BAB III METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian atau desain penelitian adalah cetak biru yang
menentukan pelaksanaan penelitian selanjutnya. Penyusunan rancangan ini dilakukan oleh peneliti setelah menetapkan judul penelitiannya (Gulo, 2002: 99) Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Manipulasi yang dilakukan oleh peneliti dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya (Latipun, 2010: 5).
B. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, lalu ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 38). a.
Variabel bebas: Variabel bebas adalah perlakuan, situasi atau stimulus yang dimanipulasi, sengaja dilakukan, dan kekhasan bentuk ataupun prosedurnya peneliti yang menentukan. Variabel bebas atau variabel eksperimen ini dimanipulasi untuk dipelajari efeknya pada variabel terikat yang dapat berubah (Latipun, 2010:
36). Varibel bebas dalam penelitian ini adalah Pelatihan Self-Concept Building. b. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipelajari perubahannya setelah diberikan manipulasi atau berhubungan dengan variabel bebas. Bentuk variabel ini adalah perilaku subjek, dan variabel ini haruslah terukur dan bisa diamati. Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi berprestasi.
C. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati (Heni, 2009). Menurut Tuckman (Azwar, 2009: 74), ada beberapa cara dalam merumuskan definisi operasional, yaitu: 1. Definisi operasional dapat dirumuskan berdasarkan proses apa yang harus dilakukan agar variabel yang didefinisikan itu terjadi. 2. Definisi operasional dibuat berdasarkan bagaimana cara kerja variabel yang bersangkutan, yaitu apa yang menjadi sifat dinamiknya. 3. Definisi operasional dibuat berdasarkan kriteria pengukuran yang diterapkan pada variabel yang didefinisikan. Definisi operasional pada penelitian ini adalah: 1. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah dorongan yang muncul pada diri siswa untuk berusaha untuk meraih suatu pencapaian/prestasi yang ia inginkan baik di sekolah ataupun di luar sekolahnya. Motivasi berprestasi ini diukur menggunakan skala
motivasi berprestasi, dan pengukurannya dilakukan satu kali sebelum pemberian pelatihan, dan satu kali setelah pelatihan. Alat ukur motivasi berprestasi disusun dari beberapa aspek, yaitu moderate challenges, personal responsibility, dan feedback
2.
Pelatihan Self-Concept Building Coaching (pelatihan)Self-Concept Buildingadalah suatu jenis kegiatan yang
mengadaptasi teknik terapi cognitive behavior (kognitif-perilaku) yang digunakan untuk meningkatkan konsep diri remaja. Pelatihan ini dilaksanakan selama 3 kali pertemuan tatap muka, dengan total pelatihan selama 3 hari. Pada pelatihan ini, subjek akan diberikan Pre-test dan post test untuk mengetahui konsep diri dan motivasi berprestasi subjek sebelum dan setelah pelatihan. Hasil pengukuran Pretest dan Post-testkemudian dibandingkan untuk mengetahui keberhasilan dari pelatihan tersebut, jika menunjukkan adanya perbedaan skor sebelum dan sesudah pelatihan maka pelatihan ini efektif untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Sebaliknya jika tidak menunjukkan adanya perbedaan skor sebelum dan sesudah pelatihan maka pelatihan tersebut kurang efektif. Materi Pelatihan Self-Concept Building ini disusun berdasarkan aspek-aspek konsep diri yaitu citra diri, diri ideal, dan harga diri.
D. Prosedur Eksperimen Prosedur dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan. Persiapan
eksperimen
yang
harus
melaksanakan pelatihan, antara lain :
dilakukan
peneliti
sebelum
a. Persiapan administrasi (perijinan) di lokasi penelitian yaitu di MAN 2 Model Palu. b. Persiapan alat ukur. Alat ukur yang dipersiapkan pada penelitian ini adalah skala motivasi berprestasi dan skala konsep diri yang akan diberikan pada saat Pre-test dan Post-test. c. Persiapan Coachdan co-Coachyang nantinya harus menguasai materi dan prosedur pelatihan Self-Concept Building. d. Persiapan alat eksperimen. Alat eksperimen yang digunakan oleh peneliti pada pelatihan ini adalah modul pelatihan Self-Concept Building. Materi diberikan selama tiga kali pertemuan.
2.
