47
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Metodelogi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan (menggambarkan) suatu gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana & Ibrahim, 2009: 64). Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian deskriptif memiliki fungsi untuk mengetahui gambaran nyata mengenai masalah yang akan diungkapkan, sehingga hasil penelitian hanya menggambarkan situasi yang ada di dalam diri seseorang. Setelah membahas tentang penelitian deskriptif, selanjutnya peneliti juga membahas tentang pendekatan yang dipakai yaitu korelasi. Arikunto (1999: 145) menjelaskan bahwa “Penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan berapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya hubungan itu.” Sejalan dengan pendapat Sudjana (2004: 8) menyatakan bahwa “Penelitian korelasi adalah penelitian untuk mendeteksi tentang sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.” Pengertian mengenai korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa korelasi akan mengetahui sejauh mana hubungan keterkaitan antara komponen penelitian, sehingga akan terlihat sejauh mana hubungan tersebut, apakah positif, atau tidak ada hubungan sama sekali. Setelah diketahui pengertian kedua definisi tersebut, yaitu deskriptif dan korelasi selanjutnya peneliti menggabungkan kedua definisi tersebut menjadi metode deskriptif korelasional. Menurut Sumanto (1997: 102) menyatakan bahwa “Metode deskriptif korelasional adalah metode untuk menggambarkan suatu peristiwa dengan cara menghubungkan antara suatu variabel dengan variabel lainnya untuk menentukan derajat hubungan antar variabel tersebut.” Pengertian tersebut
dapat
disimpulkan
penggunaan
metode
deskriptif
korelasional
dimaksudkan untuk mencari tujuan penelitian yang berupa gambaran dari Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
masalah-masalah penelitian yang didasari pada analissi terhadap hubungan antar variabel-variabel yang menjadi pusat penelitian. Dalam penelitian ini akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dari lapangan yang akan dideskripsikan ke dalam pembahasan yang sesuai dengan keadaan lapangan. Data yang akan dikumpulkan berasal dari guru dan siswa yang menjadi sasaran penelitian, baik melalui kuesioner maupun bentuk observasi dan dokumentasi yang dilakukan di lapangan. Informasi yang diperoleh akan dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum dilakukan interpretasi. Aspek yang akan diteliti mencakup tentang kualifikasi akademik dan sertifikasi guru di mana dominasinya terletak pada latar belakang pendidikan guru dan predikat lulus atau tidaknya guru tersebut dalam proses sertifikasi yang akan memberikan warna pada proses dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani.
Aspek penelitian berikutnya adalah mengenai
intensitas belajar dan hasil belajar siswa yang merupakan inti dari implementasi kegiatan antara guru dan siswa. Kegiatan ini akan dilakukan penelitian dan mengambil informasinya melalui kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis merangkum sebanyak-banyaknya informasi berbagai persoalan pendidikan dengan data-data yang diperolah melalui angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi.
B. Desain Penelitian Setelah diketahui metode penelitian yang digunakan selanjutnya adalah menentukan desain penelitian. Adapun notasi rancangan desainnya mengacu pada Gambar 3.1.
Kualifikasi Guru (X1)
Sertifikasi Guru (X2)
rx1y1 Intensitas Belajar Gerak (Y1) rx2y1
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Kualifikasi Guru (X1)
rx1y2 Hasil Belajar (Y2)
Sertifikasi Guru (X2)
rx2y2
Gambar 3.1. Desain Penelitian Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani di SD
Keterangan : X1
: kualifikasi guru (variabel bebas).
X2
: sertifikasi guru (variabel bebas).
Y1
: intensitas belajar gerak (variabel terikat).
Y2
: hasil belajar (variabel terikat).
rx1y1 : hubungan kualifikasi dengan intensitas belajar gerak. rx2y1 : hubungan sertifikasi dengan intensitas belajar gerak. rx2y1 : hubungan kualifikasi hasil belajar.. rx2y2 : hubungan sertifikasi dengan hasil belajar. Gambar 3.1. menjelaskan bahwa, penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yang dinyatakan dengan simbol X1 dan X2, serta untuk variabel terikatnya dinyatakan dengan simbol Y1 dan Y2, adapun variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Kualifikasi Guru (X1) yaitu pendidikan maksimal yang dimiliki atau diikuti oleh sampel yang dibuktikan dengan ijazah terakhir yang dimiliki.
2.
