perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.
Pengertian Media Elektronik Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi
elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital (Wikipedia, 2013). Media elektronik televisi , radio , telepon , desktop komputer, game, Hp) juga dapat dianggap media elektronik (freedictionary). adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis untuk pengguna akhir (penonton) untuk mengakses content. Media elektronik utama yang dikenal masyarakat umum lebih dikenal sebagai video recordings, audio, slide, CD-ROM, recordings presentations. Setiap peralatan yang digunakan dalam proses komunikasi elektronik (misalnya televisi, radio, telepon, desktop komputer, game, hp) juga dapat dianggap media elektronik / freedictionary. (Bagdja, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media Elektronik a) Televisi 1) Pengertian Televisi Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang hitam-putih maupun berwarna yang menggunakan media visual/penglihatan. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. (Arsyad, 2007). Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Apa yang disaksikan pada layar televisi semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi getaran-getaran listrik. Getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar mengubah getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit. Melalui satelit, gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi (Burton, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar, majalah, tabloid, dan radio siaran) yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Karakteristik televisi yang utama adalah audio-visual, yakni dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar. Jadi dari segi pengaruh atau efek kepada masyarakat jelas sedikit lebih kuat ketimbang efek yang ditimbulkan media massa cetak (Prasetya, 2007). 3) Jenis Siaran Televisi Siaran televisi adalah jenis acara atau program yang disiarkan di televisi. Jenis siaran televisi yang banyak mempengaruhi anak-anak adalah siaran televisi yang mengandung unsur konsumerisme, mistik, seks dan kekerasan. Jenis filmfilm laga kepahlawanan (hero) selalu menarik perhatian dan disenangi anak-anak (Surono, 2007). Penelitian Liebert dan Baron, menunjukkan hasil anak yang menyaksikan program televisi yang menampilkan adegan kekerasan memiliki keinginan lebih untuk berbuat kekerasan, dibandingkan dengan anak yang menyaksikan program netral (tidak mengandung unsur kekerasan). Sebenarnya -
-
kata yang kasar, walaupun banyak juga terdapat adegan-adegan kebaikan (karena biasanya film-film tersebut bercerita tentang pertentangan antara kebaikan dan kejahatan). Contoh film-film yang memiliki kedua unsur tersebut adalah film Sibolang, Upin-ipin, Naruto, Sinzan, Power Ranger dan Doraemon. Film-film ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat populer di dalam dunia anak-anak sehingga seringkali menjadi model yang ditiru oleh anak-anak. Meskipun mengandung adegan kekerasan, namun film-film ini sepertinya tidak menimbulkan kecemasan bagi orangtua, karena para orang tua sampai sekarang merasa aman meninggalkan anak-anak ketika menyaksikan filmfilm ini, Sedangkan siaran-siaran yang mengandung unsur positif yaitu acaraacara yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan seperti berita tentang kejadiankejadian informasi yang menambah pengetahuan anak, dialog tentang pendidikan, wawancara tentang perilaku anak dan pendidikan, petulangan anak, lagu-lagu anak-anak yang cerita, cerita anak yang memacu kreativitas dan mendidik, sinetron yang mengajarkan kebaikan dan pendidikan, dan lain sebagainya. (Prasetya, 2007). Televisi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang menyaksikan program acara atau siaran televisi. Adapun pengaruhnya yang bersifat positif sebagai berikut : a) Adanya sinetron yang bernafaskan keagamaan yang mempengaruhi anak untuk selalu berbuat kebaikan, b) Adanya acara atau siaran yang bernuansakan pendidikan atau pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya yang membuat anak selalu ingin tahu sesuatu hal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Siaran Televisi bagi Anak a) Dampak Positif Siaran Televisi Televisi memang mempunyai manfaat dan unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif maupun psikomotor. Namun tergantung pada acara yang di siarkan televisi. Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif diantaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif (Wahiddien, 2007). Dalam perspektif kesenian, siaran sinetron merupakan hasil rekaan sang sutradara yang isinya tidak mesti meliput realitas empiris dari pergaulan remaja kita sehari-hari. Meskipun demikian, sinetron akan memberi dampak psikologis bagi para penontonnya jika disiarkan oleh sebuah media publik seperti televisi. Ia akan berdampak positif bagi pemupukan moralitas anak-anak dan remaja jika isinya mengandung ajakan berbudi pekerti luhur, bekerja keras, ulet, giat belajar, berdisiplin dan sejenisnya. Zubaedi (2005). Menurut
Ruslan
(2007),
televisi
mempunyai peran positif dalam perkembangan anak dan bagi guru di sekolah, sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Televisi akan memperkaya pengetahuan anak dan dapat memahami pelajaran, keuntungannya guru dapat lebih cepat mempresentasikan pelajaran, karena memberikan informasi terkini (up to date). b.
