BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Metode Penelitian Pemberdayaan 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Participatory Action Research (PAR) yaitu sebuah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berada pada situasi problematik, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal. Dalam berbagai literaratur, PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan, diantaranya adalah : Action Research, Learning by doing, Action Learning, Action Science, Action Inquiry, Collaborative Research, Partisipatory Action Research, Participatory Research, Policy-oriented Action Research, Emancipatory Research, Conscientizing Research, Collaborative Inquiry, Participatory Action Learning, dan Dialectical Research.52 PAR is used by a whole range of community groups and organisations (where people already now each other and/or work together), and also by groups that come together for the purposes of research and action on a particular issue (PAR digunakan oleh seluruh kelompok masyarakat dan organisasi (di mana orang sekarang saling memiliki dan / atau bekerja sama), dan juga oleh kelompok yang berkumpul untuk tujuan penelitian mengenai isu tertentu)53 Agus Affandi, dkk. Modul Participatory Action Research. (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2016) hal. 89 53 Rachel Pain, Participation Action Research Toolkit, an Introduction to Using PAR as an Appoarch to Learning, Research and Action. Durham University halm. 2 52
60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks lain lain terkait. Yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.54 PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi. Betapapun juga, riset mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala sesuatu berubah sebagai akibat dari riset. Situasi baru yang diakibatkan riset bisa jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakkan terhadap situasi-situasi sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Hal itu seringkali muncul dari situasi yang tidak memuaskan yang kemudian mendorong keinginan untuk berubah kepada situasi yang lebih baik. Namun, ia bisa juga muncul dari pengalaman yang sudah berlangsung secara baik yang mendorong keinginan untuk memproduksinya kembali atau menyebarkannya.55 Menurut Hawon Hall, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian (misalnya, keluarga, profesional dan pemimpin politik) untuk bekerja bersama-
54 55
Agus Affandi, dkk. Modul Participatory Action Research, hal 91 Ibid, hal 91
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
sama secara penuh dalam semua tahapan penelitian. Dengan tekanan khusus pada hasil-hasil riset dan bagaimana hasil-hasil itu digunakan, PAR membantu untuk menjamin bahwa hasil-hasil penelitian itu berguna dan sungguh-sungguh membuat perubahan dalam kehidupan seluruh keluarga. Semua anggota tim PAR dilibatkan sejak dari awal penelitian untuk menentukan hal-hal berikut:56 Menentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian Merancang program-program penelitian Melaksanakan semua kegiatan penelitian Menganalisa dan menginterpretasi data Menggunakan hasil riset dalam suatu cara yang berguna bagi keluarga PAR merupakan kegiatan riset yang berbeda dengan metode penelitian ilmiah lainnya yang biasa dilakukan oleh para akademisi, lembaga survey, dll. Di dalam metode penelitian ilmiah pada umumnya seorang researcher menjadikan suatu kelompok masyarakat hanya sebagai objek yang diteliti untuk mendapatkan suatu inti permasalahan tanpa memberikan perubahan (transformasi) nilai di dalam suatu masyarakat tersebut. Di dalam kegiatan PAR, peneliti/praktisi PAR tidak memisahkan diri dari situasi masyarakat yang diteliti, melainkan melebur ke dalamnya dan bekerja bersama warga dalam melakukan PAR. PAR membahas kondisi masyarakat berdasarkan sistem makna yang berlaku. PAR tidak berposisi “bebas nilai” dan tidak memihak seperti yang dituntut ilmu pengetahuan sebagai syarat obyektivitas, melainkan harus memihak pada kelompok yang lemah, miskin, dirugikan, dan menjadi korban. Selain itu, PAR tidak berhenti pada publikasi hasil
56
Ibid, hal 93
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
riset (laporan) dan rekomendasi untuk riset berikutnya, melainkan berorientasi pada perubahan situasi, peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat warga untuk memahami dan mengubah situasi mereka menjadi lebih baik dan berkeadilan.57 2. Ruang Lingkup Karena terbatasnya penelitian dan juga waktu selama pendampingan, maka peneliti membatasi ruang lingkupnya. Adapun untuk pendampingan ini dilakukan di Desa Surenlor Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Dengan berfokus pada masalah kebencanaan yang ada di Desa Surenlor. Pada awalnya, pendamping membatasi penelitian hanya pada sebatas dusun yang yang paling rawan terkena bencana saja, tetapi dikarenakan ada usulan dari berbagai pihak, terutama usulan dari kepala desa, akhirnya peneliti meluaskan menjadi skala di tingkat desa. Selain itu, peneliti dalam memberi batasan ruang lingkup ini untuk lebih efektif dalam mengkaji bagaimana proses kesadaran kritis masyarakat dalam menyikapi dan menyelesaikan masalah yang ada di desa terkait dengan bencana yang menimpa di desa. Diantaranya sebagai berikut: 1. Tingkat kesdaran masyarakat terhadap masalah kebencanaan yang ada di desa. 2. Proses pendampingan dalam membangun tingkat kesadran dan partisipasi masyarakat.