Tahap Pelaksanaan a. Form data diri Di awal sebelum pelaksanaan pelatihan subjek akan diberikan surat pernyataan
kesediaan
untuk
mengikuti
pelatihan
Self-Concept
Buildingselama 3 hari. b. Pre-test Pre-test dilakukan dengan memberikan skala motivasi berprestasi dan skala konsep diri. Tujuan pemberian Pre-testadalah untuk memperoleh skor motivasi berprestasi dan konsep diri awal sebelum perlakuan. c. Perlakuan Perlakuan pelatihan Self-Concept Building hanya dikenakan pada kelompok eksperimen. Perlakuan tersebut diberikan selama tiga kali pertemuan. Pelatihan ini diberikan berdasarkan tiga aspek konsep diri,
yaitu citra diri, diri ideal, dan harga diri. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, latihan, role play, dan permainan. Adapun alur pelaksanaan pelatihan pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: Pelatihan Self-Concept Building
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Citra Diri Pembukaan Sesi I: Pengenalan Diri Pretest Apersepsi Materi: Pengenalan Diri Ice breaking: membentuk kelompok Lembar kerja : Valuing your self! SGD Penugasan
Diri Ideal Sesi II: Finding Role model Apersepsi Materi: Role model Lembar kerja : siapa role modelmu? Ice breaking SGD Penugasan
Pertemuan 3
Harga Diri Sesi III: Life mapping Apersepsi Materi: Merancang Peta Hidup Aktivitas: Make a life map! Hand in hand Penutup Post test
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Pelatihan Self-Concept Building
3.
Tahap Evaluasi/ Post-test Pada tahap ini, peneliti melakukan Post-test kepada subjek dengan
menggunakan angket skala konsep diri motivasi berprestasi. Pemberian angket ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan skala konsep diri dan motivasi berprestasi sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada kelompok
eksperimen. Skala ini sama dengan yang digunakan pada Pre-test namun layoutnya diubah untuk memberi kesan baru bagi skala tersebut. Pada pertemuan terakhir pula peneliti memberikan angket evaluasi jalannya program pelatihan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan rangkaian pelatihan.
E. Populasi dan Sampel Eksperimen 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang di dalamnya mencakup obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Palu. Prosedur untuk memperoleh subjek penelitian dilakukan melalui mekanisme perijinan dari pihak Kepala Sekolah MAN 2 Model sebagai lokasi diadakannya penelitian. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu
populasi (Sugiyono, 2010: 81). Teknik pengelompokan subjek sebagai sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random assigment sederhana yakni dengan terlebih dahulu membuat daftar nama/nomor subjek yang memenuhi karakteristik sebagai populasi, lalu nama dan nomor subjek diundi untuk mengambil sampel sebanyak yang diperlukan (Azwar, 2009: 81). Kriteria yang digunakan untuk memasukkan sampel ke dalam kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
a. Siswa laki-laki maupun perempuan yang sedang menempuh pendidikan di bangku kelas X, XI, XII Madrasah Aliyah. Pada usia ini siswa sedang berada pada masa remaja tengah, dengan perkembangan kognisi yang mulai berkembang (operasional formal), dan sedang dalam proses menuntaskan tugas perkembangan untuk mengembangkan skala nilai secara sadar, serta mengembangkan gambaran dunia secara adekuat di mana pada masa ini konsep diri sangat penting perannya dalam mengarahkan orientasi seorang remaja. b. Belum pernah mengikuti pelatihan konsep diri sebelumnya.
Populasi Siswa
siswa motivasi berprestasi rendah dan sedang serta belum pernah mengikuti pelatihan konsep diri
Dimintai kesedian mengikti pelatihan Tidak bersedia
Bersedia
Subjek penelitian (kelompok eksperimen) Gambar 3.2 Skema Proses Penemuan Subjek Penelitian
F. Tipe dan Desain Eksperimen Desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen one group pretest-posttest. Pada desain ini, pengukuran terhadap motivasi berprestasi dan konsep diri dilakukan sesaat sebelum pelatihan dimulai (Pre-test). Ini untuk mengetahui skor konsep diri dan motivasi berprestasi sebelum pelatihan. lalu setelah pemberian pelatihan, dilakukan lagi pengukuran (Post-test) sebanyak 1 kali. Gambaran desain ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Tabel Desain Eksperimen Kelompok Eksperimen
Pra
Perlakuan
Pasca
O1
X
O2
Keterangan: O1 = pengukuran sebelum diberi perlakuan O2 = pengukuran setelah diberi perlakuan X = pelatihan Self-Concept Building
Kelompok eksperimen adalah kelompok subjek
yang mendapatkan
perlakuan berupa pelatihan Self-Concept Buildingselama tiga hari. Sebelum pelatihan di mulai, kelompok eksperimen diminta mengisi skala konsep diri dan motivasi berprestasi.
