69
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian Metode merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, karena dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sugiyono (2009:3) mengatakan : “Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut. Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas. Dengan kata lain, penggunaan metode harus dilihat dari efektivitas, efisiensi dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dapat dikatakan efektif jika selama pelaksanaannya dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan seminimal mungkin, namun dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan. Jenis dari metode penelitian pada dasarnya bermacam-macam, seperti penelitian deskriptif, asosiatif, ex-post facto dan eksperimen. Sesuai dengan Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode penelitian asosiatif lebih tepatnya adalah metode korelasional. Metode
penelitian
yang
digunakan
penulis
untuk
mengungkap
permasalahan dalam penelitian adalah menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisis correlational research. Adapun Fraenkel & Wallen (1993:286) menjelaskan bahwa “correlational research attempts to investigate possible relationships among variable without trying to influence those variable.” Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa penelitian korelasi atau korelasional adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Adapun pada setiap variabel tidak dilakukan manipulasi atau mencoba mempengaruhi variabel tersebut. Gay
dalam
Sukardi
(2004:166)
yang
dipublikasikan
dalam
Bintangkecilungu’s Blog mengatakan bahwa : ”Penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi”. Lebih lanjut Fraenkel & Wallen (1993:287) menyebutkan “correlation research is also sometimes referred to as a form of descriptive research because it describes an existing relationship between variable”. Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa penelitian korelasi terkadang termasuk ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Lebih lanjut Fraenkel & Wallen (1993:287) mengatakan bahwa, “In their simple form, correlational studies investigate the possibility of relationships
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
between only two variables, although investigations of more than two variables are common.” Dari penyataan tersebut dikatakan bahwa penelitian korelasional mencoba mengungkap atau menyelidiki kemungkinan pengaruh antara dua variabel, meskipun penyelidikan dilakukan pada lebih dari dua variabel secara umum. Emzir
(2009:38)
yang dipublikasikan
dalam
bintangkecilungu.blog
mengatakan Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi.
Penelitian ini hanya terbatas pada
penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk dijadikan penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen. Menurut Sukardi (2004:166) yang dipublikasi dalam bintangkecilungu.blog mengatakan penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2.
Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3.
Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan. Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010)
yang dipublikasikan dalam bintangkecilungu.blog adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor. Ciri-ciri penelitian korelasional 1.
Penelitian ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan tidak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tidak dapat dimanipulasi.
2.
Studi ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3.
Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4.
Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas. Penulis mencoba mengungkap mengenai
hubungan antara tingkat
kecemasan dan kepercayaan diri dengan kinerja wasit bulutangkis dalam memimpin suatu pertandingan. Oleh karena itu penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisis korelasional karena sesuai dengan permasalahan yang akan diungkap.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
B. Desain Penelitian dan Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian digunakan berdasarkan situasi dan kondisi dari pelaksanaan penelitian. Menurut Fraenkel dan Wallen bahwa desain penelitian korelasional pada dasarnya sama dengan desain eksperimen yaitu menggunakan simbol-simbol. Lebih lanjut Fraenkel dan Wallen (1993:295) menjelaskan, …two (or more) scores are obtained from each individual in the sample, one scores for each variable of interest. The pairs of scores are then correlated, and resulting correlation coefficient indicates the degree of relationship between the variables. Dari pernyatan di atas dikatakan bahwa, dua atau lebih dari data yang diperoleh dari masing-masing individu dalam kelompok sampel adalah data yang dihitung. Pasangan skor data selanjutnya dikorelasikan dan hasil dari koefisien korelasi mengindikasikan derajat hubungan antar variabel tersebut. Lebih khusus desain penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi ganda. Dalam desain ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen yang dikembangkan oleh Riduwan (2010 : 139) seperti pada gambar 3.1 berikut :
( X1) .y .y
( Y)
( X2)
Gambar 1.1 Desain penelitian korelasi ganda (Riduwan, 2010 : 139) Keterangan : X1 = Tingkat Kecemasan X2 = Tingkat Kepercayaan diri Y = Kinerja wasit Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
Penulis mengambil tiga data penelitian, yaitu tingkat kecemasan, tingkat kepercayaan diri dan kinerja wasit bulutangkis dalam memimpin suatu pertandingan. Selanjutnya penulis mencari nilai korelasi antara variabel tingkat kecemasan, tingkat kepercayaan diri dengan kineja wasit bulutangkis dalam memimpin suatu pertandingan (korelasi ganda). Selain itu juga mencari nilai korelasi untuk masing-masing variabel. 2. Langkah-langkah Penelitian Langkah penelitian dibuat sebagai rencana atau rancangan kerja dalam penelitian. Dengan dibuatnya langkah penelitian maka diharapkan dapat mempermudah dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Oleh sebab itu, penulis membuat rancangan yang diharapkan dapat membantu dalam penelitian ini. Adapun langkah penelitian didahului dengan observasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan menyimpulkan hasil penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1. Prosedur penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan penentuan populasi yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian.