57
http://www.bantuanhukum.or.id/web/participatory-action-research-par/ diakses pada tanggal 02 November 2016
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
3. Prosedur atau Langkah-langkah Pendampingan Yang dijadikan landasan dalam cara kerja PAR adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat, dengan melakukan gerakan.58 a. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping) Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kedalam komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasianan, tahlilan, masjid, musholla dll.), kelompok kebudayaan (kelompok seniman, dan komunitas kebudayaan lokal), maupun kelompok ekonomi (petani, pedagang, pengrajin dll.).59 pemetaan awal ini sebagai alat untuk memetakan rumah tangga mana saja yang sudah terdampak tanah longsor. Pemetaan awal juga digunakan untuk memetakan daerah mana saja yang rentan terhadap bencana tanah longsor. b. Membangun Hubungan Kemanusiaan Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama (partisipatif).60 Disini peneliti memulai membangun hubungan kemanusiaan dengan masyarakat dengan
Ibid hal 104 Ibid, 60 Ibid 58
59
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
mengikuti setiap kegiatan atau setipa perkumpulan yang ada di masyarakat, seperti mengikuti yasinan, mengikuti kerja bakti, mengajar di TPQ terdekat. Peneliti juga ikut berkecimpung langsung dengan masyarakat ketika masyarakat ada hajatan, sehingga komunikasi antara peneliti dengan masyarakat lebih santai. c. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial Bersama komunitas, peneliti mengagendakan program riset melalui teknik Participatory Rural Apraisal (PRA) untuk memahami persoalan masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial.61 Dalam hal ini, peneliti bersama ibu-ibu yasinan mengagendakan waktu yang tepat untuk melakukan riset bersama dalam langkah membangun komunitas perempuan tangguh bencana. d. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)62 Bersama ibu-ibu yasinan memetakan daerah mana yang termasuk rawan rendah, rawan sedang, dan rawan tinggi. Daerah mana saja yang termasuk memiliki ancaman terhadap bencana, dan RT mana saja yang memiliki banyak kelompok rentan, terutama ibu-ibu, lansia, dan anak-anak. Melalui pemetaan partisipatif ini juga diharapkan masyarakat mampu mengenali lingkungan mereka, sehingga sifat apatis masyarakat bisa sedikit demi sedikit hilang karena kondisi wilayah yang ditempatinya memang benar-benar wilayah/daerah yang rentan terhadap tanah longsor.
Ibid Iibid
61 62
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
e. Merumuskan Masalah Kemanusiaan Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya.
