6
BAB II LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Capital Budgeting
2.1.1 Pengertian Capital Budgeting Pada saat suatu perusahaan membuat keputusan investasi modal, berarti mengadakan pengeluaran sekarang dengan harapan akan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Artinya laba tersebut diterima selama lebih dari satu tahun yang akan datang. Pemahaman atau pengertian Capital budgeting dapat dimengerti dengan melihat terlebih dahulu pengertian dari budget.
Budget merupakan suatu perencanaan perusahaan. Budget mencerminkan taksirantaksiran yang teliti mengenai penerimaan, pengeluaran, dengan biaya-biaya yang diharapkan dan mampu dicapai perusahaan. Ada banyak definisi mengenai budget menurut Munandar dalam bukunya mengenai definisi budget sebagai berikut ; “Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.” (2005;hal 1). Menurut M. Fuad, yaitu seluruh proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu pengembaliannya melebihi jangka waktu 1 tahun. Capital budgeting memiliki arti penting bagi perusahaan karena dapat mengukur lamanya pengambilan dana dan karena kebutuhan dana harus benar-benar diperhitungkan dengan tepat. Capital budgeting tidak hanya dilihat dari sudut pandang anak perusahaan yang melaksanakan proyek tersebut tetapi juga dilihat dari sudut pandang induk perusahaan yang memliki modal untuk melaksanakan proyek tersebut.” (2001; hal 5).
7
Jadi budget merupakan rencana perluasan yang dinyatakan dalam satuan uang atau satuan kuantitatif yang lain, mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Selesai sebagai alat pedoman pelaksanaan, budget juga merupakan alat mengukur hasil dari pelaksanaan itu sendiri. Budget pada hakekatnya merupakan manajerial proses, dengan demikian perusahaan membuat budget (Budgeting) adalah untuk perencanaan dan pengawasan (planning and control). Salah satu perencanaan yang telah ditaksirkan baik taksiran jangka waktu pendek atau jangka waktu panjang adalah rencana investasi dalam aktiva tetap dan perencanaan ini merupakan Capital budgeting. Selanjutnya apa yang dimaksud Capital budgeting menurut pendapat dari Bambang Riyanto, dasar-dasar pembelanjaan sebagai berikut : “Keseluruhan
proses
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan
mengenai
pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun dikatakan sebagai Capital budgeting”. (2010; hal 110) Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Capital budgeting merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai dana perusahaan. Sehubungan dengan penentuan investasi untuk aktiva tetap dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, maka aktiva tetap dapat dikategorikan berupa peralatan, gedung, tanah, produk baru, system distribusi baru, serta program penelitian dan pengembangan yang baru. Penganggaran modal pada hakekatnya adalah suatu penerapan pernyataan klasik dari teori ekonomi tentang perusahaan, yang menyebutkan sebuah perusahaan sebaiknya beroperasi pada tingkat dimana pendapat manajerialnya sama dengan biaya manajerialnya. Jika ketentuan ini ditetapkan pada keputusan penganggaran modal maka pendapatan marginal (Marginal
Revenue) diartikan sebagi tingkat hasil pengambilan atas investasi (rate of return on investment), sedangkan biaya marginal diartikan sebagai biaya modal marginal perusahaan
8
bila ketentuan ini dilaksanakan dengan tepat, maka pengambilan keputusan penganggaran modal akan memaksimumkan kekayaan para pemegang saham. Menurut
Bambang
Riyanto
“Dasar-Dasar
Pembelanjaan”
(2010;
hal
110)
mengemukakan Capital budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan karena : 1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Ini berarti bahwa perusahaan harus menunggu selama waktu yang panjang atau lama sampai keseluruhan dana yang tertanam dapat diperoleh kembali oleh perusahaan, ini akan berpengaruh bagi penyediaan dana untuk keperluan lain. 2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil “forecasting” akan dapat mengakibatkan adanya “over” atau “under investment” dalam aktiva tetap. Apabila investasi dalam aktiva tetap terlalu besar melebihi daripada yang diperlukan akan memberikan laba tetap yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi dalam aktiva tetap terlalu kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan. Hal ini dapat menagkibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya bersaingnya atau kemungkinan lain ialah kehilangan sebagian dari pasar produknya. 3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar. Jumlah dana yang besar itu mungkin tidak dapat diperoleh secara sekaligus. Berhubung dengan itu maka sebelumnya dibuat rencana yang hati-hati dan teliti. 4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dibidang ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian. Anggaran menjamin pelaksanaan rencana kerja dengan biaya sesuai dengan yang direncanakan dalam anggaran. Dengan demikian, penyusunan anggaran dimaksudkan untuk
9
memberikan jaminan pencapaian blue print tentang program jangka panjang yang mencakup pangsa pasar, produk atau teknologi produksi, kepegawaian, keuangan, citra perusahaan, sistem informasi manajemen, budaya perusahaan dengan biaya sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Anggaran disusun oleh manajemen untuk dalam jangka waktu satu tahun membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya tertentu yang diperhitungkan. Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya perusahaan ke suatu kondisi tertentu, dengan pengorbanan sumber daya tertentu. Tanpa anggaran, dalam jangka pendek perusahaan akan berjalan tanpa arah, dengan pengorbanan sumber daya yang tidak terkendali.
