18 BAB II KAJIAN KONSEPTUAL MODEL PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KARIRBERBASIS INTERNET DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)
A. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir di SMK Konsep bimbingan dan konseling karir muncul pada akhir abad XIX dengan istilah bimbingan jabatan. Dalam perkembangannya, bimbingan dan konseling karir memiliki pengertian yang lebih luas dan makna yang lebih komprehensif. Bimbingan dan konseling karir membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir. Bimbingan dan konseling mencakup seluruh aspek kehidupan individu dalam mencapai tujuan hidup yang diinginkan.
1. Makna Bimbingan dan Konseling Karir di SMK Istilah karir awalnya selalu dihubungkan dengan pengertian pekerjaan atau jabatan. Tolbert (1986: 28) mengemukakan bahwa karir mengandung makna urutan okupasi, jobs, dan posisi-posisi yang diduduki sepanjang pengalaman kerja seseorang. Munandir (1996: 90) mengemukakan pendapat Norman C. Gysbers bahwa istilah karir cenderung memiliki pengertian yang lebih luas dan mendalam, istilah karir tidak hanya sekedar menggambarkan okupasi, tetapi cenderung memiliki pengertian yang lebih komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang meliputi; (1) peranan hidup (life-role) seperti selaku pekerja, anggota keluarga, dan warga masyarakat, (2) lingkup kehidupan (life-
19 settings) seperti dalam keluarga, lembaga masyarakat, sekolah, atau pekerjaan, (3) peristiwa kehidupan (life-events) seperti dalam memasuki pekerjaan, perkawinan, pindah tugas, kehilangan pekerjaan, atau mengundurkan diri dari pekerjaan. Super dalam Herr & Cramer (1984: 6--7) mendefinisikan konseling karir adalah : The process of helping a person to develop and accept an integrated and adequate picture of himself and of his role in the world of work to test this concept againt reality, and to convert it into a reality, with satisfaction to himself and to society. Proses konseling adalah membantu seseorang untuk berkembang dan menerima suatu gambaran tentang perannya dalam dunia kerja dan sekaligus menyesuaikan diri dengan dunia kerja. Hal yang terpenting dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir adalah pemahaman dan penyesuaian diri individu dan dunia kerja. Syamsu Yusuf dan Juntika (2005: 11) mengartikan bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan
20 membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan formal tingkat menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Fokus pendidikan kejuruan adalah persiapan peserta didik untuk bekerja, untuk itu pelayanan bimbingan dan konseling karir merupakan bidang pelayanan yang menjadi prioritas sehingga dapat membantu peserta didik mengenal dan mamahami potensi diri, memahami berbagai macam pekerjaan, dan mempersiapkan diri dalam memasuki dan terjun di dunia kerja. Berdasarkan beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling karir di SMK merupakan suatu proses bantuan yang diberikan agar peserta didik mengenal dan memahami diri, memahami dunia kerja, merencanakan karir, dan dapat mengambil keputusan karir secara tepat dalam memasuki kehidupan di masa datang. Bimbingan karir juga sebagai upaya pemenuhan tugas perkembangan karir peserta didik baik perkembangan kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, dan memperoleh keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah.
2. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir di SMK Richard S. Share (1992: 9) menyatakan bahwa tujuan umum konseling karir adalah memilih dan menyesuaikan diri dengan suatu karir. Sedangkan Surya
21 (1992: 14) menyatakan bahwa bimbingan karir bertujuan membentuk individu untuk memperoleh kompetensi yang diperlukan agar menentukan perjalanan hidup di masa akan datang dan mengembangkan karir yang dipilihnya secara optimal. Syamsu Yusuf dan Juntika (2005: 15--16) menjelaskas tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut : a. memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan; b. memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama; c. memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja; d. memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.; e. dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila sesorang siswa bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut; f. mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, seorang anak perlu memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut. Bimo Walgito (2005: 194--196) mendefinisikan bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari keseluruhan bimbingan dan konseling. Tujuan bimbingan karir mencakup : a. dapat memahami dan menilai sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap, citacitanya; b. menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat;
22 c. mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu, memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depannya; d. menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan dirinya sendiri dan faktor lingkungan serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut; e. para siswa dengan merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupannya yang serasi dan sesuai. Berkaitan dengan tujuan bimbingan dan konseling di SMK, Herr dan Manrihu (1992: 63--64) mengemukakan tentang tujuan bimbingan dan konseling karir di SLTA sebagai berikut : a. menunjukkan hubungan antara hasil belajar, nilai-nilai, preferensi-preferensi, aspirasi-aspirasi pendidikan dan karirnya; b. menganalisis kompetensi pribadi sekarang dengan preferensi karir dan mengembangkan rencana-rencana yang akan dilakukan untuk memperkuat keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan; c. memegang tanggung jawab dalam perencanaan karir dan konsekwensikonsekwensinya; d. memenuhi syarat dalam taraf memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang relevan dengan pendidikan kooperatif atau dengan latihan dalam jabatan; e. kesiapan memenuhi prasyarat bagi pendidikan pasca lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi atau perusahaan); f. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen. Maksudnya adalah keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan waktu luang secara efektif; g. secara sistematis, realistis preferensi karir dengan menghubungkan antara hasil belajar dan aktivitas ekstrakurikuler; h. mengidentifikasi alternatif-alternatif serta upaya pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan okupasional apabila yang diinginkan tidak tersedia; i. menggambarkan bentuk-bentuk utama dalam meneruskan pendidikan pasca sekolah lanjutan; j. mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan pasca sekolah lanjutan terutama waktu serta prosedur yang dilakukan; k. membuat suatu estimasi tentang sifat-sifat pribadi, prestasi dalam wawancara okupasional atau pendidikan; l. mengembangkan rencana-rencana khusus dalam implementasi tujuan dan rencana karir.
23 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pelayanan bimbingan dan konseling karir di SMK adalah membentuk peserta didik memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk menentukan perjalanan hidup di masa yang akan datang dan mengembangkan karir yang dipilihnya secara optimal. Dengan kompetensi-kompetansi tersebut peserta didik memiliki pemahaman kemampuan dan minat terhadap suatu pekerjaan, memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, mengetahui berbagai jenis pekerjaan, dan mampu merencanakan masa depan.
3. Prinsip-prinsip Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir di SMK Dalam Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (Puskur Balitbangdiknas, 2003) disebutkan bahwa prinsip-prinsip pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk bidang karir adalah sebagai berikut : a. melayani semua individu tanpa pandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi; b. memperhatikan aspek perkembangan individu; c. BK merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; d. berkelanjutan dari setiap jenjang pendidikan; e. keputusan yang diambil individu, atas kemauan individu sendiri; f. permasalahan ditangani tenaga ahli yang relevan; g. kerjasama dengan fihak lain sangat menentukan hasil pelayanan.
Surya (1988: 27) mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan karir sebagai berikut : a. seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karir yang tepat;
24 b. program bimbingan karir hendaknya memiliki tujuan untuk menstimulan pendidikan siswa; c. sehubungan dengan hal tersebut di atas setiap siswa hendaknya memahami karir sebagai suatu jalan hidup dan pendidikan sebagai suatu persiapan dalam kehidupan; d. siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadinya dan perencanaan pendidikan karir; e. siswa pada setiap saat dan tingkat pendidikan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan karir; f. siswa memerlukan pemahaman tentang dimana dan mengapa mereka dalam suatu alur pendidikan; g. setiap siswa pada setiap tahap program pendidikan hendaknya memiliki pengalaman-pengalaman yang berorientasikan pada karir secara berarti dan realistis; h. siswa hendaknya memiliki kesempatan untuk mentes konsep dirinya, keterampilan dan peranan untuk mengembangkan nilai-nilai yang memiliki aplikasi bagi karirnya dimasa depan; i. program bimbingan karir berpusat pada kelas, dengan koordinasi pembimbingnya, disertai partisipasi orang tua, dan masyarakat; j. program bimbingan karir di sekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program bimbingan dan konseling dan program pendidikan secara keseluruhan. Berorientasi pada uraian di atas, menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling karir di sekolah, termasuk SMK pada prinsipnya diperuntukkan bagi semua peserta didik dengan memperhatikan seluruh aspek perkembangan karirnya. Pelayanan bimbingan dan konseling karir merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan peserta didik di sekolah. Di samping itu dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir di sekolah juga diperlukan kerjasama dengan berbagai fihak terkait yang turut menentukan keberhasilan pelayanan. 4. Tahapan Perkembangan Karir Istilah karir tidak hanya mengambarkan pekerjaan, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Karir yang dijalani seseorang sesungguhnya
25 berkembang jauh sebelum ia menjadi dewasa dan bekerja dalam suatu pekerjaan tertentu. Perkembangan karir sudah dimulai sejak seseorang berada pada usia anak-anak, yang dalam prosesnya mengikuti beberapa tahapan sejalan dengan pertambahan usianya. Herr & Cramer (1984: 14) mengemukakan perkembangan karir sebagai ”the total constalation of psychological, sociological, educational, physical, economic, and chance factors that combine to shape the career of any given individual”. Sedangkan Super dalam Vernon G. Zunker (1986: 24) mengemukakan tahap-tahap perkembangan karir dan tugas-tugas dari masing-masing tahapan perkembangan karir sebagai berikut :
1. Tahap Pertumbuhan (Growth Stage) Tahap pertumbuhan ada pada rentang lahir sampai lebih kurang 15 tahun. Pada tahap ini konsep diri berkembang melalui proses identifikasi terhadap sosok kunci (key figures) di lingkungan keluarga dan sekolah. Kebutuhan dan fantasi sangat dominan pada tahap ini, sedangkan minat dan kapasitas menjadi lebih penting dengan meningkatnya keterlibatan sosial serta realitas. Dalam tahap pertumbuhan dapat dibagi dalam tiga fase, pertama; fantasi yaitu berkisar mulai masa bayi hingga usia 11 tahun. Fase ini ditandai dengan kebutuhan yang cukup dominan, bermain peran dalam fantasi menjadi bagian yang sangat penting. Kedua, minat (interest) yaitu berkisar antara usia 11 hingga 12 tahun. Pada fase ini aspirasi menjadi penentu utama aktifitas, berbagai aktifitas yang dilakukan didasarkan atas apa yang disukai dan
26 diinginkan. Ketiga, kapasitas (capacity), pada fase ini kemampuan semakin bertambah dan seorang sudah mulai memikirkan berbagai persyaratan suatu pekerjaan, termasuk kursus yang sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan.
b. Tahap Eksplorasi (Exploratory Stage) Tahap eksplorasi ada pada rentang 15 sampai 24 tahun. Pada tahap ini seseorang sudah mulai adanya penilaian diri, uji coba peran dan melakukan eksplorasi pekerjaan selama di sekolah, melakukan aktifitas waktu luang, dan kerja part-time. Tahap eksplorasi dibagi dalam tiga fase, pertama, tentatif (tentative) yaitu berkisar 15 sampai 17 tahun. Pada fase ini, pekerjaan sudah disertai dengan pertimbangan terhadap kebutuhan, minat, kapasitas dan kesempatan yang ada. Pilihan tentatif sudah mulai dibuat dan mencobanya dalam fantasi, pekerjaan pertama ditemukan dalam diskusi, kursus, dan bekerja. Kedua, transisi (transition) yaitu berkisar 18 sampai 21 tahun. Pada fase ini, pertimbangan realitas mulai mendapat penekanan ketika akan memasuki pasar kerja, mengikuti latihan profesional dan juga mencoba mengimplementasikan konsep dirinya. Ketiga, mencoba-coba dengan sedikit komitmen (trial-little comitment) yaitu berkisar 22 sampai 24 tahun. Pada fase ini bidang pekerjaan yang diperkirakan sudah ditetapkan, peran dalam pekerjaan pertama sudah ditemukan sebagai potensi untuk bekerja.