Yang
mana
dalam
pendampingan
ini
fokus
rumusan
kemanusiaannya adalah mengenai tingginya risiko masyarakat terhadap bahaya tanah longsor. f. Menyusun Strategi Gerakan Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan.63 Menentukan langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat (stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakannya serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program. Fokusnya adalah mewujudkan masyarakat Desa Surenlor yang sadar akan pentingnya manajemen bencana. g. Pengorganisasian Masyarakat Komunitas didampingi peneliti membangun pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan. Demikian pula membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan program aksi yang direncanakan.64 Dalam hal ini, fokus pengorganisasian masyarakat menggunakan pendekatan perempuan sebagai upaya untuk pengurangan risiko bencana. Yang mana output
63 64
Ibid Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
dalam pengorganisasian komunitas ini adalah menjadikan perempuan atau ibuibu yasinan menjadi kelompok yang tangguh bencana. Mengingat di desa Surenlor sendiri belum ada kelompok masyarakat yang tangguh bencana. h. Melancarkan Aksi Perubahan Dalam kaitan ini, komunitas ibu-ibu yasinan tangguh bencana diharapkan mampu atau terampil dalam upaya untuk mengurangi risiko bencana, seperti upaya-upaya apa saja yang bisa dilakukan dalam pencegahan bencana tanah longsor, upaya reboisasi kembali teradap daerah yang sudah terkena longsor, dan komunitas yang mampu membawa perubahan bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat mampu memetakan sendiri daerah yang rentan terhadap longsor dan tindakan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah longsor tersebut. i. Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat Komunitas perempuan tangguh bencana diharapkan mampu menjadi agent of change, dimana komunitas ini tidak hanya dipergunakan untuk kalangan komunitas saja, tetapi komunitas ini terbuka untuk umum, sehingga siapa saja boleh bergabung maupun belajar pada komunitas ini. Komunitas ini dibangun atas dasar keinginan mereka, karena kurangnya pengetahuan tentang kerentanan dan bahaya akan terjadinya longsor. j. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial) Peneliti bersama komunitas dan didampingi dosen pembimbing merumuskan teoritisasi perubahan sosial. Berdasarkan atas hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang sudah terlaksana, peneliti dan komunitas perempuan tangguh bencana merefleksikan semua proses
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir). Refleksi teoritis dirumuskan secara bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang dapat dipresentasikan pada khalayak publik sebagai pertanggungjawaban akademik. k. Meluaskan Skala Gerakan dan Dukungan Berawal dari komunitas ibu-ibu yasinan satu RT saja, kemudian jika berhasil maka akan diluaskan komunitas perempuan tangguh ini ke RT-RT yang lainnya, terutama kepada wilayah RT yang rawan dan berisiko tinggi terhadap bencana tanah longsor. 4. Wilayah dan Subjek Pendampingan Desa Surenlor terdiri dari 3 kasunan, yaitu Jeruk Gulung, Suren dan Tawing. Dari ketiga kasunan ini yang paling rawan adalah kasunan Jeruk Gulung dan Tawing. Akan tetapi peneliti memfokuskan pendampingan ini dalam lingkup Satu Desa Surenlor. Mengingat pentingnya manajemen bencana di Desa Surenlor. Dari tiap RT di Desa Surenlor, terdapat kelompok-kelompok oleh ibu-ibu maupun bapak-bapak. Adapun fokus penelitiannya yaitu pada ibu-ibu karena ibu-ibu termasuk dalam kategori kelompok yang rentan akan bencana. Awalnya pendamping hanya menjadikan RT 13 sebagai daerah yang rawan bencana untuk piloting project. Karena selain RT ini adalah RT yang paling rawan longsor, tetapi juga karena ibu-ibu di RT ini adalah ibu-ibu yang paling aktif dan sangat mudah diajak untuk melakukan perubahan. Selain itu, pendamping juga menemukan sosok ibu Misrini yang sangat menginspirasi semua masyarakat, sehingga pendamping memutuskan untuk menjadikannya sebagai stakeholder, karena beliau adalah seorang yang sangat dengan mudah menggerakkan orang lain
