BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah, khususnya pada daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Faktor-faktor yang diteliti yaitu Sumber Daya Manusia, Teknologi, Sistem Pengendalian Internal, Audit dan Pengalaman Kerja. 3.1.1 Variabel Terikat 1. Kualitas Informasi Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja entitas tersebut. Menurut PP No. 24 tahun 2005 tentang SAP, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi – transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada pertanggungjawaban apakah sumber daya yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang-undangan yang berlaku. Indikator yang digunakan untuk mengukur Kualitas Informasi Laporan Keuangan antara lain, apakah laporan keuangan dapat dipertanggung jawabkan, menghasilkan informasi yang jujur dengan didukung bukti transaksi, diterbitkan tepat pada periode
40
41
akuntansi dan mampu memprediksi masa depan, maupun dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Semakin cepat informasi diungkapkan, maka akan semakin relevan informasi tersebut bagi para pengguna laporan keuangan (Wahyu, 2010). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kualitas Informasi Laporan Keuangan. Kualitas informasi laporan keuangan daerah diukur dengan delapan indikator, yaitu: (1) Manfaat dari laporan keuangan yang dihasilkan, (2) Ketepatan pelaporan laporan keuangan, (3) Kelengkapan informasi yang disajikan, (4) Penyajian secara jujur, (5) Isi laporan keuangan dapat diverifikasi, (6) Keakuratan informasi yang disajikan, (7) Isi laporan keuangan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya (8) Kejelasan penyajian informasi dalam laporan keuangan. Dengan menggunakan skala likert satu sampai lima. Nilai tersebut dimulai dari (1) ”Sangat Tidak Setuju” hingga (5) ”Sangat Setuju” untuk skenarionya dan jika responden menjawab (5) ”Sangat Setuju” dari masing-masing variabel dan indikator, maka cenderung bahwa kualitas laporan keuangan tinggi. Kriteria tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008) dalam Zuliarti (2012)
42
3.1.2 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sumber Daya Manusia, Teknologi, Sistem Pengendalian Internal, Audit dan Pengalaman Kerja. 1. Sumber Daya Manusia Widodo (2001) dalam Tantriani (2012) menjelaskan kompetensi sumber daya manusia adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai. Thalib (2008) dalam penelitiannya menggunakan tingkat pendidikan, masa kerja, umur pegawai, dan jabatan serta kuantitas pegawai dan keahlian teknis di lapangan untuk mengukur kapasitas SDM. Untuk pengadaan sumber daya manusia yang kompeten dan serasi, serta efektif tidaklah mudah. Sumber daya manusia yang cakap, mampu dan terampil belum menjamin produktivitas kinerja yang baik, jika kedisiplinannya dalam bekerja rendah dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi. Sumber daya manusia yang kurang mampu, kurang cakap, tidak terampil dan kurang cekatan mengakibatkan pekerjaan tidak selesai tepat pada waktunya. Menurut Warisno (2008) dalam Kristyanto (2012,4) Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah. Variabel Sumber Daya Manusia diukur dengan instrumen yang dibuat oleh Xu, et al. (2003). Terdapat empat indikator yaitu, pemahaman terhadap peraturan
43
dan standar, interaksi dengan sistem, kontrol terhadap Sumber Daya Manusia, serta pendidikan dan training, dengan menggunakan skala likert satu sampai lima. Nilai tersebut dimulai dari (1) ”Sangat Tidak Setuju” hingga (5) ”Sangat Setuju” untuk skenarionya dan jika responden menjawab (5) ”Sangat Setuju”, maka cenderung bahwa kualitas laporan keuangan tinggi. Kriteria tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008) 2. Teknologi Menurut Kenneth dan Jane (2005;18) dalam Silka Hartina (2009;30), perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktifitas input, pemrosesan, dan output dalam sebuah informasi. Kenneth dan Jane (2005;10) juga mengatakan bahwa perangkat lunak komputer merupakan sekumpulan rincian instruksi program yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat keras komponen komputer dalam sebuah sistem informasi. Teknologi komputer dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan pemerintah dalam menyusun laporan keuangan. Perangkat lunak (software) yang terdapat di dalam komputer adalah aplikasi khusus yang dinamakan program Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan selanjutnya secara otomatis mempersiapkan laporan keuangan daerah ketika laporan tersebut dibutuhkan. Pemerintahan Daerah akan menyusun laporan keuangan daerah mengacu pada standar akuntansi yang berlaku umum, yaitu Standar akuntansi Pemerintahan. Pemanfaatan
teknologi
informasi
tersebut
mencakup
adanya
(a)
pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
44
pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negeri ini (Hamzah, 2009 dalam Zuliarti 2012). 3. Sistem Pengendalian Internal Dalam Buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, terdapat penjelasan mengenai pengertian sistem pengawasan intern. Intinya ialah, dalam arti luasnya sistem pengawasan intern mencakup pengawasan yang dapat dibedakan atas pengawasan yang bersifat akuntansi dan administrasi. Sistem Pengendalian Internal dilakukan untuk mengawasi kinerja pemerintah dalam menyusun laporan keuangan, untuk menghindari dari kecurangan manipulasi angka–angka yang dapat merugikan masyarakat dan Negara, serta memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi meliputi pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan dan pemda tersebut belum memperoleh opini WTP adalah karena penyajian yang belum sepenuhnya sesuai SAP,lemahnya SPI,belum tertatanya barang milik Negara/Daerah dengan tertib, pengadaan barang yang belum mengikuti ketentuan yang berlaku dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola keuangan Terdapat empat indikator, yaitu: (1) Integritas data, (2) Ketepatan input dan posting data, (3) Prosedur otorisasi dokumen transaksi, (4) Tersimpannya dokumen sumber data, (5) Pembagian tanggungjawab, (6) Penentuan kebijakan dan standar akuntansi, (7) Implementasi kebijakan dan standar dengan
45
menggunakan skala likert satu sampai lima. Nilai tersebut dimulai dari (1) ”Sangat Tidak Setuju” hingga (5) ”Sangat Setuju” untuk skenarionya dan jika responden menjawab (5) ”Sangat Setuju”, maka cenderung bahwa kualitas laporan keuangan tinggi. Kriteria tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Indriasari dan Nahartyo (2008). 4. Audit Audit
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat ditindaklanjuti oleh auditee. Dalam laporan audit, auditor menyatakan pendapatnya (opini). Opini merupakan pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria, kesesuaian, dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang–undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern. Kualitas ini harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi. Dengan demikian, indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit antara lain kualitas proses, apakah audit dilakukan dengan cermat, sesuai prosedur, sambil terus mempertahankan sikap skeptis. Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses
46
peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi auditor (Efendy, 2010) 5. Pengalaman Kerja Dengan pengalaman kerja yang lebih lama, baik eksekutif maupun legislatif tentunya telah berpengalaman dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah pemerintahan khususnya dalam penyusunan anggaran dan laporan keuangan. Seiring bertambahnya pengalaman kerja dan keterampilan pekerjaan, maka prestasi kerja biasanya akan ikut bertambah. Tenaga kerja yang berada pada usia produktifnya memiliki tingkat produktifitas yang lebih baik. Hal ini akan jauh lebih efektif lagi apabila tenaga kerja tersebut juga memiliki pengalaman kerja yang lebih baik. Hal lain yang tidak kalah penting adalah pelatihan, mengingat bahwa melalui pelatihan mampu memberikan tambahan kemampuan dalam menghadapi perubahan maupun penyesuaian sistem kerja di masa mendatang. Boner dan Walker (1994 dalam Yudhi dan Meifida, 2006), mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Dalam tataran individu, Rivai (2011) dalam Galih (2013) menyatakan bahwa prestasi kerja seseorang ditentukan oleh dua hal, Ability dan Motivation. Ability merupakan gabungan dari knowledge dan skill. Ability juga dapat meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman kerja seseorang pada suatu bidang. Kriteria tersebut mengacu penelitian yang dilakukan Nugraha (2012)
47
3.2
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah Dinas yang terdapat pada
Kabupaten Kuantan Singingi, dan sampel yang diambil menggunakan purposive sampling, yaitu metode pengambilan sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti (Sekaran, 2003 dalam Zuliarti, 2012). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah: a. Para pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi/tata usaha keuangan pada SKPD. b. Responden dalam penelitian ini adalah kepala dan staf subbagian akuntansi/penatausahaan keuangan, sehingga tiap SKPD ditetapkan secara cluster sampling sebanyak 3 orang yang menjadi responden. c. Responden ditetapkan pada subbagian keuangan, pemegang kas dan penata laporan tiap SKPD. Penentuan responden masing-masing tiap SKPD didasarkan pada alasan : a. Maksimal 3 responden pada tiap SKPD supaya unit analisis bersifat heterogen dan persepsi responden dapat menyebar secara merata di SKPD. b. Penentuan 3 responden pada tiap SKPD karena hanya akan melihat persepsi subbagian keuangan, pemegang kas dan penata laporan. c. Penentuan 3 responden pada tiap SKPD didasarkan pada asumsi bahwa subbagian keuangan, pemegang kas dan penata laporan keuangan yang mengetahui secara pasti mengenai pelaporan keuangan tiap SKPD.
