Bab II. Aspek-aspek nilai dalam Bisnis
Bisnis merupakan suatu hal yang sangat kompleks, yang bukan hanya terdiri dari kegiatan jual-beli terhadap suatu hal saja, tapi juga meliputi berbagai hal. Dalam bisnis di Asia, terdapat suatu aspek yang membedakan mereka seara signifikan dengan bisnis yang biasa dijalankan oleh pengusaha-pengusaha di Barat, yang disebut dengan guanxi, yang akan dibahas dalam bab ini. Guanxi memang hanya digunakan secara gamblang pada bisnis yang dilakukan oleh pengusaha Asia Timur, atau lebih jauh lagi, yang menggunakan sistem klasik Konfusianisme sebagai landasan hidup dan ajaran yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Menurut Xin dan Pearce (1996: 1642), hubungan yang mirip dengan guanxi sebenarnya bukanlah milik bangsa Cina atau penganut Konfusian semata, tapi hal ini juga bisa ditemukan dalam beberapa masyarakat lainnya. Yang membedakannya adalah penggunaannya yang menyebar sangat luas pada bisnis di Cina. Untuk lebih mengerti guanxi, mari kita membahas pengertian dan penerapannya dalam kegiatan bisnis. Pada subbab berikutnya baru kita akan membahas manajemen profesional
Bab II.1. Sistem Guanxi Sebagai sebuah aspek bisnis, guanxi, seperti disebutkan di atas, memang hanya ditemui dalam bisnis di Asia Timur. Bisnis dengan aspek nilai guanxi tidak hanya terbatas pada bisnis keluarga semata, tapi uniknya bisnis keluarga yang terjadi di Barat jarang sekali menerapkan guanxi. Mereka pada umumnya lebih mempercayai sistem hukum positif yang berlaku dan diterapkan dengan sistem punishment yang jelas. Secara bahasa, apakah guanxi itu? Menurut 现 代 汉 语 辞 典 edisi revisi, guanxi adalah
Penggabungan aspek..., Andre11 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
”事 物 之 间 相 互 作 用,相 互 影 响 的 状 态” 11 Guanxi adalah keadaan saling berguna dan saling mempengaruhi dalam urusan.
Dalam artian yang diberikan ini, bisa dilihat adanya sebuah hubungan saling mempengaruhi dan saling membantu dalam sebuah urusan. Ini menandakan sifat guanxi yang dua arah. Di sini guanxi bukan cuma bisa dijalin oleh dua pihak, namun juga dalam banyak pihak. Bagaimanapun guanxi tidak akan bisa dibentuk dengan baik tanpa adanya xinyong, yang artinya ” 能 够 履 行 跟 人 约 定 的 事 情 而 取 得 的 信 任;不 需 要 提 供 保 证,可 以 按 时 偿 付“12 Xinyong adalah mampu memenuhi hal yang dijanjikan dan mendapatkan kepercayaan; tidak membutuhkan penyediaan jaminan namun bisa membayar tepat waktu
Inilah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melihat guanxi. Kepercayaan sangat penting. Dari dua artian di atas, kita bisa melihat bahwa kemampuan untuk ”menyediakan” hal yang dijanjikan dan menyelesaikan perjanjian merupakan hal yang esensial dalam guanxi. Dari hal-hal inilah guanxi bisa dibentuk, dan oleh sebab itulah guanxi bisa dibentuk oleh siapa saja. Keluarga merupakan guanxi termudah yang bisa dibentuk karena kepercayaan yang didasari pada darah. Sementara dengan rekanan bisa dibentuk guanxi bila xinyong bisa dibentuk di dalamnya. Guanxi sendiri, menurut Xin dan Pearce (op. cit) merujuk pada sebuah ikatan non-institusional yang terbentuk dari hubungan saling percaya dan menguntungkan yang berfungsi untuk mensubtitusi hubungan yang berdasarkan hukum formal. Dengan kata lain, hubungan guanxi digunakan oleh pengusaha Cina untuk menggantikan lembaga institusional formal di Cina. Guanxi terutama berguna untuk memotong dan mengurangi biaya formal suatu kegiatan usaha. Orang-orang yang memiliki guanxi yang kuat cenderung lebih mudah untuk melakukan suatu kerjasama ataupun perjanjian, karena 11
中 国 社 会 科 学 院 语 言 研 究 所 词 典 编 辑 室 编。现 代 汉 语 词 典 修 订 本。商 务 印 书 馆 Beijing:1998. hlm 462 12 Ibid hlm 1405
Penggabungan aspek..., Andre12 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
didasarkan pada hubungan yang saling percaya (xinyong). Sebagai akibatnya, biaya operasional yang digunakan akan lebih murah dari sistem yang bergantung pada mekanisme pasar dalam usahanya dan efisiensi waktu juga akan tercapai, karena mekanisme pasar dilangkahi. Selain definisi yang diberikan oleh Xin dan Pearce tadi, masih ada banyak lagi definisi yang lain tentang guanxi, yang beberapanya diambil oleh penulis. Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang guanxi, mari kita membahas definisi yang diberikan oleh beberapa ahli.
Bab II.1.a. Definisi Guanxi Terdapat banyak pengertian mengenai guanxi yang diberikan oleh para ahli, misalnya pengertian yang diberikan oleh Yang (1994: 1 – 2) yang menyatakan guanxi adalah means literally "a relationship" between objects, forces, or persons. When it is used to refer to relationships between people, not only can it be applied to husband-wife, kinship and friendship relations, it can also have the sense of "social connections," dyadic relationships that are based implicitly (rather than ex-plicitly) on mutual interest and benefit. Once guanxi is established between two people, each can ask a favor of the other with the expectation that the debt incurred will be repaid sometime in the future (1994: 1-2).13
Dalam pengertian tersebut, guanxi adalah sebuah hubungan mutualisme yang dilakukan antara dua atau lebih orang. Guanxi tidak dibatasi hanya pada hubungan keluarga (suami-istri, persaudaraan) semata, tapi juga memungkinkan hubungan dalam bentuk apapun yang saling menguntungkan. Praktek guanxi inilah yang sering digunakan oleh pengusaha Cina dan juga pengusaha keturunan Cina di berbagai penjuru dunia. Definisi ini diberikan oleh Yang untuk menjelaskan peran guanxi sebagai sebuah hubungan institusional yang memudahkan gerakan sebuah institusi bisnis di Cina, yang digunakan untuk menutupi kelemahan yang ditemui dalam hokum 13
Yang, M. M. Gifts, Favours and Banquets: The Art of Social Relationship in China (Cornell University Press: Ithaca, New York, 1994) hlm 1-2 dikutip dari Xin dan Pearce. Loc. Cit. hlm 1642
Penggabungan aspek..., Andre13 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
positif. Dalam definisi yang diberikan oleh Yang ini, guanxi bisa diterapkan dalam keluarga, dengan menetapkan bahwa hubungan keluarga (suami-istri) bisa menerapkan guanxi, sesuatu hal yang berbeda dari beberapa definisi lainnya. Hubungan yang paling dasar menurut Konfusianisme adalah hubungan keluarga. Keluarga adalah basis dari masyarakat. 14 Dengan mendasarkan pada pemikiran ini, anggota keluarga memiliki ikatan keluarga yang lebih erat, terutama dalam keluarga inti (anak tertua) yang bukan merupakan keluarga yang pisah rumah (fen jia 分 家) karena bukan menjadi anak tertua. Banyak kegiatan di Cina dilakukan berdasarkan pada hubungan antar klan ini. Pembagian desa sekalipun tidak jarang berdasarkan pada klan, dan klan mayoritas biasanya akan bisa memegang posisi penting di desa tersebut. Karena keadaan ini, maka masing-masing klan akan memiliki jaringan yang kuat dalam desanya, dan dengan klan yang sama di desa lainnya. Hubungan antar klan juga akan bisa lebih erat antara desa yang berdekatan, karena prinsip yang saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Guanxi merujuk pada kedekatan hubungan dari klan-klan yang bersangkutan, yang memungkinkan mereka melakukan hubungan bisnis atas dasar saling percaya karena hubungan erat yang saling menguntungkan yang terbentuk karena interaksi sekian lama. Yang perlu diingat adalah bahwa hubungan guanxi bukanlah hubungan dari satu keluarga (kecuali yang diterapkan oleh Yang). Guanxi baru dimaksud pada keluarga sepupu, yang sudah termasuk fenjia atau berhubungan melalui pihak bibi (sehingga tidak lagi satu marga). Guanxi bukanlah sebuah hubungan yang bisa terbentuk dengan mudah. Untuk menciptakan sebuah guanxi dengan seseorang, tidak jarang harus memakan waktu bertahun-tahun, dan biasanya hubungan ini sendiri harus melalui perantaraan dari seorang yang sebelumnya sudah berada di ”lingkaran dalam” dari sebuah hubungan. Dengan kata lain, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam hubungan ini, yang membuat hubungan kepercayaan terbentuk dengan lebih kuat. Akan tetapi, hubungan guanxi bisa diperluas hingga batas yang tidak ditentukan. Fei Xiaotong (1992) menganalogikan guanxi sebagai sebuah riak 14
Ini berbeda dengan institusi Barat yang menempatkan individu sebagai basis dari masyarakat. Konfusianisme menempatkan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, dan klan merupakan gabungan dari keluarga-keluarga dengan leluhur yang sama dengan berdasarkan marga.
Penggabungan aspek..., Andre14 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
gelombang di air yang tenang, akibat sebuah batu yang dilemparkan ke dalamnya. Batu adalah seseorang (ego). Semakin dekat riak dengan batu, maka semakin jelas riaknya dan semakin jauh akan semakin kabur dan tidak jelas riak tersebut15. Seperti itulah guanxi. Guanxi membagi orang lain menjadi golongangolongan seperti yang ditunjukkan oleh riak tersebut. Semakin jelas riak gelombang maka golongan itulah yang terdekat dan semakin jauh dan kabur riak gelombang maka golongan orang-orang itulah yang paling jauh dan tidak berkaitan dengan sang ego. Pada golongan yang terdekat, sang ego memiliki keterikatan dan tanggung jawab moral dan sosial yang lebih besar dari golongan lainnya. Golongan yang terjauh (riak yang kabur dan tidak jelas) tidak saling berkaitan dengan sang ego dan karenanya tidak ada hubungan hak dan kewajiban moral dan sosial dari dan terhadap sang ego. Hubungan guanxi bukanlah hubungan yang didasarkan pada perjanjian tertulis dan berkekuatan hukum, tapi lebih kepada hubungan nonformal yang mengikat secara budaya dan sosial. Dalam bisnis, biasanya guanxi sendiri bisa mewujud dalam banyak hal, misalnya saja pemberian hadiah kepada rekanan, atau kepada pejabat pemerintahan. Menurut paham bisnis Barat, mungkin kegiatan tersebut bisa dianggap suap, tapi dalam konteks budaya Cina, itu hanyalah sebuah kegiatan untuk menjalin guanxi dengan lebih erat. Ini sesuai dengan definisi Xin dan Pearce, di mana guanxi ditempatkan sebagai pengganti lembaga formal di dunia Barat. Guanxi adalah hubungan saling menguntungkan, tapi bukan juga berarti mengharapkan keuntungan. Guanxi dijalin bukan sekedar untuk mendapatkan keuntungan dari pihak yang terjalin hubungannya, tapi lebih pada menjalin hubungan baik. Apabila kita telah melakukan sesuatu hal yang baik pada satu pihak, maka sudah sewajarnya pihak lawan juga melakukan hal yang baik sebagai balasannya, walaupun tanpa diminta. Dari sini kita bisa melihat sifat dari guanxi yaitu resiprokal. Konfusianisme mengemukakan ”Jangan melakukan sesuatu yang kita tidak ingin orang lain lakukan pada kita”. Namun bisa juga hal ini berarti lakukan yang kita 15
Fei Xiaotong, dikutip oleh Gary Hamilton. Commerce and Capitalism in Chinese Studies. (Routledge: New York, 2004) hlm 226. data sumber asli tidak didapatkan.
Penggabungan aspek..., Andre15 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
ingin orang lain lakukan pada kita. 16 Dengan bertolak dari ajaran ini, praktek guanxi bisa berjalan dengan baik dalam masyarakat Cina yang dpengaruhinya. Ajaran seperti ini mungkin berlaku juga universal dan ditemui di berbagai ideologi ataupun ajaran lain, namun sekali lagi, yang perlu diperhatikan adalah bahwa hal itu diterapkan dalam bisnis dan menjadi sebuah pakem. Inilah yang membedakan antara ajaran ini dengan yang lain. Menurut Jacobs (1976), Guanxi dapat didefinisikan sebagai ikatan-ikatan antar manusia yang bersifat pribadi, khas, dan non-ideologis yang didasarkan pada kesamaan identifikasi. 17 Hubungan kesamaan itu bisa jadi berupa teman satu sekolah, satu kampung, teman sekerja atau teman sepermainan. Akan tetapi, bukan berarti orang tanpa kesamaan tertentu tidak bisa menjalin guanxi. Guanxi bisa terbentuk dari interaksi sosial yang positif (ganqing 感 情) atau menolong, atau dari hadiah yang diberikan. Dari definisi Jacobs, kita temukan lagi sebuah definisi dari guanxi, yaitu guanxi yang berdasarkan kesamaan (tong 同) tadi. Perlu diingat, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Konfusianisme menjadi dasar dari peradaban Cina hingga saat ini. Dalam Konfusianisme itu pula terdapat lima hubungan (wu lun 五 轮 ) 18 , di mana yang terakhir (antar teman) kemungkinan menjadi dasar dari guanxi jenis ini. Bila dikaitkan dengan definisi dari Yang, maka guanxi seperti ini berada pada lingkaran riak yang di tengah di mana hubungan dari ego dan golongan ini cukup dekat (hingga ego memiliki tanggung jawab dan interaksi yang cukup intens) tapi juga bukan berada pada golongan keluarga yang ada pada lingkaran riak terdalam. Seperti halnya bisnis keluarga di banyak negara, usaha keluarga seringkali awalnya merupakan bisnis yang mendapat modal dari anggota keluarga. Setelah itu, modal juga dikumpulkan dari pihak-pihak lain (teman, relasi, kerabat dan lainlain). Karena ”pihak-pihak lain” ini telah membantu permodalan, maka mereka 16
Tu Wei-Ming. Etika Konfusianisme. Jakarta: Teraju, 2005 hlm 97
17
Bruce J. Jacobs,”The Cultural Bases of Factional Alignment and Division in a Rural Taiwanese Township”. (Journal of Asian Studies, 36, 1976). hlm 79 – 97. dikutip oleh Ichiro Numazaki, “Peran Jaringan Pribadi dalam Pembentukan Guanxiqiye”, ed. Gary Hamilton. Op. cit: 1996 hlm 24 18 Hubungan raja-menteri, suami-istri, ayah-anak (laki-laki) kakak (laki-laki)-adik (laki-laki), dan antar teman
Penggabungan aspek..., Andre16 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
memiliki semacam share atas perusahaan (tapi bukan saham seperti bisnis kapitalis umum). Dalam perkembangannya, maka kemudian, bila salah seorang dalam lingkaran pemodal akan membuat usaha baru, maka perusahaan tersebut, baik berupa institusi ataupun individu, memiliki kewajiban moral untuk membantu. Dengan demikian akan tercipta hubungan resiprokal yang sebelumnya diangkat. Tentu saja dengan demikian orang atau institusi tersebut akan menjadi pihak yang juga mendapat share dari pihak yang baru didirikan itu Di berbagai penjuru dunia, penerapan dan bentuk guanxi berbeda sesuai dengan latar lingkungan dan orang-orang yang berinteraksi membentuk guanxi tersebut. Hal ini membawa pada perbedaan ciri bisnis yang dijalankan oleh para pengusaha Cina di negara masing-masing. Untuk lebih memahami penerapan dan bentuk-bentuk guanxi, pada subbab berikutnya hal tersebut akan dibahas secara lebih mendalam lagi. Yang perlu diperhatikan adalah mengenai xinyong. Tanpa adanya kepercayaan dari semua pihak, maka guanxi tidak akan bisa terbentuk. Kepercayaan inilah yang menjadi dasar dari semua guanxi. Itulah sebabnya mengapa guanxi tidak mudah dibentuk begitu saja. Untuk mencapai sebuah tingkatan kepercayaan yang erat diperlukan pengenalan yang membutuhkab waktu yang tidak sebentar. Dalam Konfusianisme, loyalitas menjadi sebuah titik yang sangat penting. Feng Dao dianggap menjadi salah seorang pejabat paling buruk dalam sejarah Cina karena tiadanya rasa kesetiaan dirinya pada majikan. Penulis berasumsi bahwa dalam kaitannya dengan wu lun yang disebutkan sebelumnya pun masalah kesetiaan ini menempati posisi yang sama pentingnya. Dari kesetiaan itulah guanxi dan xinyong berpotensi terbentuk. Tingginya frekuensi kerja sama dengan pihak lain akan membawa perasaan percaya yang lebih dalam bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, dan dari sanalah guanxi akan terbentuk. Hal yang sama juga berlaku dalam guanxi yang berbasis keluarga ataupun tong. Frekuensi kebersamaan yang tinggi dan rasa kepercayaan karena leluhur yang sama menjadi dasar kepercayaan tinggi dari seseorang pada anggota keluarga ataupun teman dekatnya.
Penggabungan aspek..., Andre17 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Bab II.1.b. Penerapan Guanxi Mari kita lihat dua contoh kasus. Kasus pertama adalah pengerjaan proyek pembuatan gedung di Amerika Serikat. Kasus kedua adalah pembuatan gedung dengan konstruksi yang serupa di Cina. Pelaksana dan pihak yang memajukan proyek-proyek ini keduanya adalah pihak swasta. Pihak pertama menggunakan mekanisme pasar untuk pengerjaan proyek tersebut sementara pihak kedua menggunakan guanxi yang terbentuk untuk mengerjakannya. Pada kasus pertama, pihak pengaju proyek akan menyebarkan berita tentang pembuatan proyek ini ke masyarakat dengan harapan akan ada kontraktor yang memberikan penawaran pengerjaan proyek ini sesuai dengan kualifikasi yang diberikan (status perusahaan, jaminan dan lain-lain). Pengumuman pelelangan untuk proyek ini dilakukan melalui berbagai media massa dan untuk itu membutuhkan biaya untuk penyebarannya (biaya iklan). Bila semua berjalan lancar, maka akan ada sekian (misalkan 5) perusahaan kontraktor yang mengajukan penawaran untuk pengerjaan proyek pembangunan tersebut. Apabila ternyata kuota minimal yang diinginkan pihak pengaju proyek tidak terpenuhi maka biasanya akan ada pelelangan ulang proyek ini (biaya iklan tambahan), ditambah lagi timeline pengerjaan proyek ini terpaksa diundur karena pelelangan ulang tersebut. Mari kita ambil perumpamaan bahwa kuota minimal sudah terpenuhi dan proposal dari masing-masing kontraktor sudah diterima. Pihak pengaju proyek akan mempelajari sekian jumlah proposal dan mencari yang terbaik (inefesiensi waktu). Pada pengumuman pelelangan ternyata perusahaan ”Major Corp.” yang terpilih untuk pengerjaan. Pihak Major Corp akan melihat dan menilai proyek tersebut hingga kemudian melakukan pengerjaan proyek tersebut sesuai dengan pedoman proposal pengerjaan proyek yang telah disepakati. Di sini bisa kita lihat ada beberapa bagian yang menjadi tidak efisien. Contoh barusan adalah contoh di mana proyek akan selesai sesuai dengan jadwal dan sesuai dengan harapan. Unsur ketidakpastian dan permasalahan, baik legal formal maupun teknis yang sering terjadi, tidak dimasukkan ke dalam contoh tadi.
Penggabungan aspek..., Andre18 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Seringkali terjadi permasalahan mengenai nilai proyek yang tidak sesuai hingga pengerjaan yang tidak sesuai dengan proposal awal. Untuk permasalahan seperti ini, biasanya bisnis konvensional akan mengambil jalan hukum untuk memecahkan permasalahan. Ini berarti penambahan biaya legal dan kembali menambah faktor penghambat terhadap proyek tersebut. Sekarang mari kita lakukan perbandingan dengan kasus kedua – bisnis yang terjadi di Cina. Proses yang terjadi akan banyak mengalami pemangkasan dan bisa selesai lebih cepat dengan faktor masalah yang lebih kecil. Hal ini bisa terjadi karena proses guanxi memungkinkan pihak pengaju proyek untuk mendapatkan klien kontraktor yang sudah dipercayanya dengan lebih cepat. Pada bisnis yang mendasarkan kerjasama pada guanxi, tahapan lelang proyek biasanya hanya menjadi sebuah formalitas belaka, karena justru pemenang dari proyek itu sudah bisa dipastikan adalah orang yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan hanya akan diubah apabila ada tawaran yang jauh lebih baik dari tawaran sang calon pemenang. Itu pun setelah sebelumnya berdiskusi dengan sang calon pemenang tender. Apakah ini kolusi? Mungkin begitu, tapi justru dengan cara ini, inefisiensi waktu dan tenaga bisa dikurangi sangat jauh. Pemenang dari tender sudah jelas dan oleh karena itu mereka bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik. Nilai kontrak juga bisa disepakati dengan lebih cepat karena pemenang sudah lebih dulu mendiskusikannya dengan pihak pengaju proyek. Dengan cara ini, maka tidak diperlukan adanya pelelangan ulang. Andaikan proposal yang masuk ke pengaju proyek terlalu sedikit, proyek bisa diteruskan dengan alasan ”efisiensi”. Bahkan bisa jadi hanya ada penawaran tunggal, atau bahkan tidak ada penawaran yang masuk sekalipun. Kejadian seperti ini banyak terjadi pada proyek yang mewajibkan perusahaan pengusul proposal untuk masuk kategori ”non kecil”. Kembali pada proyek konstruksi tadi. Andaikan proyek itu akhirnya diberikan kepada perusahaan Jianzhuang Gongsi yang memiliki afiliasi dengan pihak pengaju proyek. Pekerjaan dan perencanaan, karena sudah dimulai jauh sebelumnya, bisa dilakukan dengan sangat cepat, dan dalam waktu singkat proyek sudah dimulai.
Penggabungan aspek..., Andre19 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Apakah pekerjaan itu bisa dilakukan dengan baik? Dalam bisnis dengan menggunakan guanxi, ada kode etik tidak tertulis yang mewajibkan semua pihak yang terlibat di dalamnya bukan sekedar memberikan 100%, tapi bahkan 120% untuk proyek tersebut. Customer satisfaction (atau mungkin lebih tepatnya penulis sebut dengan relation satisfaction) harus diutamakan di atas segalanya. Ini untuk menjaga kerjasama dan hubungan yang sudah terjalin sebelumnya. Bagi para pengusaha Cina, yang paling penting bukanlah keuntungan besar yang bisa didapat dengan cepat, tapi keuntungan kecil yang bisa melanggengkan hubungan jangka panjang dengan pihak lain. Pada tahapan selanjutnya (eksekusi proyek), sesuai dengan kode etik tersebut, maka pengerjaan proyek akan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seperti halnya pada sistem biasa, masalah merupakan hal yang sering terjadi dalam pengerjaan proyek. Akan tetapi, biasanya penyelesaian atas konflik dan masalah tersebut dilakukan dengan cara negosiasi (atau yang dikenal umum dengan cincay). Jalur hukum akan sangat jarang ditempuh, mengingat hubungan mereka memang didasarkan pada saling percaya, yang terkadang bahkan jauh lebih fleksibel dan efektif dibanding hukum. Pengusaha etnis Cina pada semua tingkatan, mereka semua mengadakan hubungan kerjasama yang sangat baik dengan pihak lain, bahkan dengan sesama saingan mereka. Ini menyebabkan terjadinya banyak centered market untuk barang yang mereka perdagangkan, misalnya pasar barang elektronik di daerah Kota, Jakarta. Hebatnya, mereka semua saling mengisi dan menjual barang dengan harga murah kepada saingan di sekitar mereka, sehingga membuat sebuah jejaring distribusi yang sangat kuat. Begitu pula halnya dalam sebuah konglomerasi. Perusahaan konglomerasi pengusaha Cina biasanya akan saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain. Sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pengusaha etnis Cina akan memiliki sebuah core business yang berusaha di suatu bidang. Ini akan menjadi motor usaha grup tersebut, dan biasanya, akan menjadi pusat dari kegiatan bisnis keluarga tersebut. Bentuk guanxi yang paling umum adalah perluasan usaha dengan menggunakan saudara sebagai pengurus (direktur/manager). Biasanya perluasan
Penggabungan aspek..., Andre20 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
akan dilakukan dengan menunjuk saudara atau orang yang dipercaya sebagai direksi. Dalam banyak kasus, kompetensi dari orang tersebut akan menjadi pertimbangan nomor 2. ini dikarenakan pembuatan keputusan dan komando masih banyak dilakukan oleh pendiri perusahaan induk. Penempatan direksi lebih dimaksudkan untuk menempatkan seseorang yang bisa dipercaya untuk menjalankan teknis roda usaha, sedangkan konsep dan keputusan penting akan ditentukan oleh pendiri. Guanxi bentuk lain adalah ikatan kerjasama antara dua pihak bisnis yang berbeda yang saling percaya tanpa adanya hubungan hukum positif yang saling mengikat secara ketat. Perjanjian yang mereka buat memang pasti ada (hitam di atas putih) tapi untuk eksekusi proyek biasanya akan dilakukan bukan dengan berpedoman mutlak pada perjanjian tersebut. Sayangnya, untuk mencapai pada tingkatan ini, biasanya akan dibutuhkan waktu yang lama, karena entitas bisnis yang berbeda belum tentu akan bisa dengan mudah mencapai kesepakatan. Bentuk guanxi seperti yang dikemukakan dalam contoh kasus di atas ternyata juga banyak terjadi di Indonesia. Ini terutama banyak terjadi pada masa orde baru saat berbagai hak monopoli impor diberikan pada pihak tertentu oleh pemerintah. Di antaranya misalkan hak monopoli cengkeh yang diterima oleh grup Liem, yang memberikan keuntungan yang sangat besar. Contoh proyek lain yang jatuh ke tangan grup Liem adalah pangan terigu untuk Bogasari untuk pemasaran Indonesia Barat. Kedua hak monopoli ini, pastinya sedikit banyak diterima oleh grup Liem karena kedekatannya dengan penguasa (Presiden Soeharto) yang terjalin sejak masa perjuangan pengakuan kedaulatan, yang menjadi dasar guanxi.Liem Sioe Liong dengan Soeharto. Sementara, dua jenis guanxi lain juga bisa ditemukan dalam perjalanan sejarah grup Liem. Contoh pertama misalnya ketika Liem pindah dari Semarang ke Jakarta, dan meninggalkan bisnisnya di sana dalam kepengurusan abangnya. Sementara guanxi yang ketiga adalah antara beliau dengan seorang marga Tan yang telah lama menjadi rekan bisnisnya sehingga telah tercipta hubungan kepercayaan (xinyong) yang kuat antara mereka berdua. Contoh-contoh guanxi yang dijalankan oleh grup Liem akan dijelaskan kemudian pada bab IV.
Penggabungan aspek..., Andre21 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa guanxi bisa juga memiliki nada negatif dalam pelaksanaannya. Praktek guanxi sangat dekat dengan praktek KKN, namun bukan berarti sama. Ada beberapa perbedaan mendasar pada guanxi bila dibandingkan dengan praktek KKN maupun yang lain. Merujuk pada tulisan Xin dan Pearce (loc. cit 1996: hlm 1646) yang dikutip dari berbagai sumber, guanxi di Cina (dan dalam masyarakat Cina-pen) ditekankan pada hubungan yang dijalin19. Gupta, dalam artikel yang sama juga menulis, ” They are not fee-for-service bribes, as they often are in other countries where import licenses or construction contracts have well-known "prices".20
Dari dua tambahan di atas, kita bisa melihat dua perbedaan umum antara guanxi dengan praktek KKN, yaitu “hubungan” dan “bukan suap”. Dalam guanxi, yang dipentingkan bukanlah hasil yang ingin dicapai oleh kedua pihak, melainkan jalinan hubungan yang akan terbentuk. Maka dari itu, membangun guanxi yang baik tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, atau harus memiliki sebuah kesamaan latar belakang. Guanxi juga pada dasarnya tidak bisa disamakan dengan suap karena lebih menekankan pada proses. Ketika penggunaan guanxi dimaksudkan untuk memperoleh pamrih, maka itu bukan lagi sebuah bentuk guanxi yang baik. Bahkan hal tersebut bisa menjadi sebuah bentuk yang korup dari Konfusianisme. Bagaimanapun
Konfusianisme
tidak
mengajarkan
penganutnya
untuk
memperoleh kepentingan pribadi. Yang paling penting adalah keharmonisan, yang diraih dengan melakukan tugas sebagaimana peranan kita dalam masyarakat. Para pengusaha Cina memiliki kecenderungan untuk terus membangun hubungan yang baik antara pihak yang bekerja sama dengannya. Mungkin bisa dikatakan bahwa para pengusaha Cina lebih menekankan pada jaringan yang terbuat daripada keuntungan yang akan didapat dari sebuah transaksi. Tidak heran daerah kota bisa menjdi sebuah pusat perdagangan centered market yang besar untuk barang elektronik, dengan semua pihak saling membantu membesarkan pihak yang lain, karena inilah yang menjadi dasar dari hubungan transaksional mereka. 19 Mengutip dari Hwang, K.. Face and favor: The Chinese power game. American Journal of Sociology, 92: 1987 944-974. 20 Mengutip dari Gupta, S. B. Black income in India. (Sage: New Dehli, 1992)
Penggabungan aspek..., Andre22 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
II.2. Profesionalitas/Manajemen Profesional Seperti halnya budaya Timur yang menekankan pada ikatan yang kuat antar individu, budaya Barat dengan kebudayaan Yunaninya juga memiliki ciri tersendiri dalam bisnisnya. Kompetensi dan kemampuan manajerial lebih diutamakan dalam pengembangan bisnis daripada ikatan keluarga atau lainnya. Seperti apakah profesonalitas dan penerapannya dalam bisnis?
II.2.a. Definisi Profesionalitas Menurut Kamus Terminologi Populer, Profesional berarti pemain bergaji, pemain bayaran21. Sementara itu, menurut profesor Oei Liang Lee dan Kamus Terminologi Populer, manajemen didefinisikan sebagai
Managemen; Ketatalaksanaan proses penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran tertentu pimpinan yang bertanggung jawab atas jalanya perusahaan atau organisasi22
Manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan23
Pendapat lain memberikan definisi yang berbeda. Definisi ini dibuat oleh Prof. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis (Manajemen Mutu SDM, PT Ghalia Indonesia:
Manajemen fungsi
adalah
perencanaan
perpaduan (planning),
pelaksanaan
fungsi-
pengorganisasian(organizing),
pelaksanaan (actuiting), dan pengawasan/pengendalian (controlling) untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu pula. Ada juga yang mendefinisikan manajemen sebagai perpaduan pelaksanaan fungsi-fungsi rencana (plan), kerjakan (do), periksa (check) dan aksi
21
YS. Marjo, Kamus Terminologi Populer (Penerbit Beringin Jaya: Surabaya, 1997) hlm 253 Ibid hlm 190 23 Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo. Pengantar Bisnis Modern. (Liberty: Yogyakarta, 1993) hlm 82 22
Penggabungan aspek..., Andre23 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
(action) untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Selain itu, ada yang menerapkan model fungsi-fungsi manajemen yang terkait dengan manajemen mutu yaitu rencana (plan), kerjakan (do), study (kajian) dan aksi (action). Profesional diartikan sebagai ciri-ciri kekuatan yang dimiliki seseorang berupa keahlian, kompetensi, kerja efisien, keterampilan, kualifaid-pandai, berpengalaman, dan sifat mengagumkan. Dalam konteks SDM, manajemen profesional adalah pelaksanaan fungsifungsi tersebut dalam pengembangan mutu SDM secara profesional. Lawannya adalah manajemen amatiran yang ciri-cirinya bertentangan dengan ciri-ciri manajemen profesional. Ciri-ciri manajemen profesional dalam pengembangan mutu SDM dapat dilihat dari sisi operasional dan manajerial yakni:
1)
Berbudaya korporat: transparansi, independensi,
responsif,
akuntabilitas, dan kejujuran. 2) 3)
Dukungan manajemen puncak. Bermanfaat untuk kepentingan internal dan juga eksternal
organisasi. 4)
Berorientasi ke masa depan dengan pendekatan holistik.
5)
Berdimensi jangka panjang dan bersinambung.
6)
Sistem nilai-prinsip efisiensi dan efektivitas.
7)
Dilakukan secara terencana/terprogram.
8)
Monitoring dan evaluasi serta umpan balik.
9)
Dilakukan oleh pelaku dan tentunya pimpinan unit yang
memiliki:a. kompetensi atau keakhlian dan pengalaman panjang di bidangnya.b.
sifat haus pada tantangan-tantangan.c.
ketrampilan inovatif, kreatif, inisiatif dan efisien.d. tinggi.e.
sifat menghargai profesi lain.f.
sikap dan integritas
sifat yang selalu siap
Penggabungan aspek..., Andre24 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
menghadapi setiap resiko.g. bertanggungjawab atas setiap kata dan perbuatannya. 10) Penggunaan teknologi tepatguna. 11) Kepemimpinan dalam membangun komitmen. 12) Partisipasi aktif semua anggota. 13) Kerjasama Tim. 14) Pemberian penghargaan pada tiap karyawan yang berprestasi (kompensasi termasuk peluang pendidikan-pelatihan lanjutan dan promosi karir). 15) Persuasi pada karyawan yang kurang berprestasi untuk menjadi yang terbaik melalui konsultasi-bimbingan dan pendidikan-pelatihan bersinambung.24
Bisa ditemukan berbagai jenis definisi yang menyatakan tentang manajemen professional, atau lebih tepat disebut manajemen gaya Barat. Manajemen, seperti yang didefinisikan di atas, merupakan sebuah siklus POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dan ditambah Coordinating. Siklus ini pada bisnis keluarga (Cina khususnya) biasanya dilakukan dan berada di bawah pemilik perusahaan dan merupakan prerogatif sepenuhnya dari pemilik dan keluarganya. Bedanya, pada manajemen gaya Barat, siklus ini bukan sekedar menjadi prerogatif dari satu kelompok saja, tapi juga menjadi tanggung jawab seluruh perusahaan yang bersangkutan. Untuk melakukan itu, mereka memerlukan orangorang ”profesional bayaran” dari luar lingkungan keluarga yang berkompeten dan memiliki kemampuan khusus, yang ditempatkan pada posisi penting sebagai ganti tangan dari keluarga. Di sini bisa ada beberapa hal yang penting. Yang pertama adalah kemampuan dan prestasi, dalam artian kapabilitas dari orang (pegawai atau 24
Dikutip dari www.sadikinkuswanto.wordpress.com/2007/05/14/manajemen-profesional.htm mengutip dari www.ronawajah.wordpress.com akses 2 November 2008 21.06 WIB
Penggabungan aspek..., Andre25 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
manajer) dalam menjalankan roda perusahaan dan pencapaian serta nilai tambah yang diberikan oleh personel terhadap perusahaan. Ini berbeda dengan penunjukkan yang biasa dilakukan dalam bisnis dengan sistem guanxi, yang bertitik tolak dari kedekatan dan hubungan dari personel tersebut dengan pimpinan. Secara gamblang, bisa kita lihat bahwa hubungan bukanlah yang menjadi penekanan dalam penerapan sistem profesional ini. Kompetensi akan menjadi sebuah poin penting yang ditekankan pada sistem ini. Prestasi yang ditunjukkan akan menentukan kenaikan posisi dan keluarga belum tentu akan menduduki posisi teratas dalam perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena pemisahan antara manajemen dan kepemilikan yang jelas. Adanya saham yang dipegang publik membuat pimpinan perusahaan tidak bisa berbuat semaunya dengan perusahaan. Mekanisme check and balance yang diterapkan dalam bentuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) membuat pihak luar memiliki kekuatan untuk mengontrol jalannya perusahaan. Bagian dari manajemen yang paling diintervensi oleh pihak pemegang saham (dari siklus manajemen POAC + C) adalah perencanaan dan kontrol. Ini adalah bentuk mutlak yang harus ada dalam perusahaan (yang telah go public) dan sangat membatasi pergerakan dari pemilik perusahaan. Tentu saja, pemilik masih memiliki kekuasaan yang besar (biasanya sebagai komisaris) tapi keputusan apapun yang diambil oleh komisaris akan kembali menjalani mekanisme di RUPS. Pada tahap pengorganisasian dan pelaksanaan (organizing dan actuating) intervensi dari luarterjadi dalam hal manajer. Biasanya dalam perusahaan keluarga, manajer dari luar hanya akan bisa menjadi manajer madya yang tidak bisa mengambil keputusan strategis untuk perusahaan. Tetapi, dalam perusahaan Barat, bahkan dalam perusahaan keluarga sekalipun, tidak jarang top manager diisi oleh orang luar, baik itu melalui jenjang karier dari perusahaan ataupun sejak awal direkrut dari luar. Dari sini bisa kita lihat perbedaan-perbedaan yang cukup jelas dalam hal penggunaan dan pemanfaatan SDM dari dua jenis sistem yang dijabarkan. Dari segi modal, sistem ini juga berbeda. Perusahaan konglomerasi konvensional Barat
Penggabungan aspek..., Andre26 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
menggunakan pasar saham dan dana publik dalam pengembangan usahanya. Mereka menjual saham yang dimiliki untuk melakukan pengumpulan kapital yang diperlukan oleh perusahaan. Ini menyebabkan kepemilikan modal terbagi pada banyak pihak dan bukan hanya pada pemilik dan keluarga. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh kedua sistem akan dijelaskan dengan lebih lengkap pada subbab berikutnya.
II.3. Perbedaan Antara Sistem Guanxi dan Profesional Terdapat beberapa perbedaan gamblang antara sistem Guanxi dan Profesional. Hal-hal tersebut bisa dirangkum sebagai berikut: 1. Asal mula modal Modal dalam usaha biasanya berasal dari diri sendiri, keluarga, partner bisnis atau dengan menggunakan pinjaman bank. Ini berlaku dalam bisnis apapun, baik yang menggunakan sistem guanxi ataupun bisnis konvensional (bersistem barat). Yang membedakan kedua sistem tersebut adalah keterikatan dan status dari modal tersebut. Dalam bisnis konvensional, modal diberikan dan kemudian sang pemberi modal akan mendapatkan hak sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Dengan kata lain, modal tersebut adalah modal yang bersifat resmi dan terlindung oleh hukum. Kedua (atau lebih) pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut akan memiliki hak dan kewajiban sesuai yang tercantum dalam kontrak tersebut. Bila terjadi pelanggaran, maka penyelesaian dengan cara hukum menjadi yang paling banyak digunakan.25 Hal yang berbeda biasa terjadi dalam bisnis yang menggunakan sistem guanxi. Institusi keuangan formal dan hukum merupakan hal yang cukup dihindari. Modal dalam usaha biasanya akan mengandalkan modal dari pribadi, keluarga, klan dan sahabat. Bila memang terpaksa menggunakan jasa lembaga keuangan maka biasanya mereka akan menggunakan bank yang memiliki afiliasi dengan mereka. Ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurang rapinya sistem hukum yang berlaku di banyak negara Asia. Bagi mereka, guanxi lebih bisa diandalkan 25 Hamilton, Gary (ed.). Jaringan Bisnis Cina di Asia Timur dan Asia Tenggara. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.1996
Penggabungan aspek..., Andre27 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
untuk menggantikan buruknya pengelolaan hukum. Kasus ini banyak terjadi dan juga diakui oleh para pimpinan bisnis di Cina.26 Perbedaan lain adalah ikatan yang terjadi antara para pemodal dan pemilik. Seperti yang kita tahu, modal terdiri dari modal pribadi dan modal orang lain, maka dalam bisnis yang menggunakan guanxi, ada konvensi tidak tertulis yang mewajibkan pemilik untuk membantu pemodal dalam usahanya. Misalkan pemodal A ingin membuat sebuah perusahaan, maka pemilik mempunyai kewajiban sosial untuk membantu permodalan perusahaan yang akan didirikan tersebut. Bila aturan ini dilanggar maka sanksi sosial akan menunggu dan pemilik perusahaan akan kehilangan kepercayaan, modal dasar dalam bisnis berbasis guanxi. 2. Kepemilikan dan penambahan modal Perbedaan lain yang bisa terlihat dengan jelas adalah mengenai kepemilikan modal dan penambahan modal usaha. Dalam perusahaan konvensional barat, kepemilikan modal dibagi dalam bentuk saham, sesuai dengan besaran nilai saham yang dibeli. Begitu pula dalam penambahan modal, yang juga dilakukan dengan penjualan saham, yang bahkan bisa dibeli oleh umum (dengan catatan perusahaan tersebut telah go public). Ini menjadikan kepemilikan modal dibagi antara pemilik usaha, rekanan dan investor. Setiap investor memiliki hak untuk ikut menentukan arah kebijakan perusahaan dalam bentuk RUPS, yang kemudian hasilnya harus dijalankan oleh jajaran direksi dan manajer. Dalam bisnis berbasis guanxi, kepemilikan modal terdiri dari pemilik, rekanan dan rekanan komanditer. Rekanan komanditer ini tidak akan ikut dalam menjalankan perusahaan dan hanya berhak atas pembagian keuntungan. Dalam hal ini tidak begitu banyak perbedaan dengan bisnis konvensional barat. Perbedaan baru akan terlihat saat perusahaan perlu tambahan modal. Perusahaan berbasis guanxi biasanya jarang menggunakan saham, dan kalaupun go public di bursa maka jumlah yang dilepas akan kecil. Penambahan modal biasanya hanya akan terjadi dalam lingkaran dalam saja, dengan kata lain dengan orang yang memiliki hubungan kuat dengan pemilik. 26 Op. cit. Xin dan Pearce. Hlm 13-14
Penggabungan aspek..., Andre28 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Hal ini pernah disaksikan sendiri oleh penulis saat seorang pemilik perusahaan ”M” hendak melakukan investasi di bidang pertambangan di Kalimantan dan membutuhkan 2 milyar untuk membuka perjanjian, maka jaringannyalah yang digunakan untuk menggalang dana tersebut.27 3. Pemanfaatan SDM Dalam bisnis konvensional, seperti yang dikemukakan di atas, pengangkatan dilakukan dengan berdasarkan kompetensi dan nilai tambah yang diberikan personel kepada perusahaan. Keluarga tidak sembarangan diangkat sebagai manajer ataupun pimpinan, yang menjadikan jalannya perusahaan lebih stabil dan terkontrol. Ditambah lagi dengan sistem kontrol yang dilakukan oleh para pemilik saham, menjadikan perusahaan konvensional barat sebagai sebuah sistem yang mapan. Sebaliknya, dalam perusahaan yang mengandalkan guanxi, pemanfaatan SDM biasanya akan dilakukan dengan menggunakan keluarga sebagai pusat dan memberikan jabatan madya dan rendah kepada orang luar. Ini tentu saja sedikit banyak menutup kemungkinan mobilitas vertikal dalam perusahaan bagi orang luar. Satu-satunya cara bagi orang luar untuk mendapatkan kedudukan atas adalah dengan loyalitas dan kerja keras. Anehnya, biasanya dalam perusahaan berbasis guanxi, loyalitas pekerja sangat baik, sementara dalam bisnis konvensional banyak terjadi karyawan yang pindah untuk mendapatkan jabatan dan bayaran yang lebih baik.28 4. Kontrol terhadap perusahaan Ini merupakan salah satu faktor penting yang membedakan kedua sistem. Sistem guanxi memberikan kontrol yang sangat luas pada kendali satu orang atau kelompok (biasanya pendiri perusahaan). Bahkan, dalam kasus pemilik yang pensiun, bila perusahaan sedang dalam masalah, generasi muda sering melihat lagi pada sang pendiri, dan sang pendiri ”turun gunung” untuk menyelesaikannya. Misalnya pada masalah
yang menimpa keluarga
Suryadjaja (kepailitan Bank Suma). William Suryadjaja turun gunung kembali 27
Juli 2008. Direktur perusahaan “M”, Bpk GPSB meminta bantuan penulis untuk mencari rekanan yang ingin menginvestasikan uangnya sebesar jumlah tersebut dengan return 10% 28 Ada juga kemungkinan perbedaan budaya barat dan timur. Dengan kata lain bukan sistem yang memberikan pengaruh, tapi lebih pada faktor manusia yang bekerja. Hal ini sayangnya bukan merupakan bahasan dari tulisan ini.
Penggabungan aspek..., Andre29 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
untuk
menyelesaikan
masalah
yang terjadi.
Atau
pada perusahaan
multinasional milik pengusaha sekaliber Li Ka-Shing, yang kontrolnya dimiliki hampir sepenuhnya oleh Li. Bahkan banyak investornya yang mengeluh bahwa memiliki modal di sana akan percuma karena andil untuk mengatur jalannya perusahaan tetap tidak dimiliki (yang dibantah oleh pihak perusahaan). Di lain pihak, konglomerasi konvensional membagi kontrol sesuai dengan hierarki komando yang dibuat, dengan menempatkan RUPS sebagai keputusan tertinggi. Kebijakan umum yang diambil di sana kemudian akan diterjemahkan ke dalam program perusahaan. Program ini kemudian akan dijalankan oleh dewan direksi dan para manajer. Tentu saja sistem ini memiliki kelemahan pada masalah birokrasi pada keputusan strategis yang vital bagi jalannya perusahaan, tapi akuntabilitas dan keterbukaannya membuka peluang masuknya ide baru dari luar. 5. Kerjasama Kerjasama dalam bisnis yang berbasis guanxi biasanya dilakukan dalam lingkaran orang-orang yang dekat dan bisa dipercaya saja. Menyambung dari nomor satu subbab ini, karena adanya konvensi sosial informal yang sebelumnya disebutkan, maka bagian yang dimiliki tidak akan berputar dari orang-orang pemodal pada lingkaran itu saja. Dalam hal kerjasama ini, bisa dilihat dari pembagian kepemilikan saham dalam BCA dan anak-anak perusahaanya hingga 198929 yang berputar pada beberapa nama saja. Contoh yang lebih konkrit adalah kerjasama yang dilakukan oleh Liem pada masa awal usahanya bersama dengan Tan Ho Tjung sebelum Liem pindah ke Jakarta untuk mengembangkan usahanya. Di lain pihak, bisnis konvensional barat lebih terbuka dalam mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak. Biasanya kerjasama dilakukan dengan dasar keuntungan dan bukan dengan dasar kepercayaan. Karena itulah lelang proyek bersifat bebas lebih sering berhasil di negara dengan sistem manajemen Barat, sementara di Asia (termasuk Indonesia) biasanya pihak yang tidak memiliki afiliasi akan lebih sulit untuk memenangkan proyek. 29
Soetriyono, op. cit. hlm 63
Penggabungan aspek..., Andre30 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Bab III Grup Liem, BCA dan Profesionalitas Setelah membahas mengenai guanxi, manajemen professional dan berbagai penerapan dan perbedaannya, kini kita mulai masuk ke dalam pokok bahasan mengenai grup Liem. Untuk mengetahui mengenai grup Liem, maka tidak akan lengkap bila kita melewatkan mengenai sejarah penduduk etnis Cina di Indonesia. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri dalam masyarakat Indonesia dan menjadikan bangsa ini semakin ber-bhinneka. Dari mempelajari sejarah bangsa Cina di Indonesia sendiri maka kita akan bisa memperoleh banyak hal untuk kemudian dikaji lebih jauh.
Bab III.1. Sejarah Cina Keturunan di Indonesia Sebagai sebuah negeri yang besar, negeri Cina adalah sebuah negeri yang telah memiliki sejarah perdagangan yang sangat panjang. Dimulai dari jalan sutera yang membentang dari Xi An sampai ke Timur Tengah hingga kemudian ekspedisi Cheng Ho, yang kabarnya menjelajahi dunia pada 1421, hingga kemudian banyak dari pedagang-penjelajah tersebut yang tinggal sementara ataupun menetap di berbagai pulau yang ditemui. Pertanyaan yang muncul adalah kenapa Cina, yang pada masa dinasti seharusnya tidak memiliki banyak pedagang, memiliki banyak sekali koloni-koloni di luar negeri, khususnya di Asia Pasifik? Bangsa Cina tumbuh seiring dengan ajaran Konfusianisme sejak zaman akhir Zhou. Dalam ajaran tersebut, masyarakat dibagi menjadi 4 golongan dengan golongan pedagang (shi, nong, gong, shang) pada golongan terendah. Akan tetapi, perlu diingat bahwa daratan Cina sangat luas, sedangkan pusat dari peradaban filsafat dan pemerintahan berada pada lembah sungai Kuning di utara. Daerah selatan sendiri sejak lama sangat sulit untuk dikontrol oleh pemerintahan Cina (kecuali pada dinasti Song selatan yang beribukota di selatan). Di sanalah banyak sekali pedagang jalur laut dan pelarian, baik kriminil maupun politik, yang kemudian melarikan diri ke berbagai tempat di luar Cina seperti Taiwan, Amerika
Penggabungan aspek..., Andre31 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
ataupun ke Asia Tenggara. Kedatangan mereka belum tentu sebagai pedagang, tapi bahkan banyak juga yang merupakan buruh.30 Menurut catatan, pada masa kerajaan Sriwijaya, pedagang Cina telah menjadi pesaing dari pedagang pribumi. 31 Mereka kemudian berintegrasi dan berasimilasi dengan penduduk setempat, atau mengadakan perkawinan dengan perempuan setempat. Perdagangan etnis Cina terus berkembang hingga kemudian datanglah orang Eropa ke Indonesia dengan tujuan berdagang. Pada perkembangan selanjutnya, pedagang etnis Cina menjadi pedagang perantara bagi orang Eropa yang memiliki uang dengan orang pribumi pedesaan Indonesia yang memiliki rempah-rempah yang dicari. Keadaan ini pada dasarnya merupakan hal yang lumrah karena orang Eropa tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan langsung dengan petani pribumi, sehingga mereka mencari rekanan, yang didapatkan pada diri pedagang Cina. Dengan kata lain, sistem sosial yang terbentuk pada masa itu bukanlah ciptaan Eropa seperti yang banyak disebutkan, melainkan terbentuk secara alamiah sesuai dengan kelebihan dan atas dasar saling menguntungkan satu sama lain. Dengan cara ini, pedagang Cina bisa memperoleh keuntungan, tapi keuntungan besar baru didapatkan setelah masa kolonial Belanda di Indonesia dimulai.32 Pada masa itu, keuntungan bukan lagi didapatkan dengan sekedar menjadi pedagang perantara antara orang Eropa dan pribumi, tapi keuntungan terbesar didapatkan dari hak monopoli dan hak pemungutan pajak. Hak monopoli biasanya diberikan pada kapiten (semacam pemimpin masyarakat) Cina di kampung Cina yang bersangkutan. Berbagai hak monopoli diberikan pada pedagang Cina dan memberikan keuntungan besar, misalnya yang paling menguntungkan adalah hak monopoli atas candu dan hak pemungutan pajak. Di antara pengusaha pedagang Cina pada masa itu yang paling menonjol adalah Oei Tiong Ham, yang kemudian menjadi pengusaha berkelas multinasional pertama di Asia Tenggara. Usaha yang dimilikinya berdiri di bawah bendera Oei Tiong Ham Konzern / Concern (OTHC) yang memiliki cabang di Singapura,
30
Ong Hok Ham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina. (Komunitas Bambu: Jakarta. 2008) hlm 19 31 Soekisman. Op. cit. 32 Op. cit. Ong. disarikan dari berbagai bab.
Penggabungan aspek..., Andre32 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Malaysia hingga ke Eropa dan Amerika Serikat dan terus berdiri hingga dinasionalisasi oleh Orde Lama. Usaha yang dimilikinya berkembang sejak dia mendapat hak monopoli untuk perdagangan dan produksi gula dari VOC. Pada saat harga gula sedang rendah-rendahnya di pasar dunia, dia membeli hak pengusahaan gula dan memonopoli produksi dan distribusi gula di Jawa. Dengan koneksinya yang luas di luar negeri dia berhasil mengekspor gula ke berbagai negara, bahkan sampai ke Inggris. Akhirnya pada saat harga gula kembali normal, Oei yang telah menguasai jagat ”pergulaan” berhasil mendapatkan keuntungan yang sangat besar, hingga ia kemudian bisa membeli hak penjualan candu dari keluarga kelas atas Cina pada masa itu dan memperoleh keuntungn yang lebih besar lagi. Dilaporkan keuntungan bersih yang berhasil diraihnya pada periode 1880-an hingga 1904 (saat semua hak penjualan candu diambil alih oleh regie Belanda) mencapai angka 18 juta gulden. Bisa dibilang juga bahwa Oei ini merupakan kapitalis Cina pertama yang menggunakan sistem manajemen profesional dan tidak mengandalkan pada keluarga. Oei mempekerjakan banyak teknisi dan orang Eropa dalam usahanya dan juga berpandangan sangat terbuka dalam bersikap. Ia juga tidak mengandalkan kedekatan dengan pejabat dan bahkan berkesan menjauhkan diri dari politik, baik Hindia Belanda maupun politik negeri Cina sendiri.33 Dengan sikap yang profesional dan keluasan jaringannya, Oei Tiong Ham telah berhasil membuka sebuah perusahaan multinasional yang sangat besar dan beromset jutaan. Keberhasilan ini bukan berarti menunjukkan keunggulan dari sistem manajemen profesional dari sistem yang mengandalkan guanxi, namun justru menunjukkan bukti empiris dari anggapan bahwa perusahaan yang berskala besar tidak bisa lagi diurus dengan mengandalkan guanxi belaka. Oei Tiong Ham sendiri bukan berarti tidak menggunakan guanxi sama sekali. Keluasan jaringan yang dimilikinya dimulai dari pergaulannya yang sangat luas dengan berbagai pihak. Dimulai dari perkenalan dan pergaulannya dengan berbagai orang dari berbagai penjuru dunia inilah kemudian usahanya bisa berkembang sedemikian rupa. Dengan kata lain, perkembangan bisnis yang 33
Ibid hal 76 – 85
Penggabungan aspek..., Andre33 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
dilakukan oleh Oei Tiong Ham merupakan gabungan dari dua sistem bisnis yang saling melengkapi, guanxi dengan jaringannya yang luas serta penggunaan manajemen profesional untuk menutupi kekurangan guanxi di bidang sumber daya profesional yang kompeten dan mumpuni untuk menjalankan bisnis berskala besar. ini juga yang dilakukan oleh Liem yang akan dibahas sebentar lagi. Mari kita tinggalkan Oei dan beranjak kembali ke alur sejarah etnis Cina di Indonesia. Setelah melewati masa keemasan pergaulan dengan pemerintah Hindia Belanda, kembali etnis Cina mengalami masalah dengan pencabutan hakhak tersebut, ditambah lagi dengan pembatasan gerak dengan passenstelsel dan wijkenstelsel (sistem pas jalan dan perkampungan) 34 , serta pembunuhan besarbesaran pada 1740. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya hubungan kedua pihak tidaklah selalu mesra. Pada masa Orde Lama, kedudukan etnis Cina cukup kuat, apalagi dalam kabinet Soekarno pasca 1950-an ada cukup banyak etnis Cina yang menjadi menteri35. Pemerintah sendiri cukup mendorong peran dari pengusaha etnis Cina untuk berkembang, walaupun dengan memaksa mereka untuk menjadi partner pribumi dalam program Ali-Baba. Sayangnya kemudian pemerintahan Soekarno memilih sistem ekonomi yang bersifat komando sehingga kemudian usaha swasta tidak berkembang, bahkan banyak yang runtuh, termasuk OTHC yang dituduh melakukan berbagai penyimpangan. Masih banyak juga berbagai perusahaan lain yang diiliki dan dimotori oleh pengusaha etnis Cina di Indonesia. Dengan sistem masyarakat yang diterapkan pada masa kolonial dan juga Orde Baru, ditambah dengan sifat dan sikap dari kebanyakan imigran Cina dan keturunannya, bisnis etnis Cina di Indonesia bisa berkembang menjadi sebuah komponen penting dalam perekonomian di tanah air pada masa itu, dan terus hingga masa kini. Akan tetapi, contoh dari seorang Oei Tiong Ham diharapkan akan cukup untuk menjadi sebuah contoh dari pengusaha etnis Cina sebelum Liem yang mengembangkan sebuah manajemen yang profesional dan berjaringan luas. Dengan melihat pada bisnis OTHC, kita bisa melihat bahwa bisnis besar yang berkapasitas internasional akan sangat sulit untuk bersaing di dunia 34 35
Ibid hal 13 Ibid hlm 86-87
Penggabungan aspek..., Andre34 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
internasional bila hanya mengandalkan keluarga. Walaupun tidak disebutkan mengenai penggunaan guanxi pada bisnis OTHC, namun penulis yakin bahwa Oei sendiri juga menggunakan guanxi dalam pengembangan bisnisnya, walaupun tidak dijelaskan oleh Ong mengenai hal tersebut dalam tulisan-tulisannya yang diteliti oleh penulis. Pada masa Orde Baru (Orba)-lah pengusaha etnis Cina menjadi apa yang disebut menjadi apa yang disebut Thomas Liem Tjoe sebagai ”kuda beban yang menarik kereta Orde Baru” (Tjoe, 2007: 32). Ini dilakukan dengan memberi berbagai kemudahan pada pengusaha konglomerasi etnis Cina atas berbagai kontrak dan hak monopoli. Pada dasarnya pola pengembangan bisnis yang dilakukan agak mirip dengan masa kolonial. Hanya saja, bila pada masa kolonial pengawasan diperketat dan pergerakan sulit, maka di masa Orba pergerakan dan bantuan datang terus asalkan pengusaha mau ”mendekatkan” diri pada penguasa. Pada kondisi seperti inilah guanxi ”teman tidur” yang dikatakan Seagrave (Seagrave. 2006: 201) menjadi nyata. Pada masa Orde Lama dan Orba inilah Liem Sioe Liong memulai sepak terjangnya untuk menjadi multimiliuner dan salah satu manusia terkaya di dunia.
III.2. Sejarah Grup Liem Bicara Grup Liem maka kita akan bicara mengenai Liem Sioe Liong alias Soedono Liem. Tanpa dirinya, marga Liem mungkin Cuma akan menjadi pengusaha kretek di Kudus yang berskala biasa saja. Maka penting bagi kita untuk melihat: siapakah Liem Sioe Liong? Liem Sioe Liong adalah putra asli Cina. Dia lahir di Haikou pada akhir musim panas 1918. Tak lama setelah ia bersekolah, ayahnya meninggal dunia dan membuat tanah keluarga mereka diwariskan kepada Liem Sioe Hie, kakak tertuanya. Namun, ternyata kakanya tidak tertarik untuk menjadi petani dan kemudian bermigrasi ke Selatan hingga ke Jawa. Kira-kira pada tahun 1938 Liem Sioe Liong mengikuti abangnya dan pindah mengikuti Sioe Hie ke Kudus dan kemudian bergabung dengan Futching Hui (semacam perkumpulan orang-orang Futching di Kudus), di mana sebelumnya telah bergabung Liem Kiem Tjai alias
Penggabungan aspek..., Andre35 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Liem Mo Sing (pamannya), Liem Ban Hing (paman misannya) dan Liem Sioe Hie (kakaknya).36 Karir bisnisnya bermula sebagai tukang kredit di daerah Kudus bersama dengan Tan Ho Tjung, salah satu rekanan yang juga teman baiknya karena samasama berasal dari Futching. Usahanya ini berakhir saat pendudukan Jepng dengan dilarangnya usaha kredit (mindring). Atas hal ini, Sioe Liong mengalami kerugian besar, mungkin yang terbesar dalam karir bisnisnya. Akan tetapi pada masa sulit inilah dia bertemu dengan pujaan hatinya, Lie Las Nio yang kemudian dinikahinya.37 Pada masa awal kemerdekaan, arus mulai berubah ke arah Soe Liong. Ini bermula dari kedatangan tamu ”penting” untuk disembunyikan dari pihak Belanda ke Chung Hua Tsung Hui (中 华 总 会). Tamu ini, yang ternyata adalah Hassan Din ayah Fatmawati dan mertua Bung Karno, kemudian dipercayakan kepada Liem Sioe Liong. Inilah salah satu guanxi yang berhasil dibangun antara Liem Sioe Liong dengan penguasa, khususnya Orde Lama. Berkat keberhasilannya menyembunyikan Hassan Din, pada masa itu, Liem berhasil memperoleh pesanan untuk memenuhi kebutuhan tentara, baik logistik, sandang maupun (rumornya) senjata.38 Selain memasok tentara, Liem sioe Liong juga berhasil mendatangkan bahan baku utama industri unggulan Kudus, rokok. Pada masa itu, impor cengkeh masih mengalami masalah, terutama untuk daerah Kudus yang belum diduduki Belanda. Di sinilah Sioe Liong masuk untuk mengisi kekurangan cengkeh dengan jalan mengimpornya dari Singapura. Berkat hubungan yang luas dengan tentara dan bantuan modal dari rekan-rekannya, impor cengkeh dari Madagaskar dan Zanzibar ini berhasil mendatangkan keuntungan besar bagi Sioe Liong. Pada masa ini pulalah Liem Sioe Liong berkenalan dengan orang yang membuka berbagai jalan baginya, Letkol Soeharto, yang kemudian menjadi presiden kedua Indonesia. Kebutuhan logistik Divsi Diponegoro sebagian 36
Ini membuktikan guanxi dengan tong yang sebelumnya diangkat. Orang dengan tongcun (kampung halaman yang sama) dari Futching menggabungkan diri dalam Futching Hui. Lihat Ersa Siregar, Liem Sioe Liong dari Futching ke Mancanegara. (Pustaka Merdeka: Jakarta. 1989) hlm 3 - 14 37 Ibid. hlm 15 – 19 38 Ibid hlm 23 - 26
Penggabungan aspek..., Andre36 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
dipenuhi oleh Sioe Liong dan dari situ jugalah tumbuh hubungan baik antara Sioe Liong dan Letkol Soeharto, yang menjadi salah satu topik utama skripsi ini.39 Pada masa Orde Lama, bisnis dari grup Liem mulai berkembang. Selain memasok untuk Divisi Diponegoro dan mengimpor cengkeh, Liem juga mengimpor pakaian murah dari Shanghai. Usaha ini kemudian berkembang menjadi pabrik PT Muliatex yang didirikannya bersama dengan pengusaha tekstil dari Shanghai tersebut. Selain perusahaan tersebut, Liem juga bergerak dalam pembuatan ban sepeda (PT Indara Mas), pabrik paku (PT Indara Kencana), pembuatan baju (PT Indara Makmur dan PT Setiawan), dan sebuah pabrik sabun. Liem juga mengelola tambang timah dengan nama Indako Ltd, serta bekerja sama dengan pihak Australia.40 Salah satu embrio usaha terbesar Liem Sioe Liong yang didirikan pada masa Orde Lama adalah Bank Central Asia (BCA) yang didirikannya pada 1956. Bermula dari berdirinya Bank Windu Kentjana pada 1954. Usaha pada bidang perbankan ini tidak berkembang hingga pada 1957 berdirilah bank kedua Liem, NV Bank Asia pada 12 Oktober 1956. Nama ini kemudian berubah menjadi Central Bank Asia pada 13 Februari 1957 dan Bank Central Asia pada 1960.41 Di masa Orde Lama ini jugalah Liem mulai berkolaborasi dengan sejawat Kudus – Futching-nya, Djuhar Sutanto (Liem Oen Kian) yang akhirnya menjadi mitra utama Liem dalam berbagai jenis usaha.42 Pondasi kokoh di masa Orde Lama ini mulai bersinar terang pada Orba. Naiknya Soeharto, yang sebelumnya sudah dekat dengan Liem, sebagai presiden membawa kesempatan besar bagi Liem. Di sini, guanxi yang sebelumnya sudah terbentuk antara kedua orang berkat hubungan yang lama selama di Kudus dengan Divisi Diponegoro membuat Liem menjadi orang yang dipercaya oleh Soeharto untuk menjalankan kebijakan ekonomi selama Orba. Monopoli pertama yang diberikan adalah cengkeh (kepada PT Mega) berdua dengan PT Mercu Buana milik Probosutedjo pada 1968. dengan ini maka Liem menguasai jagad per-”cengkeh”-an karena hanya ada satu saingannya yaitu
39
Ibid hlm 27 – 32 Ibid hlm 38 41 Soetriyono. Op. cit. hlm 44 – 45 42 Siregar. Op. cit. hlm 39 40
Penggabungan aspek..., Andre37 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Probosutedjo. Kiprahnya diteruskan dengan mendirikan PT. Bogasari Flour Mills, yang diberikan monopoli untuk pemasaran di wilayah barat Indonesia, sementara untuk bagian timur monopoli diberikan pada PT. Prima dari Singapura. Selain itu, Liem juga mendirikan PT Waringin yang berkedudukan di Singapura, yang bergerak dalam bidang perdagangan dan keuangan, yang waktu itu menjadi perusahaan terbesar di Asia Tenggara yang melakukan aktivitas dalam perbankan, perkapalan ekspor-impor dan lain-lain.43 Di tahun tujuh puluhan, dengan bertumpu pada tiga usaha di atas, Liem mendirikan lagi dua buah usaha yang berkelas dunia yaitu PT Indonesia Distinct Cement (Indocement) dan perbaikan pada BCA dengan bantuan dari Mochtar Riady (Lie Wen Tjen). Berkat bantuan dari Mochtar Riady, BCA berhasil menjadi bank kesembilan terbesar pada akhir 1980-an. Dengan lima jenis usaha itu, Liem Sioe Liong mendapat julukan ”Lima Raja” (raja cengkeh, raja terigu, raja dagang, raja semen dan raja uang). Lima bidang usaha ini telah dimilikinya sejak tahun 1970-an.44 Liem Sioe Liong juga mendirikan berbagai perusahaan lain seperti pabrik tekstil PT Purbaya dan PT Tarumatex di Bandung. Di bidang real estate, Liem membangun Pakuwon (Jakarta Barat) dan Pondok Indah (Jakarta Selatan). Kawasan Pakuwon dibangunnya bersama guanxi-nya dari Kudus Tan Loa Moy, sementara Pondok Indah dibangunnya bersama dengan Ir. Ciputra. Liem Sioe Liong juga melakukan perakitan mobil Volvo dan juga mendirikan Hotel Mandarin dan night club Blue Ocean.45 Pada akhir 70-an dan awal 80-an, Liem kelihatan sedikit mengendorkan gebrakan-gebrakannya dengan hanya melakukan beberapa perluasan, misalnya PT Indohero dan PT Indomobil Utama yang merakit motor dan mobil Suzuki. Pada masa itu juga Lie mendirikan pabrik Sari Mie untuk menyambut kesempatan kekurangan produksi beras. Selain itu, Liem juga mendirikan night club The Palace, berseberangan dengan Blue Ocean, bersama dengan Tan Tju Hin (Hendra Raharja).46
43
Ibid hlm 43 Ibid hlm 46 45 Ibid hlm 44 – 45 46 Ibid hlm 47 44
Penggabungan aspek..., Andre38 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Yang perlu diperhatikan adalah hubungan kerjasama yang erat antara The Gang of Four (Liem, Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad). Mereka berempat mulai berkongsi pada 1969 pada pendirian CV Waringin Kentjana, dan diteruskan dengan pendirian PT Bogasari hingga kemudian pembanguna Pondok Indah dan BSD. 47 Ini menjadi bukti dari sebuah guanxi yang terbentuk karena kerjasama, yang akan dibahas kemudian pada Bab IV. Tentu saja bukan hingga di sini saja perkembangan bisnis dari Liem dan grupnya. Perkembangan bisnis mereka terus membesar hingga kemudian menginvasi mancanegara, hingga kini pada 2008 Liem dinobatkan menjadi orang terkaya keempat menurut Globe Asia edisi Juni 2008 dengan kekayaan US$ 3,04 miliar setelah tahun 2007 berada pada posisi yang sama dengan kekayaan US$ 2,8 miliar.48 Dari sini saja bisa dilihat bahwa bisnis Liem adalah kerajaan bisnis yang raksasa, dan salah satu dari ujung tombak bisnisnya, BCA, akan dibahas.
III.3. Bank Central Asia (BCA) BCA pada saat ini kita kenal sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di Asia Tenggara. Kiprah kebesaran BCA tidak bisa dilepaskan dari sepak terjang dua orang yang menjadi “induk” dari BCA, Liem Sioe Liong dan Mochtar Riady. Yang perlu diperhatikan, seperti disebutkan di atas, adalah ke-“tidak kenal”-an Liem Sioe Liong dan Mochtar Riady sebelumnya. Bisnis etnis Cina yang biasanya mengandalkan pada keluarga ternyata dipatahkan stigmanya dengan kerjasama dua orang ini. Walaupun sama-sama orang bisnis dan juga sama-sama etnis Cina, kedua orang ini tidak memiliki hubungan sebelumnya dan juga tidak memiliki tong tertentu. Ini tentu menjadi sebuah warna tersendiri dan membuka paradigma, bahwa gabungan dari manajemen guanxi dengan profesionalisme gaya Barat ternyata berhasil dengan cukup baik. Bermula dari pendirian dari Bank Windu Kentjana (BWK) pada 1954. bank pertama yang didirikan oleh Liem Sioe Liong untuk memberikan dukungan finansial bagi gerakan grupnya ini ternyata berjalan dengan kurang baik. 47
DEEJE, dkk. 10 Orang Terkaya Indonesia 2008. (Pustaka Timur: Yogyakarta, 2008) hlm 61 – 63 48 Ibid. Hlm 56
Penggabungan aspek..., Andre39 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Pertumbuhan BWK tidak berjalan dengan baik dan menjadi salah satu dari proyek gagal dari grup Liem. Mengingat pengaruh, jaringan dan kapitak dari grup Liem pada saat itu, maka kemungkinan pengalamanlah yang menjadi pengganjal utama perkembangan BWK. Namun, bagi sebuah grup yang berkembang pesat pada saat itu, perbankan merupakan sebuah dunia usaha yang harus dijalankan untuk maju. Kemampuan bank untuk menghimpun dana publik dan membiayai pengembangan usaha grup dari sana menjadi penyebab utama hal itu. Bagaimanapun besarnya modal grup Liem, pasti ada batasan di dalamnya. Untuk mengatasi itulah maka perbankan harus digeluti. Tak puas dengan kinerja BWK, pada 1956 Liem membuat banknya yang kedua, NV Bank Asia. Nama ini kemudian berganti menjadi Central Bank Asia dan kemudian Bank Central Asia pada 1960. bagaimanapun, usaha kedua ini juga masih belum membuahkan hasil. Kemungkinan pada masa itu manajemen dan direksi dari Bank itu masih dipegang oleh orang-orang kepercayaan Liem. Ini bisa dilihat dari komentarnya pada Fikri Jufri dari Tempo pada 1984,“Mencari partner yang baik, gampang. Tapi, mencari orang yang bisa melakukannya dengan baik, jelas lebih sulit”.49 Pertemuan “takdir” yang melambungkan BCA justru terjadi baru pada 1974. dalam sebuah perjalanan dengan pesawat menuju Hongkong, dia bertemu dengan “The Magic Man of Bank Marketing”, Mochtar Riady alias Lie Mo Sing, seorang peranakan50 Malang, yang saat itu baru saja mundur dari jabatannya di Panin Bank, bank swasta terbesar di Indonesia pada saat itu. Mochtar Riady lahir di Malang tahun 1929. Ketika perang kemerdekaan, dia turut berjuang di Jawa Timur. Dia pernah ditangkap Belanda dan ditahan di penjara Lowokwaru, Malang karena menolak pembentukan Negara Indonesia Timur. Dia kemudian dibuang ke Cina dan sempat belajar filsafat di Universitas Nanking (Nanjing). Pada akhirnya ia bisa kembali ke Indonesia lewat Hongkong. 49
Dikutip dari Soetriyono. 1989: hlm 45 Istilah ini digunakan untuk menyebut etnis Cina yang lahir di Indonesia (atau tepatnya Jawa, menurut Ong Hok Ham). Sebutan untuk orang Cina kelahiran RRC yang kemudian bermigrasi ke Indonesia adalah totok atau singke (新客). Mochtar Riady adalah peranakan karena dilahirkan di Malang, sementara Liem Sioe Liong adalah totok karena kelahiran Futching dan kemudian bermigrasi ke Indonesia. 50
Penggabungan aspek..., Andre40 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Sebelum di Panin, Mochtar pernah juga bersama dengan Bank Buana serta Bank Kemakmuran. Dia memiliki peran besar dalam memajukan bank-bank tersebut, misalnya Panin yang menjadi bank swasta terkemuka setelah ditanganinya selama empat tahun (1971 – 1974). Akhirnya terciptalah kesepakatan di pesawat itu antara Liem dan Mochtar, dengan perjanjian pemilikan saham sebesar 17,5%. Salah satu pertimbangan Mochtar bergabung dengan BCA sebenarnya juga berkat perselisihan dengan pemegang saham lainnya yang masih berkerabat dengannya, Mu’min Ali Gunawan (Lie Mo Ming) dan Gunadi Gunawan (Lie Mo Kwang).51 Politik intern di Panin membuat Mochtar sulit untuk mengembangkan profesionalismenya dan membuatnya tidak betah. Di sinilah kemudian dibuat perjanjian yang ketat dengan Liem, yang tidak memiliki hubungan keluarga dan guanxi apapun dengan Mochtar. Selain saham 17,5% dan gaji yang tinggi, Mochtar meminta manajemen BCA tak terikat dengan ekspansi bisnis Liem dan bebas untuk berkembang dan berdiversifikasi selama Mochtar dan dewan yang dikepalai Liem menilainya dengan baik. BCA juga bebas untuk bekerja sama dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh Liem. 52 Dengan kata lain, manajemen dari BCA merupakan kreativitas dari Mochtar dan bahkan dia bisa menolak untuk memberikan bantuan kredit bagi ekspansi Liem bila dirasa kerja sama yang diajukan kurang baik. Dengan sistem ini bisa kita lihat hubungan yang profesional dibentuk oleh kedua belah pihak (Liem sebagai pemilik dan Mochtar sebagai manajemen). Pemisahan dari dua aspek dalam perusahaan ini adalah salah satu hal yang harus dipenuhi
oleh
perusahaan
dengan
manajemen
profesional.
Sejak
awal
kelihatannya Mochtar memang sudah berniat untuk membentuk sebuah manajemen yang bersifat profesional, dengan kata lain Mochtar mencoba meninggalkan manajemen keluarga yang rawan konflik dengan manajemen Barat yang lebih pragmatis. Ini bisa dilihat dari alasannya meninggalkan Panin Bank.
51
Bisa dilihat bahwa pengelolaan keluarga dengan mendasarkan pada guanxi bukan berarti bebas dari perselisihan. Justru banyak dari perusahaan keluarga yang mengalami perselisihan saat tidak ada sosok berpengaruh yang memegang (misalnya pendiri perusahaan meninggal). Lebih jelasnya lihat AB. Susanto: 2007 52 Soetriyono. Op.cit. Hlm 48
Penggabungan aspek..., Andre41 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Cara yang digunakan oleh Mochtar dalam mengembangkan BCA adalah dengan merebut pasar terlebih dahulu. Dengan kekuatan modal dari Liem yang besar, BCA membuka cabang di mana-mana. Cara ini memerlukan dana modal yang besar yang saat itu mungkin hanya bisa disediakan oleh Liem. Cara pengembangan ini juga tidak memungkinkan untuk menggunakan cara-cara guanxi. Pada Maret 1975 (saat Mochtar masuk), BCA hanya memiliki dua kantor cabang. Namun pada Agustus 1988 telah mencapai 49 yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Pada tahun tersebut dan tahun 1989, BCA membuka kembali 20 cabang baru untuk mencakup retail banking yang menjadi sasarannya. Nilai aset BCA juga meningkat dari Rp 12,8 milyar hingga menjadi Rp 1,542,1 trilyun, dengan jumlah investasi yang dikeluarkan oleh Liem sebesar Rp 5,25 trilyun pada 1987. nilai aset ini hampir dua kali lipat dari bank swasta terbesar kedua di Indonesia pada saat itu, Bank Niaga, yang berjumlah Rp 785,7 milyar. Bisa kita lihat sebesar apa BCA dengan penggunaan manajemen yang profesional. Namun tidak bisa juga kita nafikan peran dari penggunaan guanxi dalam perkembangan Liem dan BCA. Perpaduan dari kedua sistem yang ada dalam BCA. Di bab berikutnya kita akan melihat dan menganalisa guanxi seperti apa dan profesionalisme seperti apa yang digunakan oleh Liem dalam pengembangan bisnisnya.
Penggabungan aspek..., Andre42 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Bab IV. Pergeseran Sistem dalam Grup Liem
Setelah kita melihat dan mempelajari dengan lebih jauh mengenai kegiatan grup Liem, maka kita bisa melihat bahwa Liem menggunakan dua pendekatan manajemen yang disebut di atas, guanxi dan profesional. Namun sejauh apa penggunaan dari kedua sistem itu dalam keseharian kegiatan Liem akan kita bahas lebih jauh dalam bab ini. Pembahasan akan dimulai dari penggunaan guanxi dalam kegiatan bisnis grup Liem.
IV.1. Penerapan guanxi dalam grup Liem Bisa dilihat bahwa, sama dengan pengusaha berlatar belakang etnis Cina lainnya, Liem juga menggunakan pendekatan yang berbasis guanxi dalam bisnis mereka. Sesuai dengan Konfusianisme yang membasiskan masyarakat dalam unit keluarga, maka bisnis Liem juga berkembang dengan menjadikan keluarga sebagai awalan. Perjalanan bisnis bagi Liem sudah dimulai saat ia pertama kali menginjakkan kakinya di Kudus, untuk mengikuti kakaknya yang telah lebih dulu bermigrasi ke sana. Secara umum, hijrah Liem ke Kudus dari Futching (Fujian) terdiri dari dua faktor, yaitu faktor pendorong (kesulitan ekonomi keluarganya dan cerita dari negeri seberang / Indonesia) dan faktor penarik (adanya kerabatnya di Kudus). Dengan adanya keluarga, maka Liem telah memiliki jalur guanxi yang jelas dan kuat, apalagi dengan adanya Futching Hui yang memiliki ”tong” dengan dirinya (sama-sama dari Futching). Apalagi bila yang dikatakan oleh Seagrave benar, bahwa klan Liem-nya adalah salah satu dari keluarga Cina yang terkaya di Semarang. Kabarnya klan ini rutin bertemu setiap tahun di kuil besar keluarga Liem yang dibangun pada
Penggabungan aspek..., Andre43 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
1881.53 bila ini terbukti, maka dengan nama klan Liem saja, ia memiliki modal yang sangat besar dalam berbagai usahanya hanya dengan marga itu saja. Guanxi pertama dalam kehidupan bisnis Liem adalah dengan keluarganya. Usaha pertama yang digelutinya tidak lepas dari bantuan pamannya dan kakaknya yang telah lebih dulu berada di Kudus. Dengan pondasi ekonomi yang telah dibangun oleh mereka berdua, Liem Sioe Liong memiliki batu pijakan untuk memulai usahanya. Hubungan guanxi dalam keluarga ini ternyata juga diteruskannya dalam berbagai usahanya kelak. Hubungan guanxi, seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, dibangun dengan dasar kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari semua pihak yang berada dalam guanxi, niscaya hubungan guanxi yang baik akan bisa tercipta. Dalam kasus yang pertama ini, xinyong yang dimiliki adalah berdasarkan pada keluarga dan marga. Ikatan ini adalah yang paling mendasar dan paling mudah untuk dibina. Bahkan di negara lain ada banyak juga perusahaan yang bermula dari keluarga. Di negeri Amerika Serikat yang berdasarkan pada profesionalitas saja, dikatakan bahwa perusahaan milik keluarga menyumbang hingga 40% dari GNP atau 59% dari GDP-nya.54 Guanxi seperti ini merupakan jenis hubungan yang paling mendasar dan oleh karena itu bukan merupakan monopoli dari bangsa Cina semata. Di banyak negara lain, bisnis yang mendasarkan diri pada keluarga banyak ditemui. Dengan kata lain, nilai-nilai yang mendasarkan pada keluarga merupakan nilai yang universal, namun apakah ada yang di institusikan ke dalam sebuah institusi ideologis seperti yang dilakukan dalam Konfusianisme? Guanxi kedua yang dimilikinya adalah dengan teman-temannya. Ini bisa dilihat dari The Gang of Four yang beraksi bersamanya dalam membangun berbagai
perusahaan
seperti
CV
waringin
Kentjana,
Bogasari
hingga
pembangunan BSD. Hubungan guanxi antara mereka berempat bisa jadi terbentuk karena kerja sama yang lama dijalin. Selain itu juga sopir pribadinya yang telah puluhan tahun mengabdi padanya, terutama setelah insiden kecelakaan taksi yang
53
Seagrave, Op. Cit. Hlm 204. sayangnya data ini tidak memiliki pendukung dala berbagai pustaka dan berita yang penulis baca. Memang sekedar spekulasi, tapi cukup menarik untuk ditelusuri lebih jauh apabila ada bukti kebenarannya. 54 Susanto, AB. Op. cit. Hlm 3
Penggabungan aspek..., Andre44 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
memberinya ilham untuk nama Anthony Salim (Liem Fung Seng). Walaupun tidak ikut dalam rencana dan pengembangan bisnis Liem dalam jajaran direksi ataupun manajerial, tapi tidak bisa dibantah lagi hubungan antara kedua orang ini. Bentuk guanxi yang kedua ini juga cukup mudah untuk ditemukan. Antara pihak-pihak yang bekerja sama belum tentu memiliki kesamaan (tong) sehingga guanxi ini bisa dibedakan dengan bentuk ketiga nanti. Walaupun mudah ditemukan, bukan berarti guanxi ini mudah untuk dibuat. Mungkin malah guanxi inilah yang paling sulit untuk dibentuk, karena guanxi ini tidak memiliki dasar. Berdasarkan hubungan yang dibentuk sekian lama, baik dalam bentuk persahabatan ataupun kerja sama, bahkan seringkali ditemukan toko yang memberi harga khusus karena sang pembeli adalah langganan di toko itu. Ini juga sebuah bentuk dari guanxi jenis kedua ini. Xinyong yang muncul di sini adalah guanxi yang muncul atas dasar waktu, dan bukan berdasarkan pada hal lainnya. Hubungan antar teman juga adalah hubungan yang biasa. Dalam Konfusianisme, hubungan ini muncul sebagai jenis hubungan wu lun yang kelima. Berbeda dalam keempat hubungan yang lain yang bersifat vertikal (ada tingkatan atas-bawah), hubungan kelima ini bersifat horizontal dan antara pihak-pihak yang terlibat berada pada status yang sama. Oleh karena itu, hubungan ini merupakan jenis hubungan yang paling rawan konflik karena minimnya rasa hormat antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Maka dari itu, jenis hubungan bisnis yang seperti ini, membutuhkan kepercayaan yang sangat mendalam dari semua pihak. Untuk menjalin hubungan yang demikian tidak bisa dilakukan dengan waktu yang sedikit. Itulah sebabnya para pengusaha etnis Cina menjalin hubungan yang sangat lama atau membutuhkan latar belakang yang sama (guanxi ketiga) untuk bisa dipercaya. Mungkin di negara lain banyak juga bisnis yang dilakukan dengan bekerja sama dengan teman atau rekanan, namun biasanya dilengkapi juga dengan hukum yang menjamin perjanjian. Dengan kata lain, perjanjian itu didasarkan pada hukum dan bukan dasar saling percaya yang kuat. Guanxi yang ketiga adalah guanxi dengan rekan sesama Futching Hui. Bisa dibilang inilah awal mula dari bisnis yang dijalankan oleh sang taipan Liem Sioe Liong. Berbagai hal bermula dari perkumpulan ini, baik rekan bisnis,
Penggabungan aspek..., Andre45 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
bantuan modal hingga relasi yang akhirnya membawanya pada perkenalan dengan Hassan Din, mertua dari Soekarno. Dalam perkumpulan orang Cina perantauan yang sama-sama berasal dari Futching ini, guanxi yang terbentuk adalah pada tingkatan tong. Kesamaan kampung halaman membawa orang-orang yang tergabung di dalamnya ke dalam sebuah kelompok yang berjuang bersama. Mungkin kalau tidak ada Futching Hui, tidak akan ada Liem Sioe Liong sang taipan yang kita kenal sekarang ini. Guanxi ketiga ini jauh lebih mudah dibentuk, karena guanxi ini dibentuk atas dasar kesamaan. Pada dasarnya keadaan dan juga peraturan pemerintah Hindia Belanda yang mengumpulkan para penduduk etnis Cina menjadi satu dalam satu kampung Cina memberikan peran besar dalam keterikatan ini. Penduduk keturunan Cina menjadi harus bekerja sama dengan sesamanya dan sudah sewajarnya mencari orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Namun, walaupun mudah untuk dianggap pantas memiliki guanxi tetap tidak mudah, karena biasanya perkumpulan semacam ini memiliki peraturan yang ketat di dalamnya dan juga tidak mudah untuk menerima orang baru kecuali mendapat pengantar dari orang lain di dalam. Bisa dibilang bahwa bangsa Cina merupakan salah satu yang memiliki hubungan tong yang kuat. Sedikit banyak, hubungan ini bersinggungan dengan jenis guanxi yang kedua. Akan tetapi, hubungan berdasarkan tong ini lebih luas. Kedua pihak belum tentu mengenal satu sama lain, namun karena berasal dari satu entitas yang sama maka merka bisa saling bekerja sama. Sebagai ilustrasi, berapa orang di antara Futching Hui yang benar-benar dikenal oleh Liem Sioe Liong sebelumnya? Namun karena berasal dari entitas (kampung) yang sama, ditambah referensi dari paman dan kakaknya, maka bisa terjalin hubungan yang saling membantu dalam perkumpulan itu. Guanxi keempat adalah guanxi yang sangat berpengaruh besar dalam kehidupan bisnis Liem Sioe Liong, bahkan mungkin yang terbesar. Bila guanxi ketiga adalah dengan tongcun (berkampung sama), maka guanxi penting keempat yang terbentuk adalah dengan pemerintahan Republik Indonesia. Sedikitnya ada dua nama yang berperan sangat penting di sini dalam rangka memasukkan nama Liem ke dekat pemerintahan. Yang pertama adalah Hassan Din. Orang ini, seperti
Penggabungan aspek..., Andre46 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
disebut di atas, adalah mertua dari Soekarno dan merupakan orang penting yang menumpang bersembunyi di rumah Liem saat ia dikejar oleh Belanda yang mendompleng sekutu. Dari Hassan Din inilah ia memperoleh jalur untuk mendapatkan guanxi kedua yang paling penting dan menjadi guanxi paling penting dalam keberhasilannya sebagai seorang pebisnis. Jalur yang dimaksud adalah jalur dengan Kolonel soeharto yang menjabat di Pangdam V Diponegoro, Jawa Tengah. Liem berhasil menjalin hubungan yang baik dengan sang Kolonel, yang dengan cepat merambat naik dalam pangkat hingga akhirnya menjadi Presiden kedua Indonesia di masa Orde Baru, dan menjadi pelindung dari berbagai kegiatan Liem, Presiden Soeharto. Hubungan antara kedua individu ini mungkin berasal dari hubungan guanxi yang kedua, namun seiring dengan berjalannya waktu maka hubungan ini berkembang menjadi hubungan baru patron-klien dari kedua pihak. Bila ketiga guanxi sebelumnya muncul karena latar belakang, maka mungkin guanxi yang ini berbeda, karena ia muncul atas dasar kebutuhan. Seperti yang dikemukakan oleh Seagrave dan Thomas Liem Tjoe, hubungan antara Liem (mewakili pengusaha etnis Cina) dan Soeharto (mewakili pemerintahan/militer) adalah hubungan yang saling membutuhkan.55 Kedua pihak (pengusaha Cina dan pemerintahan militer) adalah dua pihak yang saling membutuhkan. Sebagai sebuah negeri yang dipenuhi oleh berbagai kekayaan, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam hal ekonomi, tapi pada masa itu, belum ada orang yang sanggup untuk menanganinya. Pengusaha pribumi pada masa itu belumlah banyak, dan kebanyakan juga tidak berkembang, yang sebagiannya merupakan akibat dari pola kehidupan masa Hindia Belanda yang meminggirkan potensi pribumi untuk menjadi pedagang dan pengusaha yang baik. Ini bisa diihat dari gagalnya berbagai proyek untuk mengawinkan pengusaha keturunan Cina dan pribumi yang dijalankan oleh pemerintahan Orde Lama. Melihat dari sana, maka tentu saja pilihan yang tersisa adalah untuk menggunakan dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh pengusaha Cina keturunan. Sebagai imbalannya, ekonomi Indonesia (dan juga ekonomi keluarga 55
Untuk lebih jelasnya lihat Thomas Liem Tjoe. Rahasia Sukses Bisnis Etnis Tionghoa di Indonesia (Medpress: Jakarta, 2007) dan Seagrave. 2006.
Penggabungan aspek..., Andre47 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
pemerintahan militer) akan menjadi maju. Sebagai buktinya bisa kita lihat dari berbagai keluarga jenderal yang menjadi kaya secara tidak masuk akal bila dilihat dari tingkat pendapatan yang dimilikinya. Untuk menjalankan sistem itu, maka konsesi, monopoli dan kemudahan diberikan kepada para pengusaha, terutama pengusaha etnis Cina.56 Dan kemudian dengan berbagai kemudahan itulah mereka kemudian menjadi penggerak utama ekonomi Indonesia, sekaligus juga membesarkan bisnis mereka sendiri hingga ke level internasional seperti yang ditunjukkan oleh Liem. Akan tetapi, seperti yang ditulis sebelumnya, bisnis yang besar akan sangat sulit untuk dijalankan oleh keluarga, oleh karena itu membutuhkan orangorang profesional di dalamnya. Grup Liem pun memasuki babakan baru bisnisnya dengan menarik berbagai profesional ke dalamnya, baik pada tingkat manajerial maupun direksi dan hingga tingkat kepemilikan. Di situlah kita akan beranjak ke analisis terhadap subjek kita, Bank Central Asia (BCA) yang telah mendunia.
IV.2. Perubahan sistem bisnis dalam grup Liem: BCA Bisa dikatakan, BCA merupakan salah satu dari kerajaan bisnis Liem yang terbesar dan juga paling mendunia. Kedudukannya sebagai sebuah institusi keuangan memang membuatnya memiliki daya gerak yang besar dibanding bisnis Liem lainnya. Pada tahun 1980-an akhir saja, BCA telah memiliki kantor di pusat bisnis Amerika, New York. Percepatan gerak BCA dimulai sejak masuknya seorang ”asing” ke dalam jajaran direksi BCA, Mochtar Riady alias Lie Mo Sing. Seperti yang disebutkan pada bab 3, Mochtar Riady bukanlah seorang yang dekat dengan Liem ataupun keluarga Liem. Dengan kata lain, dengan masuknya Mochtar maka sistem guanxi yang dijalankan oleh Liem menjadi berangsur hilang. Mochtar menjadi seorang asing yang ditarik secara profesional, dibayar dengan bayaran yang profesional dan mengelola BCA dengan cara-cara yang profesional pula.
56
Memang ada beberapa nama pengusaha pribumi yang muncul ke permukaan, misalnya keluarga Bakrie, atau Pak Haji Abdul Ghany Azis pemilik Firma Kiagoos Abdul Azis& Co. Namun jumlahnya kurang signifikan dan biasanya tidak bertahan terlalu lama, bahkan hampir semuanya runtuh pada generasi kedua
Penggabungan aspek..., Andre48 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Ada beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan untuk melihat transisi yang dilakukan oleh Liem dalam menjadikan bisnisnya menjadi sebuah jaringan bisnis yang profesional dan berjaringan luas. Yang pertama adalah penarikan orang di luar lingkungan grup Liem untuk masuk ke dalam jajaran direksi dan juga pemilik modal. Di antaranya ada Mochtar Riady, yang bukan merupakan orang Liem. Ini termasuk juga penarikan modal publik yang dilakukan kemudian dan juga masuknya nama bank-bank dan institusi keuangan asing ke dalam lingkaran BCA grup. Sayangnya, pembagian saham dari Bank BCA 57 masih belum mencerminkan kepemilikan publik. Kalaupun ada orang dari luar keluarga Liem di sana, namun mereka masih merupakan orang-orang dekat Liem sendiri, sehingga tidak bisa disebut sebagai profesionalitas, walaupun beberapa di antaranya merupakan orang-orang yang cukup kompeten dalam ekonomi. Ini berbeda dengan institusi keuangan milik Liem lainnya, Bank Windu Kentjana yang masih belum dikelola secara profesional sebelum kemudian bank ini ditarik untuk masuk ke dalam BCA Grup. Bisa dilihat transisi dari sistem guanxi ke dalam profesionalitas dengan melihat pada satu contoh yang mirip dengan kepemilikan yang sama dari kedua perusahaan tersebut. Walaupun masih ada juga orang-orang kepercayaan, namun penggunaan mereka masih dalam batas kewajaran. Posisi strategis bisa diserahkan pada orangorang yang berkompeten dengan menerapkan sistem POAC + C yang baik. Dengan kata lain, bisnis Liem bukan lagi pada tingkatan bisnis yang mengandalkan individu semata, melainkan mulai beranjak pada bisnis yang menekankan pada sistem. Walaupun siapapun yang berada dalam sistem tersebut, sistem itu yang akan mengawasi individu, sehingga tercipta sistem kerja yang baik, spesifik dan berkualitas tinggi dan tidak lagi tergantung pada individu.58 Walaupun peran sentral dari pemilik dan keluarganya juga masih sangat berpengaruh.
57
Perlu diperhatikan perbedaan antara Bank BCA dan BCA Grup. Bila didasarkan pada 4 kuadran yang dirumuskan oleh Robert T. Kiyosaki, maka sistem bisnis yang digunakan oleh Liem sudah berada pada kuadran kananbawah, entrepreneur. Pada kuadran kanan yang bekerja bukan lagi individu namun system. Siapapun individu yang ada di sana bukan lagi menjadi masalah karena system yang akan bekerja dengan menggunakan orang-orang tersebut. Untuk lebih jelas lihat Kiyosaki, Robert T. Cashflow Quadrant. 58
Penggabungan aspek..., Andre49 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
Poin kedua yang perlu diperhatikan adalah perubahan posisi BCA sendiri, dari sebuah institusi keuangan yang bertugas untuk mengumpulkan dana masyarakat untuk digunakan dalam pengembangan bisnis Liem menjadi sebuah entitas bisnis yang mandiri dan bahkan bisa melepaskan diri dari rencana Liem Sioe Liong sang pemilik. Hal ini bisa dilihat dari perjanjian sebelumnya antara Liem dan Mochtar untuk membuat BCA sebagai sebuah bank yang lepas dan dikelola secara profesional. Selain itu Mochtar sendiri memiliki otoritas untuk menolak rencana grup Liem bila dianggapnya hal itu kurang menguntungkan atau perjanjian yang dibuat kurang bagus.59 Dengan kata lain, bukan lagi guanxi yang menjadi dasar untuk bekerja dalam BCA, melainkan keputusan rasional yang berdasarkan pada keuntungan BCA sendiri, walaupun tidak bisa lepas sepenuhnya juga dari tangan Liem sebagai komisaris. Setidaknya, kemampuan BCA dan Mochtar untuk menolak keputusan dan permintaan Liem sebagai pemodal bisa dibilang sangat jauh beda dengan sistem guanxi dalam bisnis keluarga umum yang biasanya mendasarkan pengambilan keputusan pada tangan satu orang pendiri yang berkedudukan sangat kuat. Coba kita bandingkan dengan Bank Suma milik keluarga Soeryadjaya. Bank tersebut akhirnya dilikuidasi karena bangkrut. Salah satu penyebab bangkrutnya adalah karena penggunaan dana yang dikumpulkan oleh bank itu untuk membiayai kegiatan ekspansi bisnis yang dilakukan anaknya. Akhirnya karena likuidasi tersebut, saham William Soeryadjaya di Astra terpaksa dijual murah kepada Probosutedjo untuk menutupi ganti rugi pada nasabah. Dengan adanya sistem kontrol yang diterapkan dan penolakan yang bisa dilakukan oleh Mochtar, maka hal seperti ini akan bisa dihindari. Bila Mochtar menganggap bisnis yang dijalankan dan rencana yang diajukan oleh Liem kepada BCA kurang menguntungkan maka dia akan bisa menolaknya, dan apabila ada kegiatan ekspansi yang dilakukan dengan bantuan dana dari BCA yang kurang
59
Sayangnya, bagaimanapun keputusan sebuah perusahaan untuk menjalin kerja sama ataupun tidak merupakan keputusan internal perusahaan tersebut. Oleh karena itu, penulis tidak bisa memaparkan contoh kongkrit bisnis usulan Liem yang ditolak oleh Mochtar. Namun kesepakatan yang dibuat oleh Liem dan Mochtar, walaupun tidak tertulis, bisa digunakan untuk mengasumsikan kemungkinan Mochtar menolak usulan Liem
Penggabungan aspek..., Andre50 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
menguntungkan, maka BCA, di bawah komando Mochtar, akan bisa menghentikan pendanaan terhadap proyek tersebut. Sayangnya, pada masa itu, kontrol publik terhadap Bank BCA masih belum sempurna. Ini tidak lain karena Bank BCA masih merupakan bank yang dikuasai oleh golongan Liem dan rekanan dalam susunan kepemilikannya. Kalaupun ada ”orang luar” yang ada di dalam kepemilikan saham, maka orang itu adalah Mochtar sendiri. Dengan menjadi pemilik saham terbanyak pada angka 17%, maka Mochtar harusnya bisa cukup mengendalikan komando di BCA, terlebih karena dia adalah direktur utama, yang berarti mengendalikan keputusan harian dan hal-hal yang tidak masuk ke dalam RUPS. Di dalam kepemilikan saham bank BCA terdapat juga nama-nama dari Cendana, Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana) dan Sigit (Harjojudanto) 60 . Namanama
itu
kemungkinan
memang
diambil
bukan
dengan
pertimbangan
profesionalisme, apalagi saham itu rumornya merupakan saham ”kosong” yang diberikan. Namun, dilihat dari sudut pandang politis dan bisnis pada masa itu, maka mereka berdua ”berguna” dalam artian yang lain bagi BCA sendiri. Nama mereka di dalam kepemilikan saham merupakan sebuah garansi bahwa pemerintah (Soeharto) tidak akan mengganggu bisnis BCA. Pertimbangan Liem memberikan saham-saham tersebut kelihatannya semata merupakan langkah untuk mempererat guanxi Liem-Soeharto dan juga pertimbangan pragmatis bisnis semata, tanpa pertimbangan profesional di dalamnya. Bukan berarti bahwa nilai guanxi ini hanya terjadi dalam bisnis yang dijalankan oleh orang atau etnis Cina. Bukan juga berarti pergeseran nilai guanxi yang terjadi dalam bisnis Liem tidak terjadi dalam kelompok bisnis lainnya atau bisnis dari negara lainnya. Hanya saja, perlu diperhatikan bahwa sistem nilai-nilai ini dikukuhkan dalam sebuah sistem nilai dan norma yang dinamakan guanxi oleh masyarakat Cina. Di Cina dan masyarakat Cina di seluruh dunia, sistem ini digunakan dengan menggunakan ajaran Konfusianisme sebagai dasar dari penerapannya. Dengan kata lain, penerapan sistem guanxi dalam bisnis Cina adalah sesuatu hal yang bersifat unik, walaupun bukan berarti berbeda seluruhnya dengan sistem di 60
Untuk daftar selengkapnya lihat lampiran
Penggabungan aspek..., Andre51 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
tempat lain. Bahkan, bisa dikatakan bahwa sistem guanxi ini secara etika kurang baik dalam beberapa hal. David C. Kang (2003) menulis bahwa dalam bisnis di Indonesia, terdapat sebuah kekuatan yang mengatur keseluruhan kegiatan bisnis, yang berada di tangan penguasa (Soeharto)61. Dengan cara ini, maka semua pihak berusaha untuk mendekati Soeharto. Mereka juga melakukan hal yang sama dengan Liem, dan menjadikan kegiatan untuk menjalin hubungan menjadi sebuah praktek umum KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Misalnya saja guanxi yang digunakan oleh Liem dalam mengembangkan bisnisnya, merupakan kejahatan secara hukum. Praktek mendekati pemerintah Indonesia melalui jalur kepresidenan Soeharto tidak bisa disangkal memiliki unsur KKN di dalamnya. Selain itu, dengan mengutamakan kerja sama dengan pihak yang sudah dikenal dekat, berarti sedikit banyak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan pihak lain dalam bisnis. Walaupun ini tidak dilarang, namun memiliki potensi yang cukup berbahaya yang bisa mematikan bisnis. Misalnya saja dalam pengembangan guanxi dengan pemerintah, maka pemberian hadiah dan parsel setiap hari raya menjadi suatu kewajiban dan menjadi hal yang lumrah. Namun, ini juga bisa diartikan sebagai sebuah upaya suap terhadap aparat yang bersangkutan. Sebagai imbalannya, Liem menerima berbagai insentif. Contohnya pada Bogasari, di mana pada 1990 mereka mencatat penerimaan sebesar US$ 400 juta. Ini didapat berkat harga subsidi beli gandum murah seharga US$ 80 per ton dari Bulog. Gandum ini kemudian diolah menjadi tepung terigu yang dijual kembali kepada Bulog dengan marjin keuntungan 30%, lima kali lebih besar dari marjin perusahaan sejenis di US62. Selain itu di BCA sendiri, seperti sudah disebutkan sebelumnya, dilakukan dengan memasukkan Tutut dan Sigit dalam pemilikan saham dengan share yang besar (16% dan 14%)63 Profesionalitas ala manajemen Barat dan ekspansi ke luar negeri dipilih oleh Liem untuk menjaga bisnisnya. Kelihatannya, Liem sendiri sudah
61
Kang, David C. Comparative Politics, 35, No.4 hlm 451. Diambil dari
http://www.jstor.org/stable/4150189 62 63
Deeje, dkk. Op. cit. Hlm 62 Lihat lampiran
Penggabungan aspek..., Andre52 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
mengantisipasi dan mungkin juga berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman Soeharto. Seperti yang diutarakan Kang (2003), pengusaha etnis Cina pada masa itu bergantung pada Soeharto. Kekuatan terpusat yang ada pada Soeharto memberikan kemudahan sekaligus juga kungkungan pada pengusaha untuk berkembang. Liem mendapat kemudahan, namun bisa jadi pada saat yang sama juga mendapat batasan dari Soeharto karena proyek yang ada tentu harus dibagi pada pihak lain yang menjalin hubungan yang sama dengan Soeharto.64 Yang berbeda dan bisa menjadikan Liem menjadi sebuah kelompok bisnis yang raksasa mungkin adalah hubungan baik sebelumnya yang dijalin sejak masa perjuangan. Dengan kata lain, Liem menjadi besar bukan hanya karena adanya ”hubungan baik” yang dijalin setelah Soeharto menjadi presiden dan memiliki kekuasaan, tapi pada masa sebelumnya saat Kodam Diponegoro masih menjadi tentara miskin yang harus berhutang pada Liem hanya untuk membuat seragamnya. Inilah yang membuat hubungan kedua pihak bisa dikatakan sebagai sebuah guanxi, dan bukan sekedar suap atau KKN biasa yang hanya berhitung untung belaka. Dengan demikian seharusnya hubungan dari Soeharto dan Liem lebih ”lengket” dibandingkan sang penguasa tersebut dengan pengusaha lainnya, baik pribumi, asing maupun etnis. Diperkirakan hubungan antara Liem dan Cendana tidak akan berakhir begitu saja selepas turunnya Soeharto. Cendana masih memiliki kekuatan dan pengaruh walaupun mungkin jauh dibandingkan semasa kekuasaan Soeharto. Namun, bila memang melihat pada guanxi yang sudah lama sekali dijalin oleh kedua keluarga, maka pastinya Liem akan terus membantu Cendana dalam berbagai hal, demikian juga Cendana masih akan memberikan berbagai bantuannya melalui pengaruh yang dimilikinya. Namun, ini tidak akan dibahas dalam skripsi ini dan mungkin, penulis berharap, akan bisa dijumpai dalam tulisan sarjana lainnya. Demikianlah kira-kira perjalanan sebuah kelompok bisnis yang sangat besar, kuat dan berkuasa dalam jagad bisnis, bukan cuma Indonesia, tapi juga dunia. Sejarah dan rahasia grup Liem masih sangat luas dan tidak mungkin untuk 64
Teori ini diambil dari tulisan Kang. 2003: hlm 452. sayangnya tidak ada bukti yang mendukung argumen ini secara pasti. Hipotesis ini merupakan asumsi dari penulis belaka, walaupun mungkin menarik untuk ditelusuri lebih jauh.
Penggabungan aspek..., Andre53 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia
dicakup seluruhnya dalam sebuah tulisan ini. Setelah ini, penulis akan mencoba untuk merangkum seluruh tulisan ini menjadi sebuah paparan yang singkat, padat dan bermakna.
Penggabungan aspek..., Andre54 Zaif Rahman, FIB UI,Universitas 208
Indonesia