BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1
Keuangan berbasis perilaku Sebelum
berbasis
pandangan
perilaku
berpandangan
muncul,
bahwa
mengenai
keuangan
keuangan
investor
konvesional
dalam
membuat
keputusan keuangan secara rasional. Menurut Barberis & Thaler (2002), menyebutkan bahwa rasionalitas dalam membuat keputusan keuangan mempunyai dua arti, yaitu pertama, ketika investor menerima sebuah informasi
baru,
mereka
segera
memperbarui
kenyakinan mereka secara benar, dan yang kedua, berdasarkan kepercayaan tersebut, investor membuat sebuah pilihan keputusan yang dapat diterima secara mendasar
atau
rasional.
Nofsinger
(2005)
menambahkan ide mendasar mengenai pandangan keuangan
konvesional
dalam
membuat
keputusan
keuangan dimana pandangan keuangan konvesional mempunyai dua asumsi yang mendasar, yaitu : (a) orang membuat keputusan secara rasional dan (b) orang tidak mengalami bias terhadap prediksi mereka terhadap masa depan. Namun pada kenyataannya, seringkali ditemukan perilaku investor dalam membuat keputusan keuangan 10
tidak rasional. January effect dan market bubble (1999 an) adalah sebagian contoh dari beberapa anomali atau penyimpangan yang tidak biasanya terjadi pada pasar saham.
January
effect
mencerminkan
adanya
optimisme investor yang berlebihan pada awal tahun, dimana optimisme tersebut secara tidak langsung mendorong sebagian besar investor untuk melakukan investasi pembelian saham di pasar saham, sedangkan adanya Market bubble( tahun 1999 an) mencerminkan adanya
pasar saham yang
perilaku
spekulan,
internet
pada
overvalued
dimana
waktu
itu
akan aksi
harga
saham-saham
secara
terus-menerus
mengalami kenaikan (Ricciardi & Simon, 2000). Mengenai
pandangannya
tentang
behavioral
finance, Barberis & Thaler (2002) menyebutkan bahwa behavioral finance adalah sebuah pendekatan baru dalam bidang keuangan sebagai respon atas beberapa kesulitan yang dihadapi dalam pandangan keuangan konvesional, dimana beberapa fenomena yang terjadi dibidang keuangan akan dapat lebih mudah dimengerti jika menggunakan sebuah model dimana suatu agent tidak
sepenuhnya
Ricciardi
&
berperilaku
Simon
(2000),
rasional. behavioral
Menurut finance
merupakan suatu disiplin ilmu dimana mencoba untuk menjelaskan dan meningkatkan pemahaman mengenai apa, mengapa dan bagaimana investor berperilaku, termasuk adanya proses keterlibatan emosional yang 11
mana
berpengaruh
dalam
proses
pembuatan
keputusan. Lebih lanjut, Ricciardi & Simon (2000) menambahkan bahwa behavioral finance terdiri dari unsur ilmu psikologi, sosiologi dan keuangan dimana kedepannya
akan
dapat
selalu
berkembang
dan
berintegrasi dengan disiplin ilmu lainnya. Dalam penelitian keuangan berbasis perilaku, khususnya mengenai pengaruh faktor psikologis dalam pengambilan Nofsinger
keputusan (2008)
Supramono
&
keuangan,
sebagaimana
Putlia
(2010)
Hirschey
dikutip
menyebutkan
&
dalam bahwa
seorang sering berperilaku aneh atau tidak rasional jika membuat keputusan yang melibatkan uang karena faktor psikologis lebih berperan dalam pengambilan keputusan keuangan. Salah satu contoh dari bentuk perilaku
tidak
rasional
karena
pengaruh
faktor
psikologis adalah perilaku disposition effect, yang mana menurut Shefrin & Statman (1985) diartikan sebagai kecenderungan seorang investor menjual saham yang bagus terlalu cepat, dan menahan saham yang tidak mempunyai prospek terlalu lama.