G.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui beberapa metode: 1. Skala
Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala pengukuran adalah seperangkat aturan yang diperlukan untuk mengkuantitatifkan data pengukuran dari suatu variabel (Djali & Muljono, 2008: 25). Skala yang digunakan sebagai instrumen untuk pretest dan posttest, yakni skala motivasi berprestasi. Angket ini disusun berdasarkan teori ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi dari McClelland, yang aitemnya disusun dengan menyentuh pada tiga komponen konsep diri, yaitu Citra Diri, Diri Ideal, dan Harga Diri. Ini dimaksudkan agar instrumen dapat sesuai untuk mengukur efektifitas pelatihan Self-Concept Building.
Tabel 3.2. Tabel blueprint angket motivasi berprestasi I Nomor Aitem Variabel
Aspek
Indikator CD
challange
HD
Mengambil tantangan resiko sedang
Moderate
DI
Berkeinginan menjadi yang
15,28, 23,16, 2
1,18
14,3,6
terbaik dari orang lain
Mengetahui kapasitas diri
Mengusahakan keberhasilan atas usaha sendiri
Motivasi berprestasi
Personal
responsibility
Melakukan tugas dengan cara yang tidak biasa
30, 25, 5, 20
9,
8, 27,
21,11
10
Menerima konsekuensi dari setiap tugas yang dilakukan
Feedback
Menyukai adanya umpan balik terhadap pekerjaannya
Mengevaluasi hasil dari
4, 17
7,19, 13, 24
12, 22, 26, 29
tugas yang telah dikerjakan Jumlah Aitem
Variabel
11
10
Tabel 3.3. Tabel blueprint angket motivasi berprestasi II Nomor Aitem Aspek Indikator F U T Moderate challange
Mengambil tantangan resiko sedang
28, 23,
Berkeinginan menjadi yang
15, 14.
terbaik dari orang lain
Mengetahui kapasitas diri
Mengusahakan keberhasilan
3, 1
2,16, 18,6
10
atas usaha sendiri
Motivasi berprestasi
9
Personal
responsibility
Melakukan tugas dengan cara yang tidak biasa
30, 5, 21, 20, 8, 10
25, 9, 11, 27
10
Menerima konsekuensi dari setiap tugas yang dilakukan
Feedback
Menyukai adanya umpan balik
4, 17,
terhadap pekerjaannya
7, 13,
19,
Mengevaluasi hasil dari tugas
12, 26,
24, 22
yang telah dikerjakan Jumlah Aitem
a.
10
29 19
11
30
Validitas Validitas menerangkan bagaimana suatu alat ukur yang digunakan memang
telah mengukur apa yang ingin diukur. Validitas tes berbicara mengenai sejauh mana derajat kecermatan pengukuran dengan alat tes, apakah alat tes telah mengukur sasaran yang hendak diukur (Nisfiannoor, 2009: 211). Uji validitas tes dalam penelitian ini dilakukan melalui scale reliability dan perlakuan terhadap butir gugur menggunakan SPSS for Windowsversi 16.
b.
Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang berarti adanya kecermatan pengukuran. Maka jika pengukuran tersebut tidak reliabel, ia akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror dari pada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang reliabel akan konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2009: 83). Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan teknik alpha Cronbach melalui scale reliability dan perlakuan terhadap butir gugur menggunakan SPSS for Windows versi 16. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain (Latipun, 2010: 46): 1.
Maturasi, yaitu proses yang terjadi pada diri subjek sehingga menimbulkan perubahan. Maturasi ini menyangkut berbagai perubahan sistematis dalam suatu waktu yang meliputi perubahan fisik maupun kejiwaan. Dalam penelitian ini, maturasi yang mungkin terjadi adalah kejenuhan dalam mengikuti pelatihan, ini dapat dikontrol dengan waktu pelatihan pada setiap sesi yang dirancang singkat (hanya 2-3 jam), serta pemberian ice breaking kepada subjek di sela-sela pelatihan.
2.