Sertifikasi Guru (X2) yaitu proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional guru yang dibuktikan dengan sertifikat profesi.
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
3.
Intensitas Belajar Gerak (Y1) yaitu menurut Nurkholif Hazim (2005: 191) bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil Schmidt (Mahendra, 1998:122). Jadi, intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil dan dibuktikan dengan angket (kuesioner).
4.
Hasil Belajar (Y2) adalah “Suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu (Sudjana, 2000: 7) dan hasil belajar dalam penelitian ini dibuktikan dari nilai triwulan siswa. Mengenai langkah-langkah penelitian, pendapat Sutresna (2002: 125) yang
diadaptasi dari Gay (1996: 91-98) menjelaskan bahwa: “Umumnya langkah penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan model penelitian, analisis dan interpretasi data, penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam Gambar 3.2.
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Mencari Permasalahan yang terjadi di Lapangan sehingga memunculkan beragam masalah penelitian (Selection And Definition Of A Problem)
Penelusuran beragam data empirik dan teoritik sebagai landasan berpikir berkaitan dengan masalah penelitian (Review Of Related Literature)
Perumusan Hipotesis dengan mengacu pada kerangka berpikir dan kajian empirik serta teoritik Penentuan Metode Penelitian berkenaan dengan: Sampel, Instrumen, desain dan prosedur penelitian (method, subject, instruments, design & procedure)
Analisis dan Interpretasi Data (data analysis)
Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan hasil penelitian
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Diadaptasi dari sumber: LR. Gay, Educational Research; Competencies for Analysis and Application; New Jersey, Prentice Hall Inc. (1996,pp. 91-98).
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VI
Sekolah Dasar di Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon sejumlah 200 siswa dan guru penjas sejumlah 20 orang. Untuk keperluan penelitian ini, maka populasi tersebut diambil sebagian atau wakil dari setiap SD di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon yang membentuk sampel penelitian atau unit penelitian, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1. Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
Tabel 3.1. Jumlah Populasi Guru Penjas SD di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon Jenis
Asal
Kualifikasi
Masa
Sertifikasi/
Usia
Kelamin
Sekolah
Pendidikan
Kerja
B.Sertifikasi
Keni Sukaeni S.Pd
42 Th
P
SDN. Pegambiran I
D-IV
22 Th
BS
2
Jenuri S.Pd
42 Th
L
SDN. Pegambiran II
S1
22 Th
S
3
Tuti Nurhayanti S.Pd
46 Th
P
SDN. Pegajahan I
S1
21 Th
S
4
Yusuf Hidayat S.Pd
46 Th
L
SDN. Pegajahan II
S1
21 Th
BS
5
Kurniawan S.Pd
50 Th
L
SDN. Kejaksan
S1
26 Th
S
6
A.Tohari S.Pd
35 th
L
SDN Kebon Melati I
S1
7 Th
S
7
Titin Husdiati S.Pd
45 Th
P
SDN. Kebon Melati II
S2
25 Th
S
8
Kurniawati S.Pd
50 Th
P
SDN. Kebon Baru IV
S1
28 Th
S
9
Siti Aisyah S.Pd
43 Th
P
SDN. Kebon Baru V
S1
22 Th
S
10
Marlina Sulastri S.Pd
47 Th
P
SDN. Kebon Baru VII
S1
21 Th
S
11
Ahmad Faisal A.Ma.Pd
42 Th
L
SDN Pekalipan
D-IV
22 Th
BS
12
Yanto Setioso A.Ma.Pd
40 Th
L
SDN. Kartini II
D-IV
20 Th
TS
13
H. Juanda S.Pd
42 Th
L
SDN. Silih Asuh I
S1
22 Th
BS
14
Dapin S.Pd
47 Th
L
SDN. Silih Asuh II
S1
21 Th
S
15
M.Ilham S.Pd
44 Th
L
SDN. Silih Asuh III
S1
20 Th
BS
16
Anwar Sanusi S.Pd
46 Th
L
SDN. Sukapura I
S1
21 Th
S
17
Sodikin Ali S.Pd
47 Th
L
SDN. Kartini V
S1
21 Th
BS
18
Alimun S.Pd
46 Th
L
SDN. Sunyaragi I
S1
22 Th
BS
19
Ade Sirom S.Pd
49 Th
L
SDN. Sunyaragi II
S1
25 Th
S
20
Hasan Mubarok S.Pd
48 Th
L
SDN. Kesambi Dalam I
S1
25 Th
S
No
Nama
1
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
2.
Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel. Teknik probability sampling ini ada bermacam-macam yaitu simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (Sugiyono, 2010: 120). Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 109). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2010: 112), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Sampel guru penjas yang akan diambil berjumlah 20 orang dan sampel siswa sekolah dasar kelas VI di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 200 orang siswa. Sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Sampel Penelitian Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Siswa
1.
SDN. Pegambiran I
1 orang
10 orang
2.
SDN. Pegambiran II
1 orang
10 orang
3.
SDN. Pegajahan I
1 orang
10 orang
4.
SDN. Pegajahan II
1 orang
10 orang
5.
SDN. Kejaksan
1 orang
10 orang
6.
SDN. Kebon Melati I
1 orang
10 orang
7.
SDN. Kebon Melati II
1 orang
10 orang
8.
SDN. Sukapura I
1 orang
10 orang
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
Tabel 3.2. (Lanjutan) 9.
SDN. Sukapura II
1 orang
10 orang
10.
SDN. Kebon Baru V
1 orang
10 orang
11.
SDN. Kebon Baru VI
1 orang
10 orang
12.
SDN. Silih Asuh I
1 orang
10 orang
13.
SDN. Silih Asuh III
1 orang
10 orang
14.
SDN. Kartini I
1 orang
10 orang
15.
SDN. Kartini II
1 orang
10 orang
16.
SDN. Kartini IV
1 orang
10 orang
17.
SDN. Kartini V
1 orang
10 orang
18.
SDN. Sunyaragi
1 orang
10 orang
19.
SDN. Bima I
1 orang
10 orang
20.
SDN. Bima II
1 orang
10 orang
20 orang
200 orang
Total D. Variabel Penelitian
Sebelum mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis, seorang peneliti harus mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan diteliti agar penelitian yang akan dilakukan tidak menyimpang dari variabel-variabel yang telah ditentukan oleh penulis. Menurut Nana Sudjana (2001: 10) yang mengatakan bahwa “Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah.” Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan (mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi), disebabkan oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang sebenarnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualifikasi Guru (X1)
dan
Sertifikasi Guru (X2). Untuk variabel terikatnya adalah Intensitas Belajar Gerak (Y1) dan Hasil Belajar (Y2). Agar lebih lebih spesifik mengenai variabel penelitian, berikut ini dijelaskan maknanya secara operasional. Definisi operasional variabel penelitian : 1.
Kualifikasi Guru dalam penelitian ini merupakan latar belakang pendidikan guru pendidikan jasmani yang akan memberikan warna pada proses dan hasil pembelajaran penjas di sekolah dasar atas dasar jenjang pendidikan D-III, DIV, S1, dan S2.
2.
Sertifikasi guru adalah predikat yang melekat pada guru khususnya diberikan untuk guru pendidikan jasmani sebagai guru yang profesional atau tidak yang diberikan oleh perguruan tinggi
kepada guru penjas setelah guru yang
bersangkutan mengikuti program sertifikasi guru, dalam penelitian ini sertifikasi diberikan untuk guru yang sudah sertifikasi dan yang belum sertifikasi. 3.
Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dikeluarkan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4.
Hasil belajar adalah kemampuan yang relatif menetap dan dapat diukur sebagai hasil dari proses belajar penjas yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar. Peneliti mendapatkan hasil belajar siswa dari nilai triwulan siswa.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menyusun instrumen yang berupa kuesioner (angket), observasi/pengamatan, dan data dokumentasi. Jenis-jenis instrumen penelitian adalah sebagai berikut: 1) Kuesioner (angket) Angket merupakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh orang Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
yang meliputi sasaran angket tersebut. Sugiono (2009:199) menyatakan bahwa, “Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Setelah pengertian mengenai angket (kuesioner) tersebut, hal lain yang menjadi pertimbangan dasar dalam penggunaan angket atau kuesioner, sebagaimana diungkapkan oleh Arief (1982:70) sebagai berikut: 1. Agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik. 2. Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang objektif. 3. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang intensitas belajar gerak siswa yang dijawab oleh guru penjas SD Negeri di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun, dimana responden tinggal memilih atau memberi tanda ceklish (√) pada kolom alternatif jawaban sesuai dengan keadaan yang dirasakan pribadinya.
