 6) evaluasi modul. Untuk mengintegrasikan langkah – langkah tersebut dan tidak terjadinya duplikasi kegiatan, maka langkah (5) dan (6) didesain
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
menjadi bagian dari pengembangan secara horisontal yaitu pada langkah utama ke-3 Uji coba modul yang dikembangkan. Hasil uji coba kemudian dievaluasi untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan seperlunya.
3. Tahap pengembangan dan ujicoba Dalam tahap ini dilakukan kegiatan ujicoba modul di laboratorium perawatan sistem pesawat udara khususnya di simulator perawatan sistem pesawat udara dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan draft modul pembelajaran troubleshooting pada simulator dengan fitur troubleshooting. Untuk kepentingan penelitian ini berdasarkan kondisi yang ada, yaitu jumlah simulator yang terbatas dan tidak semua akademi teknik penerbangan memiliki simulator yang sejenis sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan uji coba lebih luas di akademi atau sekolah tinggi yang lain, maka uji coba terbatas dan uji coba lebih luas dilakukan di lingkungan prodi TPU STPI Curug. Uji coba lebih luas tetap dilakukan dalam prodi yang sama namun dengan melibatkan jumlah mahasiswa yang lebih banyak. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada ujicoba modul tersebut dilakukan pada tahap – tahap :
a. Uji coba terbatas. Uji coba terbatas dilaksanakan di dua kelas program studi Diploma III Teknik Pesawat Udara yang sedang berlangsung, yaitu program DIII TPU Angkatan ke-11 A dan 11B yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen dengan masing – masing sampel 10 mahasiswa. Observasi dilakukan pada pembelajaran dengan draft modul yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, dan analisis data dilakukan berdasarkan hasil observasi, hasil tes dan hasil angket. Hasil evaluasi tersebut diharapkan dapat memberikan item – item perbaikan terhadap konten modul untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
b. Uji coba lebih luas. Ujicoba lebih luas dilakukan dengan penelitian eksperimen akan dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak dan masih dalam lingkup prodi Teknik Pesawat Udara dengan simulator dengan fitur troubleshooting sejenis. Mahasiswa yang menjadi sampel untuk Uji Coba lebih luas berjumlah 36 orang yang terdiri dari 18 orang dari program D III TPU Angkatan ke-11 A dan 18 mahasiswa dari program D III TPU Angkatan ke-11 B dalam masing – masing kelompok eksperimen dan kontrol. Evaluasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan draft modul yang sudah mengalami perbaikan dan melakukan perbandingan hasil pre tes dan pos tes. Pengembangan modul pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini diuji coba melalui pendekatan eksperimen untuk menilai bagaimana pengaruh penggunaannya
dalam meningkatkan fault-free
performance mahasiswa. Untuk memperkuat hasil observasi, dilakukan suatu performance monitoring yang cermat dan teliti pada saat proses pembelajaran. Hasil observasi dan tes pada tahap uji coba ini menjadi bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan modul.
C. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di Program Studi Teknik Pesawat Udara jenjang Diploma III pada program D III TPU Angkatan ke-11 A dan B. Untuk kebutuhan penelitian ini maka keseluruhan populasi program D III TPU 11 A dan B yang berjumlah 56 mahasiswa dijadikan sampel. Untuk uji coba terbatas, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan masing – masing 10 mahasiswa. Untuk uji coba lebih luas, jumlah mahasiswa diperbanyak untuk masing – masing kelompok menjadi 18 mahasiswa setiap kelompok sehingga semua anggota populasi terlibat dalam penelitian. Sesuai dengan jumlah
simulator yang ada di laboratorium avionik prodi TPU,
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
maka mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok praktik dengan jumlah per kelompok 4 – 5 mahasiswa per simulator per kelompok.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Secara garis besar teknik pengumpulan data pada pelaksanaan penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara, studi dokumenter, dan tes hasil belajar sesuai dengan tiga tahapan kegiatan yaitu studi pendahuluan, perencanaan modul pembelajaran, serta pengembangan dan ujicoba. Pada tahap studi pendahuluan pengumpulan data menggunakan lembar observasi, wawancara dan studi dokumenter. Pada tahap perencanaan modul pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter. Pada tahap pengembangan dan uji coba model pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes hasil belajar. 1. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap dosen atau instruktur pendamping dan laboran laboratorium simulator perawatan sistem pesawat untuk mendapatkan data proses pembelajaran troubleshooting. Wawancara dilakukan dengan format panduan wawancara terstruktur yang telah disusun agar pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan. 2. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati langsung proses pembelajaran troubleshooting yang dilakukan mahasiswa baik pada saat studi pendahuluan, uji coba, dan asesmen praktik akhir. Tujuan observasi adalah untuk mendapatkan data sebanyak mungkin tentang apa dan bagaimana
proses