Televisi dapat membangkitkan perhatian anak dan guru dapat lebih memperdalam beberapa bagian kurikulum.
c.
Televisi membantu guru untuk membuat siswa belajar yang menyenangkan.
d.
Siaran film atau sandiwara dalam televisi dapat menyentuh emosi seperti sedih dan marah, dan siswa dapat berlatih untuk mencobanya dengan teman sekelas, orang tua atau guru.
e.
Televisi merupakan agen sosialisasi paling baik.
b) Dampak Negatif Siaran Televisi Bagi Anak 1). Terhadap perkembangan anak Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir di segala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun. Menyaksikan acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa, dengan catatan apabila menyaksikan televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang disaksikan sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya kontrol/pengawasan dari orang tua. Namun kenyataan yang terjadi, banyak dari anak-anak menonton acara yang seharusnya belum pantas untuk disaksikan serta kebiasaan menyaksikan televisi telah menjadi kebiasaan yang berlebihan tanpa di ikuti dengan sikap yang kreatif, bahkan bisa menyebabkan anak bersikap pasif (Majid, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagi anak-anak, kebiasaan menonton televisi bisa mengakibatkan menurunnya minat baca anak-anak terhadap buku, serta masih banyak lagi dampak negatif lainnya jika dibandingkan dampak positifnya yang hanya sedikit sekali. Anak-anak cenderung lebih senang berlama-lama di depan televisi dibandingkan harus belajar atau membaca buku. Melihat acara-acara yang disajikan oleh stasiun televisi, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dikatakan berbahaya bagi anakanak untuk ditonton. Kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang akan menggerogoti anak-anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menyaksikan televisi yang berlebihan. Dapat dibayangkan apabila anak-anak yang merupakan aset-aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan bangsa ini sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal dan akhirnya akan menjadi negara yang akan dilecehkan oleh negara lain. Inilah fakta yang bukan hanya untuk diperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetapi perlu dilakukan tindakan nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya diperlukan satu kesatuan tekad dalam setiap diri orang tua dan anggota masyarakat untuk bisa mengantisipasi dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televisi terhadap acara-acara yang disiarkan oleh setiap stasiun televisi (Veloso, 2008). Jika dikaji lebih jauh, dampak negatif dari menyaksikan televisi secara berlebihan yaitu : a.
Mengganggu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan herbal membaca maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.
b.
Meningkatkan
agresivitas
dan
tindak
kekerasan,
tidak
mampu
membedakan antara realitas dan khayalan. c.
Berperilaku konsumtif karena rayuan iklan
d. Mengurangi kreativitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis dan sendiri. e.
Televisi menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain.
f.
Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) karena kurang berkreativitas dan berolahraga.
g.
Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkeraman
dengan
anggota
keluarga
tergantikan
dengan
menyaksikan televisi, yang cenderung berdiam diri karena asyik dengan jalan pikiran masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id
h.
digilib.uns.ac.id
Matang secara seksual, lebih cepat asupan gizi yang bagus, adegan seks yang sering di lihat, menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditambah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di televisi semakin menjerumuskan anak (Majid, 2009). Majid, (2009) mengatakan banyak orang beranggapan dampak televisi
tidaklah terlalu besar bagi anak-anak, malahan orang tua hanya melarang anak-anaknya untuk tidak menyaksikan film yang berbau pornoaksi dan membiarkan mereka menyaksikan film yang biasa-biasa saja atau memang film anak-anak, namun sebenarnya film anak-anak yang disaksikan oleh anakanak pun tidak menutup kemungkinan bisa berdampak negatif bagi anak itu sendiri. 2. Dampak negatif terhadap konsentrasi Televisi memiliki dampak negatif terhadap daya konsentrasi individu. Dampak negatif televisi pada daya konsentrasi individu setidaknya dapat dibedakan sebagai berikut : a.