c. Tahap Pemantapan (Establishment Stage) Tahap ini ada pada rentang 25 sampai 44 tahun. Pada tahap ini pekerjaan yang diinginkan sudah ditemukan, seseorang akan berusaha untuk menetap secara
27 permanen pada pekerjaan tersebut. Dimungkinkan pada awal masa bekerja dalam beberapa hal sangat dimungkinkan melakukan upaya coba-coba dengan konsekwensi adanya kemungkinan perubahan, tetapi mungkin juga hal tersebut tidak dilakukan, khususnya dalam beberapa profesi tertentu. Masa pemantapan ini dikelompokkan dalam dua fase, pertama mencoba dengan penuh komitmen dan bersifat stabil (trial-commitmen and stabilization) yaitu ketika seorang menginjak usia 25 sampai 30 tahun. Pada fase ini bidang pekerjaan yang diperkirakan pantas ternyata tidak memuaskan, menjadikan satu atau dua perubahan bekerja lebih dahulu, atau sebelum menjadi jelas tentang pekerjaannya akan menjadi suatu suksesi yang tidak berhubungan dengan aktifitas karir. Kedua, lanjutan (advancement), yaitu ketika berusia 31 sampai 44 tahun. Pada fase ini bentuk karir menjadi jelas, upaya selanjutnya menstabilkan dan membuat kenyamanan tempat kerja. Pada umumnya pada tahapan ini merupakan tahap-tahap kreatif.
d. Tahap Pemeliharaan (Maintenance Stage) Tahap ini pada rentang usia 45 sampai 64 tahun. Pada tahap ini seseorang sudah memperoleh tempat dalam dunia pekerjaan dan telah mantap kedudukan,
serta
cenderung
mengarahkan
usaha
selanjutnya
untuk
menyimpan dan menikmati posisi dalam karir yang ditekuninya. e. Tahap Penurunan (Decline Stage) Tahap ini pada rentang usia 65 tahun ke atas. Pada tahap ini kekuatan fisik dan mental mulai menurun, aktivitas kerja mulai berubah kearah penghentian,
28 peranan baru harus dikembangkan terutama memilih penerus, sebagai substansinya terdiri atas, pertama perlambatan (declaration) pada rentang usia 65 sampai 70 tahun yang ditandai oleh kelelahan sebagai pekerja, langkah kerja yang kendur, pelaksanaan tugas yang tidak penuh, serta mulai berkurangnya kapasitas kerja. Kedua, pengunduran diri pada rentang usia 71 tahun ke atas yang ditandai oleh upaya menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada generasi penerus. Sedangkan Ginzberg mendasarkan teori perkembangan karirnya pada proses atau bagaimana pilihan dibuat. Ginzberg dalam Munandir (1996: 90--92) membagi tahap perkembangan karir sebagai berikut : a. Masa Fantasi (sebelum usia 12 tahun) Pada masa ini ciri utamanya adalah dalam memilih pekerjaan bersifat sembarangan artinya asal pilih saja dan hanya didasarkan pada kesan atau khayalan. b. Masa Tentatif (usia 12-18 tahun) Pasa masa ini awalnya mempertimbangkan karir hanya berdasarkan kesenangan dan minat, kemudian menyadari minatnya berubah-ubah, individu mulai menanyakan kepada diri sendiri tentang kemampuan melakukan suatu pekerjaan dan apakah kapasitas itu cocok dengan minatnya. Tahapan berikutnya individu menyadari bahwa dalam pekerjaan terkandung nilai-nilai, baik nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan dan kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Kemudian individu memasuki masa
29 transisi dimana individu mulai memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (orientasi minat, kapasitas, nilai).
c. Masa Realistik (usia 18 tahun) Masa ini adalah masa dewasa awal, kuliah atau mulai bekerja, anak mulai melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman kerjanya, memasuki dunia kerja atau melanjutkan pendidikan. Ini disebut masa eksplorasi penilaian yang dilakukan terhadap pekerjaannya, mengenal dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas dan dapat mencapai keberhasilan atau menemui kegagalan. Tahapan perkembangan karir tersebut di atas, dalam kenyataannya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat dinamis merepresentasikan usaha yang dilakukan pada setiap fasenya, meskipun fungsi karir dinyatakan berlanjut dari masa satu ke masa lainnya. W. S. Winkel dan M. M. Sri Hastuti (2004: 624) juga menyebutkan bahwa seluruh kegiatan orang dewasa berkaitan dengan jabatannya tidak lepas dari apa yang terjadi, apa yang dialami, dan apa yang dilakukan selama tahun-tahun sebelum dia memegang jabatan tertentu. Berdasarkan
uraian
di
atas
menunjukkan
bahwa
ketercapaian
perkembangan karir pada tahapan sebelumnya akan mempengaruhi ketercapaian pada tahapan sesudahnya. Hal ini mengidentifikasikan pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling karir di sekolah, termasuk di SMK.
30 5. Tugas Perkembangan Karir Tugas perkembangan karir adalah seperangkat tugas yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada tahapan perkembangan tertentu dalam bidang karir. Pemenuhan tugas perkembangan pada setiap tahapan perkembangan akan mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan pada tahapan berikutnya. Pemenuhan tugas perkembangan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu. Apabila individu berhasil memenuhi tugas perkembangannya, maka individu berkembang sebagaimana mestinya. Apabila individu melebihi atau belum dapat memenuhi tugas perkembangannya, maka individu tersebut berkembang tidak sebagaimana mestinya dan dimungkinkan akan timbul permasalahan baik bagi diri individu maupun lingkungannya. Membantu tercapainya pemenuhan tugas perkembangan adalah tujuan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, guru Bimbingan dan Konseling di sekolah perlu memiliki suatu kerangka berpikir konseptual untuk memahami perkembangan peserta didik sebagai dasar perumusan isi dan tujuan bimbingan dan konseling. Pemahaman terhadap kebutuhan peserta didik pada setiap tahapan perkembangan bagi pendidik merupakan isyarat tentang bagaimana (cara) membimbing proses belajar peserta didik pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Peserta didik usia SMK ada pada rentang rata-rata usia 15 sampai dengan 18 tahun. Dilihat dari tahapan perkembangan karir, peserta didik SMK ada pada tahap eksplorasi, dimana pada tahap ini penilaian diri, uji coba peran dan ekplorasi pekerjaan sudah mulai terjadi. Pertimbangan terhadap kebutuhan, minat,
31 kapasitas dan kesempatan sudah mulai dilakukan. Hal ini senada dengan pendapat Ginzberg yang memasukkan peserta didik usia SMK pada akhir masa tentatif dan awal masa realistik, dimana pertimbangan minat, nilai-nilai yang terkandung dalam diri pribadi maupun kemasyarakatan mulai diperhitungkan, dan juga eksplorasi pekerjaan sudah mulai dilakukan. Dalam Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi
(Puskur
Balitbangdiknas,
2003)
disebutkan
bahwa
tugas
perkembangan bidang karir yang hendak dicapai oleh peserta didik usia SMA/SMK sebagai berikut : a. pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan; b. pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan; c. orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; d. pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SLTA; e. orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan; f. khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan: pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja sama (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. Berkaitan dengan tugas perkembangan bidang karir yang hendak dicapai pada masa sekolah menengah atas atau masa remaja, maka dalam isi materi pelayanan bimbingan dan konseling karir yang diberikan di SMK, tentunya menyesuaikan dengan tugas perkembangan yang hendak dicapai. Jordaan dalam Syamsu Yusuf (2006: 20--22) mengemukakan lima aspek perkembangan karir
32 remaja, yaitu pengetahuan, mencari informasi, sikap, perencanaan dan pengambilan keputusan, serta keterampilan karir. Kelima aspek tersebut dijabarkan dalam profil perilaku yang menunjukkan kebutuhan individu sebagai upaya pemenuhan tugas perkembangan karir remaja. Wujud pemenuhan tingkat pencapaian tugas perkembangan muncul pada perkembangan perilaku yang efektif dalam setiap tahapan perkembangan (Ahman, 1998). Dengan demikian guru Bimbingan dan Konseling harus bisa menaruh harapan dan tuntutan terhadap peserta didik secara realistis serta mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan guna mencapai tugas perkembangannya.