2. Proses validasi Instrumen Berkenaan dengan validitas menurut Sugiyono (2008, 173) adalah instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan adalah uji validitas konstruk dan validitas isi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) yang dikembangkan Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
oleh William W.K Zung (1971). Instrumen terdiri atas 20 pertanyaan/ pernyataan. Instrumen lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah angket yang diadopsi dari The Inner Coach (2009). Instrumen ini pun terdiri dari 20 pertanyaan/pernyataan.
Pengujian validitas mengacu pada validitas konstruk (Construct Validity), dapat digunakan pendapat dari ahli (Judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen disesuaikan dengan kebutuhan penelitian tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori yang sesuai, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Selanjutnya item tes yang valid tersebut diuji tingkat reliabilitasnya.
Setelah diuji validitas setiap item selanjutnya alat
pengumpul data tersebut diuji tingkat reliabilitasnya.
Realibilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapakalipun diambil, tetap akan sama.
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik belah dua (split half), yaitu membagi item soal yang valid dalam dua kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya skor total kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Adapun hasil uji reliabilitas pada uji coba kecemasan diperoleh reliabilitas dengan cronbach Alpha 0,965 yang terdiri dari 20 item soal. Sedangkan hasil uji coba instrumen kepercayaan Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
diri diperoleh reliabilitas dengan cronbach Alpha 0,932 yang terdiri dari 20 item soal. Berdasarkan kriteria keputusan bahwa apabila Cronbach Alpha > 0,6 maka instrumen dinyatakan reliabel. Berikut adalah tabel 3.4 hasil uji reliabilitas dengan analisis data SPSS serie 17.
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 1 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.965
20
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 2 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.932
20
Jika reliabilitas nilai Cronbach Alpha semakin mendekati angka 1, maka instrumen tersebut
memiliki
tingkat
reliabilitas
yang sangat
tinggi.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
3. Pada tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel yang layak bagi sebuah penggunaan instrumen penelitian. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tiga aspek, yaitu: a.
Tingkat kecemasan (anxiety). mengambil data tingkat kecemasan pada sampel dengan menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS).
b.
Tingkat kepercayaan diri (self confidence), mengambil data tingkat kepercayaan diri pada sampel dengan menggunakan instrumen Self Confidence Questionnaire.
c.
Kinerja Wasit. mengambil data kinerja wasit dalam memimpin suatu pertandingan pada sampel dengan menggunakan instrumen penelitian kinerja wasit.
4. Pengambilan Kesimpulan, pada tahap ini berisikan pengolahan data hasil penelitian dari tes yang dilakukan terhadap sampel yang terdiri dari tingkat kecemasan, tingkat kepercayaan diri, dan kinerja wasit untuk selanjutnya di analisis untuk mendapatkan sebuah kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Untuk lebih memperjelas mengenai langkahlangkah penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Secara keseluruhan alur yang ditempuh peneliti mulai dari tahap awal sampai pada kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
Penelusuran permasalahan real dilapangan, sehingga memunculkan beragam masalah penelitian (selection and definition of a problem)
Penelusuran beragam data empirik dan teoritik sebagai landasan kerangka berpikir berkaitan dengan masalah penelitian (Review of related literature)
Perumusan hipotesis dengan mengacu pada kerangka berpikir dan kajian empirik serta teoretik
Penentuan metode penelitian berkenaan dengan sampel, instrumen, desain dan prosedure penelitian
Analisis dan interpretasi data (data analysis)
Penarikan kesimpulan implikasi dan saran berdasarkan hasil penelitian
Gambar 3.1 Langkah Penelitian Diadaptasi dari sumber;LR Gay, Educational Research; Competencies for analysis and Application; New Jersey, dalam Disertasi Nina Sutresna, Pembelajaran Bola Basket bagi siswa kelas unggulan , (2001: 125)