Dalam alternatif jawaban penulis
menyediakan pilihan jawaban yang sudah ditentukan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Langkah-Langkah menyusun angket adalah sebagai berikut: a)
Melakukan spesifikasi data dengan menggunakan acuan teoritis penyusunan angket Spesifikasi data bertujuan untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang
akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada teori dari masing-masing variabel. Nurkholif Hazim (2005: 191) bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
untuk mencapai tujuan. Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi, maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman (1996: 85), yang menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya. Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri. Sebagaimana Sardiman (1996: 84) menyatakan: “Belajar diperlukan adanya intensitas atau semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi.” Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar siswa. Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampi (Echols dalam Shadily 1993: 326). Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil (Schmidt yang dikutip Mahendra, 1998: 122). Jadi, intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakangerakan yang terampil.
b) Penyusunan Kisi-Kisi Angket Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pernyataan-pernyataan tersebut disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990: 184) sebagai berikut: a.
Setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b.
Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.
c.
Sifat pernyataan harus netral dan objektif.
d.
Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
e.
Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Dari beberapa teori di atas, dilakukan penyusunan kisi-kisi angket yang dijadikan acuan untuk membuat kisi-kisi instrumen intensitas belajar gerak. Dari beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat definisi intensitas belajar gerak siswa dalam Tabel 3.3.
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Intensitas Belajar Gerak Komponen
Sub
Variabel
Komponen
Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. (John M. Echols dalam Shadily 1993: 326).
a. Motivasi
b. Durasi Kegiatan
c. Frekuensi Kegiatan d. Presentasi
e. Arah sikap
f. Minat
Indikator a. Tekun menghadapi tugas. b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). c. Lebih senang bekerja mandiri. d. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin. e. Dapat mempertahankan pendapatnya. Kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan, meliputi : Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan PBM penjas di SD. Berapa sering kegiatan dilakukan dalam Periode waktu tertentu. Gairah, keinginan atau harapan yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan meliputi : keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar. Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Dalam bentuknya yang negatif akan terdapat kecenderungan untuk menghindari, membenci, bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa menyenangi materi tertentu maka dengan sendirinya siswa akan mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak acuh. 1. Adanya perhatian. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran penjas. memahami materi pelajaran penjas.
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
menyelesaikan soal-soal pelajaran penjas. 2. Adanya ketertarikan. Ketertarikan dibedakan menjadi : ketertarikan terhadap bahan pelajaran Tabel 3.3. (Lanjutan) penjas. 3. Rasa senang. Rasa senang meliputi : rasa senang mengetahui bahan belajar penjas. memahami bahan belajar penjas. kemampuan menyelesaikan soal-soal pembelajaran penjas. a. Melakukan karena instruksi guru. b. 4. Melakukan G karena mata pelajaran. c. 5. Melakukan dengan sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran. d. Melakukan secara aktif.
g. Aktivitas
Langkah selanjutnya setelah membuat kisi-kisi angket, peneliti membuat pernyataan berdasarkan indikator dalam setiap sub komponen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Pernyataan Angket Intensitas Belajar Gerak Siswa Sub Komponen Motivasi
Indikator
a. Tekun menghadapi tugas.
Pernyataan
b. Ulet menghadapi kesulitan.
c.
Lebih senang bekerja mandiri.
Siswa mengerjakan tugas PBM penjas dengan baik tanpa ada paksaan. Siswa mengerjakan tugas PBM penjas dengan bantuan teman. Siswa bertanya apabila ada materi yang tidak dipahami dalam PBM penjas. Siswa lebih senang dalam mengerjakan tugas penjas secara mandiri. Siswa tidak begitu senang ketika
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Soal
1
7
14 18
61
mengerjakan tugas penjas secara individu.
21
Tabel 3.4. (Lanjutan) d.
Cepat bosan pada tugas–tugas rutin.
Siswa merasa bosan apabila diberikan materi PBM penjas yang itu-itu saja. Mempertahankan argumentasi apabila pendapatnya diyakini benar.
25
Tidak pernah berpendappat dalam belajar penjas.
30
Pembelajaran penjas memerlukan waktu yang lama.
2
Pembelajaran penjas tidak memerlukan waktu yang lama. Siswa mengikuti pelajaran penjas setiap minggu. Siswa tidak mengikuti pelajaran penjas dalam setiap minggu.
8
e.