Faktor pengujian (testing), ini terjadi jika peneliti mengadakan pretest dan posttest kepada subjek untuk melihat perbedaan skor sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Faktor ini berupa kenaikan skor posttest karena subjek pernah mengerjakan soal pretest yang sama terlebih jika jarak waktu
keduanya terbilang dekat. Cara mengontrol faktor ini dengan memberikan layout atau tampilan yang berbeda pada lembar pretest dan posttest. 3.
Instrumentation Effect. Faktor ini berupa instrumentasi yang tidak memenuhi syarat. Sumber invaliditasnya dapat berupa tingkat kesulitan yang berbeda antara pretest dan posttest, orang yang bertugas mengukur (observer/tester) tidak sama keterampilannya, dan harapan pribadi peneliti. Pada penelitian ini, instrumentation effect yang dapat terjadi berupa skala dan kompetensi Coach..
Kompetensi
Coachdapat
ditingkatkan
dengan
memberikan
penjelasan serta simulasi mengenai metode dan teknik penyemapaian materi. Hal ini untuk meminimalisir kesalahan selama pelatihan. 4.
Subyek keluar (drop out), merupakan kehilangan subjek dari satu atau beberapa kelompok yang terjadi selama penelitian berlangsung. Ini akan merugikan peneliti jika subjek keluar di akhir penelitian. Cara pengontrolan dilakukan dengan meminta subjek mengisi lembar persetujuan sebagai bukti komitmen subjek untuk mengikuti pelatihan hingga akhir, meminta bantuan kepada pihak guru untuk menekankan urgensi pelatihan ini, serta memberikan motivasi dan pemahaman kepada subjek mengenai manfaat yang dapat mereka terima jika mengikuti pelatihan hingga akhir. Jika ada subjek yang tidak hadir pada salah satu sesi saja, maka subjek tersebut telah dianggap gugur.
2. Angket Evaluasi Program Angket evaluasi program akan diberikan setelah pelatihan Self-Concept Buildingberakhir. Pengadaan angket evaluasi bertujuan untuk mengetahui
kelebihan serta kekurangan rangkaian pelatihan yang diikuti subjek selama tiga hari serta kualitas dari setiap materi dan prasarana yang ada menurut peserta. Angket evaluasi program yang disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 3.4. Angket Evaluasi Program
Angket Evaluasi Nama : Umur : Kelas : Petunjuk Berilah tanda check list (√) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda. Jawaban anda sangat berharga untuk perbaikan program pengembangan diri kami. Terima kasih atas kerja sama anda.
Aspek yang diukur
Pernyataan B C K
SB Materi pelatihan sesi I Materi pelatihan sesi II Materi pelatihan sesi III Kejelasan materi yang disampaikan oleh fasilitator Kemenarikan materi yang disampaikan oleh fasilitator Penguasaan fasilitator dalam menyampaikan materi Penguasaan fasilitator dalam menjawab masalah Keterampilan fasilitator dalam memandu diskusi Penggunaan media sebagai alat pendukung Kebermanfaatan materi bagi peserta Modul pendukung Games Sarana dan prasarana Kenyamanan Pencapaian tujuan sasaran Tulislah kritik dan saran mengenai pelatihan yang anda peroleh:
SK
Keterangan: SB : sangat baik B : baik C : cukup K : kurang TK : sangat kurang
3.
Lembar kerja Lembar kerja (lembar kerja ) ini berfungsi sebagai media latihan dari tiga
sesi materi yang diberikan oleh fasilitator. Lembar kerja ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian “My Activity” dan “lembar umpan balik”, serta ada beberapa poin penjelas yang dinilai penting dari setiap materi.
Lembar kerja
juga
merupakan strategi pemantauan diri yang berfungsi mengubah perilaku kearah positif. My activity berisi beberapa latihan dari materi pengenalan diri, role model, dan life mapping. Ini bertujuan untuk membantu subjek membentuk pemahaman dan pengarahan diri demi mencapai konsep diri positif. Sedangkan lembar umpan balik berisi beberapa pertanyaan menyangkut kegiatan My Activity yang subjek lakukan; apakah subjek telah memahami dan mampu mengerjakannya, dan bagaimana umpan balik dari orang lain atas pekerjaan subjek. Melalui catatan yang dimilki, subjek akan mendapatkan umpan balik untuk memperbaiki perilakunya atau setidaknya mampu mengidentifikasi keadaan dirinya (Rohmah, 2004: 57). Di sini lembar kerja juga digunakan sebagai metode pengumpulan data secara kualitatif.