2.1.2
Tujuan Capital Budgeting Perusahaan yang menerapkan capital budgeting terlebih dahulu harus menentukan
apa yang menjadi tujuan dari adanya capital budgeting. Karena tujuan dari capital budgeting merupakan cara untuk mengevaluasi layak atau tidaknya suatu usulan rencana proyek. Jika kita lihat dari para ahli, maka kita dapat melihat secara garis besar dalam menentukan tujuan dari capital budgeting. Sebagaimana dikemukakan oleh J. Freed Weston, Thomas E. Coplan tujuan capital budgeting antara lain : 1. Untuk memaksimumkan kekayaan para pemegang saham (memaksimumkan nilai tukar perusahaan). Artinya dengan adanya penganggaran modal maka sebuah perusahaan sebaiknya beroperasi pada tingkat dimana pendapatan marginal sama dengan biaya marginalnya. Pendapatan marginalnya diartikan sebagai tingkat hasil pengambilan investasi, sedangkan biaya marginal diartikan sebagai biaya modal marginal perusahaan.
10
2. Untuk dapat memilih saat yang tepat dalam memperoleh atau kembali aktiva dan mutu aktiva yang dibeli. Hal ini sesuai dengan sifat barang modal dan para produsennya. Barang modal tidak dipesan oleh perusahaan sebelum tampak adanya peningkatan penjualan sehingga dirasakan kekurangan kapasitas. (2005;hal 142).
2.1.3
Kategori Keputusan Penganggaran Modal Pengelompokan investasi modal yang dilakukan untuk memperbaiki pengambilan
keputusan. Jadi dengan mengklasifikasikan investasi suatu perusahaan dapat dengan mengembangkan prosedur administrasi yang distandarisasi untuk menangani berbagai kelas proposal. Terdapat banyak basis yang berlainan untuk melakukan pengelompokan, dan basis-basis itu tidak harus bersifat saling meniadakan (mutually exclusive). Berikut adalah pengelompokan tersebut : 1.
Besar Proyek Besar dari suatu proyek dapat diukur dengan dana yang diperlukan atau jenis sumber daya langka lain nya yang diperlukan seperti tanah, luas lantai untuk peralatan, dan jenis-jenis
personil
manajerial
yang
diperlukan.
Kebanyakan
perusahaan
memperbolehkan segmen-segmen usaha untuk melakukan pengeluaran modal dibawah suatu jumlah tertentu tanpa penelitian lebih jauh. Proyek-proyek utama dapat didefinisikan sebagai suatu pengeluaran sebesar $10,000 dalam satu perusahaan, sedangkan untuk perusahaan lain mungkin $ 1juta. Usulan-usulan yang melibatkan perubahan yang signifikan dalam strategi perusahaan mungkin memerlukan persetujuan dari dewan komisaris.
11
2.
Dampak terhadap risiko bisnis Salah satu cara untuk menganalisis dampak terhadap risiko adalah dengan membedakan antara investasi intern dan investasi ekstern berupa marger dan pengambilalihan. Investasi intern kemungkinan berupa bidang-bidang yang telah cukup dikenal perusahaan. Kegiatan akuisisi ekstern mungkin tampak sangat menarik tetapi juga mungkin membawa risiko yang besar.
3.
Penurunan Biaya dan Peningkatan Pendapatan. Pendekatan lain terhadap risiko adalah membedakan antara tiga kategori investasi : a. Penggantian (replacement) , keputusan penggantian adalah yang paling sederhana untuk dilakukan. Aktiva menjadi aus atau usang dan harus diganti agar efisiensi produksi dapat dipertahankan. Hasil dari keputusan untuk mengganti dapat diramalkan dengan cukup pasti. b. Perluasan (expansion) kapasitas tambahan pada lini produk yang sudah ada didefinisikan sebagai perluasan. Contohnya adalah usulan untuk menambah lebih banyak lagi mesin dari jenis yang sekarang dipakai atau pembukaan cabang baru pada sebuah rantai toko makanan. Investasi perluasan seringkali digabungkan dengan keputusan penggantian. Tingkat kepastian ada kalahnya sangat tinggi jelas terlibat dalam perluasan, tetapi perusahaan paling sedikit mempunyai manfaat dengan menelaah pengalaman produksi dan penjualan masa lalu dengan mesin yang serupa. c. Pertumbuhan (growth), Lini produk baru atau pasar geografis baru, seperti investasi luar negeri, adalah contoh dari investasi pertumbuhan. Tingkat pengalaman yang dimiliki untuk mendasari keputusan mungkin bervariasi menurut tingkat keterkaitan bidang dan pandangan heroik.
12
4.
Investasi yang Diharuskan (Mandatory) dan Tak Berwujud Investasi yang diharuskan oleh aturan pemerintah merupakan sebuah kategori lain. Perusahaan memiliki sedikit keleluasan dalam masalah-masalah seperti ini. Misalnya alat pengendalian polusi mungkin diharuskan walaupun tidak menghasilkan pendapatan langsung. Investasi yang berkaitan (dengan kegiatan perusahaan) mungkin berupa halhal tak berwujud seperti usulan untuk mendorong moral dan produktivitas karyawan dengan memasang sistem musik.
5.