2.2
Disposition Effect Disposition effect yang diartikan oleh Shefrin &
Statman
(1985)
merupakan
pengembangan
dari
prospect theory yang dikemukakan oleh Kahneman &
12
Tversky
(1979),
disebutkan
dimana
bahwa
berperilaku
dalam
prospect
theory
kebanyakan
investor
akan
menghindari
resiko
(risk
averse)
jika
dihadapkan dengan sebuah pengharapan akan adanya keuntungan dalam investasinya namun jika investor dihadapkan
pada
mendapatkan kebanyakan
sebuah
kerugian dari
kemungkinan dalam
mereka
akan
investasinya,
seringkali
mengambil
keputusan untuk mengambil resiko (risk taking), hal ini disebabkan mereka merasa enggan untuk mengalami kerugian (loss aversion). Mengenai terhadap
dampak
tingkat
seseorang,
perilaku
kemakmuran
Nofsinger
(2005)
disposition atau
pada
effect
kekayaan
penelitiannya
terhadap investor saham di USA menyebutkan bahwa perilaku investor dalam menjual saham yang bagus (the winner) terlalu cepat dan menahan saham yang jelek (the losser) terlalu lama akan berpengaruh terhadap tingkat kemakmuran investor dalam 2 hal, yaitu, pertama : Investor akan membayar pajak Capital gain lebih besar, dimana saat mereka terlalu cepat menjual saham
pemenang
secara
otomatis
mereka
telah
merealisasikan capital gain sehingga harus membayar pajak atas capital gain. Pengenaan pajak atas capital gain tersebut akan mengurangi keuntungan investor, dan pada periode yang sama, mereka cenderung untuk menahan
saham
yang
jelek 13
terlalu
lama
(tidak
merealisasikan kerugian mereka) dimana seharusnya dengan menjual saham yang jelek atau merealisasikan kerugian
tersebut,
mengurangi
nilai
investor pajak
berkesempatan
dan
mengurangi
untuk jumlah
kerugian. Hal inilah yang menyebabkan akhirnya investor harus membayar pajak capital gain lebih besar, karena mereka membuang kesempatan untuk mengurangi nilai pajak dengan cara tetap menahan saham yang jelek atau tidak merealisasikan kerugian mereka. Hal yang kedua adalah bahwa investor menerima return yang lebih rendah atas saham bagus yang mereka jual terlalu cepat, dimana tidak berapa lama kemudian saham tersebut mempunyai performa yang terus
mengalami
peningkatan
(well
performance),
sedangkan disaat periode yang sama, saham jelek yang mereka tahan secara berkelanjutan terus menurun nilainya. 2.3
Faktor Demografi Demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah,
persebaran, territorial, dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu yang biasanya timbul dari fertilitas, mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status)(http://id.shvoong.com/exact-sciences/.
14
Bhandari & Daves (2006) menambahkan bahwa dalam penelitian keuangan berbasis perilaku seringkali menggunakan 3 (tiga) kategori variabel demografi. Varibel demografi tersebut berupa variabel bersifat numerik, seperti usia, berpasangan seperti gender serta marital status dan kategori yang terakhir yaitu odered
yang
terdiri
dari
pendapatan).
Beberapa
penelitian dalam bidang keuangan berbasis perilaku, menemukan adanya peran dari faktor demografi seperti variabel usia, pengalaman dan pendidikan dimana ikut berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan investasi,
misalnya
dalam
pengaruhnya
dengan
perilaku disposition effect (Chen et al, 2007; Goo et al, 2010). Chen
et
al,
(2007)
juga
menambahkan
mengkategorikan aspek demografi menjadi 5 (lima) faktor
berdasarkan
pengalaman, kekayaan
usia,
karakteristik investor
investor
dan
investor
yang
yakni
efektif,
dimana
investor
:
tingkat yang
berdomisili. Hilgert et al (2003) mengemukakan bahwa individu
dengan
usia
yang
masih
relatif
muda
cenderung membuat keputusan keuangan yang bias karena memiliki pengetahuan keuangan yang masih rendah. Hirschey & Nofsinger (2008) menambahkan mengenai pengalaman
faktor
pengalaman,
mempunyai
peran 15
dimana
faktor
penting
dalam
mempengaruhi
ketepatan
pengambilan
keputusan
keuangan.. Terkait faktor pendidikan, lebih lanjut Mittal dan Vyas (2009) menyatakan bahwa orang yang mempunyai pendidikan yang tinggi, lebih rasional dalam membuat keputusan karena merasa memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih.
2.4
Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Kecenderungan
perilaku
Disposition
Effect
dalam perdagangan saham, real estate dan pasar berjangka.