B. Perkembangan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir di SMK Konsep bimbingan dan konseling karir tidak terlepas dari penggunaan istilah bimbingan jabatan (vocational guidance) yang lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh yang dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya keadaan ekonomi, sosial, ideologis, dan perkembangan ilmu psikofisik dan psikologi eksperimental (Richardo Cappelo, 2007). Istilah bimbingan karir pertama kali dipopulerkan pertama kali oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anakanak muda dalam memperoleh pekerjaan. Namun dalam perkembangannya, sejak tahun 1951 para ahli mengadakan perubahan dari model yang lebih menekankan pekerjaan kepada model karir (career). Perbedaan mendasar dari model ini
33 terutama pada landasan individu untuk memilih jabatan. Dalam model karir tidak hanya sekedar memberikan penekanan pada pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh, sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi mulai dipertimbangkan. Perubahan tersebut juga membawa konsekuensi tugas dan peran konselor tidak hanya sekedar membimbing peserta didik dalam menentukan pilihan-pilihan karirnya, tetapi dituntut untuk membimbing peserta didik agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karir dan penetapan karir pada kehidupan masa mendatang. Perubahan tugas dan peran konselor tersebut berdampak pada perubahan makna konseling. Rachman Natawidjaja (2008: 3--4) menegaskan bahwa makna konseling tidak lagi dibatasi oleh keempat diding sekolah, melainkan menjangkau berbagai bidang-bidang di luar pendidikan yang memberikan nuansa dan corak pada penyelenggaraan pendidikan yang lebih sensitif, antisipatif, dan responsif terhadap perkembangan peserta didik dan masyarakat. Konseling sebagai layanan dapat hadir dalam kemasan sebagai bimbingan dan konseling maupun dalam bentuk cara pandang atau pendekatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan potensi kemanusiaan dalam berbagai bentuk. Dengan kondisi tersebut, harapannya bimbingan dan konseling akan mampu membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperluas, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri (Juntika N, 2002). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global ini membuat kehidupan semakin
34 kompetitif dan membuka bagi manusia untuk mempunyai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Kenyataan ini memberikan pengaruh terhadap pelayanan bimbingan dan konseling yang tidak hanya melalui proses tatap muka, tetapi dengan menggunakan media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Dalam perkembangan pelayanan bimbingan dan konseling, bimbingan karir yang merupakan satu bidang bimbingan telah berhasil mempelopori pemanfaatan teknologi informasi dalam bentuk pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet. Ginger Clark, et.al. (2000) mengembangkan tiga program internet yang sesuai untuk konseling karir di Arizona State University, dimana interaksi bantuan telah dikembangkan dari awal memperoleh pekerjaan dengan menggunakan simulasi berbasis komputer. Pada tahun yang sama, David M. Reile, et.al. (2000) juga mengembangkan penggunaan internet dalam perencanaan dan penilaian karir. Penggunaan internet dalam perencanaan dan penilaian karir tersebut dijelaskan sebagai berikut (1) disajikan suatu perspektif historis penggunaan komputer dalam pengembangan karir, (2) diperkenalkan suatu iktisar penggunaan dan kegunaan internet untuk praktisi dalam pengembangan karir, (3) menyediakan suatu aplikasi jaringan dalam bentuk web counseling, online training, dan pelayanan khusus terhadap pemilihan karir. Laurel W. Oliver, et. al. (2000) mengemukakan bahwa di abad baru millennium penggunaan internet untuk mengakses pilihan karir akan terus meningkat, untuk itu pelayanan konseling karir berbasis internet harus selalu
35 ditingkatkan melalui metode yang praktis digunakan, seperti pengembangan instrumen pilihan karir, pengambilan keputusan karir, dan sebagainya. Sementara itu dalam prespektif pendidikan di Indonesia, kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling lebih banyak berpusat pada kegiatan pendidikan terutama pendidikan formal. Hal ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling bukanlah sesuatu yang baru dalam pendidikan di Indonesia, akan tetapi sebagai sesuatu yang implisit dalam pendidikan dan bahkan dalam berbagai aspek kehidupan. Pelayanan bimbingan dan konseling secara sistematis dan terarah baru dirintis dalam pertengahan tahun enampuluhan dan kemudian makin dibenahi dan dimantapkan dalam dekade-dekade selanjutnya (M. Surya, 1988). Dalam dekade enampuluhan dirintis kegiatan pendidikan kearah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional. Keadaan ini memberikan tantangan bagi perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga anjuran dari para pengelola pendidikan agar sekolah-sekolah melaksanakan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Pada saat itu fokus layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah ditekankan pada penanganan perilaku bermasalah siswa terutama yang menyangkut perilaku disiplin di sekolah. Bahkan dilakukan secara sporadik oleh guru yang tanpa latar belakang bimbingan dan konseling (Sunaryo, 2005). Upaya mempersiapkan dan memenuhi tenaga profesional bimbingan dan konseling dilakukan dengan membuka jurusan Guidance and Counseling (Bimbingan dan Penyuluhan) pada tahun 1964 di IKIP Bandung. Dalam Kurikulum 1975 bimbingan dan penyuluhan menjadi bagian terpadu dari program dan layanan pendidikan di sekolah. Kurikulum tersebut disusun untuk memenuhi relevansi kebutuhan masyarakat yang sedang
36 mengalami perubahan, yaitu tahapan pembangunan yang dipolakan dalam rencana pembangunan lima tahunan (Repelita). Karena bimbingan dimasukkan ke dalam kurikulum, maka bimbingan dalam sistem pendidikan bisa disebut bimbingan berbasiskan kurikulum (Munandir, 1996). Pada tahun yang sama lahir Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), sebuah organisasi profesi yang mengemban tugas untuk melakukan upaya profesionalisasi bimbingan dan konseling. IPBI telah banyak berkiprah dalam percaturan bimbingan dan konseling. Berbagai peraturan dan ketentuan, serta model bimbingan dan konseling yang berlaku di sekolah dewasa ini merupakan bagian dari prestasi IPBI selama 25 tahun terakhir di abad-20. Pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum baru, dan bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan dengan lebih menonjolkan layanan bimbingan karir sehingga berubah menjadi bimbingan karir (Sunaryo, 2005). Namun pada tahun 1994, seiring dengan diberlakukannya Kurikulum 1994, bimbingan karir berubah kembali menjadi bimbingan dan konseling sampai saat ini. Pada
awal
berlakunya
Kurikulum
1994
dan
didukung
dari
pengejawantahan SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya PPPG Keguruan Jakarta sebagai unit pelayanan teknis dibidang pengembangan dan penataran guru bidang bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan IPBI mengembangkan pola pelaksanaan bimbingan dan konseling dari yang tidak jelas menjadi ”pola tujuh belas”. Dalam ”pola tujuh belas” tersebut bimbingan dan konseling karir ditempatkan menjadi salah satu bidang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling bidang
37 karir dilakukan dengan berbagai kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling. Kegiatan layanan tersebut meliputi (1) layanan orientasi, (2) layanan informasi, (3) layanan penempatan dan penyaluran, (4) layanan pembelajaran, (5) layanan konseling perorangan, (6) layanan bimbingan kelompok, dan (7) layanan konseling kelompok. Sedangkan kegiatan pendukungnya mencakup (1) aplikasi instrumentasi, (2) himpunan data, (3) kunjungan rumah, (4) alih tangan kasus, dan (5) konferensi kasus (Pusbangkurnadik, Balitbangdiknas, 1995). Pola tujuh belas bimbingan dan konseling tersebut sampai saat ini masih mewarnai pelaksanaan bimbingan dan konseling karir di sekolah. Pada tahun 1996-1999 Soenaryo Kartadinata dan Tim melakukan studi tentang Quality Improvement and Management System Development of School Guidance and Counseling Services. Dari studi ini merekomendasikan model bimbingan dan konseling perkembangan (komprehensif) merupakan model yang cukup efektif dan mampu memperbaiki mutu layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Model ini memiliki kelayakan untuk diterapkan di semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi (Sunaryo Kartadinata dan Tim, 1999). Seiring dengan perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, pada tahun 2001 dibeberapa sekolah piloting diujicobakan kurikulum baru yang disebut kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kemudian akan berubah menjadi kurikulum 2004. Dalam KBK tersebut, kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk setiap mata pelajaran telah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan direktorat terkait menyusun berbagai pedoman untuk terselenggaranya
38 kurikulum 2004, namun pedoman maupun sosialisasi yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling sangatlah minim. Pada perkembangan sekarang dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilakukan secara bertahap mulai tahun 2006, bimbingan dan konseling masuk dalam komponen pengembangan diri. Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang ada dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan sebagai berikut : Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.” Penjelasan tentang pemaknaan pengembangan diri tersebut tidaklah begitu jelas, sehingga pemaknaan terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat bervariasi. Di beberapa wilayah memaknai bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik dalam memilih dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Bimbingan dan konseling boleh dilaksanakan oleh guru mata pelajaran atau tenaga kependidikan lainnya. Bahkan ada juga sekolah yang menjadikan bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ekstrakrikuler yang menjadi alternatif pilihan yang bisa dipilih oleh peserta didik. Melihat kondisi tersebut,
maka
BNSP
(2006)
menyusun
dan
mengeluarkan
”Panduan
Pengembangan Diri” dan Puskurbalitbangdiknas (2007) menyusun ”Model
39 Pengembangan
Diri”
yang
didalamnya memberikan
penjelasan
tentang
pengembangan diri, pelayanan konseling, dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang merupakan salah satu standar nasional pendidikan dalam penyusunan KTSP juga disebutkan bahwa mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) masuk dalam struktur kurikulum dan menjadi mata pelajaran wajib yang harus ada di SMP dan SMA/K. Bahkan di beberapa SD pelajaran komputer sudah diajarkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Di samping itu, beberapa sekolah juga telah mempunyai website yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh guru maupun peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti penugasan pada peserta didik untuk mencari sumber bahan, pengumpulan tugas, dan juga layanan konsultasi terhadap substansi mata pelajaran yang diampunya. Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah, seyogianya juga harus mampu memberikan pelayanan yang dapat membantu peserta didik dengan memanfaatkan perkembangam ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi seperti telepon, internet, ataupun intranet. Interaksi antara konselor dengan konseli tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka, tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media tersebut. Konselor dapat memberikan pelayanan tanpa harus berhadapan langsung dengan konseli. Demikian pula konseli dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dalam berbagai sumber melalui cyberspace atau ruang maya dengan menggunakan komputer dan internet. Fenomena konseling melalui internet ini disebut sebagai e-therapy, therapy online, cybercounseling, e-counseling,
40 webcounseling, konseling melalui media computer atau konseling jarak jauh (Martin: 2007)
C. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet di SMK Pelayanan bimbingan dan konseling karir adalah pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu peserta didik dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimilikinya. Pelayanan bimbingan dan konseling karir merupakan pemberian layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari
program
pendidikan.
Pemenuhan
perkembangan
tersebut
meliputi
kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah (Juntika Nurihsan, 2002). Pelayanan bimbingan dan konseling karir di SMK adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan pada individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Lebih lanjut diharapkan dengan pelayanan bimbingan dan konseling karir dapat membantu individu dalam menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan
41 bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karir dapat dilaksanakan dengan berbagai sarana komunikasi yang berkembang dewasa ini, seperti telepon komputer dan internet. Pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet adalah merupakan bentuk pelayanan bimbingan dan konseling karir dimana internet sebagai perangkat utamanya. Internet adalah sistem jaringan dari ribuan bahkan jutaan komputer yang ada di dunia dengan saluran telepon, saluran kawat maupun saluran radio. Jaringan tersebut amat luas, cepat, mudah diakses oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Jaringan internet dan perangkat komunikasi canggih telah menjadi the information superhighway bagi manusia abad 21 untuk menguasai ilmu pengetahuan, menjalankan kehidupan ekonomi, layanan kemasyarakatan dan mencapai sukses dalam kehidupan (Soenaryo, 2003). Jutaan byte informasi datang setiap detik sehingga manusia bisa mengalami kelebihan informasi yang penuh dengan ketidakpastian dan bahkan kesemrawutan. Kondisi ini menuntut manusia untuk mampu memilih, menimbang, mengarifi, merekonstruksi, dan memaknai informasi untuk kepentingan pemilihan alternatif dan pengambilan keputusan. Berbagai data menunjukkan bahwa internet telah, sedang dan akan terus berkembang pesat diberbagai penjuru dunia. Pada tahun 1998 jumlah pemakai internet mencapai 100 juta orang, 67 % diantaranya berlokasi di Amerika Serikat.
42 Di tahun 2005 jumlah pengguna internet mencapai milyaran orang (Houghton, 1999). Kenyataan yang terjadi dengan berbagai kemudahan jaringan untuk mengakses internet, jumlah tersebut bahkan akan selalu dan terus bertambah. Ditilik dari komposisi pemakainya, kalangan pendidikan tercatat sebagai pengguna terbanyak (59 %), kalangan bisnis (21 %), pemerintah (14 %) dan sisanya adalah pengguna individual (Yom, 1996). Meskipun tidak sedahsyat perkembangan pemakaian internet di dunia, jumlah
pertumbuhan
pengguna
internet
di
Indonesia
juga
mengalami
pertumbuhan pesat. Pada data tahun 1996 jumlah pemakai internet di Indonesia sekitar 25 s/d 30 ribu pengguna, sedangkan pada bulan Juni di tahun yang sama jumlahnya sekitar 800 ribu pengguna (Prayitmo, Kompas 12 Maret 2000). Apalagi akhir-akhir ini banyak perguruan tinggi dan juga sekolah yang memasang jaringan dan melatihkan mahasiswa dan peserta didik untuk mampu menggunakan internet, jaringan wireless-pun digunakan sehingga memudahkan untuk mengakses internet, menjamurnya warnet-warnet yang dijadikan sebagai usaha dan bebas disewa oleh umum. Kondisi tersebut sudah pasti akan meningkatkan pengguna internet di Indonesia. Perkembangan penggunaan internet yang pesat, kemajuan teknologi yang tiada henti, dan pengembangan seni serta apresiasi budaya yang senantiasa menggejolak, semuanya memberikan peluang bagi semua profesi kependidikan termasuk profesi konseling untuk secara berkelanjutan berkembang dan memperlihatkan kinerja yang lebih baik. Perkembangan teknologi terutama dalam bidang komunikasi telah memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi dunia
43 bimbingan dan konseling, yaitu munculnya pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet, konselor maupun peserta didik dapat menjadikan komputer (atau laptop) sebagai alat komunikasi. Komputer yang pada awalnya hanya dapat bekerja sendiri-sendiri, sekarang dengan jaringan komputer yang ada di ruang atau rumah kita dapat berhubungan langsung dengan komputer-komputer lain di manapun sejauh komputer yang dihubungi berada dalam jaringan. Jaringan sebagai jalannya bertumpu pada sarana atau media telekomunikasi, seperti telephone line dan gelombang radio. Karena sifatnya yang berupa ruang yang mirip dengan dunia kita sehari-hari, maka internet sering disebut dengan ruang maya (cyberspace). Dengan demikian maka pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan kapan dan dimana saja, yang penting perangkat utama dan jaringannya tersedia.