4.
Modul Pelatihan
Modul pelatihan disusun berdasarkan materi yang telah disesuaikan dengantujuan pelatihan Self-Concept Building dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa,
yaitu melalui tiga aspek konsep diri; citra diri, diri ideal, dan harga diri. Metode penyampaian materi menggunakan ceramah, praktek atau latihan melalui lembar kerja , focus group discussion dan small group discussion, serta games. Program pelatihan ini akan dilakukan selama tiga kali pertemuan. Adapun rincian materi pelatihan Self-Concept Buildingsecara singkat diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4. Rincian Materi Pelatihan Self-Concept Building Berdasarkan SumberSumber Efikasi Diri Sumber Session konsep diri Citra SESI I: Pengenalan Diri
Siapa Aku
diri
Membantu peserta untuk
a. Siapa Aku? Pengetahuan proses
Tujuan
Metode
tentang memahami
potensi
penciptaan dasarnya sebagai manusia
manusia
Konsep Diri 1. Membantu
b. Konsep Diri Penjelasan konsep
tentang diri,
dalam
peserta memahami
bagaimana
konsep
perkembangan konsep
dirinya terbentuk dan
diri,
faktor-faktor
mempengaruhi
yang
mempengaruhi
konsep diri Penjelasan
perilakunya Burn negative thoughts
tentang 2. Menyadarkan
remaja
konsep diri positif dan
pentingnya
negatif
positif mengenai diri
c. Burn
negative
Bagaimana
cara
memandang sendiri
sendiri dan kerugian memandang
thoughts
berpikir
diri
negatif
diri Pengenalan Diri secara 3. Meningkatkan
positif? d. Pengenalan Diri
pemahaman
akan
pentingnya mengenali
Ceramah
Waktu ±180
FGD (focus menit group discussion)
Manfaat
pengenalan
diri
potensi diri 4. Membantu
Cara-cara melakukan
dalam melakukan look
pengenalan diri Memandang
peserta
in (melihat ke dalam diri
diri) melalui aktivitas
dengan positif
pengenalan diri 5. Membantu
peserta
dalam
menggali
kelebihan diri dan cara mengolah keduanya. 6. Membantu
peserta
mengurangi
pikiran
negatif dan menghargai dirinya.
breaking: -
Ice
Membentuk Kelompok
Menciptakan dinamika Games kelompok
-
Mengarahkan
peserta
untuk
mendapatkan
umpan
balik
merata
yang melalui
aktivitas
sharing
di
dalam kelompok Lembar kerja : Valuing Melatih mengenal
your self
Diri ideal
SESI IV:Finding role
tentang
untuk SGD
potensi
dan group discussion)
1. Meningkatkan
mengenai
remaja fenomena
jenis modeling dan
sosial dan tantangan
pentingnya memiliki
yang dihadapi remaja
role model yang baik.
masa kini.
2. Penjelasan
tentang
(small
kecenderungan dirinya
pengetahuan
model 1. Penjelasan
remaja
2. Memberikan
cara-cara menemukan
kesadaran
role model
remaja
kepada akan
Ceramah
±180
FGD (focus menit group discussion)
pentingnya konsep diri positif
dalam
mencegah perilaku 3. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya role model sebagai
unsur
keteladanan
dalam
hidupnya. 4. Mendorong
peserta
untuk meniru perilaku modelnya 1. Lembar :Siapa
kerja
1. Mengarahkan peserta
Role
untuk memilih role
group
modelnya
discussion)
modelmu? 2.
Mendorong
SGD (small
peserta
untuk memfungsikan role modelnya untuk peningkatan diri Ceramah
Harga
SESI
diri
MAPPING
pemahaman mengenai
1. Apa itu life mapping,
manfaat
V:
LIFE 1. Memberikan
merancang
tujuan dan manfaat
tujuan
terhadap
pembuatannya.
peningkatan harga diri
2. Cara-cara membuat 2. Mendorong life mapping.
agar
FGD (Focus menit group discussion)
peserta lebih
mengarahkan cita-cita atau keinginannya. 3. Membantu peserta agar dapat
mengarahkan
tujuannya dengan
sesuai kemampuan
yang ia miliki.