Singkatnya durasi konsentrasi (span of concentration). Siaran
informasi
yang
beraneka
ragam
silih
berganti
memborbardir pikiran individu sedemikian rupa berkonsentrasi pada satu siaran hanya dalam waktu singkat. Penelitian yang dilakukan oleh Psikolog Ed Palmer terkait dengan perancangan serial televisi anak-
Sesame Street
-
masing segmen dari serial televisi tersebut akan optimal jika durasinya tidak lebih dari 4 (empat) menit. Konsekuensi dari hal ini tentu seiring
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semakin intensifnya individu menyimak siaran televisi tanpa disadari durasi konsentrasinya semakin singkat. Dengan kata lain, durasi konsentrasi yang singkat seringkali diakibatkan karena pembiasaan. b.
Kesulitan pengendalian konsentrasi pada stimulus tertentu Berbagai siaran yang memiliki kandungan kegemparan bagi pikiran (excitement), misalnya hal yang terkait dengan seksualitas, mistik atau
yang
lainnya
menyebabkan
individu
sulit
mengendalikan
konsentrasinya pada stimulus tertentu. Ketika individu terbiasa untuk menyaksikan
siaran
yang
mengandung
komponen
kegemparan,
contohnya siaran yang terkait dengan seksualitas atau horor, sebagai akibatnya pikiran lebih mudah terkonsentrasi pada hal tersebut. Seringkali fenomena ini terjadi secara otomatis diluar kehendak individu yang besangkutan. Hal ini utamanya diakibatkan oleh mekanisme alami pikiran individu dalam melakukan pembelajaran, dimana selalu memberikan atensi baru pada asosiasi-asosiasi baru, yang mana kembali lagi dimiliki hanya oleh berbagai hal yang memiliki kandungan kegemparan (excitement). Tentu lebih mudah mengingat berbagai hal yang aneh dibandingkan berbagai hal yang awam. Jika hal ini terus berlanjut, tentu akibat setelahnya tanpa disadari individu semakin sulit untuk mengendalikan konsentrasinya pada hal yang penting bagi dirinya, misalnya materi pelajaran yang tengah dipelajari. Lalu, apa yang dapat Anda lakukan untuk menghindari pengaruh program televisi bagi anak?
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Mulailah sekarang juga, Tak sedikit anak-anak yang ketagihan menonton televisi sejak berusia dini. Kebiasaan menyaksikan tontonan televisi yang dapat merusak moral anak dapat diubah hanya dengan menggantikannya dengan berbagai kebiasaan baru di luar menonton televisi. Ubah sedikit demi sedikit setiap hari.
2.
Letakkan televisi di ruangan yang jarang digunakan dengan meletakkan televisi di ruangan yang jauh dari tempat anggota keluarga berkumpul dan berkegiatan, anak-anak diharapkan enggan menonton dan menjadi lebih selektif dalam memilih acara- acara yang akan ditonton.
3.
Sehari tanpa televisi diskusikan bersama keluarga untuk memilih satu hari tanpa televisi. Tentukan kegiatan apa yang akan dilakukan pada hari yang telah disepakati tersebut.
4.
Jangan jadikan televisi sebagai "babysitter"Anda tentu tidak bakal menitipkan anak begitu saja kepada orang asing. Anggap saja televisi sebagai "orang asing" ini. Ya, televisi tidak dapat menanggapi tangisan anak atau mengetahui apa anak anda ketakutan atau tidak; atau mengingatkan acara yang ditayangkan hanya untuk orang dewasa.
5.