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya perilaku disposition effect adalah adanya perilaku loss aversion. Kahneman & Tversky (1979), dalam prospect theory
menyebutkan,
perilaku
keengganan
akan
menerima kerugian dari investasinya, menyebabkan investor berperilaku tidak rasional, yaitu berperilaku mengambil resiko disaat sedang mengalami kerugian, sedangkan disisi lain, ketika dihadapkan pada suatu pilihan
akan
mendapatkan
keuntungan,
investor
cenderung berperilaku menghindari resiko (risk averse). Dapat dikatakan bahwa, sebenarnya investor enggan menyadari dan mengakui bahwa keputusan yang dibuatnya adalah keputusan yang salah. Muermann & Volkman (2006) menambahkan perilaku menghindari penyesalan (avoiding regret) dan mencari kebanggaan
16
(seeking pride) adalah emosi psikologis yang mendorong investor melakukan perilaku disposition effect, dimana perilaku menghindari penyesalan akan mendorong investor untuk terus memegang saham pecundang (saham yang tidak mempunyai prospek) terlalu lama, dimana mereka berpikir saham tersebut akan segera pulih kembali (menjadi bagus), disisi lain perilaku mencari kebanggaan mendorong investor untuk segera menjual saham pemenang (saham bagus), dimana investor ingin segera merealisasikan keuntungannya dan berpikir bahwa keputusannya menjual saham yang sudah untung tersebut adalah tepat. Dalam penelitiannya terhadap investor individu di China, Chen, Kim, Nofsinger & Rui (2007) dengan menggunakan data dari broker-broker saham di China, menemukan beberapa hal sebagai berikut : (a) investor saham
individu
di
China
mempunyai
keputusan
perdagangan saham yang sangat lemah atau kurang bagus, dan mereka mengalami tiga perilaku bias, yaitu Disposition
Effect,
Overconfidence
dan
Representativeness bias; (b) investor china nampaknya mengalami perilaku Disposition Effect yang lebih kuat dibandingkan dengan investor di U.S. dan ; (c) Investor China yang berpengalaman cenderung lebih rendah mengalami perilaku bias dibandingkan dengan investor yang kurang berpengalaman.
17
Memperkuat sebelumnya terhadap
hasil
mengenai
investor
penelitian
perilaku
individu,
sebelum-
disposition
penelitian
Goo,
effect Chen,
Chang & Yeh (2010) terhadap investor saham individu di Taiwan dalam perdagangan saham secara online trading, menunjukan beberapa point penting yaitu : (a) Hanya
26
%
Investor
individu
di
Taiwan
yang
melaporkan memperoleh keuntungan dalam pasar yang sedang kondisi bull ;(b) Tingkat pendidikan secara signifikan
mempunyai
hubungan
yang
sangat
signifikan terhadap perilaku disposition effect, dimana investor dengan tingkat pendidikan sarjana atau lebih tinggi, mempunyai tingkat perilaku disposition effect yang lebih rendah dibandingkan dengan investor yang mempunyai pendidikan dibawah pendidikan sarjana ; (c)
Status
keuntungan
dan
kerugian
dari
hasil
perdagangan sangat berhubungan dengan perilaku disposition effect, dimana perilaku disposition effect ditemukan lebih kuat terjadi pada group dengan status lebih
banyak
tingkat
kerugian
(losser
group)
dibandingkan dengan group dengan status tingkat keuntungannya, dan (d) Terdapat 2 elemen atau variabel penting mengenai perilaku disposition effect yaitu menghindari penyesalan, dan mencari kebanggaan ,
dimana
kedua
elemen
atau
variabel
tersebut
mempunyai keterkaitan yang sangat kuat atau saling
18
berhubungan
satu
sama
lain
dalam
konsep
pengamatan perilaku disposition effect. Lebih lanjut, penelitian Brown, et al. (2006) sebagaimana dikutip dalam Indrayono (2011) terhadap investor individu dan investor institusi di Australia menghasilkan beberapa hal penting terkait perilaku disposition effect, yaitu : (a) Investor yang bermodal besar
cenderung
disposition
bias;
lebih (b)
sedikit
dipengaruhi
Disposition
effect
oleh
semakin
berkurang dalam jangka waktu yang lebih lama dan akan tidak dapat dideteksi dalam waktu 200 hari perdagangan sejak saat pembelian; (c) Investor institusi lebih rendah melakukan disposition effect; (d) Loyalitas pemegang saham pada emiten, sedikit mengurangi pilihan menjual saham yang sedang untung, dan (e) pembalikan arah disposition effect pada bulan juni (bulan terakhir dari tahun pajak di Australia) tidak terjadi diantara para investor yang tidak memperoleh keuntungan penghematan pajak (tax shields). Dalam kasus perilaku disposition effect pada housing market atau pasar real estate(perumahan) di Boston (U.S), Genesove & Mayer (2001) menemukan hubungan antara perilaku keengganan menjual saham the losser (loss aversion) dengan disposition effect, dimana