48
Jumlah populasi
28
Responden tiap dinas
3
Sampel
84
Tabel 3.1 Dinas – Dinas yang terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi : No
Nama Dinas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Dinas Sekretariat Daerah Dinas Sekretariat Dewan Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Dinas Tanaman Pangan Dinas Perkebunan Dinas Perikanan Dinas Peternakan Dinas Kehutanan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pendapatan Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan Dinas Inspektorat BAPPEDA BLH Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Badan Kepegawaian Daerah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satuan Polisi Pamong Praja RSUD Jumlah
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Responden 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 84
49
3.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan data primer yang didapat dari
penyebaran kuesioner, agar data yang diperoleh relevan, dapat dipercaya, obyektif dan dapat dijadikan landasan dalam proses analisis. Prosedur pengumpulan data melalui metode kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM),Teknologi,Sistem Pengendalian Internal (SPI), Audit, dan Pengalaman Kerja sehingga dapat dianalisis pengaruhnya terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara penyebaran langsung kepada Dinas terkait. 3.4 Metode Analisis Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengn kuantitatif. Dalam penelitian ini, karena jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, maka analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantitatifkan data-data penelitian ke dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan skala likert 5 poin (5-point likert scale). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Menurut Sugiyanto (2004) dalam Sembiring (2009) menjelaskan bahwa regresi linier berganda adalah regresi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variable independen terhadap variable dependen. Maka formulasi model penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
50
Dimana:
3.4.1
Y
= Kualitas Informasi Laporan Keuangan
A
= Konstanta
b(123)
= Koefisien Regresi
X1
= Sumber Daya Manusia
X2
= Teknologi
X3
= Sistem Pengendalian Internal
X4
= Audit
X5
= Pengalaman Kerja
E
= Error atau variasi gangguan
Uji Reliabilitas dan Validitas Untuk menguji apakah konstruk yang telah dirumuskan reliabel dan valid,
maka perlu dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas. 3.4.1.1 Uji Validitas Kesahihan (validity) suatu alat ukut adalah kemampuan alat ukur itu untuk mengukur apa yang sebenarnya harus diukur atau dengan perkataan lain alat ukur dapat mengukur indikator-indikator suatu obyek pengukuran. Kesahihan itu perlu sebab pemrosesan data yang tidak sahih atau bias akan menghasilkan kesimpulan yang tidak benar. Untuk melihat apakah instrument tersebut valid, maka dilakukan uji validitas dengan cara mengkorelasikan antara skor masing-masing butir pertanyaan terhadap total skor. Bila korelasi antara masing-masing butir terhadap total skor tersebut signifikan maka data tersebut dinyatakan valid.
51
3.4.1.2 Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Azwar (1997), reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot. Pengukuran variabel tersebut dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Nunnaly (1960) dalam Ghozali (2006) mengatakan pada umumnya suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpa lebih besar dari 0,60 3.4.2
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa dalam penelitian ini
tidak terdapat multikolinearitas, dan heteroskedastisitas, serta data yang dihasilkan memiliki distribusi normal. Apabila tidak dijumpai adanya multikolinearitas, dan 50 heteroskedastisitas, maka asumsi klasik telah terpenuhi. Uji asumsi klasik yang dilakukan menurut Ghozali (2006). 3.4.2.1 Uji Normalitas Salah satu cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Analisis grafik dapat dilakukan dengan: (a) melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dan (b) normal probability plot yang
52
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Cara lain adalah dengan uji statistik one-sample Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dari one-sample Kolmogorov-Smirnov adalah: 1. Jika hasil one-sample Kolmogorov-Smirnov di atas tingkat signifikansi 0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas; dan 2. Jika hasil one-sample Kolmogorov-Smirnov di bawah tingkat signifikansi 0,05 tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.4.2.2 Uji Multikolinearitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variable independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pad asuatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). - Jika nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut
53
- Jika tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut. 3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada/tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot dengan ketentuan: - Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka menunjukkan telah terjadi heteroskedastisitas. - Jika tidak ada pola yang kelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.4.3
Koefisien determinasi Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Range nilainya antar 0 - 1, apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variable - variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, dan sebaliknya apabila R2 besar berarti kemampuan variable - variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen besar. 3.4.4 Uji simultan (uji statistik f) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara
54
bersama-sama terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini digunakan untuk menguji kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Teknologi, Pengalaman Kerja dan Audit secara bersama-sama terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka hipotesis diterima. Hal ini berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen, dan sebaliknya. 3.4.5 Uji Partial (uji statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pada penelitian ini digunakan untuk menguji kompetensi Sumber daya manusia (SDM), Sistem Pengendalian Internal (SPI), Teknologi, Audit dan Pengalaman Kerja secara partial terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi Jika nilai probabilitas signifikansi < α, maka hipotesis diterima, begitu pula sebaliknya.