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
untuk melakukan perubahan. Namun, seiring waktu selama proses pendampingan dengan kesepakatan bersama masyarakat, akhirnya pendamping meluaskan fokus dampingan menjadi tingkat desa. 5. Tehnik Pengumpulan Data Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik PRA (Participatory Rural Appraisal). Secara umum PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama masyarakat. Hal ini untuk mengetahui, menganalisa, dan mengevaluasihambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.65 Pendekatan PRA merupakan teknik untuk merangsang partisipasi masyarakat peserta program dalam berbagai kegiatan, mulai dari tahap analisa sosial, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga perluasan program. Bagi pelaksana program, metode dan pendekatan ini akan sangat membantu untuk memahami dan menghargai keadaan dan kehidupan dilokasi/wilayah secara lebih mendalam. 66 PRA is a methodology of learning rural life and their environment from the rural people. It requires research/ field workers to act as facilitators to help local people conduct their own analysis, plan and take action accordingly. It is based on the principle that local people are creative and capable and can do their own investigations, analysis, and planning. The basic concept of PRA is to learn from rural people. Chambers (1992) has defined PRA as an approach and methods for learning about rural life and conditions from, with and by rural people. He furher stated PRA extends into analysis, planning and action. PRA closely involve villagers and local officials in the process. (PRA adalah sebuah metodologi belajar kehidupan pedesaan dan lingkungan dari masyarakat pedesaan. Hal ini membutuhkan penelitian / pekerja lapangan yang bertindak sebagai fasilitator untuk membantu masyarakat setempat melakukan analisis, merencanakan dan melakukan tindakan yang sesuai. Hal 65 66
Ibid, ha 126 Ibid, hal 127
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
ini didasarkan pada prinsip bahwa masyarakat setempat kreatif dan cakap dan dapat melakukan penelitian, analisis, dan perencanaan sendiri. Konsep dasar PRA adalah belajar dari masyarakat pedesaan. Chambers (1992) mendefinisikan PRA sebagai pendekatan dan metode untuk belajar tentang kehidupan dan kondisi pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat pedesaan. Dia juga mengatakan bahwa PRA meluas ke dalam analisis, perencanaan dan tindakan. PRA juga melibatkan masyarakat desa dan pejabat daerah dalam prosesnya)67 Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka pendamping dengan masyarakat akan melakukan sebuah analisis bersama. Adapun yang dilakukan adalah: a. Wawancara Semi Terstruktur Merupakan suatu tehnik yang berfungsi sebagai alat bantu setiap tehnik PRA. Pengertian wawancara semi terstruktur adalah alat penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara semi terstruktur bersifat semi terbuka, artinya jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu, pembicaraan lebih santai, namun dibatasi oleh topik yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama.
68
dalam wawancara semi terstruktur ini
akan mendiskripsikan hasil dari beberapa wawancara dengan masyarakat, baik itu masyarakat yang menjadi korban bencana tanah longsor, masyarakat yang merasa aman, dan para aparat desa setempat. b. FGD (Focus Grup Discussion) FGD adalah suatu proses diskusi kelompok yang terarah. Yaitu wawancara dari sekelompok kecil yang dipimpin oleh seorang narasumber yang secara halus
67
Luigi Cavestro. P.R.A.- Participatory Rural Appraisal Concepts, Methodologies, and Techniques. Universita’ Degli Studi Di Padova Facolta’ Di Agraria. Dipartimento Territorio E Sistemi AgroForestali. Master In Cooperazione Allo Sviluppo Nelle Aree Rurali. 10 October 2003 68 Agus Affandi, dkk. Modul Participatory Action Research, hal 181