Durasi Kegiatan
Frekuensi Kegiatan
Presentasi
Dapat mempertahankan pendapatnya. Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan PBM penjas di SD. a. Frekuensi melakukan kegiatan PBM penjas di SD dalam seminggu.
b. Frekuensi melakukan kegiatan PBM penjas di SD dalam sebulan.
Pada setiap bulan siswa selalu mengikuti tes pelajaran penjas. Ada beberapa siswa yang tidak mengikuti tes dengan alasan tertentu.
c. Frekuensi melakukan kegiatan PBM penjas di SD dalam satu semester.
Setiap satu semester siswa mengikuti ujian akhir semester pelajaran penjas. Ada beberapa siswa yang tidak mengikuti ujian akhir semsester dengan alasan tertentu. Siswa dapat mempraktekan beberapa materi dari hasil pembelajaran penjas dengan baik dan benar. Siswa tidak mampu mempraktekan hasil pembelajaran penjas dengan baik.
Gairah, keinginan atau harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
3 15
19 22
26
29
10
9
62
kegiatan yang dilakukan meliputi : keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar. Tabel 3.4. (Lanjutan) Arah Sikap
Minat
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri siswa.
Siswa mempersiapkan diri dan sigap dalam mengikuti pembelajaran penjas. Siswa tidak memiliki persiapan dan kesiapan diri dalam mengikuti pembelajaran penjas.
Siswa memperhatikan setiap item pelajaran yang disampaikan guru pada saat pelajaran penjas dengan baik. Siswa kurang memperhatikan setiap item pelajaran penjas dengan baik.
a. Adanya perhatian.
b. Adanya ketertarikan.
Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran penjas. Siswa tidak antusias dalam mengikuti pelajaran penjas
c. Rasa senang.
Aktivitas
Siswa merasa senang dan tidak pernah merasa terpaksa dalam mengikuti pelajaran penjas. Siswa tidak bersemangat dan bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran penjas. a. Melakukan karena Melaksanakan kegiatan instruksi guru. pembelajaran penjas di sekolah karena atas perintah guru. b. Melakukan karena Mengikuti pelajaran penjas karena mata pelajaran termasuk kedalam mata pelajaran. c. Melakukan dengan sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran. d. Melakukan secara aktif.
Setiap instruksi gerakan yang diperintahkan guru, saya melakukannya dengan konsentrasi. Selama pelajaran penjas sedang berlansung, para siswa tidak pernah berdiam diri.
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
11
5
16
12 20
23
27 6
13
17
24
63
c)
Penyusunan Angket Indikator-indikator yang telah dirumuskan selanjutnya dijadikan bahan
penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan atau soal tersebut
dibuat dalam bentuk
pernyataan-pernyataan dengan
kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket digunakan skala Likert dengan kategori penyekoran seperti terlihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Skala Likert
1.
Skor alternatif jawaban
No
Alternatif jawaban
1
Sangat Setuju
1
2
Setuju
2
3
Tidak setuju
3
4
Sangat tidak Setuju
4
Observasi/Pengamatan Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan
langsung
terhadap obyek-obyek yang diteliti di lapangan untuk memperoleh
gambaran informasi dan keterangan yang relevan dengan objek penelitian.
2.
Dokumentasi Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini data dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disimpan dan dirawat Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
sedemikian rupa
sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan mudah mencari dan
memanfaatkannya. Data dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualifikasi guru, sertifikat pendidik dan hasil belajar siswa SD Negeri di Kota Cirebon. Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut : a.