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2008, 61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Sementara Fraenkel dan Wallen (1993:46) menyebutkan bahwa “varible is a concept – a noun that stands for variation within a class of object, such as chair, gender, eye color, achievement, motivation, or running speed”. Variabel disebut juga konstrak (constructs) atau sifat yang dipelajari (Kerlinger, 1973: Sugiyono, 2010:61). Dengan kata lain, variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981) dalam Sugiyono (2010:61) menyatakan bahwa, “variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya”. Pada penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji dan diberi batasan-batasan terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan dapat mengaburkan (menjadi bias) akan pengertian yang sebenarnya. Variabel menurut hubungan antara variabel dengan variabel yang lain dalam penelitian dibedakan menjadi, variabel independen, variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening, dan variabel kontrol. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu, variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80 Menurut Sugiyono (2010:61) bahwa, “Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Sementara Fraenkel dan Wallen (1993:50) menyebutkan bahwa “ an inndependent variable is presumed to have an effect on, to influence somehow, another variable”. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).” Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri. Sedangkan variabel dependen (terikat) sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen seperti yang diungkapkan Fraenkel dan Wallen (1993:50) yang menyatakan “the variable that the independent variable is presumed to affect is called the dependent (or outcome) variable”. Sugiyono (2010:61) menyatakan bahwa, “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kinerja wasit bulutangkis dalam memimpin suatu pertandingan. Secara rinci dapat diidentifikasikan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas (Independent) Pada penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri. Kecemasaan dapat diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh, seperti jantung berdebardebar, keringat dingin. Harsono (1998:265) menjelaskan tentang definisi anxiety
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81 sebagai berikut: “perasaan takut, cemas, atau khawatir akan terancam sekuriti kepribadiannya.” Sedangkan kepercayaan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh. Rakhmat (2000:12) mengatakan bahwa, kepercayaan diri atau keyakinan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri. b. Variabel Terikat (Dependent) Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah kinerja wasit bulutangkis dalam memimpin suatu pertandingan. Kompetensi memimpin pertandingan
adalah
suatu
kemampuan
untuk
memahami
situasi-situasi
pertandingan yang dihadapi, sekaligus menentukan perilaku yang tepat untuk terlibat
dalam
situasi
itu
dengan
memuaskan.
Kompetensi
memimpin
pertandingan akan menggunakan standar yang digunakan PB PBSI dalam menguji kemampuan wasit. 2. Definisi Operasional a. Tingkat kecemasan, didefinisikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh. Lebih lanjut Lazarus dalam Burton and Naylor (1997) mengatakan “ anxiety is the result of a complex cognitive evaluation in which primary appraisal focuses on the threat of the situation an coping
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82 resources seem insufficient to effectively deal with demand.” Pada pernyataan tersebut dikatakan bahwa anxiety atau kecemasan merupakan hasil dari evaluasi kognitif yang komplek dimana penilaian primer berfokus pada ancaman situasi yang tampaknya tidak cukup untuk mengatasi secara efektif menangani permintaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud kecemasan dalam penelitian ini adalah perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, sakit kepala, perut, ganguan pernapasan, dan adanya halusinasi yang menggangu ketenangannya.
b. Tingkat kepercayaan diri, diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh. Lebih lanjut McClelland (dalam Luxori, 2005) mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan kontrol internal, perasaan akan adanya sumber kekuatan dalam diri, sadar akan kemampuan-kemampuan
dan
bertanggung
jawab
terhadap
keputusan-
keputusan yang telah ditetapkannya. Untuk penelitian ini seperti diungkapkan Lauster (dalam Fasikhah, 1994), terdapat beberapa karakteristik untuk menilai kepercayaan diri individu, diantaranya: (a) Percaya kepada kemampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut, (b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, yaitu dapat bertindak Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83
dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Selain itu, mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan yang diambilnya tersebut, (c) Memiliki konsep diri yang positif, yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam din sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri sendiri, (d). Berani mengungkapkan pendapat, yaitu adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan perasaan tersebut.
