BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1
Pembelajaran Menulis Keatif Naskah Drama Satu Babak dengan Menggunakan Teknik Affinity Grouping Pada Siswa Kelas VIII SMP Bina Dharma 3 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017 KTSP atau kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun untuk
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Tujuan utama kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah memperdayakan sekolah dan mengembangkan kompetensi peserta didik. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat standar kompetensi untuk setiap satuan pelajaran.Begitu pula dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.Dalam hal ini terdapat dua aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Kedua aspek tersebut memiliki empat sub aspek keterampilan, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Prabowo (2008; 32) mengemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
13
14
KTSP dikembangkan melalui upaya pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan hasil belajar di lingkungan dan ditingkat satuan pendidikan.Kesiapan pihak sekolah dalam mengembangkan KTSP sangat dipengaruhi dalam kondisi tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya yang dimiliki oleh masing-masing satuan pendidikan.
2.1.1 Standar Kompetensi Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat dua aspek yang harus siswa pelajari, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Kedua aspek tersebut memiliki empat sub aspek keterampilan, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam hal ini, pembelajaran menulis naskah drama satu babak termasuk dalam aspek kemampuan menulis. Sehubungan dengan hal itu, maka bahan pembelajaran menulis naskah drama satu babak dalam aspek kemampuan berbahasa, keterampilan menulis tercantum dalam KTSP, dengan standar kompetensi “menulis naskah drama”, (Tim Depdiknas, 2006:268). Prabowo (2008;118) standar kompetensi adalah ualifikasi kemampuan peserta
didik
yang
menggambarkan
penguasaan,
pengetahuan,
sikap,
keterampilan, dan nilai yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Setiap akhir pembelajaran seorang pengajar harus bisa melihat apakah peserta didiknya mengalami perubahan dalam hal kemampuan yang sesuai dengan standar
15
kompetensi yang tertera pada KTSP, baik jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Mulyasa (2010:109) menyatakan bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.Kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapakan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) berbagai mata pelajaran, untuk dijadikan acuan oleh guru dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan. Majid (2009:42) menjelaskan bahwa standar kompetensi adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus kuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Aspek pembelajaran tersebut dibagi
menjadi
beberapa
sub
aspek
yang
mencangkup
keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan Susilo (2007:17) mengungkapkan bahwa standar kompetensi dalam KTSP adalah salah satu konsep yang menawarkan otonom pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan. Hal tersebut dilakukan agar dapat memodifikasikan keinginan lingkungan untuk menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintahan dalam membentuk pribadi peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu standar kompetensi yang akan penulis capai dalam penelitian ini adalah memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai. Penulis berharap dengan
16
memilih standar kompetensi tersebut, siswa bukan hanya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Akan tetapi, siswa juga mendapatkan pembelajaran tentang sikap positif yang dapat mereka terapkan di berbagai lingkungan kehidupan. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia adalah belahjar berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tulisan serta dapat menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia. Sehubungan dengan penelitian ini adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama.
2.1.2
Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah gambaran umum tentang apa yang didapat siswa
dan menentukan apa yang harus dilakukan oleh siswa. Kompetensi dasar ini menitikberatkan
pada
keaktifan
siswa
dalam
menyerap
informasi
berupapengetahuan, gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dan tulisan serta memanfaatkannya dalam berbagai kemampuan. Selain standar kompetensi dalam KTSP juga tercantum kompetensi dasar yaitu kemampuan yang harus dicapapi oleh siswa dalam sebuah mata pelajaran tertentu.Kompetensi dasar dan standar kompetensi merupakan landasan atau dasar dalam mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk melakukan evaluasi.
17
Mulyasa (2010:109) mengatakan bahwa kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.Untuk menyusun indikator seorang guru harus merujuk kepada kompetensi dasar agar sesuai dengan tujuan pencapaian. Kasful (2010:73) menyatakan bahwa, kompetensi dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi.Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukan bahwa mereka telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan. Dari pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, kompetensi dasar adalah suatu landasan dari materi pokok, kompetensi dasar adalah penentu kegiatan pembelajaran terhadap siswa.kegiatan pembelajaran, dan indikator serta perincian dari standar kompetensi yang cakupan materinya lebih sempit. Kompetensi dasar merupakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dikuasai peserta didik.
2.1.3
Indikator Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau
kondisi.Indikator dapat pula disebut sebagai variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
18
Menurut Kasful (2010:87) keberadaan indikator dalam pengembangan kurikulum beberapa kali mengalami pasang surut.Dalam perkembangan awal, indikator dicantumkan dalam kurikulum.Tetapi pada perkembangan terbaru, standar isi hanya berisi SK dan KD.Penjabaran KD menjadi indikator sepenuhnya diserahkan kepada guru.Melalui kebijakan ini diharapkan guru benar-benar dapa merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan konteks sekolah masing-masing tanpa harus terbelenggu oleh indikator yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Badan Standar Nasional Pendidikan 2006 dalam Kasful (2010:87) menyatakan, indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai pedoman/acuan dalam menyusun alat penilaian. Sependapat dengan pernyataan di atas, Departemen Pendidikan Nasional 2002 dalam Kasful (2010:88) menyatakan indikator merupakan KD yang spesifik.Apabila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi sudah dapat terpenuhi, berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi. Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi yang dapat diukur dan KD yang spesifik, apabila indikator sudah terpenuhi berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi.
19
Berdasarkan kompetensi dasar yang penulis pilih, penulis merumuskan indikator sebagai berikut: a.
Mampu menyusun kerangka cerita drama
b.
Mampu menulis drama satu babak berdasarkan kerangka cerita drama dengan memperhatikan kaidah penulisan drama
c.
Menentukan latar/setting
2.1.4 Materi Pokok Majid dalam Kasful (2010:101) menyatakan bahwa materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar. Sedangkan, Ibrahim dalam Kasful (2010:101) berpendapat bahwa materi pokok adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai siswa, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap melalui kegiatan pembelajaran. Dari pernyataan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa materi pokok adalah pokok-pokok materi yang dipelajari dan harus dikuasai oleh siswa, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap melalui kegiatan pembelajaran.Adapun materi pokok pembelajaran ini adalah: a.
Pengertian drama
b.
Pengertian drama satu babak
c.
Langkah-langkah naskah drama
20
d.
Penulisan naskah drama sesuai kaidah penulisan naskah drama
2.1.5 Alokasi Waktu Waktu disini adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan, bukan lamanya siswa mengerjakan tugas di lapangan atau dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mulyasa (2010:86) waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh pembelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Sedangkan, menurut Muslich (2012:36) alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan. Majid (2012:58) bahwa alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan. Menurutnya bukan masalah waktu yang dibutuhkan untuk proses pengaplikasian meteri yang telah diberikan melainkan hanya sebatas perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk siswa dalam menrima materi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan dengan jumlah mata pelajaran perminggu dan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar yang akan diterima oleh siswa. Maka dari itu, alokasi waktu yang dibutuhkan untuk keterampilan membaca dengan materi penulisan naskah drama satu babak adalah 2 x 45 menit.
21
2.2
Pengertian Menulis Kreatif Naskah Drama Menulis keratif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan.Melalui
karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca.Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masingmasing. Jadi, sumber penciptaan karya kreatif tidak lain adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya. Gie (2000:88) menjelaskan bahwa menuliskreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan.Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca.Karya kreatif merupakan interpretasi evaluative yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Sumber penciptaan karya kreatif tidak lain adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya. Trianto
(2002:2) menyebutkan bahwa
tulisan kreatif merupakan
tulisanyang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif Maksudnya Melalui Kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, Dan Mungkinmenciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai haltersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai
22
sesuatu yang bermakna. Salah satu teks yangbersifat kreatif adalah teks drama.Menulis keratif padahakikatnya adalah menafsirkan kehidupan.Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca.Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masingmasing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis teks drama adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan secara ekspresi dan apresiatif melalui teks
drama.
Ekspresif
dalam
arti
bahwa
kita
mengekspresikan
atau
mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal gejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain malalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks yang bersifat kreatif adalah teks drama.
2.2.1
Pengertian Menulis Sepeti kita ketahui, menulis merupakan salah satu dari empat aspek
keterampilan berbahasa. Keempat aspek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian menulis. Tarigan (2008:22) menyatakan, bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang mengambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pendapat
23
tersebut menunjukkan bahwa lambang-lambang grafik dalam tulisan yang harus menggambarkan suatu bahasa yang dipahami, sehingga maksud tulisan dapat disampaikan. Alwasilah (2007:43) mengatakan, bahwa menulis adalah kemampuan, kemahiran, kepiawaian seseorang dalam menyampaikan gagasannya ke dalam sebuah wacana agar dapat diterima oleh pembaca yang heterogen baik secara intelektual yang sosial. Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis itu memiliki tiga aspek utama.Yang pertama, adanya tujuan atau maksud tertntu yang hendak dicapai. Kedua,adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya sistem pemindahan gagasan itu, yaitu berupa sistem bahasa. Ketiga, hal itu akan dibahas berikut ini. Menurut Angelo (2000:5) menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu tugas terpenting sang penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
24
dapat membaca lambang-lambang gambaran grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.Hal iini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak langsung.Menulis sangat penting bagi dunia pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.Juga dapat menolong kita berfikir sercara kritis.Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubunganhubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita merasakakn dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi. Dengan demikian penulis dapat simpulkan bahwa kegiatan menulis itu adalah kemmapuan atau kemahiran pada seseorang dalam menyampaikan gagasan kedalam sebuah teks atau wacana yang dapat diterima oleh pembaca.Di dalam kegiatan menulis, menulis memeliki tiga aspek yang sangat penting di dalam kegiatan menulis.kegiatan menulis pun menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan dalam lambang-lambang sebuah tulisan.
2.2.2 Tujuan Menulis Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat
25
dilihat/dibaca. Secara umum Tarigan (2008:24) menyatakan, bahwa tujuan menulis sebagai berikut: a. b. c. d.
untuk meyakinkan atau mendesak, disebut wacana persuasif; untuk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informative e; untuk menghibur atau menyenangkan, disebut wacana literer; untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api, disebut wacana ekspresif.
Tarigan, dkk (2000:22-25) telah merumuskan beberapa tujuan menulis: 1. Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukan nya karena tugas yang diberikan kepadanya 2. Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya 3. Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca 4. Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
26
2.2
Drama
2.2.1 Pengertian Drama Drama
adalah
salah
satu
jenis
karya
sastra
yang mempunyai
kelebihandibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yangmengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibacaatau sering disebut closed drama. Haryawan (2006:2 ) mengatakan bahwa kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya. Berdasarkan kenyataan ini, memang drama sebagai suatu pengertian lebih difokuskan kepada dimensi genre sastranya. Hasanuddin (2000:7) menyatakan bahwa drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.Moulton (2006: 2) berpendapat bahwa drama dalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung. Handayani (2004:18) drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan seni pentas sehingga drama dibagi dua, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama yang dipentaskan.Sedangkan menurut pendapat Rusmiyanto (2004:20) menjelaskan bahwa drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan
27
pertikaian/konflik dan emosi lewat adegan dan dialog.Drama merupakan cerita tentang kehidupan manusia yang diperankan diatas panggung atau dipentaskan. Berdasarkan uraian diatas pendapat penulis menyimpulkan bahwa drama memiliki cirinya masing-masing.Drama memiliki sifat penokohan yang mempunyaiperanan penting dalam mengungkap cerita di dalamnya.Oleh karena itu setiaptokoh mempunyai sifat-sifat kritis sebagai penyampai amanat dari pengarangnya, misalnya satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik sosial lainnya yang tergambar melalui dialog-dialog antar tokoh.Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih ditinjau apakah drama salakh satu genre sastra atau drama sebagai sebuah kesenian yang mandiri.
2.3.2 Pengertian Drama Satu Babak Drama satu babak adalah suatu bentuk karya sastra berupa naskah dan lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengen sejumlah kecil. Pameran gaya, latar, serta penaluran yang ringkas (Sumber:Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi:3). Sedangkan menurut Hasanudin (2000:100) drama satu babak mempunyai karakter yang lebih sedikit dan mungkin latar yang lebih sederhana.Biasanya, drama satu babak hanya berfokus pada karakter utama dan satu kejadian atau satu tujuan. Waluyo (2001:31) mengatakan bahwa naskah-naskah drama yang ditulis pada tahun 1930-an nilai sastranya yang paling tinggi, tetapi keugkinan pentasnya tidak meyakinkan. Naskah yang demikian bersifat komunikatif.Bahasanya adalah
28
bahasa yang hidup dalam masyarakat, bahasa speech-act.Nilai literer memang tidak boleh ditinggalkan, tetapi sifat komunikatif yang harus diperhatikan. Dapat penulis simpulkan keunggulan naskah drama adalah pada konflik yang dibangun.Konflik menentukan penanjakan-penanjakan kea rah yang klimaks. Jawaban terhadap konflik itu akan melahirkan suspense dan kejutan. Dalam drama satu babak naskah sangat kuat karena, jika akan dipentaskan akan mempunyai kemungkinan berhasil. Jika sutradaranya mampu mendukung cerita, peralatan teknis memadai, maka naskah drama yang kuat akan menghasilkan pementasan yang bermutu.
2.4
Unsur-unsur Drama Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon
(naskahatau
text
play),
pemain
(aktor
atau
aktris),
tempat
(gedung
pertunjukan),dan penonton.Unsur lakon memegang peranan penting karena pemain tanpalakon jelas tidak dapat membuat drama.Drama adalah bentuk karya sastra yang tersusun dari unsur instrinsik dan ekstrinsik.Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun sebuah drama dan berada di dalam drama itu sendiri, seperti tokoh, dialog, alur, latar, dan sebagainya.Adapun unsure instrik adalah unsure factor yang berada di luar drama, namun berkaitan dengan cerita drama tersebut.Unsur yang dimaksud, antara lain, adalah sosial budaya, politik, dan hankam. Berikut diuraikan unsur-unsur drama menurut Kosasih (2003: 242) yang meliputi penokohan, dialog, alur, dan latar.
29
1.
Tokoh Tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama.Berdasarkan
perannya terhadap jalan cerita, tokoh bisa dibedakan menjadi tiga. a.
Tokoh protagonis, yaitu yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b.
Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang menentang cerita.
c.
Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist maupun untuk tokoh antagonis. Watak seorang tokoh dalam drama dapat dilihat dari ucapan-ucapannya.
Seorang tokoh dapat diketahui usia, latar belakang social, moral, suasana kejiwaan, agama yang dianut, dan bahkan aliran politik dan ideologinya. Selain itu, watak seorang tokoh dapat dilihat pula dari gerak dan tingkah lakunya, cara berpakaiannya, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. 2.
Dialog Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.
a.
Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita
30
itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapakan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas. b.
Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
3.
Alur Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang dijalin dengan saksama
dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kea rah klimaks dan selesaian.Jenis-jenis alur adalah sebagai berikut. a.
Alur maju, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling awal sama peristiwa terakhir.
b.
Alur mundur, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling akhir kemudian berbalik ke peristiwa yang paling awal.
c.
Alur campuran, yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam suatu cerita. Sebuah cerita drama bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian
tengah, menuju suatu akhir.Dalam drama bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi (denouement). a.
Eksposisi suatu cerita menentukan aksi dalam watak dan tempat; memperkenalkan
para
tokoh,
menyatakan
situasi
sesuatu
cerita,
31
mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu. b.
Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan itu untuk menanggulangi rintangan-rintangn ini. Pengarang dapat mempergunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.
c.
Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point), pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan. Dalam drama konflik dapat ditemukan dalam dialog-dialog para
tokohnya.Dengan memahami maksud dan tindak tutur dari tokoh-tokohnya itulah kita dapat mengetahui bentuk dan intensitas konflik yang terdapat dalam adegan demi adegannya. Berbagai bentuk konflik akan kita temukan dalam drama. Demikian pula dengan intensitasnya, yang umumnya diawali oleh intensitas konflik yang lembut yang kemudian semakin mengeras dan pada ujungnya diakhiri oleh sebuah
32
penyelesaian konflik. Bentuk dan intensitas konflik diatur dengan maksud supaya menimbulkan kepenasaran bagi pembaca atau penontonnya. Konfliklah yang menggerakkan alur sebuah drama. Dalam rangkaian konflik itu pula tersimpan amanat atau pesan pengarang. Amanat tersebut tersimpan secara tersirat dalam seluruh rangkaian konflik ataupun dalam dialogdialog para tokohnya.Amanat tersebut ada yang berupa harapan, pesan, ataupun kritik.Untuk menemukan amanat-amanat tersebut kita perlu memahami drama itu secara tuntas. Namun demikian, hal itu bukan berarti tertutup kemungkinan bagi kemunculannya dalam per adegannya. Amanat-amanat kecil dapat saja kita temukan dalam sebuah adegan dialog. 4.
Latar Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam
naskah drama. a.
Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama
b.
Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama
c.
Latar budaya, yaitu penggambaran budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda.
2.5
Jenis-jenis Drama
1.
Tragedi
33
Drama tragedi umumnya memunculkan kisah yang sangat menyedihkan yang di
alami
seorang insane
yang mulia,
kaum
bangsawan,
yang
mempertaruhkan dirinya menentang rintangan-rintangan yang tidak seimbang dengan kekuatannya. a. Menampilkan kisah sedih. b. Cerita bersifat serius. c. Memunculkan rasa kasihan dan ketakutan. d. Menampilkan tokoh yang bersifat kepahlawanan. 2.
Komedi Komedi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a. Cerita ini umumnya menampilkan cerita-cerita ringan. b. Drama ini mungkin pula memunculkan kisah serius namun dengan perlakuan nada yang ringan. c. Cerita ini mengenai peristiwa-peristiwa yang kemungkinan terjadi. d. Kemunculan muncul dari tokoh dan dan bukan dari situasi. e. Gelak tawa yang ditimbulkan bersifat “bijaksana”.
3.
Melodrama Melodrama mempunyai cirri-ciri sebagai berikut. a. Mengetengahkan serta menampilkan kisah yang serius. b. Banyak memunculkan kejadian yang bersifat kebetulan. c. Memunculkan rasa kasihan yang sifatnya sentimental.
34
4.
Farce Suatu farce mempunyai cirri-ciri sebagai berikut. a. Menimbulkan kelucuan yang tidak karu-karuan. b. Bersifat episodik, memerlukan kepercayaan yang sesaat.
2.6
Langkah-langkah Menulis Naskah Drama Drama merupakan bentuk karya sastra yang dipentaskan untuk
masyarakat.Oleh karena itu, pada umumnya, cerita drama berisi tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.Biasanya drama menceritakan tentang kemiskinan, perjuangan hidup, serta cinta kepada orang tua.Supaya drama yang kita tampilkan menarik, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah naskah drama itu sendiri. Naskah drama harus manarik sehingga pesan apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para penonton. Namun karena drama tujuannya untuk dipentaskan, dalam menulis naskah drama selain cerita dialog naratif, terdapat pula petunjuk tentang bagaimana keadaan panggung, petunjuk tentang gerak-gerik pelaku.Drama merupakan bentuk karya sastra yang dipentaskan untuk masyarakat.Oleh karena itu, pada umumnya, cerita drama berisi tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Berikut ini adalah cara mambuat naskah drama: 1.
Pemilihan topik
35
Amatilah apa yang sering terjadi di sekitar kita. itu bisa menjadi inspirasi untuk menentukan topik dari drama yang akan kita tampilkan. 2.
Penentuan tokoh, latar, dan sudut pandang Setelah kita menentukan topik dari drama yang akan kita tampilkan, selanjutnya kita merancang latar, tokoh cerita, dan sudut pandang
3.
Tentukan Plot cerita Cara menulis naskah drama mirip dengan cara menulis cerita lainnya. Untuk menentukan plot cerita, kita harus menulis ringkasan cerita (yang terdiri dari bagian awal, tengah, dan akhir).kemudian kita harus mengidentifikasikan unsur drama yang kita tulis.
4.
Membuat rancangan tulisan awal Setelah semua langkah diatas selesai, kemudian kita harus membuat keragka alur atau urutan cerita. Pikirkan apa yang akan terjadi, kapan terjadi, dan bagaimana terjadi.
5. Tulis naskah akhir Setelah selesai menulis naskah, koreksi lah dan lakukan perbaikan bila diperlukan.Kemudian baca naskah drama tersebut dari awal sampai akhir.Setelah yakin tidak perlu ada revisi, drama bisa ditampilkan.jangan lupa untuk memilih tokoh yang sesuai dengan karakter dalam cerita drama tersebut.
36
2.7
Teknik Affinity Grouping
2.7.1
Pengertian Teknik Affinity Grouping Teknik affinity grouping adalah teknik belajar yang berbentuk kelompok
atau grup yang dimana membantu dalam kegiatan belajar bagi para siswa.Teknik ini telah membagi beberapa siswa menjadi sebuah kelompok. Dalam teknik ini setiap kelompok atau sebuah grup ada perwakilan dari siswa untuk mengambil sebuah kertas yang berukuran 3x5 cm. di dalam kertas berukuran itu terdapat sebuah clue atau bahan yang dimana bahan itu yang akan dijadikan sebuah topik pembahasan untuk dibahas di dalam keolompok. Teknik ini sangat membantu sekali dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.Teknik affinity grouping ini sangat efektif dan tepat sekali membantu siswa untuk memicu semangat siswa untuk giat belajar. Kegiatan belajar berkelompok sekarang sangatlah mudah digunakan bagi seorang pelajaruntuk kegiatan di dalam kelas.
2.7.2 Langkah-langkah Teknik Affinity Grouping 1.
Bagikan kartu-kartu yang berukuran 3x5 cm, beberapa lembar kertas, atau kertas berperekat agar setiap siswa memiliki tempat untuk menuangkan gagasan mereka.
37
2.
Sebuah kategori, persoalan, atau masalah yang harus dieksplorasi dan diberi tenggang waktu untuk kegiatan tersebut.
3.
Atur siswa jadi beberapa kelompok, tetapi setelah itu minta masing-masing siswa melakukan olah pikir secara mandiri, tulis satu gagasan untuk setiap lembar kertas.
4.
jika waktu habis, minta salah satu anggota kelompok mengumpulkan kartu-kartu atau kertas berperekat tersebut, gabungkan menjadi satu.
5.
Minta setiap kelompok mendiskusikan dan mengatur kartu-kartu atau kertas berperekat tersebut menjadi beberapa kategori yang berkaitan.
6.
Minta siswa membuat sebuah judul untuk masing-masing pengelompokan yang dapat menggambarkan dengan baik dan dapat menetukan tema dari masing-masing item atau kelompok ide.
2.7.3
Kelebihan Teknik Affinity Grouping Kelebihan dalam teknik ini dapat membantu kegiatan belajar pembelajaran
lebih efektif.Teknik ini sangat membantu para siswa disaat kehiatan belajar mengajar, mampu mencapai meteri dengan baik.Dalam penggunaan teknik affinity grouping ini sangat membantu sekali terhadap siswa unuk melakukan olah pikir dan sumbangan saran yang kemudian mengelola ide-ide yang berhasil digali sebagai tugas menulis selanjutnya.Semua siswa diminta menuliskan naskah drama.
38
Teknik ini memberikan teknik belajar kelompok, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok agar mudah menentukan ide-ide pokok dari bahan materi yang akan mereka bahas pada saat akan melakukan diskusi. Dengan partisipasi dalam kegiatan ini, para siswa yakin akan mampu untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan memilih tema-tema untuk tugas menulis individual mereka.