Tingkat Ketergantungan (Degree of Dependence) Proyek-proyek yang independen tidak memiliki interelasi atau hubungan timbal balik. Proyek-proyek dapat juga saling melengkapi. Pengenalan pencahayaan yang lebih baik dapat memperbaiki seluruh operasi lain. Proyek-proyek dapat meruapakan pengganti (substitusi).
6.
Aspek Administrasi Setelah disusun suatu anggaran modal, maka harus dibuat jadwal pembiayaannya. Biasanya, bagian keuangan perusahaan bertanggung jawab dalam membuat jadwal dan pencarian dana sesuai dengan kebutuhan investasi. Bagian keuangan akan bekerja sama dengan bagian operasi dalam membuat catatan yang sistematis tentang penggunaan dana dan pemasangan mesin. Program penganggaran modal yang efektif membutuhkan informasi sebagai dasar untuk menilai dan mengevaluasi keputusan pengeluaran
modal
yaitu
tahap
umpan-balik
dan
tahap
pengganggaran modal yang biasanya disebut post-audit review.
pengendalian
dalam
13
2.1.4
Masalah Capital budgeting Seperti
kita
ketahui
bahwa
Capital budgeting adalah keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun (Bambang Riyanto; 2010). Analisa yang baik harus dilakukan agar perusahaan dapat menghindari ketidakaturan pendapatan yang diterima dengan pendapatan yang diramalkan didalam cash flow, karena pada umumnya capital budgeting menyangkut pengeluaran dana yang besar dimana hasil yang diharapkan diperoleh beberapa tahun kemudian, maka menimbulkan banyak masalah bagi perusahaan. Menurut James F. Horne, J.F. Weston Eugne F. Brigham (2006; p142) ada beberapa masalah yang harus diperhatikan dalam Capital budgeting. Masalah tersebut antara lain :
1.
1.
Long Term Effect
2.
Timing the Avaibility of Capital Assets
3.
Quality of Capital Assets
4.
Rising fund
5.
Ability to Date
Long Term Effect Dalam capital budgeting, hasil yang diharapkan diterima dalam beberapa tahun kemudian. Dengan demikian taksiran-taksiran yang diterapkan dalam capital
budgeting harus tepat, jika penempatan taksiran-taksiran itu tidak tepat akan mengakibatkan kesalahan yang cukup fatal. Kesalahan yang terjadi biasanya pada masalah perencanaan modal dimana modal yang ditanamkan suatu investasi tidak tepat sehingga dapat mengganggu kondisi keuangan perusahaan.
14
2.
Timing the Availibility of Capital Assets Dalam hal ini ketepatan waktu dalam menanamkan Capital Assets dalam suatu proyek sangat diperlukan. Dimana perusahaan harus menetapkan urutan waktu yang tepat dari penggunaan barang modal sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Tepatnya
waktu
meliputi
pembelian
factor
produksi,
pemasangan
dengan
tersedianya factor-faktor pendukung sehingga tidak mengganggu proses produksi sehingga sesuai dengan apa yang direncanakan. 3.
Quality of Capital Assets Suatu
susunan
Capital budgeting yang baik harus mencerminkan adanya
kemungkinan memperoleh faktor produksi dengan kualitas yang baik, namun diharapkan hasil produksi sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Yang paling penting juga merupakan hal yang paling rumit adalah analisa yang dilakukan dalam suatu proyek yang sedang berjalan, dimana terjadi penambahan biaya yang dikeluarkan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang ditanam dalam suatu proyek lebih lama dari target yang ditentukan. 4.
Rising Fund Karena suatu Capital budgeting berisi investasi yang memerlukan dana yang besar maka perlu adanya perencanaan yang matang dalam penanaman modal dimana dana yang direncanakan harus sesuai dengan kekuatan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus memperhitungkan kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menanamkan modalnya dalam suatu investasi optimal atau tidak, juga perlu diperhatikan dari mana perusahaan akan mendapatkan modal pinjaman apabila suatu proyek membutuhkan dana yang lebih besar dari yang dianggarkan.
15
5.
Ability to Date Suatu perusahaan dalam melaksanakan proyek harus memperhatikan perusahaan pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama, memperoleh sumber faktor-faktor produksi dengan biaya yang minimum dengan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.2
Studi Kelayakan Bisnis
2.2.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis Berdasarkan Suryana (2006, p141) terdapat dua studi atau analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis dijalankan atau dikembangkan, yaitu : a.
Studi kelayakan usaha ( feasibility study of business).
b.
Analisis SWOT (Strenght – kekuatan, Weakness – kelemahan,
Opportunity –
peluang, Threat – ancaman). Studi kelayakan usaha / bisnis adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Menurut Wikipedia Indonesia, studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan
16
Menurut Kamaluddin (2004, p1-2), studi kelayakan bisnis (dalam arti sempit) adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan pertimbangan akan mendapatkan manfaat ekonomis suatu bisnis. Menurut Subagyo, Ahmad (2007, p6), studi kelayakan bisnis adalah studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha. Menurut Kasmir dan Jakfar (2007, p6), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usah tersebut dijalankan. Menurut Yuniar, Poppy; dkk. (2004, p32), sebuah studi kelayakan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Tujuan studi ini adalah untuk mengumpulkan berbagai masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat rencana bisnis yang akan dijalankan, termasuk seberapa besar kebutuhan pasar terhadap jenis pelayanan yang akan ditawarkan. Menurut Husein (2005, p8) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat mengoperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Berdasarkan atas pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah sebuah penelitian atau studi yang dapat digunakan untuk menganalisa layak atau tidaknya suatu bisnis untuk dijalankan, hasil dari analisis tersebut dapat digunakan untuk mengambil keputusan jangka panjang yang akan menghasilkan keuntungan dan terhindar dari resiko yang besar.