c. Kinerja, kompetensi memimpin pertandingan adalah suatu kemampuan untuk memahami situasi-situasi pertandingan yang dihadapi, sekaligus menentukan perilaku yang tepat untuk terlibat dalam situasi itu dengan memuaskan. Kompetensi memimpin pertandingan akan menggunakan standar yang digunakan PB PBSI dalam menguji kemampuan wasit, yaitu sebagai berikut: (1) Perkenalan pertandingan, meliputi: memperkenalkan pemain baik perorangan maupun beregu. (2) Managemen lapangan, meliputi; cek posisi hakim garis, ketinggian net, posisi bill board, kaos pemain, dan kursi untuk pelatih. (3) Kelengkapan pertandingan, meliputi; membawa alat tulis, stop wacth, skor sheet, kartu merah dan kartu kuning, dan koin untuk undian. (4) Penampilan, meliputi; sikap duduk, suara, menangani kasus, dan cara berpakaian. (5) Hakim Servis, meliputi; pandangan ketika servis, suara ketika terjadi servis salah, tanda yang digunakan, pergantian shuttle cock dan j ika terjadi interval. Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Mengenai populasi Fraenkel dan Wallen (1993:80) menyatakan bahwa “in educational research, the population of interest usually a group of person (students, teachers, or other individuals) who posses certain characteristics”. Sementara Sugiyono (2010:117) menyebutkan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi penelitian mencakup segala sesuatu yang akan dijadikan subjek/objek penelitian yang akan diteliti, dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu wasit bulutangkis yang telah memiliki sertifikat Internasional yang berjumlah 14 orang. 2. Sampel Penelitian Sugiyono (2010:118) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili semua karakteristik dan sifat yang ada pada populasi tersebut. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wasit Internasional yang telah tersertifikasi.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Sampling Jenuh. Surakhmad (1994) yang dikutip oleh Riduwan (2010) sebagai berikut: “Sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling Jenuh dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang”. Lebih lanjut Sugiyono (2010:124) mengatakan bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Berdasarkan pada pendapat tersebut, karena jumlah populasi kurang dari 30 maka penulis menggunakan semua populasi yaitu 14 orang.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian memiliki peranan penting dalam penelitian. Sebuah instrumen yang digunakan harus tepat kegunaannya dalam mengukur apa yang akan diukur. Sugiyono (2010:173) mengatakan bahwa “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) yang Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86
dikembangkan oleh William W.K Zung (1971). Instrumen terdiri atas 20 pertanyaan/pernyataan. Penggunaan instrument ini pun melalui beberapa tahap penentuan instrument termasuk melakukan uji coba sebelum intrument ini digunakan sebagai alat penelitian pengumpulan data. Hasil uji coba terhadap instrumen tersebut diperoleh tingkat reliabilitas dengan cronbach Alpha 0,96 yang berarti tingkat ketepatanya sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa validitas instrument ini dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah angket yang diadopsi dari The Inner Coach (2009). Instrumen terdiri atas 20 pertanyaan/pernyataan. Angket ini pun dilihat dari beberapa pertanyaan atau pernyataannya banyak yang sesuai dengan indikator dari kepercayaan diri yang diharapkan dalam penelitian ini. Selain itu, uji coba instrumen kepercayaan diri diperoleh reliabilitas dengan cronbach Alpha 0,932 yang berarti tingkat validitasnya baik. Hal ini berati angket kepercayaan diri pun dapat digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengukur kepercayaan diri wasit waktu meminpin pertandingan. Pengujian validitas ini pun mengacu pada validitas konstruk (construct validity) yaitu validitas berdasarkan
pendapat dari ahli (Judgment experts).
Maksudnya adalah setelah instrumen yang dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli yang memiliki kompetensi atau keahlian dalam bidang yang sesuai dengan materi yang akan diuji.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
87
Selain validitas konstruk juga mengacu pada validitas isi (content validity), pengujian validitas ini dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan teori yang membahas mengenai isi instrumen yang digunakan untuk penelitian. Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Beberapa tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengadopsi instrumen Tingkat kecemasan dari Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) yang dikembangkan oleh William W.K Zung (1971) 2. Mengadopsi instrumen tingkat kepercayaan diri dari The Inner Coach (2009) 3. Menterjemahkan kedua instrumen ke dalam bahasa Indonesia oleh ahli bahasa inggris dan Indonesia 4. Hasil terjemahan dan draft asli dari instrumen dikonsultasikan dengan pembimbing untuk memperoleh koreksi dan persetujuan. 5. Langkah selanjutnya adalah justifikasi instrumen oleh pembimbing. Instrumen tingkat kepercayaan diri divalidasi dengan menggunakan teknik yang sama dengan instrumen tingkat kecemasan. Langkah-langkah pengujian dilakukan dengan mengacu pada teknik backtranslate seperti pada instrumen tingkat kecemasan.
F. Teknik Pengumpulan Data Seperti telah dijelaskan pada bagian metode dan pendekatan penelitian. Penulis menggunakan metode penelitian korelasional dengan desain penelitian Paradigma ganda dengan dua variabel independen. Langkah awal pelaksanaan
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88
pengumpulan data adalah penulis menentukan jumlah sampel dengan cara Sampling jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada pelaksanaan pengumpulan data, penulis memberikan tes tingkat kecemasan, tingkat kepercayaan diri, kinerja wasit selama kejuaraan berlangsung untuk selanjutnya di analisis untuk mendapatkan sebuah kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Data tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri diperoleh dengan memberikan instrumen berupa angket yang diberikan sebelum wasit memimpin pertandingan.