Gambar 2.1 : Skema Jaringan Internet
44 Sependapat dengan uraian di atas, Abdulrahman (2004) menjelaskan bahwa dewasa ini muncul pandangan baru tentang pelayanan yang berorientasi pada pemberian kemudahan pada individu untuk mengakses informasi bermutu tentang kesempatan belajar dan bekerja, menumbuhkembangkan individu sebagai pribadi, profesional dan warga negara yang mempunyai motivasi diri. Pelayanan tersebut adalah pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet. Penelitian Cabaniss (2001) menunjukkan bahwa konselor menggunakan banyak aplikasi komputer, termasuk word processoran, spread sheet dan beberapa perangkat lunak program e-mail, chatroom, bank data dan berbagai perlengkapan web lainnya yang menunjang lebih dari separuh seluruh pekerjaan mereka. Cannabis juga telah mempredeksi kelak konselor akan memanfaatkan komputer untuk menunjang 90 % pekerjaan mereka. Tampaknya predeksi Cannabis benar. Di Asia termasuk Indonesia, semakin banyak konselor yang menggunakan komputer dan megekploitasi fungsi internet dalam pekerjaan mereka melakukan konseling dari mulai assessment hingga layanan konseling online. Terkait dengan bidang karir, perubahan yang terjadi dalam masyarakat global tidak hanya perubahan yang menyangkut teknologi informasi, sistem dan kultur kehidupan, tetapi juga struktur dunia kerja. Teknologi informasi dan komunikasi akan mempengaruhi hakekat struktur dunia kerja, dengan tantangan yang lebih besar baik bagi individu maupun perusahaan, menghadapi penciutan tenaga kerja, dan terjadi pergeseran persyaratan keterampilan. Alih-alih pekerjaan menghendaki spesialisasi tinggi, lebih mensyaratkan pengetahuan umum dan
45 keterampilan komputer dan teknologi informasi, keanekaragaman kecakapan vokasional, keterampilan personal dan sosial.
Bernhard (2001) menyatakan
bahwa dunia global akan terjadi pergeseran struktur dunia kerja dari clear-cut job description kepada bentuk yang lebih fleksibel yang tidak bisa menjamin adanya pekerjaan jangka panjang (long term job). Di samping membawa perubahan terhadap kualifikasi persyaratan memasuki suatu pekerjaan, perubahan global juga memunculkan adanya disorientasi personal dan ketidaktepatan orang dalam menempati suatu pekerjaan. Dalam kondisi seperti ini proses belajar sepanjang hayat (lifelong learning) dan belajar sejagat hayat (lifewide learning) akan menjadi determinan eksistensi dan ketahanan hidup manusia. Dengan proses belajar tersebut, maka proses dan aktivitas yang terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari akan selalu dihadapkan kepada lingkungan yang selalu berubah yang menuntut penyesuaian, perbaikan, perubahan, dan peningkatan mutu perilaku untuk dapat memfungsikan diri secara efektif di dalam lingkungan dan bekerja sama yang terjadi secara bersinergi. Teknologi informasi akan menjadi saluran yang amat luas dan beragam bagi manusia untuk belajar. Pergeseran proses belajar terjadi dari belajar yang bersumber pada dokumen fisik ke proses belajar yang memanfaatkan pada dokumen elektronik. Terkait dengan hal tersebut, maka profesi bimbingan dan konseling harus memberikan respon secara proaktif dalam menghadapi tantangan dan peluang tersebut, pelayanan profesional bimbingan dan konseling harus mampu membantu individu dalam beradaptasi dengan tuntutan global tersebut.
46 Pelayanan bimbingan dan konseling harus mampu memanfaatkan jaringan internet yang dapat memberikan berbagai informasi, konsultasi, bahkan layanan konseling melalui layanan cybercounseling baik dengan menggunakan website, email, chatting, maupun webcam. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet yang merupakan bagian dari keseluruhan proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, tentunya harus dilakukan dengan prinsip, prosedur, dan teknik yang jelas. Di samping itu ada beberapa asas yang perlu dipenuhi. Terkait dengan pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet beberapa hal yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet di SMK Perencanaan adalah suatu proses yang kontinyu. Apabila usaha dan kegiatan yang satu selesai, dilanjutkan dengan kegiatan yang lainnya. Yang dimaksud proses disini adalah antisipasi dan penyiapan berbagai kemungkinan, atau usaha untuk menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul. Stephen Robins (1978: 16) mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan terlebih dahulu tujuan dan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, kemudian menentukan apa yang dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet perencanaan kegiatan didasarkan pada hasil analisis kebutuhan peserta didik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet serta pihak-
47 pihak lain yang amat berkepentingan terhadap pengembangan karir peserta didik. Perencanaan kegiatan tersebut disusun dalam rencana yang jelas, baik rincian setiap kegiatan yang akan dilakukan, jangka waktu pelaksanaannya, maupun siapa yang akan melakukannya. Agar perencanaan kegiatan selalu menjadi perhatian bagi para pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling karir, maka perencanaan kegiatan tersebut hendaknya terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hubungannya dengan perencanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet, ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan yaitu : (a) analisis kebutuhan peserta didik, (b) penentuan tujuan yang hendak dicapai, (c) analisis situasi dan kondisi di sekolah, (d) penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, (e) penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam melaksanakan kegiatan, (f) penetapan personil yang akan melaksanakan kegiatan, (g) persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan, (h) perkiraan hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan.
2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Internet di SMK Bimbingan dan konseling karir merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam kegiatan pendidikan secara keseluruhan di sekolah. Integritas kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karir tersirat dalam hakekat pelayanan bimbingan dan konseling karir yang muncul dalam proses pendidikan tersebut,
48 yaitu sebagai usaha intervensi dengan tujuan membantu individu agar dapat mencapai tujuan pendidikan, mampu menentukan pilihan, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta dalam hubungannya secara vertikal dengan Tuhan. M. D. Dahlan (1989: 22) menegaskan bahwa bimbingan dan konseling membantu siswa mengembangkan diri secara optimal sebagai makluk sosial dan makluk ciptaan Allah Swt. Bimbingan dan konseling berupaya membawa siswa mencapai tingkat perkembangan yang lebih berarti baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Dengan dasar itu, orientasi pemberian bantuan pelayanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada usaha membantu peserta didik disaat mengalami masalah saja, tetapi lebih berorientasi pada pencegahan, di samping mengambil peran aktif dalam segala tugas perkembangan peserta didik, termasuk tugas perkembangan bidang karir.. Untuk dapat membantu peserta didik secara optimal, diperlukan suatu perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling karir yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya. Namun demikian, perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling karir tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak ditunjang oleh tenaga, prasarana, sarana dan perlengkapan yang memadai, serta kerjasama yang baik dari berbagai fihak.
a. Personal Tenaga utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir di sekolah adalah Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Tenaga ini hendaknya memiliki modal personal dan modal profesional yang dapat diandalkan untuk tugas-tugas
49 profesional bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (1998) kedua modal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Modal personal tersebut meliputi berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tanggapan, serta memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Sedangkan modal profesional mencakup kematapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam kajian pelayanan bimbingan dan konseling. Semua itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling. Mungin Eddy Wibowo (2002) menyatakan bahwa konselor yang profesional harus mampu menunjukkan kinerja (unjuk kerja) akademik atau profesional yang didasari oleh penguasaannya. Kemampuan dalam bentuk penguasaan yang diharapkan itu dirangkum dalam rumusan sebagai berikut : (1) Kinerja (performance), (2) Penguasaan landasan akademik/profesional, (3) Penguasaan materi akademik/profesional, (4) Penguasaan keterampilan/proses kerja, (5) Penguasaan penyesuaian interaksional, (6) Kepribadian. Keenam kompetensi dasar profesi itu tidak boleh dipandang sebagai pilahan-pilahan yang terpisah, melainkan harus dipandang sebagai suatu keterpaduan yang menjelma dan bermuara pada kualitas kinerja yang bersangkutan. Di samping itu, proporsi setiap kompetensi dasar dalam keseluruhan profil kompetensi itu tidak sama besar bergantung pada penekanannya. Dengan demikian kualitas kemampuan konselor setidak-tidaknya dapat dilihat dari kemampuannya dalam melakukan tugasnya, dengan memperlihatkan perilaku nyata yang didasari oleh kesadaran profesi, penguasaan bahan,
penguasaan
proses-proses
yang
diperlukan,
dan
kemampuan
menyesuaikan diri dalam suasana pembelajaran yang dilandasi kepribadian sehat,
50 mantap, dan produktif. Konselor kompeten akan terlihat dalam unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas profesinya. Unjuk kerja konselor adalah proses perilaku kerja konselor sehingga menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan pekerjaan profesinya. Unjuk kerja profesional merupakan tuntutan bagi konselor apabila ingin disebut sebagai tenaga profesional. Lebih lanjut terkait dengan kompetensi seorang konselor di sekolah, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dijelaskan bahwa kualifikasi akademis seorang konselor adalah sarjana pendidikan (S1) bidang bimbingan dan konseling dan berpendidikan profesi konselor. Apabila dilihat dari jenis kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor mencakup kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi konselor sebagaimana yang dipersyaratkan tersebut adalah : Kompetensi pedagogik mencakup : (1) Menguasai teori dan praksis pendidikan, (2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, dan (3) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi kepribadian mencakup : (1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, (3) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, dan (4) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kompetensi sosial mencakup (1) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja, (2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling, dan (3) Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. Kompetensi profesional mencakup : (1) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, (2) Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling, (3) Merancang program Bimbingan dan Konseling, (4) Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, (5) Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling. (6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, (7) Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.
51 Peningkatan dan pengembangan kompetensi konselor adalah proses kontekstual dan futuristik sehingga pengembangannya melalui upaya pendidikan bukan sebatas menyiapkan konselor yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja saat ini, melainkan manusia yang mampu, mau dan siap belajar sepanjang hayat. Sebagai seorang profesional konselor tentunya tidak cukup hanya menetahui apa pekerjaannya dan apa yang sedang dilakukannya, serta bagaimana melakukan tugas-tugasnya, tetapi konselor juga harus mengetahui mengapa suatu pekerjaan itu dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pekerjaan sebagai konselor tidak hanya dilakukan secara rutin dan berpola tetap seperti mekanik saja. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karor berbasis internet, di samping seorang konselor harus memiliki modal personal dan modal profesional, seorang konselor harus juga mempunyai keterampilan dasar tentang sistem dan aplikasi internet. Keterampilan dasar tersebut antara lain : keterampilan dalam aplikasi
website,
e-mail,
chatting,
brosing,
maupun
webcam
dengan
menggunakan internet. Cabaniss (2001) dalam desertasinya menunjukkan bahwa para konselor menggunakan banyak aplikasi komputer, termasuk word processor, spread sheet dan beberapa perangkat lunak program email, chatroom, bank data dan berbagai perlengkapan web lainnya yang menunjang lebih dari separuh seluruh pekerjaan mereka. Cannabis (2001) juga memprediksi kelak konselor akan memanfaatkan komputer untuk menunjang 90 % pekerjaan merekan.