Pilih acara yang akan ditonton. Anda bisa membatasi acara apa saja yang akan anda saksikan bersama keluarga. Misalnya, dengan membaca ulasan acara televisi yang banyak dimuat di berbagai tabloid dan surat kabar acara televisi. Jangan hanya menyetel televisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk melihat semua yang ditayangkan. Bantu anak untuk memilih program sesuai usia, minat dan kematangannya. 6.
Dampingi anak anak-anak menonton acara yang telah mereka pilih, dan bantu mereka menilai acara yang mereka tonton berdasarkan nilai-nilai dan tradisi yang ditanamkan dalam keluarga.
7.
Beda rekayasa dan kehidupan nyata jelaskan kepada anak bahwa kekerasan atau teror yang mereka saksikan dalam film hanyalah akting, bukan kejadian sebenarnya.
8.
Diskusikan iklan-iklan Tunjukkan pada anak, mana saja iklan-iklan yang hanya membujuk mereka mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu yang kurang bermanfaat. Beri kebebasan anak untuk membantu anda memilih benda yang bermanfaat atau makanan yang bergizi bagi seluruh anggota keluarga (Arya, 2009).
5) Peran Keluarga / Orang Tua dalam Mengawasi Anak Menyaksikan Televisi Kecemasan orang tua terhadap dampak menonton televisi bagi anakanak memang sangat beralasan, mengingat bahwa banyak penelitian menunjukkan televisi memang memiliki banyak pengaruh negatif maupun positif. Yang dikhawatirkan dari kalangan orang tua adalah anak-anak yang belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas, karena media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Namun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
demikian harus diakui bahwa kebutuhan untuk mendapatkan hiburan, pengetahuan dan informasi secara mudah melalui televisi juga tidak dapat dihindarkan. Televisi, selain selalu tersedia dan amat mudah diakses, juga menyuguhkan banyak sekali pilihan, ada sederet acara dari tiap stasiun televisi, tinggal bagaimana pemirsa memilih acara yang dibutuhkan, disukai dan sesuai dengan selera. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak ada yang memberitahu anak akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah satu, anak mungkin tidak tahu. Disinilah tugas orang tua untuk selalu memberi pengertian kepada anak, secara konsisten. Kebingungan anak karena standar ganda yang diterapkan orang tua juga bisa teratasi kalau orang tua memberi penjelasan kepada anak (Veloso, 2008). kalaupun tidak sempat mendampingi anak, orangtua sebaiknya menyeleksi program televisi mana yang benar-benar cocok untuk anak. Sebelum anak diizinkan untuk menonton program televisi tertentu, orangtua sudah mengetahui program tersebut cocok atau tidak untuk anak, jadi orang tua sudah terlebih dahulu menonton program tersebut dan melakukan evaluasi. Karena setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oleh sebab itu hal sekecil apapun harus diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya,
perpustakaan.uns.ac.id
sudah
sepatutnya
digilib.uns.ac.id
setiap
orang
tau
mempersiapkan
senjata
untuk
mengantisipasinya. Banyak dampak negatif yang diakibatkan oleh siaran televisi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang tua, yaitu : 1.
Pilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
2.
Dampingi anak menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orang tua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk ditonton.
3.
Letakkan televisi di ruang tengah, hindari menyediakan televisi di kamar anak. Dengan meletakkan televisi di ruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontotan anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecenderungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
4.
Tanyakan acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif.
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
6.
Acara yang bisa dilakukan misalnya tamasya, silaturahmi tempat sanak keluarga dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.
7.
Perbanyak membaca buku, letakkan buku di tempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan.
8.
Perbanyak mendengarkan radio memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton televisi (Majid, 2009). Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendengarkan
radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika dibandingkan dengan menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tanpa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dilihat dan dengar. Begitu juga dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan menonton televisi karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak (Sulastowo, 2008).
2.