Make a life map
Melatih remaja untuk
±180
FGD
(small
membuat perencanaan
group
bagaimana
discussion)
mencapai
target yang diinginkan Lembar kerja :Hand in Mengetahui hand
pandangan
FGD
(Focus
remaja mengenai dirinya
group
setelah
discussion)
mengikuti
pelatihan selama 3 hari.
H. Analisa Data Perhitungan analisa data pada penelitian ini menggunakan media aplikasi SPSS dengan teknik Analisis statistik correlated data t-test/paired-samples t-test. Di mana akan dilihat pengaruh pemberian pelatihan Self-Concept Building dengan cara membandingkan hasil pengisian skala konsep diri motivasi berprestasi sebelum pelatihan self concept-building.
I.
Rincian Kegiatan Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah ceramah, games,
penugasan, dan FGD (Focus Group Discussion). Dari sini peneliti mencoba memberikan rincian kegiatan sebagai berikut: 1. Pertemuan I 1. Uraian Kegiatan a. Pembukaan dari Coach b. Pretest : memberikan skala konsep diri dan motivasi berprestasi c. Pemutaran video untuk apersepsi d. Materi tentang “Pengenalan Diri” e. Ice breaking (membagi kelompok)
f. Lembar kerja “Valuing your self” g. SGD (small Group Discussion) h. Pemberian penugasan i. Penutup 2.
Tujuan
a. Mengetahui kecenderungan konsep diri dan tingkat motivasi berprestasi subjek b. Video apersepsi bertujuan untuk memunculkan emosi positif subjek dan sebagai pengantar materi
c. Subjek memahami pentingnya pengenalan diri dan cara melakukan pengenalan diri. Subjek mampu memahami tentang konsep diri, potensi dasarnya dan mengenali potensi lain yang ia miliki. d. SGD bertujuan untuk melatih subjek dalam memberi dan menerima feedback dengan baik khususnya mengenai materi pengenalan diri. 3. Waktu ± 3 Jam setiap pertemuan 4.
Tempat Aula sekolah MAN 2 Model
5.
Alat dan Bahan a.
Skala konsep diri
b.
Skala motivasi berprestasi
c.
Modul
d.
Lembar kerja
e.
Kontrak eksperimen
f.
Laptop & LCD
2. Pertemuan II 1. Uraian Kegiatan a. Pemutaran video untuk apersepsi b. Materi tentang role model c. Lembar kerja “Siapa Role modelmu?” d. Ice breaking e. SGD (Small Group Discussion) f. Pemberian penugasan g. Penutup 2. Tujuan a. Video apersepsi bertujuan untuk memunculkan emosi positif subjek dan sebagai pengantar materi b. Memberikan pemahaman kepada subjek mengenai pentingnya role model sebagai unsur keteladanan dalam hidup. Mendorong peserta untuk meniru perilaku modelnya. c. SGD bertujuan untuk melatih subjek dalam memberi dan menerima feedback
dengan baik khususnya mengenai materi finding role model. 3. Waktu ± 3 Jam setiap pertemuan 4. Tempat Aula sekolah MAN 2 Model 5. Alat dan Bahan
a. Modul b. Lembar kerja c. Laptop & LCD Pertemuan III 1. Uraian Kegiatan a. Pemutaran video untuk apersepsi b. Materi tentang Life mapping c. Lembar kerja “Make a life map” d. SGD (Small Group Discussion) e. Hand in hand f. Pemberian skala konsep diri & motivasi berprestasi g. Pemberian angket evaluasi program h. Penutup 2. Tujuan a. Video apersepsi bertujuan untuk memunculkan emosi positif subjek dan sebagai pengantar materi b. Melatih remaja untuk membuat perencanaan bagaimana mencapai target yang diinginkan c. Mengetahui pandangan remaja mengenai dirinya setelah mengikuti pelatihan
selama 3 hari. d. Mengetahui kecenderungan konsep diri dan tingkat motivasi berprestasi
subjek setelah mengikuti pelatihan. e. Mengetahui pandangan peserta mengenai pelatihan Self-Concept Buildingyang telah dijalani selama tiga hari.
3. Waktu
± 3 Jam setiap pertemuan 4. Tempat Aula sekolah MAN 2 Model 5. Alat dan Bahan a. Modul b. Lembar kerja c. Laptop & LCD d. Skala konsep diri dan motivasi berprestasi e. Angket evaluasi program