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi. Dalam hal ini, komunitas mampu merumuskan sendiri akar permasalah yang terkait dengan bencana tanah longsor dan kesiapsiagaannya. c. Pemetaan (Mapping) Mapping yaitu suatu teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta. Jadi merupakan pemetaan wilayah dengan menggambar kondisi wilayah (desa, dusun, RT atau wilayah yang lebih luas bersama masyarakat.69 Pemetaan kali ini meliputi wilayah/daerah-daerah yang terkena dampak longsor, masyarakat yang 6. Tehnik Validasi Data Dalam prinsip metodologi PRA untuk memvalidasi data yang diperoleh dapat melalui triangulasi. Triangulasi adalah suatu system cros chek dalam pelaksanaan teknik PRA agar diperoleh informasi yang akurat. Triangulasi ini meliputi:70 a. Triangulasi Komposisi TIM Tim dalam PRA terdiri dari berbagai multidisiplin, laki-laki dan perempuan serta masyarakat (insiders). Multidisiplin maksudnya mencakup berbagai orang dengan keahlian yang berbeda-beda seperti petani, pedagang, pekerja sektor informal, masyarakat, aparat desa, dan sebagainya. Tim juga
69 70
Ibid, hal 145 Ibid, hal 128
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
melibatkan
masyarakat
kelas
bawah/miskin,
perempuan,
janda
dan
berkependidikan rendah. b. Triangulasi Alat dan Teknik Dalam pelaksanaan PRA selain dilakukan observasi langsung terhadap lokasi/wilayah, juga perlu dilakukan interview dan diskusi dengan masyarakat setempat dalam rangka memperoleh informasi yang kualitatif. Pencataan terhadap hasil observasi dan data kualitatif dapat dituangkan baik dalam tulisan maupun diagram. Triangulasi ini dilaksanakan pada saat proses pendidikan atau kampanye dilaksanakan, selama dalam proses berjalannya sebuah program. Bentuknya berupa pencatatan dokumen maupun diagram. c. Triangulasi Keragaman Sumber Informasi Informasi yang dicari meliputi kejadian-kejadian penting dan bagaimana prosesnya berlangsung. Sedangkan informasi dapat diperoleh dari masyarakat atau dengan melihat langsung tempat/lokasi. 7. Tehnik Analisa Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan, maka peneliti melakukan analisis bersama komunitas. Adapun tehnik analisis data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: a. Kalender Harian (Daily Routin) Sebuah analisis yang digunakan untuk memahami kunci persoalan dalam tugas harian. Demikian juga jika ada masalah-masalah baru yang muncul
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
sehingga dapat dilihat dari kebiasaan hariannya. Juga dapat digunakan untuk assesment secara kuantitatif akan tenaga kerja, innput, Dll.71 b. Kalender Musim (Season Calender) Seasonal calender adalah suatu teknik PRA yang dipergunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram. Hasilnya yang digambar dalam suatu ‘kalender’ dengan bentuk matriks, merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan rencana program.72 c. Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan) Bagan perubahan dan kecenderungan merupakan teknik PRA yang memfasilitasi masyarakat dalam mengenali erubahan. Dan kecenderungan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Hasilnya digambar dalam suatu matrik. Dari besarnya perubahan hal-hal yang diamati dapat diperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut dimasa depan. Hasilnya adalah bagan atau matrik perubahan dan kecenderungan yang umum desa atau yang berkaitan dengan topik tertentu.73 d. Time Line Adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu.
71
Ibid, hal 169 Ibid, hal 165 73 Ibid, hal 162 72
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
e. Analisis Pohon Masalah dan Pohon Harapan Teknik analisis pohon masalah merupakan teknik yang dipergunakan untuk menganalisis permasalahan yang menjadi problem yang telah diidentifikasi dengan teknik-teknik PRA sebelumnya. Teknik analisis pohon masalah ini dipergunakan untuk menganalisis bersama-sama masyarakat tentang akar masalah, dari berbgai masalah-masalah yang ada. Dengan teknik ini juga dapat digunakan untuk menelusuri penyebab terjadinya masalah-masalah tersebut, sekaligus bagaimana disusun pohon harapan setelah analisa pohon masalah telah disusun secara baik.74
74
Ibid, hal 185
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id