Pola Asuh Orang Tua Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur), Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Menurut Emaniar (2009) pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif. Dalam sumber lain mengatakan Pola asuh adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik, sehingga dijadikan panutan bagi sikap anaknya. Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. (Theresia, 2009, dalam Suparyanto, 2010)
1) Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua Tipe pola asuh orangtua menurut Baumrind (2000, dalam Parke & Locke, 2007) terdiri dari tiga tipe yaitu: a. Pola asuh authoritarian (otoriter)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah pengasuhan yang kaku, diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang keinginan anak. Para orangtua mempunyai sifat keras, kekuasaan yang keras, kasar dan tidak mau mendengarkan keinginan anak-anak mereka. b. Pola asuh authoritative (demokratis) Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan dengan sikap dan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial, dan pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling kondusif diterapkan pada anak. c. Pola asuh permessive Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol orangtua. Pola asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Pola asuh ini membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan teman yang membuat orangtuanya tidak suka, anak menjadi lebih cepat dewasa secara biologis. Orangtua yang permessive adalah orangtua yang kaku dan berfokus pada kebutuhan mereka sendiri. Terutama saat anak menjadi lebih dewasa, orangtua gagal mengawasi kegiatan anak atau untuk mengetahui dimana mereka, apa yang sedang mereka lakukan atau siapa teman anak mereka. Hasil penelitian Setiana (2010) yang berjudul hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang napza pada anak kelas XI di SMA PGRI 1 Jombang Kabupaten Jombang 2010, bahwa mayoritas pola asuh yang diterapkan orangtua adalah demokratis yaitu 56,9%. Berdasarkan hasil penelitian Oktiva (2010) yang berjudul hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMAN 1 Tawangsari Sukoharjo, mayoritas pola asuh yang diterapkan orang tua pada remaja adalah authoritative (demokratis). Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Dr.Paul Hauck menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam pola, yaitu (Hauck, 1993):
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kasar dan tegas Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik menentukan peraturan yang keras dan teguh yang tidak akan di ubah dan mereka membina suatu hubungan majikan-pembantu antara mereka sendiri dan anak-anak mereka. 2. Baik hati dan tidak tegas Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak-anak nakal yang manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang bersifat kekanak-kanakan secara emosional. 3. Kasar dan tidak tegas Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak dengan sengaja berprilaku buruk dan ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan untuk itu. 4. Baik hati dan tegas Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak-anak mereka tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam melakukan ini, mereka membuat suatu batas hanya memusatkan selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si anak atau pribadinya. Drs. H. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Institute, corak hubungan orang tua-anak dapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu (Ahmadi,1991): 1.
Pola menerima-menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak.
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pola memiliki-melepaskan, pola ini didasarkan atas sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali.
3.
Pola demokrasi-otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisifasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisifasi dalam keputusankeputusan keluarga. Menurut Elizabet B. Hurlock ada beberapa sikap orang tua yang khas
dalam mengasuh anaknya, antara lain : 1. Melindungi secara berlebihan. Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan. 2. Permisivitas. Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati dengan sedikit pengendalian. 3. Memanjakan. Permisivitas yang berlebih-memanjakan membuat anak egois, menuntut dan sering tiranik. 4. Penolakan.
Penolakan
dapat
dinyatakan
dengan
mengabaikan
kesejahteraan anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang terbuka. 5. Penerimaan. Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang
pada
anak,
orang
tua
yang
menerima,
memperhatikan
perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Dominasi. Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif. 7. Tunduk pada anak. Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi mereka dan rumah mereka. 8. Favoritisme. Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam keluarga. 9. Ambisi orang tua. Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka naik di tangga status sosial. Danny I. Yatim-Irwanto mengemukakan beberapa pola asuh orang tua, yaitu (Danny, 1991): 1. Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi. 2. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. 3. Pola asuh permisif, pola asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya. 4. Pola asuhan dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap otonomi dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri. 5. Pola asuhan dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orang tua mempergunakan hadiah yang bersifat material atau suatu janji ketika menyuruh anak berprilaku seperti yang diinginkan.
Syarat Pola Asuh Efektif Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif : a. Pola Asuh harus dinamis Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak berteletele dan bahasa yang mudah dimengerti. b. Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak
yang
berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Ayah ibu mesti kompak Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, -nilai yang boleh dan tidak. d. Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami. e. Komunikasi efektif Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak.
Jadilah pendengar yang baik dan jangan
meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah. f. Disiplin Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal
harian sehingga bisa lebih teratur dan
efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak. g. Orang tua konsisten Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua
juga harus konsisten, jangan sampai lain kata
dengan perbuatan (Theresia S. Indira, 2008).
2) Faktor Utama Yang Mempengaruhi Pola Asuh a. Budaya Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka. b. Pendidikan Orang Tua Orang tua yang memiliki pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak. c. Status Sosial Ekonomi Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permessif dalam mengasuh anak (Hurlock, E,B 2006).
3) Konsep Orang Tua Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak) serta mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat dan mendidik anak tersebut guna menjadi generasi yang baik. Orang tua mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual anaknya seperti:
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar agar anak tidak tertekan.
2.
Mengajarkan kepada anak tentang dasar-dasar pola hidup pergaulan yang benar.
3.
Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup keluarga
merupakan media awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anakanaknya agar menjadi manusia baik-baik. (Sochib, 2010)
3.
Konsep Perkembangan Karakter
1) Pengertian Karakter Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan perilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan kerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertaggungjawabkan setiap akibat dari keputusanya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Monks ( perilaku yang menjadi acuan tata tata nilai interaksi antar manusia. Secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggug jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity
ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang suatu kelompok atau bangsa. Sementara itu, The Free Dictionary
dalam
situs
onlinenya,
yang
dapat
diunduh
secara
bebas
mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter, juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri, atau
pekerti menunjukan etika yang baik dan sangat urgen bagi diri seseorang agar dirinya eksis pada waktu berhubungan dengan orang lain. Karakter/budi pekerti adalah nilai-nilai yang khas, yang baik berbuat baik dalam kehidupan yang berdampak positif atau baik bagi lingkungan tempat tinggalnya. Karakter/budi pekerti yang memancar dari olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa, individu,
hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat abstrak yang ada pada diri seseorang, sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai. Dengan mengetahui adanya karakter, seorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya, terhadap berbagai fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubunganya dengan orang lain, dalam berbagai ke adaan, serta sebagaimana mengendalikany Mengacu pada berbagai pengertian tersebut, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang terbentuk baik pengaruh lingkungan, yang yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dengan sikap dan perilakunya dalam kehidupanya sehari-hari.
2) Jenis-jenis Karakter Anak Menurut Ony Haryati (2013), ada beberapa jenis karakter anak, antara lain : 1.
Koleris, anak yang memiliki kepribadian koleris cenderung bersifat apa adanya tidak pernah mau dipusingkan dengan semua hal yang bertele tele. Contoh sederhananya adalah cara berpakaian yang simple dan lebih berorientasi pada fungsi dari pakaian tersebut. Memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga cara berpikirnyapun lebih maju dibandingkan dengan anak seusiannya.
2.
Sanguinis, mungkin anda pernah datang kesebuah pesta dimana ada anak/orang yang tampil dengan pakaian ngejreng berwarna warni, banyak bicaranya selalu tampil enerjik, dialah anak dengan kepribadian sanguinis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam bahasa sederhana bisa dikatakan anak dengan kepribadian sanguinis cenderung over akting dan ingin tampil wah dan diperhatikan lebih. 3.
Melankolis, anak dengan kepribadian melankolis selalu tampil rapi, tulisannya terlihat sangat rajin dan dermawan dengan meminjamkan catatannya kepada teman yang lain. Santun, sopan dan maaf mudah menangis itulah beberapa ciri anak berkepribadian melankolis.
4.
Phlegmatis, adalah kepribadian anak yang sangat patuh dan taat pada aturan. Anak ini rela menghabiskan waktu berjam jam hanya untuk menyelesaikan sesuatu asalkan sesuai dengan petunjuk dan perintah yang diberikan. Jadi anda harus sabar dan telaten dengan kepribadian anak seperti ini.