penggunaan modul pembelajaran troubleshooting yang digunakan oleh mahasiswa dan dilakukan secara kontinyu sampai didapatkan data yang memadai. 3. Studi Dokumentasi
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
Studi dokumentasi bertujuan untuk mengkaji dokumen – dokumen yang dapat memberikan data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, fokus studi dokumentasi ini adalah dokumen kurikulum, dokumen standar perawatan, manual – manual perawatan dan dokumen terkait dengan pengembangan modul pembelajaran troubleshooting. 4. Kuesioner Metode kuesioner menggunakan
kumpulan pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada mahasiswa untuk dijawab secara tertulis. Kuesioner dalam penelitian ini merupakan instrumen pendukung untuk mendapatkan data pelaksanaan penelitian terhadap proses pembelajaran troubleshooting dengan menggunakan modul pembelajaran yang telah didesain. 5. Tes hasil belajar Cakupan kegiatan pembelajaran troubleshooting baik yang dikemukakan oleh Kroes, Watkins dan Delp (1993) maupun Kinnison (2004, hlm. 255) memperlihatkan bahwa kegiatan tersebut memerlukan dan menghasilkan semua aspek kemampuan manusia sebagai hasil belajar, yaitu aspek kognitif, keterampilan dan sikap. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dikembangkan instrumen untuk dapat mengukur semua aspek tersebut secara optimal. Tes hasil belajar dalam pembelajaran troubleshooting ini dikatagorikan sebagai performance-based test berdasarkan tujuan penelitian adalah untuk mengukur fault-free performance dan tes untuk mengukur hasil belajar aspek kognitif dikembangkan dalam bentuk tes objektif pilihan ganda. Performance-based test yang
disebut dengan proficiencies atau kemahiran
ini cocok untuk
diterapkan pada lingkungan pembelajaran dengan simulasi kerja, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hodges (2002, hlm. 42) sebagai “ Performance-based tests can be measured by developing a simulated work task, project, or case study. Most common in the corporate environment is the simulated work task”. Bentuk tes ini sebenarnya adalah suatu bentuk observasi tingkah laku yang diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya dan biasanya
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
menggunakan behavioral check list. Hodges menekankan bahwa behavioral checklist ini didesain untuk menguji kemampuan mahasiswa untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar pada suatu situasi simulasi dan berhasil baik untuk suatu kegiatan pengukuran kemahiran fisik yang mengandung unsur – unsur tugas diskrit dan sekuensial, sebagaimana suatu pembelajaran troubleshooting. Bentuk tes ini akan dipergunakan dalam instrumen penelitian dengan menggunakan indikator pembelajaran troubleshooting yang telah diidentifikasi sebelumnya.
E. Teknik Analisis Data Sesuai dengan tahapan pada proses pengumpulan data yang dilakukan, proses analisis data dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dalam tahapan tersebut, yaitu : studi pendahuluan, perencanaan, serta pengembangan dan ujicoba. 1. Hasil Studi Pendahuluan Dilakukan deskripsi kualititatif agar diperoleh gambaran kecenderungan tentang pelaksanaan pembelajaran troubleshooting dan efektifitas modul, dibandingkan dengan dilapangan serta tuntutan kurikulum 2. Perencanaan Modul Analisis
data hasil studi studi awal adalah analisis kualitatif untuk
memperoleh draf awal modul. 3. Pengembangan dan Uji Coba Data
yang diperoleh dari hasil observasi selama mahasiswa
menggunakan modul, baik pada tahap uji coba terbatas maupun ujicoba luas. Hasil ini dikomunikasikan dan didiskusikan dengan dosen pendamping untuk penyempurnaan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran troubleshooting selanjutnya. Hasil kuesioner mahasiswa dianalisis dan dihitung persentasenya untuk
menentukan
pandangan
mahasiswa
tentang
pembelajaran
troubleshooting yang menggunakan modul. Demikian juga dengan hasil
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
wawancara dosen dianalisis dan dihitung persentasenya untuk melihat kecenderungan pandangan dosen tentang pembelajaran troubleshooting. Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif menggunakan SPss versi 17. Analisis diawali dengan mencari mean, standar deviasi dan selanjutnya digunakan uji t untuk menguji perbedaaan hasil antara pretes dan postes pada masing – masing kelompok, dan perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol baik dalam pretes dan postes.
F. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2014 dan pengumpulan data dilakukan pada semester IV kalender akademik Program Studi Teknik Pesawat Udara yaitu Bulan Juni sampai dengan September 2014 untuk mata kuliah praktik perawatan sistem pesawat udara bertempat di laboratorium simulator Avionics Workshop and Lab Program Studi Teknik Pesawat Udara Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug – Tangerang, sebagaimana tergambar dalam Tabel di bawah ini. Tabel 3.1. Rencana Kerangka Waktu Kegiatan Penelitian No
Deskripsi Kegiatan
Tahun dan Bulan 2013 2014 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pengajuan Judul 2 Studi Pendahuluan Penyusunan dan Pengajuan 3 Proposal 4 Sidang Proposal 5 Perbaikan proposal/tesis 6 Penyusunan draf awal modul 7 Uji coba terbatas dan revisi 8 Uji coba lebih luas dan penyempurnaan 9 Perbaikan modul tahap akhir
Wira Gauthama,2014 Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu