20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide”, yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot) (3) mengelola (to manage) dan (4) menyetir (to steer).1 Secara istilah, Sunaryo Kartadinata mengartikan bimbingan sebagai proses membantu siswa untuk mencapai perkembangan secara optimal. Berbeda halnya pendapat Rochman Natawidjaja, beliau menjelaskan “Bimbingan sebagai satu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.”2 Sedangkan Konseling menurut Shertzer dan Stone adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
1 Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah (Bandung: Rizqi Press, 2009), hal. 37. 2 Syamsu Yusuf danA. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 6.
20
21
pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. 3 Jadi Konseling adalah memberikan bantuan yang selaras kepada individu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan dapat memahami diri sendiri agar individu tersebut bisa lebih beraktualisasi diri baik di lingkungan keluarga maupun sosial masyarakat. Achmad
Mubarok
dalam
bukunya
konseling
agama
memberikan pengertian bahwa konseling Islam adalah “sebagai usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin (iman) di dalam dirinya untuk mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapinya”. Bimbingan konseling Islam juga dirumuskan sebagai “proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan diakhirat”.4 Mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah
3 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT.Refika Aditama, 2006), hal. 10. 4 Thohari Musnamar, Proses Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling (Jakarta: UII press, 1992), hal. 5.
22
dan dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang diciptakan untuk tunduk dan beribadah kepadannya. Pendapat Achmad Mubarok dikuatkan oleh pendapat dosen S2 UNNES Semarang prodi bimbingan dan konseling Islam, Anwar Sutoyo dalam buku Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktek beliau menyimpulkan bahwasanya hakekat bimbingan dan konseling
Islam
adalah upaya
membantu individu belajar
mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (enpowering) iman, akal dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT dan Rosul-Nya, agar fitrah yang ada pada individu itu berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah SWT. Dari semua rumusan di atas nampak bahwa bimbingan dan konseling Islami adalah aktifitas yang bersifat “membantu”, dikatakan membantu karena pada hakekatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntutan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar memahami dan sekaligus memahami tuntutan Islam (Al-Qur’an dan Sunnah-Nya). Pada akhirnya, diharapkan agar individu
selamat dan memperoleh
23
kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat, bukan sebaliknya kesengsaraan dan kemeralatan di dunia dan akhirat.5
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam Konseling Islam dapat diartikan sebagai aktivitas dalam memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (konseli) dalam hal bagaimana seharusnya seorang konseli dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.6 Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam adalah membantu individu mewujudkan diri menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Sedangkan secara khusus, bertujuan untuk membantu individu agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang diciptakan untuk tunduk dan beribadah kepada-Nya.
5 Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam,Teori dan Praktek,. Semarang: CV Widya Karya Semarang, 2009, hlm. 23. 6 Aswadi, Tafsir Al-Qur’an Dimensi Dakwah dan Konseling (Surabaya: Biro Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2006), hal.21.
24
Secara rinci bimbingan dan konseling islam memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Dapat menghasilkan perubahan, perbaikan, kemanfaatan pada diri sendiri dan lingkungan sekitar serta kesehatan jiwa dan mental yang tenang. 2) Menghasilkan perasaan emosi yag muncul dan berkembang dalam diri seperti rasa tolong menolong, kesetiakawanan dan rasa toeransi.7 3) Menghasilkan kecerdasan spiritual dan potensi ilahiyah, sehingga individu tersebut mampu menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan keselamatan dan kemanfaatan dalam segala aspek kehidupan bagi lingkungan sekitar.8 4) Dan membantu individu dalam memahami potensi dan situasi dalam dirinya, membantu mengatasi masalah yang sedang dialami dan memelihara serta mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak menimbulkan masalah baik bagi diri sendiri maupun lingkungan.9
7
M. Hamdani Bakran Adz Dzaki, Psikologi dan Konseling (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal 167-168. 8 Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana Pariwara, 2002), hal 43. 9 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 36.
25
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam Fungsi disini berguna sebagai penunjang terlaksananya pencapaian tujuan bimbingan dan konseling Islam. Adapun fungsi bimbingan dan konseling Islam adalah sebagai berikut: 1) Fungsi
Kuratif
atau
Korektif,
yakni
membantu
individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau sedang dialami sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. 2) Fungsi Preventif atau pencegahan dan Pemeliharaan, yaitu menjaga individu agar dapat memelihara kondisi yang baik, danmencegah terjadinya unhealthy conditional mengubah kondisi dari yang tidak baik menjadi baik. 3) Fungsi Development atau Pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya sebagai sebab munculnya suatu maslah. 10 4) Fungsi Perbaikan, yaitu dalam hal ini bantuan diberikan dalam rangka mencari, menemukan dan mengatasi masalahnya. Bentukbentuk bantuan yang akan diberikan sangat tergantung dari masalahnya
(jenis,
sifat,
faktor
dan
sumber).
Sedangkan
pelaksanaannya bisa individual bisa juga kelompok.11
10 11
hal. 60.
Erhamwilda, Konseling Islami (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 119-120. Sjahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Sidoarjo: Duta Aksara, 2010),
26
5) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi membantu individu memilih dan menetapkan penguasaan individu sesuai minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadiannya. 6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu menyesuaikan individu sesuai minat, kemampuan dan kebutuhan individu.12 7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif.13 Melihat pemaparan pengertian, tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling Islam, maka peneliti menyimpulkan bahwasanya bimbingan dan konseling Islam merupakan wadah pemberian bantuan, mengarahkan, mengoptimalkan, mengantarkan individu kedalam situasi yang nyaman sehingga individu tersebut dapat memahami diri sendiri, serta potensi yang dimiliki juga pembentengan diri baik kulitas dan kuantitas diri secara lahir maupun batin guna mendapatkan kebahagiaan didunia juga diakhirat.
12 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT.Refika Aditama, 2006), hal. 8. 13 Syamsu Yusuf L.N,. Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah (Bandung: Rizqi Press, 2009), hal. 61.
27
2. Cinta ala Maulana Rumi a. Pengertian Cinta ala Maulana Rumi Cinta dalam kamus Bahasa Indonesia berarti: rasa sangat kasih/tertarik hatinya.14 Cinta adalah yang kita inginkan dalam hidup dan yang pertama kali kita cari. Itulah hasrat kehidupan kita, yang mengasuh dan mendukung kita, tetapi ia pun menawarkan suatu tempat dimana kita akan membawa hidup ini. 15 Sedang Cinta dalam pandangan Jalaluddin Rumi sebagai dimensi pengalaman rohani, bukan dalam pengertian teoritis sepenuhnya mengendalikan “batin” dan “psikologis” sufi, ia tidak dapat dipahami melalui pengalaman. Tetapi rumi menegaskan bahwa cinta tak terungkapkan. Meskipun demikian, dalam sebagian syairsyairnya
Rumi
memberikan
gambaran,
bahwa
orang
dapat
membicarakannya kapan saja dan tiada habisnya. Tapi tetap pada satu kesimpulan, bahwa cinta tak terungkapkan lewat kata-kata.16 Sufi Persia Abad ke-13 M menyebut bahwa jalan tasawuf merupakan “Jalan Cinta” (Mahabbah atau ‘Isyq). Cinta merupakan kecenderungan yang kuat terhadap yang Satu, asas penciptaan segala sesuatu, metode kerohanian dalam mencapai kebenaran tertinggi, jalan
14
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal.
206. 15
Rahmani Astuti, Cinta, Jiwa dan Kebebasan di Jalan Sufi: Menari Bersama (Bandung: Pustaka Hidayah. 2003), hal. 25. 16 William C. Chittink, Jalan Cinta Sang Sufi (Ajaran-ajaran Spiritual Jalaludin Rumi), Judul Asli: The Sufi path of love: The Spiritual teaching of Rumi, Terjemah M. Sadat Ismail dan Ahmad Nidiam state of New York, hal 201-202
28
kalbu bukan jalan akal dalam memperoleh pengetahuan mendalam tentang Yang Satu.17
b. Biografi Maulana Rumi Nama panjangnya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 H, atau tanggal 30 September 1207 M. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan. 18 Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat yang berpusat di Turki dan
17 Abdul Hadi W.M., Tasawuf yang tertindas: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-karya Hamzah Fanzuri, Jakarta: Yayasan Paramadina, 2002, hlm. 18-19. 18 Titus Burckhardt. Mengena Ajaran Sufi, Terjemah. Oleh Azyumardi Azra (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hal. 163.
29
berkembang di daerah sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648.
c. Pengaruh Tabriz Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tidak meleset. Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi dari kota Tabriz.19 Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya 19
Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis SPIRITUALITAS ISLAMhal (Bandung: Mizan Media Utama, 2003). 143.
30
kemudian dikenal dengan nama Divan Syams Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz. Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Matsnavi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Bahkan Masnavi sering disebut Qur’an Persia. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya). Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah. Thariqat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputarputar). Nama itu muncul karena para penganut thariqat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase. 20
20
Jurnal Un Paramadina Vol. 1. No.3, Mei 2002 (Jakarta Selatan, 2002). hal. 211-212
31
d. Wafatnya Maulana Rumi Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, tengah menderita sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya. Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan, “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan pahit.” Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesakdesakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau. 21
e. Bentuk Ekspresi Cinta Ala Maulana Rumi Sebagai seorang penyair dan Tokoh Sufi besar dunia Maulana rumi memiliki karya-karya yang mempesona. Wujud cintanya di 21
Komaruddin Hidayat, SATU TUHAN BANYAK AGAMA (Bandung: PT. Mizan Publika, 2011). hal. 252.
32
ekspresikan ke dalam bentuk verbal dan non verbal. Ke dalam bentuk Verbal seperti pengungkapan syair, sedang dalam bentuk non verbal seperti tarian, musik dan puisi.22 “SAMA/Wherling Darwishes”, Tarian Darwis yang Berputar, Suatu saat Rumi tengah tenggelam dalam kemabukannya dalam tarian “SAMA” ketika itu seorang sahabatnya memainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan, “Seperti juga ketika salat kita berbicara dengan Tuhan, maka dalam keadaan ekstase para darwis juga berdialog dengan Tuhannya melalui cinta. Musik “SAMA” yang merupakan bagian shalawat atas baginda Nabi Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik cinta demi cinta Nabi saw dan pengetahuanNya. 23 Cinta juga memiliki kekuatan transformatif, yaitu kekuatan merubah keadaan jiwa manusia yang negatif menjadi positif. Itulah antara lain yang diajarkan Jalaluddin Rumi dan sufi-sufi lain pada abad ke-13 M, ketika umat Islam di Dunia Arab dan Persia berada dalam periode paling buruk dalam sejarah klasiknya. Di sebelah barat Perang Salib yang telah berlangsung sejak akhir abad ke-11 M belum kunjung berakhir dan terus mencabik-cabik kehidupan kaum Muslimin. Di sebelah timur bangsa Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan dan anak-cucunya menyapu bersih dan memporak-porandakan kerajaankerajaan Islam. Puncaknya adalah serbuan besar-besaran Hulagu Khan, 22
Abdul Hadi WM, Rumi Sufi dan Penyair (Bandung: Pustaka, cet I, 1985), hal. 10. Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, Terjemah Drs. Sutejo (Bandung: Mizan, tt), hal. 128 23
33
cucu Jengis Khan, dari Transoksiana pada tahun 1256 M. Kota Baghdad luluh lantak menjadi puing-puing dan ratusan ribu penduduknya dibantai sehingga bekas ibukota kekhalifatan Abbasiyah dan pusat utama peradaban Islam ketika itu berubah menjadi kota mati untuk belasan tahun lamanya. Adapun peninggalan puisi yang ternama yang dikenal dengan Grandson of Mawlana Rumi, adalah sebagai berikut: “Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna. Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.24 Adapun menurut Rumi Cinta baginya adalah segala-galannya dan cinta dalah lautan tak bertepi. Dengan cinta kehidupan ini teruberevolusi secara kreatif menuju menuju kehiduapan yang semakin baik, 24
serta
menuju
pada
kesempurnaan.
Lebih lanjut Rumi
Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazhim Adil al-Haqqani – Cucu dari Mawlana Rumi, Lefke, Cyprus Turki, September 1998)
34
mengatakan: “ Andai tak ada cinta, maka alam ini tidak lagi mempesona, kicauan burung tidak lagi merdu, panorama alam tidak lagi indah, bahkan dunia akan membeku tanpa cinta”
CINTA : LAUTAN TAK BERTEPI Cinta adalah lautan tak bertepi langit hanyalah serpihan buih belaka. Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku. Bila bukan karena Cinta, Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan? Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)? Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam? Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang. Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna Dan naik ke atas laksana tunas. Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.25
25
A. Khozim Afandi, Senandung Cinta Jalaluddin Rumi (Yogyakarta: Pustaka Setia, 2000), hal. 10.
35
3. Aktualisasi Diri a. Pengertian Aktualisasi diri Aktualisasi diri didefinisikan sebagai keinginan seseorang untuk menjadi dirinnya sendiri dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Tingkat aktualisasi diri diungkap dengan menggunakan angket hasil modifikasi dari Personal Orientasi Inventory (POI dari L. Shostrom yang disusun pada tahun 1980 dalam Anari, 1996). Semakin tinggi skor seseorang berarti semakin tinggi tingkat aktualisasi diri orang tersebut. Aktualisasi diri pada dasarnya adalah upaya untuk mengaktualisasi dan mengintegrasikan segala potensi kemanusiaan tanpa terkecuali, sehingga dicapai kedewasaan diri.26 Berbeda dengan Rogers, menurut hakikat manusia dalam teori client centered berasumsi bahwa manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami bahwa organisme akan mengaktualisasikan kemampuannya dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.27 Aktualisasi menurut Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia di samping kebutuhan dasar yang lain seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih serta kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan penghargaan seperti prestise, keberhasilan dan lain-lain, serta 26
Mustofa Anshori Lidinillah, Agama dan Aktualisasi Diri (Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM, 2005), hal. 83. 27 Gantina Komalasari, Teori & Teknik Konseling, ( Jakarta: PT. Indeks, 2011), hal. 261.
36
kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebebasan bertingkah laku tanpa hambatan, menjadikan diri sesuai citra dirinya sendiri.28 Bagi Maslow aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dari satu hirarki kebutuhan, namun dapat juga dipandang sebagai tujuan final dan ideal dari kebutuhan manusia, ini juga bisa disebut kebutuhan sekunder yang timbul dari interaksi antara orang dengan lingkungan. Konsep tujuan hidup sebagai motivator ini mirip dengan konsep Asertif Self dari Jung, kekuatan Self Creatifity dari Adler dan realisasi diri dari Horney. 29 Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan yang lain yang lebih tinggi. Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Dalam
hal
ini
kebutuhan-kebutuhan
tersebut
di
atas
diterjemahkan sebagai berikut: 1) Kebutuhan fisiologis dasar: makanan, dana pendidikan, pakaian, perumahan, seks, dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup. 2) Kebutuhan akan rasa aman: lingkungan yang bebas dari segala bentuk ancaman, keamanan posisi, status yang jelas, keamanan alat/sarana yang dipergunakan. 28
Isbandi Rukminto Adi, 1994, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 155-159. 29 Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2004, hal. 263.
37
3) Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: interaksi dengan rekan, pendidik, kebebasan melakukan aktivitas sosial, kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain. 4) Kebutuhan untuk dihargai: pemberian penghargaan atau reward, pujian, dorongan, dan diakui. 5) Kebutuhan aktualisasi diri: keempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki. 30 Jadi prasarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada pada tingkat yang lebih rendah: 1-4, Kebutuhan-kebutuhan
ini
harus
sekurang-kurangnya
sebagian
dipuaskan terlebih dahulu dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.31
b. Ciri-ciri Aktualisasi Diri Aktualisasi diri memiliki ciri yang membedakan mereka dengan orang-orang yang tidak melakuakan aktualisasi diri. 1. Peneriamaan diri sendiri, orang lain dan sifat dasar. Aktualisasi diri dapat menerima diri mereka sendiri sebagaimana adanya. 2. Berfokus pada masalah-masalah. Aktualisasi diri melibatkan diri dalam tugas, kewajiban, atau pekerjaan yang mereka pandang sangat penting. 30
C. George Boeree, Personality Teories (Yogyakarta: Prisma Shopie, 2006), hal 277-
31
Duene Schult, Psikologi Pertumbuhan (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal. 90.
280.
38
3. Kebutuhan akan privasi dan independensi. Aktualisasi diri memiliki kebutuhan yag kuat akan privasi dan kesunyian. 32 Pada saat itu, aktualisasi diri didefinisikan Maslow sebagai keinginan untuk memenuhi dirinya sendiri kearah aktualisasi apa yang menjadipotensi-potensinya. Maslow menganggap aktualisasi diri merupakan contoh spesies manusia yang paling tepat untuk lebih memahami mausia dan untuk mengadakan perbaikan peradaban manusia.33 Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriyah manusia untuk melakukan yang terbaik yang ia bisa dengan jalan mengungkapkan segenap
potensi
yang
dimilikinya.
Ciri-ciri
orang
yang
mengaktualisasikan dirinya adalah sebagai berikut: berorientasi pada realita, instropeksi diri, motivasi kerja, dan pengalaman yang luas. 34
32
Paulus Budiharjo, Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir, (Yogyakarta: Kanisius, 1997). Hal. 175, 33 ibid 34 Andy, Metodologi penelitian, www: //http. Skala Aktualisasi Diri. Co.id, diakses pada tanggal 19 desember 2013.
39
B. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan 1.
Judul
:
AKAL DAN CINTA DALAM PANDANGAN JALALUDDIN RUMI (1996)
Oleh
:
Anugrah Ageng Feri Kesit
Jurusan
:
Tasawuf Filsafat
Persamaan :
Dalam Skripsi ini memiliki persamaan dalam penelitian saya yakni membahas tentang cinta dalam pandangan Jalaluddin Rumi.
Perbedaan
:
Perbedaan dalam skripsi ini terletak pada fokus permasalahan yakni Dalam skirpsi ini menjelaskan tentang hubungan antara akal dan cinta dalam pandangan
Maulana
Rumi
secara
kualitatif,
sedangkan dalam fokus penelitian saya menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cinta ala Maulana Rumi sebagai ada tidaknya pengaruh terhadap peningkatan keterampilan aktualisasi diri mahasiswa. 2.
Judul
:
AKTUALISASI DIRI PADA AKTOR TEATER (STUDI KASUS PADA KOMUNITAS TEATER SUA
FAKULTAS
DAKWAH
AMPEL SURABAYA)/(2007) Oleh
:
Ima Noviyanti
Jurusan
:
Psikologi
IAIN
SUNAN
40
Persamaan :
Skripsi ini memiliki persamaan yakni pembahasan tentang aktualisasi diri pada mahasiswa fakultas dakwah.
Perbedaan
:
Perbedaan dalam skripsi ini terletak pada subyek penelitian dan metode penelitian yang digunakan, jika
dalam
skripsi
ini
menggunakan
subyek
penelitian pada komunitas teater SUA secara kualitatif, maka dalam penelitian saya menggunakan metode
kuantitatif
dengan
subyek
penelitian
mahasiswa PBSB’13. 3.
Judul
:
HUBUNGAN AGAMA DENGAN AKTUALISASI DIRI MENURUT ABRAHAM MOSLOW (2008)
Oleh
:
Fidiya Fita Loka
Jurusan
:
Tasawuf Filsafat
Persamaan
:
Pada skripsi ini memiliki kesamaan yakni membahas tentang aktualisasi diri.
Perbedaan
:
Perbedaan dalam skripsi ini yakni menghubungkan antara agama terhadap aktualisasi diri, akan tetapi dalam penelitian saya menggunakan pengaruh cinta ala Maulana Rumi terhadap peningkatan aktualisasi diri.
41
4.
Judul
:
PRESPEKTIF KONSELING ISLAM TERHADAP AKTUALISAS DIRI SEORANG WARIA DESA SUMBERNONGKO
KABUPATEN
JOMBANG
(2008) Oleh
:
Dhefien Dewinta Wulandari
Jurusan
:
Bimbingan dan Konseling Islam
Persamaan :
Penelitian skripsi ini memiliki persamaan fokus pembahasan yakni aktualisasi diri.
Perbedaan
:
Penelitian dalam skripsi
ini memiliki perbedaan
dalam subyek penelitian, disini waria sebagai sasaran penelitian
sedangkan
dalam
penelitian
saya
mahasiswa PBSB’13 semester 1. 5.
Judul
:
KONSEP
CINTA:
STUDI
KOMPARATIF
TERHADAP PEMIKIRAN JALALUDDIN ARRUMI DAN ROBI’AH AL-ADAWIYAH (2004) Oleh
:
Lilik Hidayati
Jurusan
:
Tasawuf Filsafat
Persamaan :
Penelitian ini memiiki kesamaan yakni mengangkat konsep cinta Jalaluddin Ar-Rumi.
Perbedaan
:
Penelitian Lilik Hidayati ini menggunakan analisis komparatif antara pendapat Rumi dengan Robi’ah Al-Adawiyah, sedangkan peneliti menggunakan analisis uji-t untuk meningkatkan variabel Y.
42