ketika
harga
perumahan
mengalami
penurunan hampir 40% setelah masa peak , pemilik rumah merasa enggan untuk menjual perumahan 19
mereka dan kurang menerima harga pasar yang telah turun. Mereka menetapkan premium price sebesar 25 – 30 % diatas harga pasar atas perumahan mereka, namun mereka harus menunggu waktu yang sangat lama sebelum akhirnya ada yang mau memberikan penawaran. Hubungan antara Investment performance dan disposition effect dalam pasar berjangka khususnya pada perdagangan indeks saham KOSPI 200 terhadap investor Individu, Institusi dan foreign investor di Korea Selatan telah diteliti oleh Choe & Eom (2009) dan menemukan hasil penelitian sebagai berikut : (a) Investor individu lebih cenderung mudah terkena disposition institusi
effect dan
perdagangan disposition
dibandingkan
foreign
investor;
cenderung effect;
(c)
dengan (b)
Pengalaman
mengurangi
Perilaku
investor perilaku
disposition
effect
cenderung lebih kuat ditemukan pada perdagangan yang bersifat long position daripada short position, dan yang terakhir (d) Terdapat hubungan yang negatif antara perilaku disposition effect dengan investment performance. Dari beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa dalam perdagangan di pasar saham, pasar perumahan atau real estate serta pasar berjangka khususnya
dalam
perdagangan
indeks
saham
ditemukan kecenderungan adanya perilaku disposition 20
effect. Lebih lanjut dari penelitian diatas, investor individu lebih rentan mengalami disposition effect daripada investor institusi. Berdasarkan dukungan hasil telaah pustaka yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 :
Terdapat Disposition
kecenderungan effect
pada
perilaku
trader
individu
dalam transaksi perdagangan valuta asing via online trading. 2.4.2 Disposition effect dan pengaruh variabel demografi Usia Hilgert et al (2003) dalam penelitianya pada manajemen keuangan rumah tangga, mengemukakan bahwa individu dengan usia yang masih relatif muda cenderung membuat keputusan keuangan yang bias karena memiliki pengetahuan keuangan yang masih rendah. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa faktor usia
mempunyai
pengambilan
peran
keputusan
dalam keuangan.
mempengaruhi Disisi
lain,
penelitian Goo et al (2010) pada investor saham di China, kaitannya dengan perilaku disposition effect, menunjukan
bahwa
faktor
usia
investor
tidak
menunjukan keterkaitan dalam mempengaruhi adanya perilaku disposition effect. Penelitian ini akan menguji kembali keterkaitan faktor usia trader valuta asing 21
dalam kaitannya dengan perilaku disposition effect. Dengan
demikian,
dari
pemaparan
diatas
maka
hipotesis kedua dapat dirumuskan sebagai berikut : H2 : Terdapat keterkaitan faktor usia dengan perilaku
disposition effect dalam transaksi
perdagangan valuta asing 2.4.3 Disposition effect
dan pengaruh variabel
demografi tingkat pendidikan Penelitian Goo et al (2010) pada investor saham di Taiwan, menunjukan konsistensi akan dampak dari variabel
demografi,
khususnya
variabel
tingkat
pendidikan dalam kecenderungan perilaku disposition effect. Mereka menemukan bahwa investor dengan tingkat pendidikan Sarjana atau gelar yang lebih tinggi, mempunyai tingkat perilaku disposition effect lebih rendah dibandingkan dengan investor yang memilki tingkat
pendidikan
dibawah
Sarjana.
Berdasarkan
pemaparan tersebut diatas, maka hipotesis ke tiga dapat dirumuskan sebagai berikut : H3 : Terdapat pendidikan
keterkaitan dengan
faktor
perilaku
tingkat disposition
effect dalam transaksi perdagangan valuta asing
22
2.4.4 Disposition effect
dan pengaruh variabel
demografi tingkat pengalaman Penelitian Feng & Seasholes (2005), Choi % Eom (2009) pada investor saham di China serta investor indeks saham di Korea, mempelajari dampak dari variabel pengalaman investor saham dan indeks saham pada perilaku disposition effect. Mereka menemukan bahwa
Investor
yang
berpengalaman
(melakukan
perdagangan dalam jangka waktu yang cukup lama) mempunyai tingkat perilaku disposition effect yang lebih rendah dibanding investor yang baru melakukan perdagangan. Dari pemaparan hasil penelitian dan telaah pustaka diatas, maka dapat disusun hipotesis ke empat sebagai berikut : H4 : Terdapat
keterkaitan
faktor
tingkat perilaku
pengalaman
trading
terhadap
disposition
effect
dalam
perdagangan valuta asing
23
transaksi