3) Proses Pembentukan Karakter Anak
persen turunan dari orang tua, tentu saja karakter tidak bisa di bentuk. Ia merupakaan bawaan lahir seseorang. Namun, jika gen hanyalah salah satu faktor pembentukan karakter, kita akan meyakini bahwa karakter bisa dibentuk semenjak
Dalam berbagai literatur, kebiasaan yang dilakukan secara berulangulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang. Gen hanya merupakan salah satu faktor penentu saja. Namun, jangan pula meremehkan faktor genetis ini. Meskipun satu-satunya penentu, ia adalah penentu pertama yang melekat pada diri anak. Jika tidak ada proses berikutnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang memiliki pengaruh kuat boleh jadi faktor genetik inilah yang menjadi karakter anak. Akan tetapi, kecenderungan saat ini, pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembagalembaga sosial lainya. Begitu pula masyarakat juga mengambil peran yang besar dalam pembentukan karakter.
pendidikan yang paling depan dalam mengembangkan pendidikan karakter . melalui sekolah, proses-proses pembentukan dan pengembangan karakter anak mudah dilihat dan ukur. Peran sekolah adalah memperkuat proses otonomi anak . Karakter dibangun secara konseptual dan pembiasaan dengan menggunakan pilar moral, dan hendaknya memenuhi kaidah-
4) Pola Asuh Orang Tua Yang Baik Dalam Pembentukan Karakter Anak
yang paling utama untuk menentukan masa depan anak. Demikian pula karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari dalam keluarga. Dalam hal ini ibu merupakan peran utama, karena ibu yang melahirkan, sangat dekat dengan
Sebelum anak masuk sekolah, (pendidikan formal) pendidikan yang pertama kali yang diberikan kepada anak adalah pendidikan dalam keluarga. Walaupun sebelum itu anak dimasukan kedalam Pendidikan Anak Usia Dini
perpustakaan.uns.ac.id
(PAUD),
digilib.uns.ac.id
namun peran pendidikan
dalam
keluarga sangat menentukan
karekter/budi pekerti anak. Syaiful (2004) beberapa kebiasaan yang perlu diberikan kepada anak antara lain: a.
Orang tua mengajak anak mengikuti pertemuan dengan orang dewasa, di mesjid, pertemuan-pertemuan yang direncanakan tempatnya.
b.
Menyuruh melaksanakan tugas rumah, melatih mandiri, menghargai waktu dan keuangan.
c. Membiasakan mengucapkan salam. (setiap salam adalah sunat terutama umat Muslim) d. Menjenguk anak yang sakit. e.
Memilih teman yang baik, yang penting teman yang berkelakuan baik.
f.
Melatih berdagang, jika anak ingin mandiri nantinya.
g.
Menghadiri acara
yang disyaratkan
. melatih
anak
agar
semakin
bermasyarakat. (Syaiful, 2004) .
5) Konsep Anak Kamus
umum
bahasa
Indonesia
edisi
ketiga
susunan
W.J.S
Poerwadinata, anak itu dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu anak kandung atau anak dari darah daging sendiri. Anak angkat, yaitu anak yang bukan berasal dari keturunan asli atau anak orang lain yang di angkat dan diasuh sebagaimana anak sendri. Sedangkan anak tiri, adalah anak yang bukan anak kandung (anak bawaan suami atau isteri).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagian besar orang laki-laki atau perempuan beranggapan bahwa anak adalah karunia terbesar, harta yang paling berharga, cita-cita yang tinggi, serta belahan jiwa yang secara khusus diberikan oleh tuhan yang maha kuasa kepada manusia.