G. Analisis dan Teknik Pengolahan Data Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Menyeleksi angket yang terkumpul.
Proses ini dilakukan untuk melihat
apabila ada sebagian butir pertanyaan dalam angket yang tidak diisi oleh responden. 2. Memberikan skor pada tiap-tiap butir pernyataan (penskoran) dalam angket sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. 3. Memasukkan atau menginput data dari skor tersebut pada program Microsoft Excel.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89
4. Kemudian selanjutnya diolah dengan pengolahan statistik yang dalam hal ini menggunakan analisis korelasi dan regresi.
Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) serie 17. a.
Deskripsi data Deskripsi data dalam hal ini mengungkap mengenai gambaran data hasil
penelitian. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan menu analyze description explore data pada program SPSS. Data yang dihasilkan adalah rata-rata, median, standar deviasi, varians, skor terendah, skor tertinggi. a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh
informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS 17 dengan Uji Kolmogorov atau uji Shapiro Wilk atau Uji Q-Q Plot. Uji normalitas mengacu pada analisis Shapiro Wilk. Asumsi penggunaan analisis shapiro wilk, untuk sampel kurang dari, maka pengujian dengan shapiro wilk memiliki tingkat relevansi lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam hal ini penulis tidak melakukan uji homogenitas data, dengan asumsi bahwa sampel hanya satu kelompok. Apabila berdasarkan hasil uji normalitas data berada pada taraf distribusi normal, maka data tersebut juga dinyatakan homogen karena hanya terdiri dari satu kelompok. Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90
Untuk menentukan hasil uji normalitas data, penulis mengacu pada kriteria keputusan yang dibuat. Kriteria yang digunakan dalam menentukan hasil uji normalitas data adalah sebagai berikut: 1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, Distribusi adalah tidak normal (simetris) 2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, Distribusi adalah normal (simetris) Nilai probabilitas (Sig) adalah output dari hasil pengolahan data statistik, sedangkan 0,05 adalah derajat kebebasan (dk) yang digunakan dalam penelitian atau tingkat kepercayaan penelitian 95%. b. Uji hipotesis Uji hipotesis data dilakukan guna mendapat kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis melakukan pengolahan dengan uji korelasi secara sederhana dan ganda. Untuk mencari hubungan antara hasil tes tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri dilakukan dengan korelasi, sedangkan untuk mencari hubungan atau dampak dari masing-masing variabel tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri terhadap kinerja wasit bulutangkis pada saat memimpin suatu pertandingan dilakukan pengolahan dengan uji korelasi sederhana atau korelasi tunggal dengan pearson correlation. Sementara untuk mencari hubungan atau dampak dari tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri terhadap kinerja
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
91
wasit bulutangkis pada saat memimpin pertandingan secara bersamaan akan mengunakan korelasi parsial (Partiall Correlation) Korelasi sederhana dalam hal ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Hipotesis 1 H0 =
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan terhadap kinerja wasit bulutangkis.
H1 =
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan terhadap kinerja wasit bulutangkis.
2) Hipotesis 2 H0 =
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan diri terhadap kinerja wasit bulutangkis.
H1 =
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan diri terhadap kinerja wasit bulutangkis. Adapun korelasi ganda dalam hal ini digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian sebagai berikut: 3) Hipotesis H0 =
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri wasit secara bersama-sama terhadap kinerja wasit bulutangkis.
H1 =
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan tingkat kepercayaan diri secara bersama-sama terhadap kinerja wasit bulutangkis.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
92
Kriteria keputusan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut : 1) Jika probabilitas (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.
c.
Analisis dan deskripsi data Dalam analisis dan deskripsi data yang dilakukan adalah menganalisis serta
mendeskripsikan angka-angka yang merupakan hasil penghitungan statistik. Angka atau nilai yang dihasilkan bisa dibandingkan dengan angka tabel atau dideskripsikan secara langsung dengan berbagai pertimbangan dan ketentuan statistik. Analisis didasarkan pada hipotesis yang digunakan untuk memaknai nilai dan angka yang dihasilkan dari penghitungan.
Selain itu juga dibahas
berbagai temuan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian yang ada yang telah dilakukan peneliti lain. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ada dua, yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk membandingkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan mengunakan statistik. Sedangkan untuk analisis data kualitatif menggunakan analisis nonstatistik (berupa kata-kata), yaitu dengan mendeskripsikan data dan memberikan makna terhadap isi data tersebut.
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
93
Dadan Heryana, 2012 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dengan Kinerja Wasit Bulutangkis Dalam Memimpin Suatu Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu