BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Pada bab II ini penulis akan membahas pengertian pendidikan karakter, nilai-nilai dalam pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, faktor yang mempengaruhi karakter, pola pembentukan karakter. Bab ini juga mengupas kegiatan ekstrakurikuler, ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler, prinsip kegiatan ekstrakurikuler, tujuan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Selanjutnya akan dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut. A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Moral, Akhlak dan Karakter Menurut Rachmat Djatmika secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab ( )اخالقbentuk Jamak dari Mufradnya ()خالق, yang berarti ‚budi pekerti‛ sinonimnya etika dan moral berasal dari bahasa latin juga,
mores, berarti ‚kebiasaannya‛. 1 Secara terminologi kata ‚budi pekerti‛ yang terdiri dari kata budi dan pekerti: budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada 1
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Surabaya: Pustaka Islam, 1996), 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
tingkah laku manusia. Sedangkan menurut
A.Mustofa kata ‚akhlak‛
berasal juga berasal dari bahasa arab jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.2 Pada kamus besar bahasa Indonesia dalam M. Quraish Shihab kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun diambil dari bahasa arab yang biasa diartikan tabiat, perangai, kebiasaan, kata seperti itu tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Yang ditemukannya yaitu khuluk yang tercantum dalam al-Qur’an surat alQalam ayat 4.3 Artinya:
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.4 Adapun pengertian akhlak menurut istilah, penulis kutipkan dari berbagai pendapat, yaitu: a) Menurut Al-Ghazali akhlak didefinisikan sebagai berikut :
س ُه ْولَ ٍت ُ ِصذ ُُر االَ ْفعَب َل ب ْ َ ع ْن َهب ت َ ع ْن َه ْيئ َ ٍت فِي النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍت َ ٌ برة َ َْال ُخ ْل ُق ِعب .َ اُ ْس ٍ ِ ْن َ ْي ِ َ ب َا ٍت اِلَ فِ ْ ٍ َ ِر َ ااَ ٍت Artinya : ‚Akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan atau pemikiran terlebih dahulu.5
2
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 11. M. Quraish Shihab, Wawasanan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan Pustaka, 2007), 336, 4 Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Madinah: Khadim alHaramain al-Syarifain al-Malik Fadh, 1411 H), 564. 5 Imam al-Ghazali, Ihyâ‘ Ulũm al-Dīn, Juz II (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), 56. 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
b) Menurut A. Amin yang dinamakan akhlak adalah : ‚kehendak yang dibiasakan artinya bahwa kehendak itu bisa membiasakan sesuatu, maka kebebasan itu dinamakan akhlak. 6 c) Menurut Ibnu Miskawaih adalah :
َ ب ُل النَّ ْف ِس دَا ِعيَّتُ لَ َهب ا َ ْف َعبلَ َهب ِ ْن َ ْي ِ ِف ْ ٍ َ ِر َ ااَ ٍت Artinya : ‚Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).7 Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang mana tingkah laku itu telah dilakukan berulang-ulang dan terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan dan perbuatan yang dilakukan karena dorongan jiwa bukan paksaan dari luar. Sedangkan moral berasal dari bahasa latin mores yaitu adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia moral diterjemahkan dengan arti ‚susila‛. Yang dimaksud dengan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.8 Menurut Abdul Majid moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik dan buruk.9 Dan pendidikan moral adalah suatu program yang berusaha mewujudkan peserta didik menjadi insan yang bermoral 6
A. Mustofa, Akhlak, 13. Ibnu Miskawaih, Tahzibul Akhlak Wa Thathirul A-raq (Beirut: Mansyrat Dar al-Maktabat alHayat, 1398), 25. 8 Zahruddin Ar dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), 46. 9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 14. 7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
atau berakhlak mulia dengan menekankan aspek perkembangan pemikiran moral, perasaan moral, dan tingkah laku moral.10 Selanjutnya pendidikan karakter merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan antara aspek afekif, kognitif, dan psikomotorik.
Hal
ini
sesuai
dengan
penjelasan
Nurul
Zuriah
memaparkan bahwa pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti merupakan
program
pengajaran
di
sekolah
yang
bertujuan
mengembangakan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilainilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang men ekankan ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional) dan ranah psikomotorik (ketrampilan, trampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerjasama).11 Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan bangsa.12 Konsep karakter pertama digagas oleh pedagog Jerman F.W. Foerster.
13
Secara etimologi karakter berasal dari bahasa Yunani
Charassein yang berarti format dasar. Artinya karakter dipandang sebagai 10
C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Jakarta: Rineke Cipta, 2004), 72. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti (Bandung: PT Rosada Karya 2002), 19-2. 12 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogyakarta: DIVA Press, 2011), 35. 13 Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi mendidik anak di Zaman Moderen (Jakarta: Grasindo, 2007), 79. 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
sesuatu yang telah ada (given) atau tingkat kekuatan individu mampu menguasai kondisi tersebut (wiled). 14 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang lain artinya tabiat, perangai, perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan) yang mempengaruhi segenap tingkah laku dan pikiran manusia. 15 Loren Bagus mendefinisikan karakter sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencakup perilaku, kebiasaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai dan polapola pemikiran atau suatu kerangka kepribadian yang relative mapan yang memungkinkan ciri-ciri semacam ini mewujudkan dirinya.16 Menurut M. Furqon Hidayatullah karakter adalah kualitas atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak seseorang untuk melakukan perbuatan dan sebagai pembeda antara kepribadian individu yang satu dengan yang lain.17 Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.
14
Ibid., 91. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jakarta: balai Pustaka, 1997), 20. 16 Loren Bagus, kamus filsafat (Jakarta: Gramedia, 2005), 392. 17 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 13. 15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Sedangkan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara menghayati nilainilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama yang menekankan ranah afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional), dan ranah skill (ketrampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat dan kerjasama). 18 Hal senada juga dikatakan oleh Muhaimin Azzet bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu suatu pendidikan yang penerapannya melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feling), dan tindakan (action).19 Sementara
itu
Departemen
Pendidikan
Amerika
Serikat
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses belajar yang memungkinkan siswa dan orang dewasa untuk memahami, peduli, dan bertindak pada nilai-nilai etika inti, seperti rasa hormat, keadilan, kebijakan warga Negara yang baik, dan bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain.20 Jadi pendidikan karakter adalah sebuah proses pendidikan yang membiasakan anak melatih sifat-sifat baik yang ada dalam dirinya agar 18
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), 25. 19 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 27. 20 Barnawi & M.Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
dapat menjadi kebiasaan dalam diri anak. Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan anak dalam aspek kognitif, akan tetapi melibatkan emosi dan spiritual. 2. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Karakter Nilai-nilai karakter terdapat pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu: Cinta Allah dan kebenaran, tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, amanah, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, adil dan berjiwa kepemimpinan, baik dan rendah hati, serta toleran dan cinta damai.21 Nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan dalam desain induk pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional antara lain; a.
Religious adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b.
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan tindakan dan pekerjaan.
c.
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
21
Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter, 29
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
d.
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e.
Kerja keras adalah menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f.
Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
g.
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak muda tergantung pada orang lain dalam menyelesaiakn tugas-tugas.
h.
Demokrasi adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i.
Rasa ingin tau adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatau yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.22
j.
Semangat kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan dari kelompoknya.
k.
Cinta tanah air adalah cara berfikir bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
22
Ali Mudlofir, ‚Pendidikan Karakter Melalui Penanaman Etika Berkomunikasi Dalam AlQur’an , Islamica, Vol 4, No. 2 (2011), 179.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
l.
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat komunkatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. n.
Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.
o.
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberiikan kebajikan bagi dirinya.
p.
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya.
q.
Peduli social adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberii bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang saling membutuhkan.23
r.
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan YME.24 Adapun nilai-nilai karakter menurut Jamal Ma’mur Asmani adalah
sebagai berikut; 25 a.
Nilai karakter yang hubungannya dengan Tuhan
23
Ibid., 180. Ibid., 181. 25 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogyakarta: DIVA Press, 2011), 36-41. 24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Nilai ini bersifat religius artinya Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai keTuhanan atau ajaran agama. b.
Nilai karakter yang hubungannya dengan diri sendiri 1.
Jujur artinya Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
2.
Bertanggung Jawab artinya Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan YangMaha Esa.
3.
Bergaya Hidup Sehat artinya segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4.
Disiplin artinya Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras adalah Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.
Percaya Diri adalah Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7.
Berjiwa Wirausaha adalah Sikap dan tindakan yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. 8.
Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.26
9.
Mandiri adalah Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10. Ingin Tahu adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. 11. Cinta Ilmu Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.27 c.
Nilai karakter yang hubungannya dengan sesama 1.
Sadar Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain adalah Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta tugas atau kewajiban diri sendiri dan orang lain.
2.
Patuh pada Aturan-aturan Sosial adalah Sikap menurut dan taat terhadap
aturan-aturan
berkenaan
dengan
masyarakat
dan
kepentingan umum. 26 27
Ibid., 38. Ibid., 39.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
3.
Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain adalah Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
4.
Santun Sikap yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kepada semua orang.
5.
Demokrasi Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.28
d.
Nilai karakter yang hubungannya dengan lingkungan Nilai karakter yang berhubungan dengan lingkungan adalah Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.29 e.
Nilai karakter yang hubungannya dengan kebangsaan 1.
Nasionalis adalah Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
28 29
Ibid., 40. Ibid., 40.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
2.
Menghargai keberagaman adalah Sikap memberiikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbebtuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.30
3. Prinsip – prinsip Pendidikan Karakter Prinsi-prinsip yang dapat dijadikan landasan dan pijakan dalam menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah agar dapat berjalan efektif sebagai berikut: a.
Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basia karakter.
b.
Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.
c.
Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.
d.
Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e.
Memberii kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.
f.
Memiliki kecakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu untuk sukses.
g.
Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
h.
Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
30
Ibid., 41.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
i.
Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
j.
Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitara dalam usaha membangun karakter.
k.
Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekola sebagai guru-guru karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.31
4. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu.
32
Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 33 Nilai-nilai luhur tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir logis. Oleh karena itu, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu, melainkan juga memerlukan proses, contoh teladan, dan pembiasan atau pembudayaan dalam lingkungan
31
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), 17-18. Ibid., 42. 33 Kemdiknas, Desain Induk Pendidikan Karakter (Jakarta: Kemdiknas, 2010), 5. 32
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan (exposure) media massa.34 Maka pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah lebih luas (masyarakat), karena pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara ketiga lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasi. 5. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Karakter Anis Matta menjelaskan bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi karakter seseorang ada dua yakni: faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah semua unsur kepribadian yang secara kontinyu mempengaruhi perilaku manusia, yang meliputi instink biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan pendidikan.35 Menurut Zubaedi faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:36 a.
Faktor insting ( naluri ). Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak
lahir.
37
Insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong
34
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, 17. M. Anis Matta, Membentuk Karakter Cara Islam (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2006), 34. 36 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, 178. 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
lahirnya tingkah laku, seperti naluri makan, berjodoh, keibubapakan, berjuang,ber-Tuhan, insting ingin tahu dan member tahu, insting takut, insting suka bergaul dan insting meniru.38 Semua insting tersebut merupakan paket yang inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu, dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak perilaku sesuai dengan corak instingnya. b.
Faktor adat/kebiasaan. Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Seperti berpakaian, tidur, olaraga dan sebagainya. c.
Faktor keturunan. Keturunan sangat mempengaruhi karakter atau sikap seeorang
secara langsung atau tidak langsung. Faktor keturunan tersebut terdiri atas warisan khusus kemanusiaan, warisan suku atau bangsa, dan warisan khusus dari orang tua. Adapun sifat-sifat yang biasa diturunkan ada dua macam yakni sifat-sifat jasmaniah dan sifat-sifat rohaniah. d.
Faktor lingkungan. Lingkungan adalah suatu yang melingkupi tubuh yang hidup,
meliputi tanah dan udara, sedangkan manusia adalah yang mengelilinginya
37 38
Zahruddin Ar dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, 93. Ibid., 94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
seperti negeri, lautan, udara dan masyarakat. Lingkungan itu dibagi menjadi dua yakni:39 1) Lingkungan alam. Lingkungan alam merupakan faktor yang mempengaruhi dalam menentukan tingkah laku seseorang, karena lingkungan alam dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi alamnya jelek, akan dapat menjadi perintang dalam mematangkan bakat seseorang. Namun sebaliknya jika kondisi alam itu baik, maka seseorang akan dapat berbuat dengan mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya. Dengan kata lain, kondisi lingkungan alam ikut mencetak akhlak manusia yang dipangkunya. 2) Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan merupakan interaksi seseorang kepada manusia lainnya, oleh karena itu manusia hendaknya bergaul dengan yang lainnya. Yang mana dalam pergaulan ini akan terjadi saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku manusia. Lingkungan pergaulan dibagi menjadi ennam macam yakni: lingkungan dalam rumah tangga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan organisasi jamaah, lingkungan kehidupan ekonomi, dan lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas.
39
Ibid., 182.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Dari uraian diatas bahwa keberhasilan
pendidikan karakter
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yakni Sesutu yang ada pada diri seseorang dan faktor eksternal yakni faktor yang diakibatkan pengaruh dari luar. 6. Pola pembentukan karakter Peranan guru sekolah dan lingkungan sangat membantu dalam membentuk karakter siswa. Sebagaimana sekolah adalah salah satu komponen yang mempengaruhi pendidikan siswa. Sedangkan pola pembentukan anak sesuai pada tingkat sekolahnya40 a.
Usia balita adalah berikan kesempatan beberapa detik untuk memiliki secara penuh, perkenalkan apa arti boleh dan tidak boleh dengan menggunakan ekspresi wajah, konsistensi dan jangan menggunakan kekerasan suara dan fisik.
b.
Usia taman kanak kanak adalah memberi kesempatan untuk memperhatikan, mencoba dan bekerjasma. Perhatikan dan luruskan perilaku imitative yang cenderung negative dan dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengeluh.
c.
Usia sekolah dasar adalah menghargai pendapatnya dan janagan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
40
Arismantoro, Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter (Yogyakarta: tiara wacana, 2008), 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
d.
Usia sekolah menengah pertama adalah meningkatkan proses kedekatan dengan anak melaui dialog dan berbagai cara, jadilah pendengar yang baik dan menjadi hakim, jangan menyelah pembicaraan dan cerianya dan jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.
B. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Secara terminologi yang tertuang dalam lampiran surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 060/U1993 dan nomor 080/U/1993 dikemukakan bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler.41 Menurut Uzer Usman kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi. 42 Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan 41
Depdikbud RI, Petunjuk Pelaksaan Kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan (Jakarta: Deptikbud RI, 1998), 4. 42 Moh User Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: Rosda Karya, 1993), 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
dengan
kebutuhan
pengetahuan,
pengembangan,
bimbingan
dan
pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan dasar penunjang.43 B Suryosubroto berpendapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.44 Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
tambahan yang
diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. 2. Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler a. Asas pelaksanaan Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler perlu diperhatiakan hal-hal sebagai berikut; 1. Kegiatan tersebut harus dapat meningkatkan pengayaan siswa baik ranah kognitif maupun afektif. 2. Memberi kesempatan, penyaluran bakat serta minat siswa sehingga terbiasa melakukan kesibukan-kesibukan yang positif. 3. Adanya perencanaan persiapan serta pembiayaan yang telah diperhitungkan sehingga program ekstrakurikuler dapat mencapai tujuannya.
43
Abdul Rahmad Shaleh, Pendidikan Agama Dan Watak Bangsa (Jakarta: Grafindo Persada), 170. 44 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineke Cipta, 1997), 271.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
4. Faktor-faktor kemampuan para pelaksana untuk memonitor dan memberiikan penilaian hendaknya diperhatikan.45 b. Bentuk pelaksaan Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan baik secara perseorangan
maupun
kelompok.
Kegiatan
perseorangan
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, penyaluran bakat serta minat siswa. Sedangkan kegiatan kelompok dimaksudkan untuk pembinaan bermasyarakat.46 3. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler Menurut Oteng Sutisna prinsip-prinsip program ekstrakurikuler adalah;47 a. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknay ikut serta dalam usaha meningkatkan program. b. Kerjasama dalam tim adalah fundamental c. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan d. Prosesnya lebih penting dari pada hasil e. Program hendaknay cukup komperehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan dan minat semua siswa f. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah g. Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada niali-nilai pendidikan di sekolah dan efisiensi pelksanaannya.
45
Usman, Upaya Optimalisasi, 22. Ibid., 25. 47 Oteng Sutrisna, Administrasi Pendidikan (Bandung: Angkasa, 1985), 58. 46
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
h. Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid. i. Kegiatan ekstrakurikuler hendaknya dipandang sebagai kegiatan yang berdiri sendiri. 4. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler a. Meningkatkan pengetahun siswa dalam aspek kognitif maupun afektif. b. Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi munuju manusia seutuhnya. c. Mengetahui, mengenal, serta membedakan hubungan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.48 Adapun menurut Depdikbud tujuan kegiatan ekstrakurikuler yaitu; a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuh dalam arti beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan sehat, jasmani dan rohani; berkepribadian yang mantab dan mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
48
Ibid, 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
b. Untuk lebih memantabkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahun yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.49 Adapun tujuan ekstrakurikuler keagamaan antara lain; 50 a. Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehinggah mampu mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan ilmu teknologi dan budaya. b. Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan social budya dan lingkungan sekitar. c. Menyalurkan dan mengembangakan potensi dan bakat peserta agar dapat menjadi manusia yang berkreatifitas tinggi dan penuh karya. d. Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas. e. Menumbuh kembangkan akhlak Islami yang menintegrasikan hubungan dengan Allah, Rasul, manusia, alam semesta bahkan diri sendidri. f. Mengembangkan sensitifitas peserta didik dalam melihat persoalanpersoalan social keagamaan sehinggah menjadi insan yang proaktif terhadap permaslahan social dan dakwah.
49 50
Depdikbud RI, Petunjuk Pelaksaan Kegiatan Ekstrakurikuler, 3. Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), 9-10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
g. Memberiikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta didik agar memiliki fisik yang sehat, bugar, uat, cekatan dan terampil. h. Memberiikan peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk komunikasi dengan baik, baik verbal maupun non verbal. i. Melatih kemampuan peserta didik untuk bekerja dengan sebaikbaiknya secara mandiri maupun kelompok. j. Menumbuhkembangkan
kemampuan
peserta
didik
untuk
memecahkan masalah sehari-hari. 5. Langkah-langkah kegiatan a. Penyusunan rencana program berikut pembiayaan dengan melibatkan kepala sekolah, wali kelas dan guru-guru. b. Menetapkan waktu pelaksaaan, obyek kegiatan serta kondisi lingkungannya. c. Mengevaluasi hasil hasil kegiatan siswa.51 6. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan, Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah upaya pemantapan, pengayaan dan perbaikan nilai-nilai, norma serta pengembangan bakat, minat, dan kepribadian peserta didik dalam aspek pengalaman dan penguasaan kitab suci, keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, ibadah, sejarah, seni dan kebudayaan, yang dilakukan di luar jam intrakurikuler melalui bimbingan guru PAI, guru mata pelajaran lain, tenaga pemdidikan 51
Ibid, 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
dan lainnya yang berkompeten, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.52 Ada beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler pendidikan agama Islam di MTs yaitu; a. Pembiasaan Artinnya pelatihan ibadah dan jama’ah meliputi aktivitas-aktivitas yang mencakup dalam rukun Islam selain membaca dua kalimat syahadat, yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji ditambah dengan bentuk ibadah lainnya yang bersifat sunnah ataupun fardu kifayah. b. Tilawati Tahtim al-Qur’a>n Kegiatan ini merupakan program pelatihan baca al-Qur’a>n dengan penekanan pada metode baca yang benar, dan kefasihan bacaan berdasarkan kaidah-kaidah dalam ilmu tajwid. Adapun keindahan bacaan tentuna bergantung pada potensi bakat serta olah vocal dan tentu sja tidak semua peserta didik bisa mengikutinya secara penuh. c. Kegiatan Ramad}an> Kegiatan ramad}a>n adalah kegiatan pendidikan agama Islam yang didikuti oleh peserta didik tingkat SD, SMP, dan SMK/SMA yang dilaksanakan oleh sekolah pada waktu libur sekolah. Kegiatan ini dpat dilaksanakan di sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah seperti musholah, masjid, pondok pesantren, sanggar dan tempat lain yang sesuai.
52
Departemen Agama RI, Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor DJ/12A Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah tanggal 9 januari 2009.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
Kegiatan ramad}a>n harus dapat mengkondisikan suasana kehidupan yang Islami dengan adanya kebersamaan, kekerabatan yang saling menunjang sesuai ajaran Islam.53 d. Apresiasi seni dan kebuadayaan Islam Apresiasi seni adalah kegaiatan yang diselenggarakan dalam rangka melesetarikan dan menghayati tradisi, budaya dan kesenian keagamaan yang ada dalam masyarakatt Islam. Misalnya menyelenggarakan pelatihan-pelatiahn tertentu untuk mengembangkan potensi, minat dan bakat peserta didik seperti kursus kaligrafi, seni membaca al-Qur’a>n. Dan menyelenggarakan festival seni dan kebudayaan Islam yang mencakup berbagai kegiatan seperti lombah kaligrafi, lombah seni baca al-Qur’a>n, lombah baca puisi Islam, lombah atau pentas music marawis, gambus, kosidah, rebana dan lain sebagainya. e. Wisata Rohani (WISROH) Kegiatan ini merupakan kegiatan karya wisata ke suatu lokasi tertentu untuk melakukan pengamatan penghayatan dan perenungan mendalam tergadap alam ciptaan Allah swt, dalam kegiatan ini sebaiknya pembida melakukan survey dengan perencanaan yang matang agar kegiatan ini tidak sekadar menjadi wisata biasa.
53
Departemen Pendidikan Dan Kebudyaan, Pedoman Penyelanggaraan Peantren Kilat Bagi Siswa SD, SLTP, SMU/SMK (Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdikbut, 1997), 3-4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
f. Peringatan Hari besar Islam (PHBI)54 Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperingati dan merayakan harihari besar Islam seperti peringatan Maulid Nabi saw, Isra>’ Mi’ra>j, Nuzu>l al-Qur’a>n, Tahun baru Islam 1 Muharram dan lain sebagainya. Setelah dijelaskan pada BAB II ini tentang kajian teori yang menjelaskan tentang
pendidikan
karakter
dan
kegiatan
ekstrakurikuler
keagamaan,
selanjutnya akan dijelaskan pada BAB III profil obyek penelitian yaitu profil MTs Pancasila Gondang Mojokerto.
54
Departemen Agama, Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Dasar Dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar , Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (Jakarta: Depag RI, 2009), 42-49.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id