B. Penelitian Yang Relevan Effendy dalam penelitian yang berjudul pengaruh tontonan televisi terhadap kepribadian anak, mengemukakan bahwa pengaruh televisi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak mengetahui dan merasakannya, baik pengaruh positif ataupun negatifnya. Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan persepsi, dan perasaan para penonton. Sehingga mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah. Sebab salah satu pengaruh psikologis televisi seakan-akan menghipnotis penonton sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan kisah atau peristiwa yang disajikan televisi. Setiap orang akan senang jika menonton tayangan yang disukainya di televisi (Effendy, 1986). Penelitian Endah Sri Astuti (2004) yang berjudul pengaruh pola asuh orang tua terhadap gejala kenakalan anak / remaja dan penanggulangannya, menunjukkan bahwa peran orang tua cukup memberikan pengaruh terhadap munculnya gejala kenakalan anak/remaja yaitu memberikan sumbangan sebesar 19,4%. Dari 19,4% ini sumbangan terbesar diberikan oleh orang tua yang menjalankan model mengasuh permisif (terlalu membiarkan memberikan kebebasan secara berlebihan kepada anak). Dengan demikian orang tua dapat turut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berperan dalam pencegahan kenakalan anak/remaja dengan cara mengubah model/pola/gayanya mengasuh anak secara lebih positif karena model pengasuhan yang positif akan memberikan peluang kepada anak untuk mencapai kematangan kehidupan sosial dan intelektual. Penerapan model pengasuhan yang positif juga akan mencegah kenakalan anak/remaja. Penelitian Yossika V M (2013) yang berjudul Pengaruh media Televsi terhadap perilaku anak mengemukakan bahwa televisi mempunyai dua pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan kita, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negative. Tentunya para orang tua tidak menginginkan anaknya hanya mendapat pengaruh buruk dari televisi. Justru berharap agar anak mereka dapat memanfaatkan televisi sebaik mungkin dan dapat menghindari dampak buruk yang diberikan. Semua itu tidak akan terlepas dari peran serta orang tua. Mendampingi anak saat menonton tv mungkin terkesan sepele,namun itu salah satu hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengurangi dampak buruk yang akan diterima sang anak. Dizaman moderen sekarang ini banyak orang tua yang sibuk mencari nafkah sampai sampai tidak lagi memberikan perhatian yang cukup bagi anaknya. Kadang mereka menitipkan anaknya kepada sanak saudara yang mereka percaya, padahal yang anak butuhkan adalah kasih sayang, perhatian dan kehadiran dari orang tuanya sendiri. Pendampingan saat menonton televisi bertujuan agar orang tua dapat menjelaskan bila mana ada adegan adegan yang sulit dipahami oleh anak. Jika sang anak melontarkan pertanyaan berkaitan dengan apa yang mereka lihat ditelevisi tentang adegan yang tidak mereka mengerti, berikanlah satu alasan yang sekiranya masuk akal dan dapat mereka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terima dengan baik sesuai perkembangan umur mereka. Bila perlu lakukanlah kegiatan menonton bersama sama sang anak sambil mendiskusikan mana sisi baik dan buruk tayangan yang kita tonton agar bisa dimengerti oleh anak juga sebagai pelajaran dalam kehidupan. Erma Lestari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan prestasi belajar siswa mengemukakan bahwa Dalam mencapai prestasi yang memuaskan selain harus belajar juga ditunjang dengan penerapan pola asuh yang tepat, karena apabila dalam menerapkan pola asuh salah maka akan berpengaruh buruk pada sikap dan pribadi anak, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah.Akan tetapi masih banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa pola asuh yang diterapkan membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka. Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap kepribadian sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Berdasarkan penelitian M.Th.S.R. Retnaningdyastuti (2013) yang berjudul pembentukan karakter anak melalui permainan tradisional mengemukaan bahwa Nilai-nilai budaya lokal terdapat pada berbagai fenomena budaya masyarakat. Salah satunya ada pada permainan tradisional anak. Permainan tradisional memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku, dan keterampilan pada anak. Ada makna yang luhur yang terkandung di dalamnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, dan etika yang kesemuannya itu akan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Dari penelitian diatas dapat kita ketahui bahwa televisi dan pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan kepribadian anak, sehingga dari penelitian ini kita dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh televisi dan pola asuh orang tua tersebut terhadap perkembangan karakter anak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di depan, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian pengaruh media televisi dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan karakter anak.
Media Televisi
Status Ekonomi
Pola Asuh Orang Tua
Perkembangan Karakter Anak
Lingkungan Sekolah
Budaya
Lingkungan Masyarakat
Gambar 2.1 Kerangka berpikir pengaruh media televisi dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan karakter anak
D. Hipotesis Penelitian 1.
Ada pengaruh media televisi terhadap perkembangan karakter anak.
2.
Ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan karakter anak.
3.
Ada pengaruh media televisi dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan karakter anak.