17
Berdasarkan Suryana (2006, p141) hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan antara lain : 1.
Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2.
Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas pabrik, memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan atau mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha dan sebagainya.
3.
Untuk memilih jenis usaha atau investasi atau proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya Berdasarkan Suryana (2006, p142) pihak yang berkepentingan dengan studi
kelayakan usaha diantaranya : 1.
Pihak wirausaha (pemilik perusahaan) Studi kelayakan usaha berfungsi sebagai laporan, pedoman, dan sebagai bahan pertimbangan untuk merintis usaha, untuk mengembangkan usaha atau untuk melakukan investasi baru, sehingga bisnis yang dilakukan meyakinkan baik bagi wirausaha itu sendiri maupun bagi semua pihak yang berkepentingan.
2.
Pihak investor dan penyumbang dana. Studi kelayakan usaha penting untuk memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan modal yang ditanamkan atau dipinjamkannya. (Husein Umar, 2005, p19).
3.
Pihak masyarakat dan pemerintah Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat
18
sekitarnya atau sebaliknya justru merugikan. Demikian juga bagi pemerintah, sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau fasilitas lainnya.
2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kashmir dan Jakfar (2008, p12-13) Studi kelayakan bisnis memiliki 5 tujuan yaitu : 1.
Menghindari resiko kerugian Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang, karena dimasa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan dan ada yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik itu resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2.
Memudahkan perencanaan Jika sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu dilaksanakan.
3.
Memudahkan pelaksanaan pekerjaan Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti, sehingga pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik dan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4.
Memudahkan pengawasan Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
19
5.
Memudahkan pengendalian Bila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan yang akan menghambat pencapaian tujuan pada perusahaan.
2.2.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam Studi Kelayakan Bisnis terdapat beberape aspek yang digunakan untuk melakukan penelitian. Semua aspek ini merupakan satu kesatuan yang dapat menentukan apakah sebuah bisnis itu layak untuk dijalankan atau tidak. Dengan melakukan analisis yang tepat terhadap aspek yang ada dengan mencocokkan keadaan nyata. Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan binis dapat dilihat sebagai berikut : Komponen
Aspek yang diteliti
Pasar
Aspek Pasar dan Pemasaran
Internal Perusahaan
Aspek Teknik atau Operasi Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek Keuangan
Lingkungan
Aspek Ekonomi Sosial Aspek Hukum Aspek Dampak Lingkungan
Sumber : Umar, Husein (2005, p24) Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing aspek studi kelayakan bisnis : 1.
Aspek Pasar dan Pemasaran Menurut Umar, Husein (2005, p35) pasar, menurut para ahli merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Kajian aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui objek di masa lalu dan saat ini, sedangkan tujuan pemasaran dalam ilmu pemasaran adalah untuk mengendalikan pasar di waktu
20
yang akan datang, seperti proyeksi penjualan, pesaing, dan bauran pemasaran. Hukum permintaan mengatakan bahwa bila harga suatu barang meningkat, maka kuantitas harga barang yang diminta akan berkurang, begitu pula sebaliknya, bila harga barang yang diminta menurun, maka kuantitas barang yang diminta menaik (asumsi cetris
paribus). Bentuk pasar bisa dilihat dari sisi produsen dan sisi konsumen. Dari sisi produsen, maka pasar dapat dibedakan atas asas persaingan sempurna, persaingan monopolitik, oligopoli dan monopoli. Dan dari sisi konsumen, pasar industri, pasar penjualan ulang kembali dan pasar pemerintah. Bagian pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas 4 (empat) kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix), yang terdiri atas (Umar, 2007, p70-74) : • Produk Produk beruapa barang dapat dibeda-bedakan atau diklasifikasikan menurut macamnya. Untuk produk barang, misalnya dalam bentuk seperti: mutu produk yang menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan produk bersaing, dan desain yang dapat meyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta coraknya. • Harga Harga adalah sejumlah nilai yang akan ditukarkan oleh konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.
21
• Distribusi Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk, khususnya barang, dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka ada proses yang memungkinkan suatu produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. • Promosi Promosi adalah usaha perusahaan untuk mengkomunikasikan atau mengenalkan manfaat dari produknya ke publik atau pembeli potensi. Promosi yang efektif dengan memperhatikan target pasar, tempat promosi, jenis promosi, staf yang handal, dan sebagainya. 2.
Aspek Teknis atau Operasi Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya dikemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p145) analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usaha dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien, luas produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan segi teknis. Dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien. Sedangkan dari segi
22
teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan serta persyaratan teknis. (Kasmis dan Jakfar 2008, p152)
Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi atau operasi. Dengan adanya layout akan diperoleh berbagai keuntungan antara lain sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2008, p152) : • Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan. • Pemakaian ruangan yang efisien • Mengurangi biaya produksi maupun investasi • Aliran material menjadi lancar • Pengangkutan material dan barang jadi yang rendah • Kebutuhan persediaan yang rendah • Memberikan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik.