Kualifikasi Guru Diambil Melalui Data Dokumentasi Kualifikasi akademik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI No. 18 Tahun 2007 yaitu “Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun non gelar (D4 atau Post Graduate Diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma.” Landasan hukum lainnya adalah Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dimana disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional, dan juga bahwa guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana akan diatur dengan peraturan menteri tersendiri. Data mengenai kualifikasi yang dimiliki oleh guru penjas di SD, diketahui melalui ijazah hasil pendidikan guru terakhir yang dimilikinya dan melalui pengalaman mengikuti pelatihan atau penataran guru tentang materi pembelajaran penjas di SD. Data yang diperoleh merupakan data demografi, sehingga penulis menentukan kriteria penilaian kualifikasi guru penjas di SD sebagai berikut: 1) Nilai 1 = Untuk Ijazah D-III 2) Nilai 2 = Untuk Ijazah D-IV 3) Nilai 3 = Untuk Ijazah S1 4) Nilai 4
= Untuk Ijazah S2
b. Sertifikasi Guru Dinilai Dengan Dokumentasi Sertifikasi ini dianggap sebagai amanah dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dasar utama pelaksanaan sertifikasi guru adalah UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah pasal 8 yaitu : “Guru wajib Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Pasal lainnya adalah pasal 11 ayat 1 yaitu “Sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Landasan hukum lainnya adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Data mengenai sertifikasi yang dimiliki oleh guru penjas SD di Kota Cirebon, diketahui melalui hasil kelulusan sertifikasi dan dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya. Jenis data yang diperoleh merupakan data demografi dengan menggunakan kode angka 1 (satu) dan 2 (dua), sehingga penulis menentukan kriteria penilaian sertifikasi sebagai berikut: 1) Kode 1 = Untuk guru yang belum lulus sertifikasi. 2) Kode 2 = Untuk guru yang sudah sertifikasi.
c.
Intensitas Belajar Gerak Dinilai Dengan Kuesioner (Angket) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata intensitas adalah kekerapan,
suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Kemudian di dalam Duden (2003: 839) intensitas (die Intensitat) diartikan sebagai “Starke, Kraft, Wirksamkeit (von Handlungen, Ablaufen o.A) : grosse, gleich bleibende, wechselnde.” Hal tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan atau peningkatan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Menurut Tohar (2004: 55), intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak yang optimal secara efisien dan efektif. Seiring dengan itu, Schmidt (1989: 34) dalam Syarifudin (2009:113) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu rangkaian asosiasi latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu. Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Kartono (1989: 67) menegaskan bahwa pemberian pengalaman gerak yang luas kepada anak merupakan tindakan yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak. Melalui gerak, pada dasarnya anak sedang mengadakan interaksi dan komunikasi dengan dunia luarnya dalam usaha melengkapi pengatahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses belajar terhadap ranah kognitif dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung melainkan pengaruh langsung seperti halnya terhadap perkembangan gerak. Dalam pembentukan sikap siswa, Ateng (1994: 35) menegaskan tidak ada media pendidikan serealitas pendidikan gerak untuk menanamkan sikap sportif, seperti menghargai orang lain, bekerja sama, berjuang keras dan sebagainya. Menurut Kristi (2012: 2) dalam Schmidt (1991) belajar gerak adalah “Suatu rangkaian
proses
yang
berhubungan
dengan
latihan/pengalaman
yang
mengarahkan pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil, yaitu upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh secara keseluruhan dan upaya penguasaan pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Menurut Sugiyanto (1994: 27) belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Jadi, intensitas belajar gerak suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang lebih dari satu kali dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat dengan mempelajari pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Pengukuran intensitas belajar gerak merupakan suatu proses pengumpulan data/ informasi tentang kemampuan gerak seseorang/ individu mulai dari alat ukur sampai hasil pengukurannya. Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat pengumpulan data yang dinyatakan kesahihannya oleh banyak ahli statistik. Angket atau kuesioner diartikan sebagai suatu alat pengumpul data yang didalamnya berisikan suatu pernyataan baik secara terbuka ataupun tertutup. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan agar semua jawaban yang diberikan oleh guru penjas dan siswa SD di Kota Cirebon lebih mudah untuk dinilai kerena semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.
d. Hasil Belajar Siswa Dinilai Dengan Dokumentasi Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
Landasan hukum yang menjelaskan tentang hasil belajar siswa diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu “Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Pasal 68 menjelaskan bahwa “Hasil ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk (1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan (2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya (3) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan (4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dasar hukum lainnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidik. Data mengenai hasil belajar siswa, diketahui melalui nilai tri wulan siswa SD. Data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi belajar siswa, sehingga penulis menentukan kriteria penilaian hasil belajar siswa berdasarkan nilai tri wulan siswa di SD dalam pembelajaran penjas.
F. Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang sudah dibuat sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu diujicobakan. Tujuannya adalah mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket intensitas belajar gerak, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Validitas maksudnya adalah alat ukur yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas maksudnya untuk mengetahui keajegan alat ukur yang digunakan. Sugiyono (2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
seharusnya diukur”. Dengan kata lain, sebuah alat ukur harus dapat dipercaya dan diakui oleh banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan untuk mengukur. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan, ada langkah yang ditempuh. Langkah pertama, instrumen yang dibuat selanjutnya diujicobakan dengan diberikan kepada responden yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian, tetapi bukan sampel yang sebenarnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 29 April 2013 kepada guru penjas sebanyak 20 orang dan 40 orang siswa SD di Kota Cirebon. Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Indeks koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan ada kesesuaian antara fungsi-fungsi butir item dengan fungsi angket keseluruhan. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Setelah dianalisis, dari 30 item pernyataan yang diujicobakan terdapat 6 item yang dinyatakan gugur dan sisanya sebanyak 24 butir dinyatakan valid, ini merupakan uji coba instrumen yang pertama. Hasil uji validitas instrumen intensitas belajar gerak siswa tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Intensitas Belajar Gerak Siswa Keterangan Jumlah item yang diuji Nomor item yang tidak valid Jumlah item yang valid dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian
30 item 13, 19, 21, 22, 23, dan 30 24 item
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
Dengan bantuan program SPSS for Windows diperoleh hasil uji reliabilitas instrumen penelitian variabel intensitas belajar gerak r = 0,892 dengan nilai thitung sebesar 12,133 > nilai ttabel sebesar 2,024. Dengan demikian maka angket yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain reliabel.
G. Analisis Instrumen Setelah instrumen diujicobakan pada 20 guru penjas dan 200 siswa SD di Kota Cirebon, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan tingkat validitas dan tingkat reliabilitas instrumen dengan sistematika analisis instrumen. Sistematika analisis instrumen ini diuraikan sebagai berikut :
Menentukan Tingkat Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2006:168). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep (konstruk teori) yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk pengujian ini digunakan SPSS 16. Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket, sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Jika r (korelasi), dengan item tersebut valid. Besarnya r tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS 16 pada kolom (Corrected Items Correlation).
Menentukan Tingkat Reliabilitas Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Menurut
Arikunto (2002:154) menjelaskan bahwa: Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responder untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Ada beberapa teknik penghitungan yang biasa digunakan. Analisis instrumen dalam kajian ini akan menggunakan teknik formula Cronbach’s Alpha dengan rumus sebagai berikut:
= (Suharsimi Arikunto, 2002: 171) Keterangan : r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyak butir pemyataan atau banyaknya soal = Jumlah varians butir
σt 2
= Varians total
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah : 1.
Hitung varians skor tiap-tiap item (Si)
2.
Jumlahkan varians semua item (
3.
Masukkan nilai Alpha (r11)
)
Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi = 0.05, reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan (rtabel) dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan kritenia: Jika ri > rtabel
reliabel
Jika ri < rtabel
tidak reliabel
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
0.867
H.
30
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 16. Analisis data dilakukan untuk mengetahui makna dari data yang telah dikumpulkan. Analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a)
Menyeleksi data untuk diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
b) Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, selanjutnya menentukan skornya. c)
Uji Persyaratan Analisis.
1.
Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh
informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau nonparametrik. Langkah
yang
dilakukan
adalah
dengan
menginput
dan
menganalisa
menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS 16. Uji normalitas dan output yang dihasilkan program SPSS 16 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots, Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.5 Level Plot. Ke lima uji analisis ini sebenamya saling mendukung satu sama lainnya.
2.
Uji Homogenitas Data Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji
homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dan uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen. Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS 16 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dan descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene Statistik hasil output dan SPSS 16 . Langkah-langkah menghitung uji homogenitas : a)
Mencari Varians/Standar deviasi Variabel X danY, dengan rumus :
b) Mencari F hitung dengan dari varians X danY, dengan rumus :
c)
Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan: Untuk varians terbesar adalah dk pembilang n-1. Untuk varians terkecil adalah dk penyebut n-1. JikaF hitung < F tabel, berarti homogen. JikaF hitung > F tabel, berarti tidak homogen
3.
Uji Hipotesis
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis melakukan tes instensitas belajar gerak siswa SD di Kota Cirebon. Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata (compare means) pada SPSS. Untuk mengetahui bagaimanakah intensitas belajar gerak siswa SD di Kota Cirebon dengan menggunakan pengolahan independent sampel t-test. Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f (Varians) dan uji-t (Uji kesamaan dua rata-rata). Tahapan analisis statistik untuk melihat pengaruh secara signifikan tentang intensitas belajar gerak dan hasil belajar siswa dilihat dari kualifikasi dan sertifikasi guru penjas.
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu