BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Ratna Wilis Dahar, 1996: 11). Belajar
adalah
memperoleh
pengetahuan,
latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya (Oemar Hamalik, 2008: 28). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2) Belajar adalah cara adaptasi utama manusia, jika kita tidak belajar maka tidak bisa survive (bertahan hidup), dan tentu saja tidak akan berhasil baik (Trianto, 2010: 178). Belajar menurut Gestalt adalah suatu proses aktif, yang dimaksud aktif di sini ialah, bukan hanya aktivitas yang tampak seperti gerakangerakan badan, akan tetapi juga aktivitas-aktivitas mental, seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya. Menurut para ahli psikologi assosiasi 8
9
belajar adalah usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru. Peristiwa belajar dipandangnya sebagai peristiwa untuk menghadapi masalah-masalah berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah ada. Dari semua pendapat pada dasarnya belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir saja tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang Nampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati (Mustaqim dkk, 2003: 61-64). b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor ekstern. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan). Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan). Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu siswa, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk
10
kehidupan dalam masyarakat, dan media massa (Sugihartono, 2007: 7677). Ada faktor lain yang mempengaruhi belajar diantanya. Kemampuan pembawaan, kondisi psikis orang yang belajar, kondisi Psikis Anak, kemauan belajar, sikap terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri, bimbingan, ulangan (Mustaqim, dkk, 2003: 63-67). Proses belajar di dorong oleh motivasi intrinsik siswa. Di samping itu proses belajar juga dapatterjadi, atau menjadi bertambah kuat bila di dorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. c. Pembelajaran Sejarah Menurut Mulyasa (2005: 110) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik, dimana dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang berasal dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa berupa
aktivitas
belajar
mengajar.
Dalam
proses
pembelajaran
dilaksanakan dengan memanfaatkan metode pengajaran, waktu dan materi pembelajaran.
11
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu merekonstruksi apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu itu sendiri. Sejarah mempunyai kepentingan masa kini bahkan, untuk masa yang akan datang (Kuntowijoyo, 1995: 17). Sejarah merupakan situasi atau keadaan lampau yang memiliki arti perubahan dan peristiwa yang realitas. Menurut Sidi Gazalba (1966: 7-8), sejarah mengandung arti sebagai berikut. 1) Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwaperistiwa dalam kenyataan sekitar kita. 2) Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut. 3) Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadiankejadian yang merupakan realitas tersebut. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah adalah proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan lingkungannya untuk mengetahui serangkaian peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan tujuan menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang dan menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. Tujuan pembelajaran sejarah yang ingin dicapai adalah untuk megembangkan tiga aspek (ranah)
12
kemampuan yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (I Gde Widja, 1989: 27-28). 2. Prestasi Belajar a. Konsep Prestasi belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995: 787). kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Prestasi belajar atau achievement merupakan realita atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan prestasi belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan
pengetahuan,
keterampilan
berfikir
maupun
keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan prestasi belajar. Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dan penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuh (Nana Syaodih Sukamdinata, 2003: 102-103). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan secara penuh setelah melakukan kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka nilai yang diberikan oleh guru dengan cara memberi tes atau evaluasi untuk menentukan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan prestasi belajar siswa ini disebabkan karena beberapa faktor
13
antara lain latar belakang masing-masing sikap dan bakat siswa terhadap suatu bidang pengajaran yang diberikan b. Faktor yang Mempengaruhi Menurut M. Dalyono (2005: 55-60), faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang adalah sebagai berikut. 1) Faktor Internal meliputi: a) Kesehatan Apabila kesehatan fisik sesorang selalu tidak sehat, dapat tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula apabila kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, dapat mengganggu atau mengurangi semangat untuk belajar. b) Intelegensi dan bakat Seseorang yang mempunyai intelegensi tinggi, pada umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya cenderung lebih baik dibanding orang yang memiliki intelegensi rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya rendah. Apabila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan memliki bakat dalam bidang yang dipelajarinya, maka proses belajarnya akan lebih lancar dan suskes dibanding dengan orang yang mempunyai bakat saja tetapi intelegensinya rendah.
14
c) Minat dan motivasi Minat yang besar yang dimiliki oleh seseorang pada umumnya cenderung menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan orang yang mempunyai minat yang kurang. d) Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Seseorang yang belajar perlu memperhatikan teknik, faktor fisiologis, psikologi, dan ilmu kesehatan agar memperoleh hasil yang memuaskan 2) Faktor Eksternal meliputi: a) Keluarga Pencapaian hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan orang tua, perhatian dan bimbingan orang tua, rukun tidaknya kedua orang tua, keakraban hubungan anak dengan kedua orang tua, keadaan dan situasi dalam rumah serta ada tidaknya media belajar. b) Sekolah Meliputi kualitas guru, metode mengajar guru, kesesuian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas dan sebagainya.
15
c) Masyarakat Apabila disekitar tempat tinggal terdiri dari orang-orang yang berpendidikan dan mempunyai moral yang baik, maka hal ini akan mendorong motivsi anak untuk giat belajar. d) Lingkungan Sekitar Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim turut mempengaruhi prestasi belajar. c. Cara mengukur prestasi Cara mengukur prestasi yang di gunakan pada permainan tari bambu yaitu dengan dua tes. a.
Tes Awal (Pre test) Tes pada siswa sebelum pembelajaran dimulai atau sebelum proses
pengajaran
dilaksanakan.
Tes
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan awal peserta didik dan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar pada pembelajaran dengan menggunakan teknik Tari Bambu b.
Tes Akhir (Post test) Tes yang diberikan setelah proses pengajaran berakhir. Tes ini
diberikan pada saat akhir tindakan untuk mengukur prestasi belajar sejarah dan tingkat keberhasilan tindakan pembelajaran pada setiap tindakan (Nana Sudjana, 2005: 117). 3. Tinjauan Tentang Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning
16
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur (Anita Lie, 2004: 12). Model belajar cooperative learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja sama antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar (Solihatin, 2007: 5). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Nur Asma,2006: 11). Cooperative learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran
yang
memungkinkan
siswa
bekerja
bersama
untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya, dalam kelompok tersebut (Johnson dalam Solihatin, 2007:5). Sementara menurut Atrzt dan Newman dalam Nur Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu sistem untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau penyelesian suatu tujuan bersama. Menurut Davidson dan Kroll dalam Nur Asma (2006: 11) mendifinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-
17
ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang ada dalam tugas mereka. Slavin (1984) dalam buku Solihatin (2007: 4) mengatakan
bahwa
cooperative
learning
adalah
suatu
model
pembelajaran siswa dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas amggota, baik secara individual maupun secara kelompok. Pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antar siswa dalam kelompok (Nur Asma, 2006: 11-12). b. Elemen dasar pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mempunyai lima elemen dasar, yaitu saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 2008: 31). Pembelajaran kooperatif merupakan sistem kerja atau kelompok belajar terstruktur. Ada lima unsur pokok yang termasuk di
18
dalam sruktur tersebut, yaitu sebagai berikut: sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran, adanya interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok, komunikasi antar anggota, dan keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja sama. c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif learning untuk mencapai hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial (Nur Asma, 2006: 27). Pengembangan ketrampilan sosial dalam tujuan pembelajaran kooperaatif adalah untuk mengajarkan siswa ketrampilan kerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu kerja sama dengan orang lain. 4. Tinjauan Tentang Pembelajaran Teknik Tari Bambu a. Pengertian Pembelajaran Teknik Tari Bambu Pembelajaran
dengan
teknik
Tari
Bambu
merupakan
pengembangan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam tari bambu Filipina yang juga popular di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu keunggulan dari teknik Tari Bambu adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi
19
informasi dengan singkat dan teratur. teknik tari bambu juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan komunikasi mereka. (Anita Lie, 2008: 64-65). b. Langkah-langkah Teknik Tari Bambu. Langkah-langkah Teknik Tari Bambu ada 5 langkah spesifikasi untuk meningkatkan kesuksesan menggunakan teknik ini (Anita Lie, 2008: 65-66). 1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. 2) Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela sela deretan bangku. Cara kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena di perlukan waktu yang relative singkat. 3) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama. 4) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi 5) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung lainnya di jajaran yang lain sehingga jajaran ini akan bergeser. Dengan cara ini, masing masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi informasi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan. B. Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penetilian ini adalah sebagai berikut.
20
1. Ana Yulianti (2011) dengan judul “Implementasi Cooperative learning model Think Pair Square untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah Siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI IPS tahun ajaran 2010-2011, merupakan skripsi milik jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil
penelitian
Pembelajaran
menunjukkan
bahwa
melalui
penerapan
Model
Think Pair Square dapat meningkatkan prestasi belajar
sejarah Siswa. Skripsi ini berbeda dari skripsi yang saya buat. Dalam skripsi yang saya buat obyek, tempat, dan materi yang diteliti berbeda. 2. Penelitian
yang
dilakukan
oleh Rohmat
Widianto
dengan
judul
“Implementasi Model Pembelajaran Permainan Kapal Perang Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Sejarah Di Kelas VIII A Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011 SMP Negeri 2 Moyudan” yang berkesimpulan bahwa dengan model pembelajaran Kapal Perang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah terletak pada subyek penelitian, lokasi dan tujuan yang akan dicapai. C. Kerangka Pikir Pendidikan di Indonesia yang masih rendah dan mahalnya biaya pendidikan menjadikan masyarakat kita kurang sadar betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak kita. sistem pendidikan di Indonesia dan prakteknya di lapangan yang belum bisa dijangkau oleh kalangan masyarakat bawah. Dalam proses pembelajaran masih banyak hal yang menghambat, mulai dari pihak sekolahan, pihak pengajar maupun dari siswanya itu sendiri. Salah satunya dalam pembelajaran Sejarah di sekolah. Mata pelajaran sejarah selama
21
ini dianggap pelajaran yang sifatnya menghafal saja. Proses belajar mengajar yang masih menggunakan metode konvensional yang dirasa sangat membosankan siswa. Siswa merasa kurang aktif, guru masih sangat dominan di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu kurangnya metode yang bisa membuat menarik siswa dalam belajar sejarah. Hal itulah yang membuat prestasi belajar siswa menurun pada mata pelajaran sejarah selama ini. Setelah mengalami tindakan dengan penerapan permainan tari bambu dan dengan di kolaborasikan dengan tanya jawab dan juga presentasi antar kelompok prestasi belajar siswa jadi meningkat. Pembelajaran Konvensional
Prestasi Rendah
Implementasi Pembelajaran Sejarah Dengan Teknik Tari Bambu
Prestasi Belajar Siswa Meningkat
Gambar 1. Kerangka Pikir. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dapat di ajukan hipotesis bahwa prestasi belajar siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Tari Bambu pada mata pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA N 1 Prambanan, Klaten.