52 Bagi konselor adanya pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet akan membuka peluang untuk mengembangkan keahlian konseling dengan cara yang baru, baik dari segi keilmuan konseling itu sendiri maupun keahlian dalam memanfaatkan teknologi. Menurut Yusuf, et.al (2006) keahlian ini harus memenuhi 12 kompetensi yang telah dirumuskan oleh Association for Counselor Education and Supervision (ACES)., yaitu : 1. mampu menggunakan piranti lunak untuk mengembangkan halaman web, presentasi kelompok, surat dan laporan-laporan; 2. mampu menggunakan perlengkapan audiovisual, seperti rekaman video, rekaman suara, perlengkapan proyektor dan perlengkapan konferensi video; 3. mampu menggunakan statistika berbasis komputer; 4. mampu mmenggunakan aplikasi berbasis komputer untuk tes-tes, melakukan diagnosis, program keputusan karir bagi konseli; 5. mampu menggunakan email; 6. mampu membantu konseli menemukan berbagai macam informasi terkait dengan keperluan konseling melalui internet, seperti informasi karir, kesempatan kerja, kesempatan pelatihan-pelatihan pengembangan diri, bantuan keuangan dan atau beasiswa, prosedur penyembuhan hingga informasi mengenai hal-hal pribadi dan sosial; 7. mengikuti berbagai kegiatan pengembangan konseling secara online; 8. mampu menggunakan perlengkapan penyimpanan dara melalui CD-ROOM; 9. mengetahui dan memahami aspek hukum dan etika terkait dengan layanan konseling melalui internet; 10. mengetahui dan memahami kelebihan maupun kekurangan dari layanan konseling melalui internet; 11. mampu menggunakan internet untuk mencari berbagai kesempatan dalam rangka meneruskan pendidikan untuk konseling; 12. mampu mengevaluasi kualitas informasi di internet.
b. Prasarana dan Sarana Prasarana
adalah
segala
yang
merupakan
penunjang
utama
terselenggaranya suatu proses kegiatan. Prasarana pokok yang diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah ruang Bimbingan dan Konseling (BK) yang cukup memadai. Ruang dimaksud hendaknya diatur sedemikian rupa
53 sehingga disatu segi peserta didik yang berkunjung merasa senang, di segi lain ruangan tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan berbagai jenis kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik individu maupun kelompok sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Di samping itu, dalam ruang bimbingan dan konseling hendaknya dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data siswa, serta informasi lainnya. Ruang BK juga memuat berbagai informasi, seperti informasi pendidikan, jabatan, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya. Dan yang tidak kalah penting, ruang BK hendaknya nyaman, sehingga menyebabkan konselor betah dan nyaman untuk bekerja, sebab kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet prasarana yang dibutuhkanpun bukanlah ruang BK yang dibatasi oleh dindingdinding tembok, tetapi suatu situasi yang diharapkan dapat membuat peserta didik nyaman untuk berkunjung dan memanfaatkan fasilitas yang ada, sehingga dalam segi tampilan, isi, dan fasilitas harus menarik, memadahi, dan mudah digunakan. Zack (2004) menyatakan bahwa secara teknis konseling melalui internet memiliki kebutuhan mendasar seperti komputer, jaringan dan atau sambungan internet, aplikasi web browser baik internet explorer, mozilla firefox, safari, dan lain sebagainya. Selain kebutuhan mendasar juga diperlukan kebutuhan tambahan seperti program e-mail, program chatting, web hosting dan piranti keamanan. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Dilihat dari segi sarana yang diperlukan untuk
54 menunjang pelayanan bimbingan dan konseling ialah : (a) alat pengumpul data, baik tes maupun nontes, (b) alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data, (c) kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan, (d) perlengkapan administrasi, seperti alat tulis, format rencana kegiatan, serta blangko laporan kegiatan. Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana disebutkan bahwa salah satu sarana dan prasarana yang harus dipenuhi untuk jenjang pendidikan SMK adalah ruang konseling yang dijelaskan sebagai berikut. a.
b. c. d.
Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Luas minimum ruang konseling 9 m2. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik. Ruang konseling dilengkapi sarana sebagaimana jenis, rasio, dan deskripsi sarana sebagai berikut : Tabel 2.1 : Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Konseling
No
Jenis
Rasio
Deskripsi
1 1.1
Perabot Meja kerja
1 buah/ruang
Ukuran memadai untuk bekerja dengan nyaman.
1.2
Kursi kerja
1 buah/ruang
Ukuran memadai untuk duduk dengan nyaman.
1.3
Kursi tamu
2 buah/ruang
Ukuran memadai untuk duduk dengan nyaman.
1.4
Lemari
1 buah/ruang
Tertutup dan dapat dikunci.
1.5
Papan kegiatan
1 buah/ruang
55
2
Peralatan Konseling
2.1
Instrumen konseling
1 set/ruang
2.2
Buku sumber
1 set/ruang
2.3
Media pengembangan 1 set/ruang kepribadian
3
Perlengkapan lain
3.1
Jam dinding
Menunjang pengembangan kognisi, emosi, dan motivasi peserta didik.
1 buah/ruang
Berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet. Di samping sarana dan prasarana minimal tersebut diperlukan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) dalam aplikasi pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet. Perangkat keras dan perangkat lunak tersebut dapat dipisah dalam 2 (dua) kelompok, yaitu client dan server. Client adalah pengguna pelayanan bimbingan dan konselng karir dan server adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan dan mendistribusikan perangkat pelayanan bimbingan dan konseling karir yang digunakan. Perangkat untuk client dan server masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 2.2 : Prasarana Minimal Perangkat Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet Client Hardware - Komputer/liptop - Modem - Coneksi internet - Webcam - Spiker Software a. Sistem Operasi - Window Xp - Linux
Server Hardware - Komputer - Modem - Coneksi internet
Software a. Sistem Operasi - Window Xp - Linux
56 b. Aplikasi Browser - Internet Explorer - Mozila Firefox c. Aplikasi Massage - Yahoo Massager - Geogle Talk
b. Web Server - Apacehe - ITS (Internet Information Service) c. Data Base Server - Mysql - Fire Bird d. Bahasa Program - PHP - ASP - JSP
c. Kerja Sama Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet akan efektif apabila ada kerjasama diantara semua fihak yang berkepentingan demi kesuksesan pelayanan yang diberikan. Kerjasama antara personil sekolah dengan konselor terjalin sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing. Tanpa kerjasama antarpersonil itu, kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet akan banyak mengalami hambatan. Keterlibatan personal lain dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet diperlukan sejak dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil kegiatan. Dalam perencanaan kegiatan, konselor harus bekerja sama dengan guru mata pelajaran, petugas administrasi, dan Kepala Sekolah, bahkan juga diharapkan dapat bekerja sama dengan orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha, ataupun karyawan perusahaan guna memberikan masukan. Konselor sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab
57 terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling karir di sekolah bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan agar berjalan dan mencapai tujuan yang diinginkan. Orang tua siswa dan anggota masyarakat lainnya yang masuk dalam Dewan Pendidikan atau Komite Sekolah diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan dukungan terhadap keterlaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Keterlibatan staf pengajar atau guru adalah sangat penting, oleh karena itu guru harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet. Peran guru mata pelajaran dan konselor harus ditegaskan, sehingga dalam pemberian materi pelayanan posisi guru tidak dirasakan diganti oleh konselor atau sebaliknya.
3. Evaluasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet Evaluasi merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling karir itu mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi merupakan langkah penting dalam pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling karir di sekolah. N. Rao (1981: 221) mengemukakan, “evaluation is assessment of relative effectiveness with which goals or objectives are attained in relation to specific standards”. Ngalim Purwanto mengemukakan “Evaluasi sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (1997:2)
58 Sisi lain Prayitno (1998) menjelaskan evaluasi bimbingan dan konseling dengan istilah “penilaian”. Dalam tulisannya lebih lanjut dijelaskan: “penilaian hasil program bimbingan dan konseling dilakukan dengan memperhatikan prosedur penilaian hasil layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan, baik yang bersifat penilaian segera (laiseg), penilaian jangka pendek (laijapen), dan penilaian jangka panjang (laijapan).” Penilaian tersebut mencakup penyusunan program, pelaksanaan program, penilaian dan analisis hasil layanan, serta tindak lanjut kegiatan yang dilaksanakan. Hasil penilaian itu sebagai dasar untuk menentukan program tindak lanjut yang perlu dilaksanakan. Dalam pelaksanaan evaluasi diperlukan metode dan teknik yang tepat, sehingga hasil evaluasi mampu menangkap permasalahan yang ada. Pada umumnya para ahli sependapat tentang adanya penggunaan dua jenis metode, yakni metode survei dan metode eksperimental. Metode survei digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis pendapat, sikap, informasi atau data lain yang berkenaan dengan pengaruh prosedur bimbingan dan konseling terhadap perilaku dan penyesuaian diri siswa, sedangkan metode eksperimen digunakan untuk mempelajari satu atau sekelompok individu untuk satu atau lebih variabel baik pelaksanaan konseling maupun informasi tentang pekerjaan (Edwar G, 1964: 265-266) Sedangkan teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet mencakup : angket, intervieu, observasi, tes, dan lain-lain. Angket dapat diberikan pada konselor, Kepala Sekolah, guru, siswa, sekolah maupun masyarakat. Intervieu dapat dilakukan dengan konselor, kepala sekolah, guru, maupun siswa. Observasi dapat dilakukan
59 pada semua konselor dalam melaksanakan tugas-tugasnya maupun pada peserta didik ketika mendapat pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet. Tes dapat dilaksanakan pada awal kegiatan (pre test) dan retest terhadap peserta didik untuk membandingkan keadaaan mereka (prestasi belajar, sikap, pemahaman), sebelum dan sesudah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet. Evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh unsur-unsur seperti koordinator bimbingan dan konseling dalam menilai konselor dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Kepala Sekolah ataupun Pengawas sebagai orang yang bertugas dan bertanggungjawab membina dan mengawasi, ataupun personel lain yang terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Akan lebih baik bagi konselor apabila dia mampu menilai dirinya sendiri, memperbaiki, dan mengembangkan apa yang dirasakan kurang dalam rangka perbaikan.
D. Perangkat Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet di SMK Bimbingan dan konseling sebagai satu profesi dewasa ini semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan tersebut, perlu pula peningkatan kualitas konselor sebagai pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga bimbingan dan konseling yang dilakukan benar-benar pelayanan bimbingan dan konseling yang profesional. Bimbingan dan konseling profesional merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dapat dipertanggung-jawabkan dasar keilmuan dan teknologinya (Sugiarto, 2006). Metode dan teknik bimbingan dan konseling
60 bernuansa teknologi yang mengarah kepada penggunaan multimedia dan internet yaitu merupakan salah satu alternatif pilihan orang-orang yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Ahman et.al. (2003) menyatakan bahwa salah satu tujuan penggunaan teknologi dalam konseling dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi kerja yang dapat dijadikan dasar pengembangan program dan evaluasi hasil layanan, serta untuk kepentingan riset dan pengembangan. Pengembangan pelayanan bimbingan dan konseling melalui penggunaan multimedia dan internet telah dilakukan oleh konselor di berbagai negara. Lester (1974), Delfin (1978), Grumet (1979) telah melakukan konseling melalui telepon. Sampon et al. (1997 dan Robson (1998) telah menyelenggarakan dan mengulas model penyampaian paling baru pelayanan konseling melalui e-mail. Walaupun pada saat itu masih muncul berbagai pertanyaan, seperti : apakah mungkin membangun hubungan terapeutik ?, apakah kerahasiaan dapat dijamin ?, apakah konseling dapat berfungsi secara efektif ?, namun pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling melalui multimedia dan internet merupakan sesuatu yang dapat dilakukan, dimana apabila kita akan mengembangkan perangkat pelayanan perlu mengantisipasi beberapa hal yang menjadi pertanyaan tersebut. Banyak dan beragam tawaran layanan internet yang dapat digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir. Fasilitas internet yang sangat esensial membantu tugas dan pengembangan profesional konselor dalam komunikasi dan informasi adalah world wide web (www), e-mail, chat room, dan webcam.
61 1. World-Wide Web (www) World wide web yang lebih dikenal dengan singkatannya www atau web adalah aplikasi internet yang paling menarik dan dikenal banyak orang. Dengan tampilannya yang berupa gabungan antara teks dan multimedia, ditambah lagi dengan penggunaannya yang user-friendly, web merupakan koleksi yang luar biasa dari dokumen yang saling terkoneksi (yang disebut halaman web atau web pages) di seluruh dunia. Web mulai dikembangkan di Switzerland, CERN (The European Laboratory for Particle Physics) tempat para ilmuwan mengembangkan hypertext, sebuah cara lebih mudah untuk berinternet, dimana teks (kata atau frasa) digunakan untuk menghubungkan dengan dokumen-dokumen lain yang terkait atau relevan. Dengan hypertext, satu klik tombol pada mouse memungkinkan kita untuk melompat-lompat keliling dunia : membaca berita tentang lowongan pekerjaan, mencari journal dan literatur dari berbagai negara terkait dengan pengembangan karir. Pada umumnya internet menawarkan layanan utamanya berbasis web dan pelanggan biasanya juga mengidentikkan internet dengan akses lewat web saja. Layanan akses lewat web ini seperti halnya e-mail merupakan aplikasi sangat penting dan banyak digunakan. Aplikasi ini terkadang dikenal sebagai ‘the world on your fingertip’ karena sedemikian mudahnya kita memperoleh informasi dalam berbagai bentuknya, tidak saja dalam bentuk teks tetapi juga multimedia. Berkembangnya penggunaan web saat ini merupakan kabar yang menggembirakan bagi banyak kalangan praktisi teknologi informasi termasuk
62 kalangan praktisi bimbingan dan konseling yang memanfatkan teknologi informasi. Website banyak diperlukan untuk berbagai kepentingan berkaitan dengan penyampaian informasi seperti perusahaan, lembaga-lembaga pemerintah, pendidikan dan masih banyak yang lainnya. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir, website dapat digunakan oleh konseli untuk mencari berbagai informasi mengenai lowongan pekerjaan, beasiswa pendidikan lanjutan, artikelartikel terkait dengan perkembangan dan pengembangan karir, konsultasi masalah karir, dan lain sebagainya. Perkembangan website tidak lepas dari teknologi komputer dan internet, karena teknologi tersebut menjadi tulang punggung adanya jaringan internet. Website akan terus dikembangkan dan digunakan sehingga menjadi sarana penghubung untuk mendapatkan berbagai informasi tanpa batasan jarak, negara, dan benua. Dalam pembuatan website ada tiga metode yang dapat digunakan, antara lain : Web Rapid Aplication Development (Web RAD), Waterfall Model dan Modified Waterfall Model. Web RAD adalah suatu proses pembuatan website dimana web desainer tidak memerlukan banyak diskusi dengan pihak klien sehubungan dengan desain website yang ditampilkan. Waterfall Model adalah suatu proses pembuatan website secara terstruktur dan berurutan dimulai dari penentuan masalah, analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, integrasi, ujicoba sistem, penempatan dan pemeliharaan website. Modified Waterfall Model adalah penyempurnaan dari waterfall model, dimana penentuan masalah dan analisis kebutuhan menjadi prioritas dalam model ini.
63 Di samping itu dalam membuat website, desain web harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut a. seorang desiner web harus memfokuskan desainnya pada kepentingan pengguna; b. kegunaan (utility) dan sifat website yang mendukung kemampuan pengguna dalam memanipulasi website, sehingga pengguna memperoleh apa yang diperlukan; c. correctness, yaitu tidak ada kesalahan dalam penulisan script website; d. harus memperhatikan aspek GUI (Graphical User Inferface); e. memiliki structur link dan sistem navigasi yang jelas; f. kombinasi tampilan, isi, teknologi, kegunaan dan tujuan harus baik. Perangkat pendukung yang digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet akan lebih baik menggunakan model modifikasi yang merupakan penyempurnaan dari dua metode yang lain
dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pembuatan website.
2. E-mail (Electronic Mail) E-mail adalah cara komunikasi di internet yang paling populer dan biasanya merupakan aplikasi internet yang pertama dipelajari pengguna internet yang baru. Dalam aplikasi intenet, e-mail menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi karena e-mail merupakan alat komunikasi berbasis teks yang sangat praktis, murah, dan cepat. Dipandang praktis karena kita tidak perlu mencetak pesan yang sudah dituliskan di komputer, tetapi langsung dikirim dari komputer tempat kita menulis pesan. Selain itu sebuah email dapat dikirimkan ke banyak alamat sekaligus, dapat dilampiri file lain. Dipandang murah dan cepat karena begitu pesan dikirim langsung sampai di
64 alamat penerima dan pengiriman dan penerimaan setiap e-mail hanya dengan biaya pulsa lokal. Untuk bisa menggunakan e-mail, pengirim harus mempunyai e-mail terlebih dahulu. Di samping itu kita harus juga mengetahui alamat e-mail yang dituju. Pembuatan e-mail tidaklah susah, banyak fasilitas yang ada dalam internet yang dapat kita gunakan untuk membuat alamat e-mail, seperti yahoo.com, hotmail.com, msn.com, dan lain-lain. Terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet, pelayanan bimbingan dan konseling melalui e-mail biasa disebut dengan e-mail therapy. Dalam penggunaan e-mail therapy yang penting adalah konselor dan konseli harus mempunyai alamat e-mail dan bersepakat untuk berkomunikasi melalui e-mail. E-mail therapy merupakan proses menulis tentang permasalahan yang dirasakan oleh konseli. Dengan menulis tersebut, membuat masalah konseli menjadi nyata dan kongkrit. E-mail therapy ditujukan bukan kepada individu yang sedang mengalami masalah krisis yang serius. Individu yang menggunakan bantuan melalui e-mail therapy harus merasa nyaman dalam menulis, mengungkapkan perasaan, dan beberapa penjelasan yang detail. Untuk beberapa kasus tertentu pada e-mail therapy dapat diselesaikan dalam beberapa sesi, tetapi bila konseli merasa belum selesai dan membutuhkan pertemuan yang lebih lama biasanya konselor akan menyukai konseling tatap muka.
Jika
seorang
konselor
tidak
merasa
mampu,
maka
akan
memberitahukannya dan mereka akan merujuk pada orang lain yang ahli dalam permasalahan tersebut.
65 Murphy dan Mitchell (1998) mencatat beberapa keunggulan dari konseling e-mail, antara lain : a. terdapat catatan permanent seluruh kontak konseling (hal ini berguna bagi klien, dan juga bagi konselor dan supervisor konseling); b. mengetik adalah cara efektif untuk “mengekspresikan masalah”; c. mengetik membantu seseorang untuk merefleksikan pengalaman mereka; d. keseimbangan kekuatan berkurang-internet merupakan medium yang egalitarian; e. klien dapat mengekspresikan perasaan mereka ”saat ini juga”, mereka dapat menulis pesan e-mail saat berada di tengah depresi atau serangan panik, ketimbang menunggu datangnya sesi konseling berikutnya. E-mail therapy bisa dilakukan dalam bentuk individu, artinya komunikasi antara konseli dengan konselor, dan juga dapat dilakukan dalam bentuk kelompok melalui milis. Millis yaitu sarana untuk berkomunikai di dunia maya, dimana milis dapat digunakan untuk rapat atau berkonsultasi secara masal. Dalam e-mail therapy dalam bentuk kelompok ini konseli tidak hanya berkomunikasi dengan konselor, tetapi konseli dapat berkomunikasi dengan konseli lain yang tergabung dalam milis. Sehingga konseli dapat memecahkan masalahnya melalui diskusi dan tukar pendapat dengan konseli lainnya.
3. Chat Room Chat room merupakan aplikasi internet dimana disediakan ruang khusus yang dapat digunakan untuk saling berkomunikasi melalui tulisan. Chat room ini oleh para pengguna internet sering dinamakan chatting. Chatting biasa digunakan oleh para pengguna internet untuk mencari teman yang diajak untuk ngobrol atau berdiskusi sesuai melalui tulisan. Dalam chatting sudah disediakan fasilitas simbol untuk mengungkapkan perasaan, seperti sedih, gembira, tertawa, marah, dan lain sebagainya
66 Beberapa simbol yang dapat digunakan untuk memperjelas perasaan dan kondisi konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet yang tersedia dalam aplikasi yahoo.com adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 : Contoh Simbol Perasaan Kondisi Konseli Smiley
Keys
Smiley
Keys
Star
(*)
Yin-Yang
(%)
Just kidding!
:-j
April
o-+
I am not worthy
^:)^
Billy
o=>
Chattermouth
:-@
Hiro
o->
Hee hee
;))
Skull
8-X
Bring it on!
>:/
Uh... Dunno!
:-??
Dancing
\:D/
Idea
*-:)
Doggy
:o3
Coffee
~o)
Shame on you
[-X
Ain't listening!
%-(
Peace!
:)>-
Pumpkin
(~~)
Feeling beat up
b-(
Flag
**==
Whistling
:-"
Good luck!
%%-
Cha-ching!
$-)
Rose
@};-
Praying
[-o<
Chicken
~:>
Frustrated
:-L
Monkey
:(|)
Alien
>-)
Cow
3:-O
Bug
=:)
Pig
:@)
67
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, chat room dapat dijadikan fasilitas dalam pemberian pelayanan konseling. Pelayanan konseling melalui chat room ini biasa disebut chat room therapy. Chat room therapy merupakan konseling dengan melakukan chatting atau berkomunikasi langsung dengan konselor lewat message board yang telah disediakan. Konseling lewat chat room tidak dapat mengatahui bahasa tubuh klien, sehingga konselor hanya dapat merespon sama dengan menggunakan e-mail, hanya saja dengan konseling melalui chat room respon dari konselor dapat langsung dan segera diketahui oleh konseli. Untuk melakukan chatting, konseli dan konselor terlebih dahulu membuat perjanjian dan juga dapat langsung memilih konselor yang ada di website yang sedang online. Berdasarkan survey, penggunaan chatting dalam pelayanan konseling lewat internet lebih sedikit dibandingkan dengan konseling melalui e-mail. Hal ini dikarenakan penggunaan chatting lebih sering digunakan untuk mencari teman atau mengobrol secara online dibandingkan sebagai sarana konsultasi. Sama halnya pada e-mail therapy, untuk beberapa kasus tertentu dapat diselesaikan dalam beberapa sesi, tetapi bila konseli merasa belum selesai dan membutuhkan pertemuan yang lebih lama biasanya konselor akan menyukai konseling tatap muka.
Jika
seorang
konselor
tidak
merasa
mampu,
maka
akan
memberitahukannya dan mereka akan merujuk pada orang lain yang ahli dalam permasalahan tersebut.
68 4. Webcam Webcam merupakan fasilitas yang ada dalam internet dimana jaringan internet dan kamera merupakan perangkat utamanya. Fasilitas ini membutuhkan peralatan yang lebih banyak, karena pengguna kedua-duanya harus mempunyai kamera yang dihubungkan komputer, atau laptop yang dilengkapi dengan fasilitas kamera. Dengan menggunakan webcam ini konselor dan konseli akan bisa melihat langsung melalui kamera yang ada. Hanya saja untuk mendapatkan gambar yang bagus dengan kecepatan tinggi, maka dibutuhkan kecepatan kamera yang tinggi dan komputer atau laptop yang mempunyai memori yang tinggi. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling melalui webcam ini biasa disebut video conferencing. Video conferencing merupakan konseling tatap muka secara langsung melalui media kamera, sehingga konselor mengetahui bahasa tubuh konseli. Konseling ini sama saja dengan konseling tatap muka. Konseling ini sangat mahal dibandingkan dengan e-mail atau chat room, karena konselor dan konseli harus mempunyai komputer dengan jaringan internet yang difasilitasi kamera. Pada umumnya video conferencing saat ini masih sangat lambat, gambarnya kurang sempurna (bergaris-garis) sehingga memerlukan waktu, investasi, kesabaran, dan kesolidan sistim pendukung untuk penyempurnaan.
E. Etika Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet Etika artinya jaminan bahwa konselor bertanggung jawab atas kegiatan yang dilakukannya. Kebanyakan organisasi profesional memiliki kode etik yang mengatur perilaku anggotanya. Kode etik merupakan aturan yang melindungi
69 profesi dari campur tangan orang pemerintah, mencegah ketidaksepakatan internal di dalam suatu profesi, dan melindungi/mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktek. Kode etik merupakan variabel yang akan mempengaruhi pertimbangan etis dari seorang konselor profesional. Kode etik menyiapkan panduan berkenaan dengan parameter etis profesi termasuk pelayanan yang menggunakan teknologi informasi, seperti cybercounseling. Dalam cybercounseling, konselor harus menjunjung tinggi etika tersebut dalam melakukan pekerjaannya secara online, misalnya menjaga kerahasiaan konseli sebagai hasil pembicaraan selama konsultasi. Sebagai sesuatu yang baru, penelitian mengenai kode etik ini sedang terus dilakukan. Sejak National Board for Certified Counselor mengumumkan pemakaian standar untuk praktek konsultasi berbasis internet tanggal 9 September 1997, profesi ini menjadi salah satu alternatif pemberian bantuan. Tujuan adanya standar etika ini adalah mengurangi pertumbuhan praktek-praktek yang tidak profesional. Dengan mengikuti sertifikasi tersebut, maka konselor online seharusnya 1. mengacu hukum dan kode etik konsultasi online; 2. memberitahu konseli tentang metoda yang dipakai untuk membantu keamanan komunikasi; 3. menginformasikan konseli, bagaimana dan berapa lama data hasil komunikasi akan disimpan; 4. dalam situasi yang sulit untuk memperjelas identitas konselor atau konseli, hindari atau hati-hati dengan kemungkinan penipuan; 5. jika diperlukan ijin dari pusat atau pengawas dalam menyediakan jasa web konseling; 6. ikuti prosedur yang sesuai dengan informasi yang diterbitkan untuk membagi informasi konseli dengan sumber yang lain; 7. pertimbangkan dengan matang tingkat penyingkapan pada konseli dan berikan penyingkapan yang rasional juga oleh konselor; 8. menyediakan link ke situs lembaga sertifikasi dan badan perijinan yang sesuai untuk memfasilitasi perlindungan konseli.; 9. menghubungi National Board for Certified Counselor atau badan perijinan milik pemerintah tempat konseli tinggal untuk mendapatkan nama atau setidaknya satu konselor yang dapat dihubungi di daerah tempat tinggal konseli;
70 10. mendiskusikan prosedur kontrak antara konseli dan konselor ketika sedang offline; 11. menyebutkan masalah-masalah yang tidak selayaknya dikonsultasikan lewat internet; 12. menjelaskan kepada konseli kemungkinan bagaimana untuk menanggulangi kesalahpahaman yang mungkin muncul karena kurangnya petunjuk visual antara konseli dan konselor. American Counseling Association (ACA) pada bulan Oktober 1999, meresmikan dan menyepakati standar etika untuk konsultasi melalui internet. Secara umum berberapa standar etika dalam pelayanan konseling berbasis internet yang harus dipenuhi adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
pembahasan informasi mengenahi kelebihan dan kekurangan dalam layanan; penggunaan bantuan teknologi dalam layanan; ketepatan bentuk layanan; akses terhadap aplikasi komputer untuk konseling jarak jauh; aspek hukum dan aturan dalam penggunaan teknologi dalam konseling; hal-hal teknis yang menyangkut teknologi dalam bisnis dan hukum jika seandainya layanan yang diberikan antar wilayah atau negara; 7. berbagai persetujuan yang harus dipenuhi oleh konseli terkait teknologi yang digunakan; dan 8. penggunaan situs dalam memberikan layanan konseling melalui internet itu sendiri (ACA: 2005). Berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet di SMK, karena situasi, kondisi, dan aplikasi sangat berbeda dengan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, ada beberapa isu etik yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Hubungan Konseli dan Konselor dalam Proses Konseling Kualitas hubungan konseli dan konselor dalam proses konseling merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelayanan konseling. Sussman (1998) berpendapat bahwa kehilangan proses dialog
71 mengganggu kemampuan konselor untuk secara penuh dan efektif menggunakan gaya pribadi masing-masing dalam komunikasi online. Bagaimanapun ketika mempertimbangkan keuntungan dan keterbatasan layanan konseling online, praktisi harus menguji etika hubungan dan upaya mengatasi kendala yang muncul dalam komunikasi online. Menurut Haans (2000) untuk mengantisipasi kehilangan proses dialog dalam hubungan online, konselor maupun konseli dapat menggunakan tanda-tanda emosi yang ada dalam komputer, seperti simbol perasaan sedih, gembira, cemberut, dan sebagainya. Simbol perumpamaan tersebut seperti : gambar, photo, dan yang lain sehingga dapat menolong konseli untuk menggunakan agar lebih tergambar jelas perasaan dan kondisi emosi mereka.
b. Kerahasian Konseli dalam Proses Konseling Konseling merupakan kegiatan yang menjujung tinggi kerahasiaan dan privasi. Kerahasiaan konseli di lingkungan online adalah hal yang mendapat banyak sorotan. Grohol (1999) mengatakan bahwa kerahasiaan di dunia maya sebenarnya sama dengan seperti di dunia nyata. Batas perbedaan utamanya adalah konselor di dunia nyata memiliki keyakinan akan kepastian hubungan tatap muka dalam melakukan kegiatan konseling, sedangkan konselor online tidak memiliki kepastian dan keterbuktiannya. Keadaan ini menuntut konselor untuk memahami bagaimana menggunakan berbagai bentuk keamanan untuk menjaga informasi mengenai konselinya (Zack: 2004).
72 Penggunaan enkripsi dalam e-mail dan layanan konsultasi profesional ZipLip akan menjaga kerahasiaan dalam proses konseling, karena pendaftaran dan penggunaan kata kunci (password) merupakan hal yang harus dilakukan dalam proses konseling online. Di samping itu, Zack (2004) menjelaskan bahwa untuk mengatasi berbagai permasalahan teknis dalam melaksanakan pelayanan diperlukan suatu keterampilan khusus dalam penggunanya, seperti keterampilan konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling berbasis teks, email, hingga penunjang secara teknis seperti kecepatan internet yang tinggi dan dapat memaksimalkan penggunaan-penggunaan aplikasi-aplikasi dalam layanan bimbingan dan konseling berbasis internet berbasis internet seperti chat dan video conference.
c. Perlindungan Hukum bagi Konseli Salah satu keunggulan konseling melalui internet adalah tidak dibatasi oleh wilayah geografis. Di mana pun konseli tinggal bisa memilih konselor lintas budaya, negara, bahkan benua. Hal ini memudahkan memilih konselor manapun yang cocok tanpa mempertimbangkan jarak. Tapi bukan tidak mungkin akan timbul masalah dan menjadi rumit, sampai saat ini belum ada hukum internasional untuk mengatur para konselor dari berbagai negara. Perlindungan hukum dari masing-masing negarapun adalah berbeda, untuk itu penting bagi konseli untuk melindungi diri dari awal. Pastikan bahwa konselor yang dipilih bertanggung jawab, memiliki kepakaran, dan memiliki kode etik profesi yang menjadi pegangan dalam menjalankan pekerjaannya.
73 d. Masalah Budaya dan Bahasa Pendekatan multikultural menyimpulkan bahwa semua konseling adalah multikultural yang lebih menekankan pada perbedaan pada budaya unik, dan memiliki persamaan dan perbedaan dari tiap individu. Hal yang demikian menuntut seorang konselor harus memahami dengan baik kondisi multikultural yang dialami konseli. Perbedaan-perbedaan bahasa yang ada di dalam semua budaya seringkali melewati batas-batas budaya. Bahasa sering menjadi masalah nyata dalam kita berkomunikasi, untuk itu sebagai upaya membantu orang lain, pemahaman budaya dan bahasa merupakan hal yang sangat penting, apalagi dalam cybercounseling yang tidak terbatasi oleh wilayah geografis, media bahasa merupakan alat komunikasi pokok dalam hubungan proses konseling.
e. Teknologi dalam Cybercounseling Pertumbuhan teknologi yang besar di dalam konseling telah berperan penting terhadap pengembangan standar-standar keahlian konselor serta standarstandar etika bagi pengguna teknologi. Bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan teknologi, organisasi-organisasi profesional dipandang perlu membuat standarstandar tersebut. National Board for Certified Counselor (1997), mengatakan dampak teknologi online tersebut mulai mengembangkan ”The Practice of Interned Counseling” dalam bidang konseling. Konseling melalui internet bukanlah bentuk yang umum diberikan dalam praktek yang dilakukan konselor di sekolah selama ini. Perdebatan pakarpun
74 masih banyak terjadi, sebagian pakar belum dapat menerima layanan konseling melalui internet sebagai bentuk konseling, karena terdapatnya pengabaikan prinsip utama dalam konseling seperti saling berhadapan dan bertatap muka. Meskipun demikian hal yang penting bagi konselor untuk menyadari sepenuhnya akan perkembangan teknologi terkini dan implikasinya terhadap profesi yang digelutinya di tengah masyarakat yang semakin terbiasa dengan teknologi atau technologically literate socially (Martin, 2007) Seorang konselor dituntut mampu menggunakan sumber daya teknologi informasi dan komunikasi, termasuk peralatan internet, software yang layak, digital kamera, dan berbagai program yang lain. Dengan demikian para konselor mengetahui bagaimana mendesain, menciptakan, dan mengevaluasi situs-situs yang efektif, sadar akan masalah-masalah standar etika, serta mampu mengartikulasikan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi kegiatan cybercounseling.
F. Manfaat Pelayanan Bimbingan dan Konseling Karir Berbasis Internet Pelayanan bimbingan dan konseling melalui internet bukanlah bentuk layanan yang umum dilakukan oleh konselor di sekolah, perdebatan pakar mengenai penggunaan internet dalam pelayanan bimbingan dan konselingpun masih berlangsung. Sebagian pakar belum dapat menerima layanan konseling melalui internet sebagai bentuk konseling, karena terdapatnya pengabaian prinsip utama dalam konseling, seperti bertatap muka. Meskipun demikian adalah hal yang penting bagi konselor untuk menyadari sepenuhnya bahwa perkembangan
75 teknologi infomasi dan komunikasi terkini telah mempengaruhi terhadap perkembangan profesi konselor. Masyarakat semakin terbiasa dengan teknologi atau technologically literate socially sehingga sekarang ini berkembang pelayanan bimbingan dan konseling yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Martin, 2007). Selain itu Kartadinata (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi komputer sendiri dalam pengembangan sistem manajemen akan sangat membantu konselor dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Walaupun masih terjadi perbedaan pendapat terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet, namun secara umum pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Kemudahan mendapatkan informasi dengan lebih cepat dan murah. Informasi merupakan hal yang penting dalam proses konseling. Informasi yang jelas dan mendalam akan sangat membantu peserta didik dalam pengambilan keputusan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet, berbagai informasi dapat diperoleh dengan mudah, individu hanya tinggal membuka berbagai materi yang telah disiapkan oleh konselor. Apalagi konselor dapat mengembangkan perangkat dengan hyperlinks pada berbagai website baik dalam bentuk teks, audio, grafik, gambar, animasi, atau video. Bila itu dilakukan oleh konselor, maka hanya dengan ”klik” pada tombol mouse peserta didik dapat berselancar diinternet untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhkan.
76 2. Biaya yang dikeluarkan relafif murah Dalam pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet dibutuhkan berbagai perangkat baik solfware maupun hardware. Berbagai perangkat itu biasanya sudah ada di sekolah, terutama RSBI. Apabila sekolah sudah mempunyai berbagai perangkat tersebut, maka dalam operasionalisasi pelayanannya membutuhkan biaya yang relatif murah bila dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Misalnya untuk mendapatkan berbagai informasi dari artikel, surat kabar, jurnal, majalah, baik di dalam maupun di luar negeri dapat diakses atau dikirimkan dalam bentuk digital melalui internet. 3. Sebagai ajang atau media promosi. Hampir dapat dipastikan semua perusahaan besar nasional, multinasional, maupun luar negeri dapat dilihat di internet karena mereka berkepentingan mengenalkan profil perusahaan mereka untuk membangun citra dan mengenalkan berbagai produk perusahaannya. Informasi semua perusahaan tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang jenis perusahaan, jenis pekerjaan, jenis keterampilan dan kharakteristik lain yang ada di masing-masing perusahaan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir informasi-informasi tersebut dapat menjadi bahan layanan orientasi pengenalan pekerjaan. Di samping itu informasi tentang berbagai jenis lembaga pendidikan yang ada di internet juga dapat menjadi bahan layanan orientasi maupun informasi tentang pendidikan lanjutan, pengenalan jenisjenis kursus, pelatihan, dan lain sebagainya.
77 4. Kemudahan luar biasa dalam penyelengaraan komunikasi interaktif. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam proses konseling. Komunikasi dapat dilakukan secara individual antara dua orang atau secara berkeompok. Komunikasi dapat dilakukan dalam bentuk konsultasi, konseling atau diskusi dengan orang-orang yang mempunyai minat atau profesi yang sama. Komunikasi melalui e-mail, chatting, maupun webcam dapat dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet. 5. Pertukaran data dan informasi. Internet menjadi sarana yang sangat efisien untuk pertukaran data atau informasi dalam bentuk file digital melalui berbagai aplikasi sesuai karakteristik dan kepentingannya. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling karir pertukaran data dan informasi itu dapat dilakukan sesama peserta didik, atau peserta didik dengan konselor, atau sebaliknya. Atau mungkin juga diberikan pada perusahan, para ahli, atau suatu lembaga pendidikan. Di samping beberapa manfaat yang diperoleh melalui pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet. Pelayanan konseling melalui internet juga mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan dibanding konseling secara tatap muka. Menurut Nabilah (2010) yang mengumpulkan dan mengelaborasi dari beberapa hasil penelitian, kelebihan dan kekurangan dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut :
78 Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pelayanan Konseling Melalui Internet Kelebihan Memberikan kesempatan bagi calon konseli yang merasa kurang nyaman untuk bertemu dan berkomunikasi secara langsung dan bertatap muka dengan konselor Konselor dapat mengetahui gambaran perasaan atau emosi konseli melalui emoticon yang biasanya terintegrasi dalam aplikasi chat Melalui email yang merupakan interaksi yang dilakukan secara tidak langsung, konseli diberik kesempatan untuk berpikir sebelum menulis sehingga individu dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya melalui tulisan. Berbagai transaksi data seperti informasi dan formulir bisa diberikan dan dikumpulkan secara online. Hal ini akan memudahkan proses administrasi dan penyimpangan data dan rekaman konseling. Menghilangkan jarak untuk mendapatkan konseli, keluwesan dalam perencanaan, menghemat anggaran, dan memberikan pilihan yang lebih banyak bagi konseli.
Kekurangan Tidak adanya hubungan atau kontak secara tatap muka, sehingga menyulitkan bagi konselor untuk melihat ekspresi wajah konseli. Tidak adanya kegiatan berbicara secara langsung, sehingga tidak memunculkan reaksi emosional yang secara langsung dapat diinterpretasikan oleh konselor Tidak terjadinya interaksi secara langsung, kondisi ini membatasi konselor terhadap bahasa tubuh konseli yang merupakan bagian dari petunjuk pennjang dalam kegiatan konseling
Dilakukan di ruang virtual yang memiliki resiko keamanan online. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa informasi mengenai data konseli dapat disusupi oleh pihak ketiga. Keterbatasan ekonomi dimana tidak seluruh sekolah populasi target layanan memiliki akses terhadap fasilitas digital yang memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan layanan konseling melalui internet.
Berdasar pada uraian di atas, kekurangan pelayanan bimbingan dan konseling karir melalui internet haruslah diantisipasi, sehingga kekurangan tersebut
akan
mengurangi
makna
konseling
yang
dilakukan.
Untuk
mengantisipasi kekurangan tersebut, dalam pelayanan bimbingan dan konseling berbasisi internet yang dikembangkan dilengkapi dengan fasilitas webcam, sehingga konselor dapat melihat secara langsung ekspresi wajah konseli. Di samping itu terkait dengan keamanan data, pelayanan bimbingan dan konseling
79 karir berbasis internet dilengkapi dengan aplikasi yang menjamin keamanan data yang ada, yaitu dengan menggunakan “password” untuk dapat melakukan “login”. Berkaitan dengan keterbatasan ekonomi, pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet dikembangkan pada sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga peserta didik yang kurang mampu dapat difasilitasi dengan sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah.
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan Laurel W. Oliver, et.al. (1999), Career Assessment on the Internet : An Exploratory Study. Studi ini dilatarbelakangi berkembangannya website dalam jabatan/karir serta banyaknya artikel dan buku yang mendiskusikan bagaimana menggunakan website untuk mencari pekerjaan. Dalam penelitiannya, peneliti tidak menemukan website yang membahas penilaian karir. Suatu usaha untuk memperbaiki kekurangan ini, peneliti memfokuskan laporan dari 24 website karir yang dapat diakses secara gratis, mudah digunakan, dan menyajikan berbagai instrumen tes yang mudah dan cocok digunakan dalam perencanaan karir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat subyektifitas terhadap website tersebut tidak tinggi, yaitu 3.3 (dalam skala 5) atau hanya sedikit di atas nilai rata-rata. Sedikit website yang menyediakan informasi tentang penilaian karir dan tidak ada website yang menegaskan bahwa instrumen penilaian karir yang digunakan di validasi, serta menyediakan link yang memenuhi standar NCDA (the National Career Development Association).
80 Dari hasil penelitian ini juga ditemukan banyak website yang secara rahasia tidak meminta nama dan password, peneliti mendiskusikan implikasi dari penelitian mereka untuk para profesional konseling karir, peneliti karir, dan pengembang website karir. Itamar Gati, et.al. (2003) Perceived Benefits of Using an Internet-Based Interactive Career Planning System. Studi ini meneliti keuntungan dalam menggunakan sistem perencanaan karir interaktif berbasis internet. Making Better Career Decision (MBCD) adalah sebuah sistem perencanaan karir interaktif berbasis internet yang dirancang untuk membantu para individu dalam mencari rencana karir. Penelitian ini menguji keuntungan penggunaan MBCD, dengan menganalisa 712 persepsi pengguna terhadap kontribusi penggunaan MBCD dalam proses pembuatan perencanaan karir. Quesioner
dibagikan
sebelum
dan
sesudah
perlakuan
untuk
mengumpulkan persepsi pengguna terhadap keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan sistem perencanaan karir dan mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan. Data persepsi penggunan terhadap keuntungan yang diperoleh berdasar nilai tingkat kemajuan rata-rata partisipan dalam proses perencanaan karir diperoleh sangat berhubungan positif dan nilai rata-rata kualitas perubahan diukur dari tingkat pengembangan keputusan sebelum dan sesudah perlakukan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berkaitan dengan pengembangan model bimbingan dan konseling karir berbasis
internet,
hasil
penelitian
ini
memberikan
gambaran
tentang
kebermanfaatan pelayanan konseling berbasis internet, sehingga mendorong pengembangan model pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet.
81 John Hamilton, et.al. (2004), Using Online Technology for Student Support Services. Dasar dilakukannya studi ini adalah karena kesadaran pihak California State Unversity (CSU) akan kecenderungan nasional kebutuhan mahasiswa akan pendidikan dan semakin tingginya mahasiswa CSU yang beresiko tinggi terhadap permesalahan emosional, sehingga sebuah online-hotline dibangun melalui kerjasama dengan Pusat Perempuan CSU Fullerton dengan nama proyek “University Blues” Terkait dengan pengembangan model pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet, hasil penelitian ini memberikan dukungan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling berbasis internet dapat diperuntukkan bagi peserta didik. Lia Yulianti (2004), Cybercounseling (Kajian mengenai Konseling melalui Internet). Studi ini mengkaji konsep dasar dan aplikasi cybercounseling melalui internet. Dalam kajiannya peneliti menemukan tiga jenis konseling yang ada dalam internet, yaitu e-mail therapy, chat room, dan video conferencing. Masing-masing jenis konseling tersebut dibahas persyaratan, proses, kerahasiaan, dan pembiayaan dari masing-masing jenis konseling. Hanya saja peneliti lebih memfokuskan pada e-mail therapy, hal tersebut dikarenakan kajian tentang konseling melalui chat room maupun video conferencing sangat terbatas. Terkait dengan pengembangan model pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet, hasil penelitian ini menjadi dasar untuk pengembangan lebih lanjut, dimana model pelayanan yang diharapkan dapat diujudkan. Nabila (2010) Pengembangan Media Layanan Konseling Melalui Internet di Perguruan Tinggi (Studi Keterbacaan Media Layanan Konseling Melalui
82 Internet di Universitas Negeri Jakarta). Studi ini dilakukan melalui tahapan studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan desain situs, penilaian pakar, perbaikan berdasarkan masukan pakar, dam uji coba terbatas. Dari tahapan studi tersebut dihasilkan media layanan konseling melalui internet yang diujicobakan di Universitas Negeri Jakarta. Hasil uji coba menyatakan situs yang dikembangkan memenuhi kreteria situs yang baik dan memiliki menu dan berbagai figure yang memadai, sehingga situs ini bisa dikatakan feasible atau layak digunakan sebagai media layanan konseling melalui internet di perguruan tinggi. Implikasi studi dalam penelitian ini memberikan gambaran bahwa pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet memungkinkan digunakan untuk membantu peserta didik di SMK