Layout yang akan dipakai adalah tata letak kantor, layout jenis ini berkaitan dengan layout posisi pekerja, peralatan kerja, tempat yang diperuntukkan untuk perpindahan informasi. 3.
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut (Subagyo, 2007, p159) : • Job Analysis, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk menyelesaikan jenis pekerjaan tertentu. • Job specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualitas yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
23
• Mendesain
struktur
organisasi,
yaitu
menyusun
struktur
organisasi
yang
menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan, dan struktur pertanggung jawaban. • Job Description, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu. • Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis struktural dan fungsional. • Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, produktifitas, dan kinerja karyawan secara keseluruhan. 4.
Aspek Keuangan Menurut Subagyo (2007, p60), aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian atau pengembangan usaha yang direncanakan, kemudian merangkumnya dalam bentuk laporan keuangan, dan menganalisisnya untuk menentukan kelayakan usaha tersebut. Tujuan analisis dalam aspek ini adalah untuk mengevaluasi keseluruhan pembahasan tiap-tiap aspek yang membutuhkan dana dan modal kerja ke dalam analisis investasi yang ditinjau dari waktu pengembalian modal, tingkat pengembalian, tingkat pengembalian investasi, dan nilai sekarang bersih. Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti (Kasmir dan Jakfar, 2008, p87) : • Sumber-sumber dana yang akan diperoleh • Kebutuhan biaya investasi
24
• Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenisjenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi. • Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan. • Kriteria penilaian investasi • Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan. Menurut Husein Umar (2007, p196-209), perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi yang ternyata layak untuk direalisasikan, sementara itu, dana atau anggaran yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut.
25
Secara ringkas, studi kelayakan bisnis diatas digambarkan sebagai berikut :
Gagasan Usaha (Business Idea)
Tujuan (Visi dan Misi)
Analisis / Evaluasi 1.
Pasar
2.
Produksi/ Operasi
3.
Manajemen
4.
Keuangan
5.
Ekonomi
Keputusan
Dilaksanakan (Go)
Tidak Dilaksanakan (No Go)
Gambar 2.1 Proses Studi Kelayakan Bisnis
26
2.3
Studi Kelayakan Proyek
2.3.1 Definisi Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan (2000, p4) studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Menurut Suratman (2001, p5) studi kelayakan proyek merupakan studi untuk menilai proyek yang akan dikerjakan di masa mendatang, atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya proses investasi. Menurut Suryana (2006, p140) studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Menurut Santosa (2003, p8) kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah dan mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup menguntungkan secara ekonomis dan bermanfaat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan proyek atau penilaian kelayakan investasi yang dilakukan untuk menilai layak atau tidaknya suatu usulan proyek yang akan dilaksanakan di masa mendatang dengan tujuan untuk menghindari kegagalan proyek yang akan dilaksanakan dan dapat mencapai kesuksesan serta menguntungkan secara ekonomis.
2.3.2 Proposal Proyek Investasi Menurut pendapat Basalamah dan Haming (2003, p3) investasi secara umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Menurut Downes dan Goudmen yang dikutip Suratman (2001, p6) Investment can
refer to finansial investment (where an investment puts into a vehicle) or to the part of individual who wants to reap profits from the success of his labor.
27
Proposal proyek investasi dapat berasal dari berbagai sumber. Untuk tujuan analisis proyek dapat diklasifikasikan kedalam salah satu dari empat kategori sebagaimana dikemukakan oleh Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” (2003; hal 284-286) mengemukakan jenis-jenis investasi sebagai berikut :
1.
1.
Investasi penggantian
2.
Investasi perluasan
3.
Investasi yang tidak menghasilkan data
4.
Investasi yang tidak dapat diukur labanya.
Investasi penggantian Pada umumnya keputusan mengenai investasi penggantian adalah yang paling sederhana, yaitu suatu aktiva yang sudah aus (wear-out) atau using (obsolete) yang harus diganti dengan aktiva baru kalau produksi akan tetap dilanjutkan. Pada umumnya hasil yang diperoleh dalam keputusan penggantian dapat diperkirakan dan ditingkat keyakinan yang tinggi. Investasi jenis penggantian ini dapat diperkirakan dan ditingkat keyakinan yang tinggi. Investasi jenis penggantian ini meliputi untuk penggantian mesin yang ada. Dalam pemakaian mesin dan ekuitmen, pada suatu saat akan terjadi biaya operasi jika mesin tersebut diganti dengan baru, atau produktifitasnya tidak mampu memenuhi kebutuhan. Pada saat ini operasi dengan menggunakan mesin dan ekuitmen yang ada menjadi tidak ekonomis lagi. Informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan penggantian mesin dan ekuitmen yang ada adalah informasi akuntansi diferensial yang berupa aktiva diferensial dan biaya diferensial. Penggantian mesin dan ekuitmen biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya (biaya diferensial) yang akan diperoleh atau adanya kenaikan produktifitas (pendapatan diferensial) dengan adanya penggantian tersebut.
28
Jika biaya diferensial yang berupa penghematan biaya yang diperoleh dari penggantian suatu mesin dan ekuitmen berjumlah pantas bila dibandingkan dengan aktiva diferensial yang berupa tambahan investasi untuk penggantian tersebut, maka penggantian tersebut secara ekonomis memang diperlukan. Dengan kata lain, jika aktiva diferensial berupa investasi dalam pergantian aktiva tetap akan menghasilkan kembali investasi yang dikehendaki yang berupa perbandingan penghematan biaya dengan investasi yang akan dilakukan, maka penggantian mesin dan ekuitmen secara ekonomis menguntungkan. Meskipun penghematan biaya merupakan kriteria yang umum dipakai dalam jenis investasi ini, namun seringkali pendapat diferensial juga perlu dipertimbangkan, yaitu jika kapasitas produksi ekuitmen yang baru melebihi kapasitas produksi mesin dan ekuitmen yang dimiliki sekarang dan pasar masih dapat menampung tambahan produk yang akan dijual. 2.
Investasi Perluasan Termasuk
dalam
golongan
investasi
penambahaan
kapasitas
yaitu
usulan
penambahaan jumlah jam mesin atau pembukaan perusahaan baru keputusan perluasan mengandung derajat ketidakpastian yang kadang-kadang sangat tinggi, akan
tetapi perusahaan
mengevaluasi
pengalaman
sekurang-kurangnya produksi
dan
mempunyai
penjualan
dari
kesempatan untuk mesin-mesin
atau
perusahaan yang dimilikinya. Investasi jenis perluasan ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari pada sebelumnya. Tambahan kapasitas akan memerlukan aktiva diferensial berupa tambahan investasi dan akan menghasilkan pendapatan diferensial, yang berupa tambahan pendapatan (revenues), serta memerlukan biaya diferensial, yang berupa tambahan biaya karena tambahan kapasitas. Untuk memutuskan jenis investasi ini, yang perlu dipertimbangkan adalah apakah aktiva diferensial yang diperlukan untuk
29
perluasan usaha diperkirakan akan menghasilkan laba diferensial (yang merupakan selisih antara pendapatan diferensial dengan biaya diferensial) yang jumlahnya memadai. Kriteria yang perlu dipertimbangkan adalah taksiran laba masa yang akan datang (yang merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya) dan kembalian investasi yang akan diperoleh karena adanya investasi tersebut. Penting juga dipertimbangkan faktor resiko yang berbeda-beda untuk tiap-tiap investasi , pajak penghasilan dan nilai waktu mata uang, karena ketiga faktor tersebut menentukan aliran kas (cash flows) dimasa yang akan datang. 3.
Investasi yang tidak menghasilkan laba Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syaratsyarat
kontrak
yang
telah
disetujui,
yang
mewajibkan
perusahaan
untuk
melaksanakan tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah, sebelum air tersebut dibuang
keluar
pabrik.
Karena
sifatnya
merupakan
kewajiban
yang harus
dilaksanakan, maka investasi jenis ini tidak memerlukan pertimbangan ekonomi sebagai kriteria untuk mengukur perlu tidaknya pengeluaran tersebut. 4.
Investasi yang tidak dapat diukur labanya. Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini untuk dihitung secara teliti. Sebagai contoh adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka waktu yang panjang. Biaya penelitian dan pengembangan dan biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yang dapat diperoleh dengan adanya pengeluaran biaya promosi produk, begitu juga sulit untuk mengukur
30
penghematan biaya (karena adanya efisiensi) akibat adanya program pelatihan dan pendidikan
karyawan.
Biasanya
yang
dipakai
sebagai
pedoman
dalam
mempertimbangkan jenis investasi ini adalah persentase tertentu dari hasil penjualan (untuk biaya promosi produk), persentase tertentu dari laba bersih perusahaan (untuk biaya penelitian dan pengembangan), investasi yang sama yang dilakukan oleh
perusahaan
pesaing,
dan
jumlah
uang
kas
yang
tersedia.
Dalam
mempertimbangkan investasi jenis ini pedoman persentase tertentu dari hasil penjualan seperti disebutkan diatas tidaklah merupakan kriteria yang memuaskan, dan biasanya manajemen puncak lebih banyak mendasarkan pada pertimbangannya daripada atas dasar analisis kuantitatif.
2.3.3 Tujuan Studi Kelayakan Proyek Menurut Dadjim (2009, p22) tujuan dari studi kelayakan proyek adalah : • Untuk mengetahui besarnya presentase rata-rata keuntungan bersih yang dihasilkan bisnis/proyek (investasi baru dan atau perluasan investasi tiap tahun selama umur ekonomisnya). • Sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen apakah rencana investasi modal dalam proyek yang dimaksud layak atau tidak, dengan melihat besarnya persentase rata-rata keuntungan yang dihasilkan proyek dibandingkan dengan tingkat bunga modal yang berlaku dipasar modal. • Untuk mengetahui apakah pengembalian investasi modal akan terjamin, serta berapa lama pengembalian investasi modal. • Pelengkap proposal untuk mendapatkan izin usaha dari pemerintah yang terkait dan atau untuk mendapatkan kredit dari bank.
31
2.3.4 Manfaat Studi Kelayakan Proyek Menurut Dadjim (2009, p21) manfaat dari dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan gambaran kepada pihak manajemen arus benefit dan biaya serta kemampuan proyek menghasilkan presentase keuntungan bersih rata-rata tiap tahun selama umur proyek. Menurut pendapat Kamaludin (2004, p2) ada tiga manfaat yang ditimbulkan dari adanya studi kelayakan bisnis yaitu : a. Manfaat finansial Artinya bisnis sangat menguntungkan bagi pelaku bisnis itu sendiri, apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan resiko yang akan di tanggung. b. Manfaat ekonomi Nasional Artinya bisnis tersebut jika dijalankan mampu menunjukan manfaat makro bagi negara, hal ini biasa ditunjukkan dengan semnakin banyak tenaga kerja yang terserap, GNP meningkat, dll c. Manfaat Sosial Artinya masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa memperoleh manfaat atas bisnis yang dilakukannya. Apabila studi kelayakan proyek telah dibuat dan dinyatakan layak untuk direalisasikan maka ada pihak-pihak tertentu yang memerlukan laporan sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak kelayakan laporan sesuai dengan kepentingan.
32
Pihak-pihak yang membutuhkan studi kelayakan menurut Umar (2005, p19) antara lain : a. Pihak Investor Jika hasil studi kelayakan yang dibuat ternyata layak untuk direalisasikan pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat dimulai untuk dicari misalnya dengan mencari investor yang mau menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan. Sudah tentu calon investor akan mempelajari laporan studi kelayakan yang telah dibuat karena calon investor mempunyai keputusan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan akan keselamatan modal. b. Pihak Kreditor Pendanaan proyek dapat dari pinjaman bank, sebelum memutuskan untuk memberikan kredit perlu dikaji ulang tentang studi kelayakan yang telah dibuat termasuk mempertimbangkan saran-saran lain misalnya bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan. c. Pihak Manajemen Perusahaan Studi kelayakan dapat dibuat oleh perusahaan baik oleh pihak external maupun oleh pihak internal. Terlepas dari siapa yang membuat proposal ini merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu misalnya dalam hak pendanaan, beberapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan dari kreditor. d. Pemerintah Penyusunan studi kelayakan perlu kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak
33
langsung kebijakan perusahaan. Penghematan devisa negara penggalakan export non migas dan pemakaian tenaga kerja misalnya merupakan contoh kebijakan pemerintah disektor ekonomi. Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk dibantu misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. 2.4 Ekspansi Berdasarkan pendapat Keown et, al (2011, p231) ekspansi dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap yang digunakan secara tetap dan terus menerus di dalam perusahaan. Bentuk-bentuk dari ekspansi itu sendiri adalah : 1. Business expansion atau ekspansi bisnis adalah ekspansi yang dijalankan tanpa mengakibatkan perubahan struktur modal. Dalam bentuk ekspansi ini perusahaan tidak menambah modal kerja saja dengan menambah kapasitas produksi yang ada di perusahaan. Oleh karena nya perusahaan tidak menambah aktiva tetap, maka tidak dibutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga tidak mengakibatkan perubahan struktur modalnya. Ekspansi jenis ini sering disebut ekspansi yang berangsur-angsur. 2. Financial expansion atau ekspansi keuangan adalah ekspansi yang dijalankan dengan membeli alat produksi tahan lama, memodernisir alat-alat produksi yang lama, mendirikan pabrik baru, mengambil alih perusahaan lain, penggabungan dengan perusahaan lain, dan lain-lain. Bentuk ekspansi ini membutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga bentuk ekspansi ini mengakibatkan perubahan struktur modal. Ekspansi jenis ini sering disebut ekspansi yang melonjak. Keuntungan-keuntungan ekonomis apakah yang dapat diperoleh suatu perusahaan yang mengadakan ekspansi. Ekspansi oleh suatu perusahaan dapat memperbesar
34
kemungkinan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan dikemukakan oleh Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-Dasar Pembelanjaan” (2010; hal 232-233) sebagai berikut : 1.
Adanya produksi yang paling ekonomis : a. Makin besarnya perusahaan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat bekerja dengan biaya produksi rata-rata atau harga pokok yang lebih rendah. Pada perusahaan-perusahaan yang intensif modal dijalankan ekspansi adalah dimaksudkan terutama untuk menurunkan harga pokok per unitnya, sedangkan pada perusahaan-perusahaan yang intensif tenaga, ekspansi terutama dimaksudkan untuk memperbesar omset. b. Penggunaan yang efisen dari pada “by-product” c. Adanya stabilisasi dalam produksi dan makin berkurangnya kerugian-kerugian karena menganggurnya aktiva-aktiva tetap.
2.
Pembelian dan penjualan yang ekonomis Makin
besarnya
perusahaan
berarti
makin
besarnya
kemungkinan
untuk
mengadakan pembelian bahan-bahan mentahnya dalam jumlah yang lebih besar, dimana ini dapat memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut : a. Kedudukannya terhadap leverancier bahan mentah adalah lebih kuat, sehingga dapat mengadakan pembelian dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan. b. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan pembelian dapat dilakukan langsung dari sumbernya. Oleh karena pembeliannya adalah dalam jumlah yang besar dan dapat langsung dari sumbernya maka kemungkinan harga per unitnya adalah lebih rendah. Makin besarnya perusahaan pun dapat memperkuat posisinya dalam pasar produk yang dihasilkannya, dimana ini dapat memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
35
1. Penggunaan yang lebih efisien dari pada “sales-men”-nya. 2. Pengakuan yang lebih ekonomis. 3. Adanya pasar yang luas dapat melindungi perusahaan terhadap “local depression” dan dapat mengurangi fluktuasi penjualan. 3.
Management yang ekonomis Dalam setiap perusahaan ada pertimbangan tertentu antara luasnya atau besarnya suatu pihak dengan “managerial efficiency” di lain pihak. Dalam hubungan ini dapat pula diterapkannya “the law of diminishing return” dimasa management merupakan faktor
yang konstan, sedangkan bagian-bagian perusahaan yang ditambahkan
adalah merupakan faktor-faktor variabel. Ekspansi disini dimaksudkan untuk mencapai titik efisiensi management yang optimal atau untuk mendapatkan imbangan yang sebaik-baiknya antara management dengan faktor-faktor variabel tersebut. 4.
Pembelanjaan yang ekonomis Makin besarnya perusahaan memberikan kemungkinan untuk dapat menggunakan modalnya dengan effisiensi. Apabila perusahaan menuju kepada laba yang maksimal, maka perusahaan akan menambah modalnya sampai laba yang diperoleh dari modal yang di-investasikan terakhir adalah sama dengan tingkat bunga yang berlaku dan hal ini adalah sesuai dengan “azas produktifitas batas”.
2.5 Teknik Penganggaran Capital Budgeting Alternative
metode
evaluasi
pemilihan
perusahaan
yang
digunakan
dalam
penganggaran modal shingga dengan penilaian tersbut dapat menentukan suatu keputusan,
36
Menurut Umar (2005, p178-202) metode-metode tersebut adalah :
1.
Payback Period Method Merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang semula kriiteria dari payback period adalah bila payback period lebih kecil dari period maksimum yang ditentukan berarti proyek diterima. Sebaliknya bila payback period lebih besar dari period yang di isyaratkan maka proyek ditolak. Payback period diperhitungkan dengan membagi investasi dengan cash flow tahunan. Kriteria terhadap penerimaan keputusan investasi dengan menggunakan metode payback ini adalah diterima apabila payback
perioed yang diterima yang diperoleh lebih singkat/pendek waktunya dibandingkan dengan target waktu payback period yang sebelumnya telah ditentukan. Kelemahan dan kebaikan dari metode payback period
menurut Riyanto Bambang
(2002; p113) adalah : Kelemahan metode payback period : 1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi yang diperoleh sesudah
payback period tercapai. 2. Metode ini mengabaikan time value of money (nilai waktu dari uang) 3. Metode ini tidak memperlihatkan pendapatan selanjutnya setelah investasi pokok kembali. Kebaikan dari metode payback period adalah ; 1. Untuk investasi yang besar resikonya dan sulit diperkirakan, maka metode ini dapat mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi. 2. Metode ini dapat digunakan untuk menilai dua investasi yang mempunyai rate of
return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya paling cepat. 3. Metode ini merupakan alat yang paling sederhana untuk penilaian usulan investasi.
37
Rumus :
Nilai Investasi
x 1 tahun
Kas masuk bersih 2.
Metode Net Present Value (NPV) Menurut Umar (2005, p178-202) NPV adalah nilai bersih sekarang yaitu teknik anggaran modal yang didefinisikan sebagai berikut, nilai sekarang arus kas bersih masa depan setelah pajak dikurangi pengeluaran awal proyek. Rumus : NPV = = Σn __CFt__ - I t=1
(1+K)t
Dimana : CF = aliran kas pertahun pada periode t Io = investasi K = suku bunga (discount rate) Kriteria penilaian metode ini, adalah : Jika NPV > 0 maka proyek diterima Jika NPV < 0 maka proyek ditolak Jika NPV = 0 maka nilai perusahaan tetap, walau usulan proyek diterima atau ditolak. 3.
Metode Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah teknik anggaran modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang mengembangkan nilai masukan sekarang dan nilai masukan keluaran sekarang.
38
Rumus : NPV = = Σn __CFT__ t=1
(1+IRR)t
Dimana: t = tahun ke n = jumlah tahun Io = nilai investasi awal CF = Arus kas bersih IRR = tingkat bunga yang dicari harganya Kriteria penilaian model ini adalah jika IRR yang dihasilkan lebih besar dari Rate of
Return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Nilai IRR dapat ditentukan dengan Trial and Error.
IRR = P1 – C1 x P2 – P1 C2 – C1 Dimana : P1 = tingkat bunga ke-1 P2 = tingkat bunga ke-2 C1 = NPV ke -1 C2 = NPV ke-2 4.
Metode Profitability Index (PI) Pemakaian metode profitability index ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaanpenerimaan kas bersih dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Jadi, profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
39
Rumus : PI = PV Kas Masuk PV Kas Keluar Kriteria Penilaian : • Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan (layak) • Jika PI < 1, maka usulan proyek dikatakan tidak menguntungkan (tidak layak) Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, dimana jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut kriteria PI juga layak (PI > 1), karena keduanya menggunakan variable yang sama.
40
2.6 Kerangka Pemikiran
Analisis Studi Kelayakan Ekspansi Pabrik Baru
Aspek Internal Perusahaan
Aspek Eskternal Perusahaan
• • • •
• Aspek AMDAL • Aspek Ekonomi dan Sosial • Aspek Hukum
Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknik dan Operasional Aspek Manajemen dan SDM Aspek Keuangan
Kesimpulan Hasil Kelayakan
Layak / Tidak Layak Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Hasil Pengolahan Data (2011)