BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta masyarakat Indonesia semakin banyak yang ikut serta di dunia pasar modal. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian. Pasar modal adalah pertemuan antara investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara jual beli sekuritas. Diantara berbagai instrumen pasar modal, saham merupakan instrumen investasi yang memiliki tingkat return dan risiko yang tinggi (Eduardus Tandelilin, 2010:26). Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Kemajuan pasar modal ditentukan oleh kualitas dan efisiensi bursa efeknya. Bursa efek yang berada di Indonesia pada awalnya adalah Bursa Efek Jakarta kemudian pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 30 November 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) digabung dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (Eduardus Tandelilin, 2010:67). Investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan 1
2
yang layak untuk dipilih. Perlunya informasi tentang kinerja keuangan perusahaan, manajemen perusahaan, kondisi ekonomi makro dan informasi relevan lainnya untuk menilai saham secara akurat (Sugeng Mulyono, 2000:99). Intensitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal berbeda-beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan di pasar modal, namun sebagian sekuritas lainnya relatif sedikit frekuensi transaksi dan cenderung bersifat pasif. Hal ini menyebabkan perkembangan dan tingkat likuiditas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi kurang mencerminkan kondisi real yang terjadi di bursa efek. Di Indonesia persoalan tersebut dipecahkan dengan menggunakan indeks LQ45. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria berikut digunakan untuk memilih ke-45 saham yang masuk dalam indeks LQ45 sebagai berikut: 1) Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata transaksi selama 12 bulan terakhir). 2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3) Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan. 4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar reguler (Eduardus Tandelilin, 2010:87). Indeks LQ45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari sahamsaham dengan likuiditas (jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi) dan kapitalisasi pasar (volume transaksi) yang tinggi. Saham-saham yang termasuk didalam indeks LQ45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review
3
(awal Februari dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak termasuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Berikut merupakan pergerakan nilai indeks dan volume transaksi saham perusahaan LQ45. Tabel 1.1 Pergerakan Nilai Indeks dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011 Tahun
Nilai Indeks LQ45 Volume Perdagangan (dalam rupiah) (dalam lembar saham)
2008 522,810 4.342.641.634.007 2009 358,489 2.319.973.164.610 2010 550,186 2.533.230.801.740 2011 663,845 3.686.876.295.154 Sumber: www.duniainvestasi.com (2 Februari 2012, data diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 indeks LQ45 berfluktuasi yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp 522.810,00 meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp 663.845,00. Volume perdagangan saham juga berfluktuasi pada tahun 2008 sebesar 4.342.641.634.007 lembar menjadi 3.686.876.295.154 lembar pada tahun 2011. Berikut adalah grafik yang menunjukkan data rata-rata pertahun nilai Indeks LQ45, yaitu: Nilai Indeks LQ45
1000 Nilai Indeks LQ45
0 2008
2009
2010
2011
Grafik 1.1 Rata-Rata Per Tahun Nilai Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011
Grafik 1.1 menunjukkan data rata-rata per tahun nilai indeks perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 sampai 2011, pada tahun 2008
4
sebesar Rp 522.811,00 tetapi pada tahun 2009 harga saham mengalami penurunan menjadi Rp 358.489,00 karena dampak dari krisis keuangan di Amerika Serikat. Indeks kembali bangkit pada tahun 2010 menjadi Rp 550.186,00 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 663.845,00. Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu. Volume perdagangan saham mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan harga saham. Pergerakan harga saham cenderung naik dan memberikan return yang besar sehingga menyebabkan saham tersebut digemari oleh para investor dan permintaan akan saham tersebut akan tinggi, sehingga menghasilkan volume perdagangan saham yang aktif. Perusahaan LQ45 memiliki volume perdagangan yang fluktuatif artinya harga saham juga fluktuatif. Berarti ada faktor-faktor yang mempengaruhi investor dalam membeli, menjual, dan mempertahankan saham suatu perusahaan. Berikut adalah grafik yang menunjukkan rata-rata per tahun volume perdagangan saham LQ45, yaitu: Volume Perdagangan Saham LQ45 5,000,000,000,000 4,000,000,000,000 3,000,000,000,000 Volume Perdagangan
2,000,000,000,000 1,000,000,000,000 0 2008
2009
2010
2011
Grafik 1.2 Rata-Rata Per Tahun Volume Perdagangan Saham Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011 Grafik 1.2 menunjukkan data rata-rata per tahun volume perdagangan saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 sampai 2011
5
berfluktuasi. Pada tahun 2008 sebesar 4.342.641.634.007 lembar saham tetapi pada tahun 2009 volume perdagangan saham mengalami penurunan menjadi 2.319.973.164.610 lembar saham karena dampak dari krisis keuangan di Amerika Serikat. Volume perdagangan saham kembali bangkit, hal ini dapat terlihat pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 2.533.230.801.740 lembar saham dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 3.686.876.295.154 lembar saham. Keputusan untuk melakukan investasi adalah kemampuan calon investor untuk menentukan tingkat pengembalian yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Pada umumnya keputusan investasi dapat diperoleh dengan melakukan analisa fundamental dan analisa teknikal. Analisa fundamental adalah analisis yang dilakukan dengan memperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham, sedangkan analisa teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu (William F. Sharpe dialihbahasakan oleh Henry Njoolingtik, 2000:56). Alat analisis mengenai penilaian harga saham yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah analisa fundamental. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisa melalui rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan dikelompokkan dalam lima jenis yaitu: (1) rasio likuiditas yaitu rasio yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek, (2) rasio aktivitas yaitu kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya, (3) rasio profitabilitas yaitu kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, (4) rasio solvabilitas (leverage) yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
6
kewajiban jangka panjang dan (5) rasio pasar yaitu informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham (Agus Sartono, 2001:114). Salah satu alat analisis fundamental yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian saham adalah Price Earning Ratio (PER) yang menunjukkan rasio harga saham terhadap earning perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earning (Jogiyanto Hartono, 2003:105). Kegunaan Price Earning Ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh Earning Per Share. Price Earning Ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan Earning Per Share. Price Earning Ratio semakin besar maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (Dwi Prastowo, 2002:96). Harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap masa depan suatu perusahaan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar saham juga akan berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan cara mencari faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio secara nyata kemudian dibuat suatu model untuk menilai Price Earning Ratio perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pula kewajaran harga suatu saham perusahaan (Suad Husnan, 2005:279). Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio telah dilakukan. Supriyanto (2007) menguji pengaruh penjualan, Dividen Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Total Assets
7
terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan Emiten yang tergabung dalam kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjualan, Dividen Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Total Assets secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio dan secara parsial penjualan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, Dividen Payout Ratio, Total Assets dan Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan dan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio. Penelitian yang dilakukan oleh Meygawan Nursetyo Ali dan Irene Rini Dewi Pangestuti (2012) menguji pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio sedangkan secara parsial Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Current Ratio memiliki pengaruh negatif dan Dividend Payout Ratio, Price to Book Value dan Firm Size memiliki pengaruh positif. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kholid (2006) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan, pertumbuhan Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, pertumbuhan Debt to Equity Ratio, pertumbuhan Return On Investment berpengaruh secara simultan terhadap Price Earning Ratio dan secara parsial variabel Debt to Equity Ratio tidak memiliki
pengaruh
yang
signifikan
sedangkan
pertumbuhan
penjualan,
8
pertumbuhan Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, pertumbuhan Return On Investment berpengaruh secara signifikan terhadap Price Earning Ratio. Penelitian yang dilakukan oleh Vivian Firsera Arisona (2013) menguji pengaruh Dividend Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Growth, Return On Equity dan Firm Size terhadap Price Earning Ratio pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividend Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Growth, Return On Equity dan Firm Size secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio sedangkan secara parsial Dividend Payout Ratio dan Return On Equity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio sedangkan Debt to Equity Ratio, Earning Growth, dan Firm Size tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio. Berdasarkan data laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun yaitu tahun 2008 sampai tahun 2011. Berikut adalah tabel data rata-rata pertahun Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), Current Ratio (CR) saham-saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tahun 2008-2011 yaitu :
9
Tabel 1.2 Data Rata-Rata Per Tahun PER, DER, ROA, DPR, CR pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Tahun 2008-2011 Rata-Rata Per Tahun
2008
2009
2010
2011
Ukuran
PER 13,61 19,62 17,67 12,51 Kali DER 3,16 2,75 2,57 2,21 Kali ROA 16,87 14,22 14,60 14,63 % DPR % 4,88 5,14 4,96 3,38 CR 213,45 224,10 209,74 245,92 % SBI 10,33 7,45 6,39 6,52 % Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id periode 2008-2011 (data sudah diolah) Tabel 1.2 menunjukkan tingkat rata-rata per tahun Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), Current Ratio (CR) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tahun 2008-2011. Teori menyebutkan bahwa leverage semakin tinggi yang diwakili oleh Debt to Equity Ratio mengakibatkan laba perusahaan yang diperoleh besar maka Price Earning Ratio yang akan diterima oleh investor semakin besar (Brigham F.Eugene and Joel F.Houston dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto, 2010:104). Berdasarkan data pengamatan ditunjukkan bahwa rata-rata Price Earning Ratio berfluktuasi sedangkan Debt to Equity Ratio mengalami penurunan. Besarnya Debt to Equity Ratio terendah pada tahun 2011 sebesar 2,21 kali dan Debt to Equity Ratio tertinggi pada tahun 2008 sebesar 3,16 kali. Return On Assets semakin besar maka tingkat keuntungan yang dicapai semakin besar dan posisi perusahaan semakin baik dari segi penggunaan asset dan akhirnya mendorong nilai Price Earning Ratio meningkat (Kasmir, 2003:239). Berdasarkan data pengamatan ditunjukkan bahwa Return On Assets cenderung
10
mengalami fluktuatif yang meningkat sedangkan Price Earning Ratio cenderung mengalami fluktuatif yang menurun. Besarnya Return On Assets terendah pada tahun 2009 sebesar 14,22 % dan Return On Assets tertinggi pada tahun 2011 sebesar 16,87 %. Dividend Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham yang secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar yang didominasi oleh investor yang mempunyai strategi mengejar dividen sebagai target utama, dengan demikian Dividend Payout Ratio semakin tinggi maka Price Earning Ratio semakin tinggi (Jones dan Charles Parker, 2004:265). Berdasarkan data pengamatan Dividend Payout Ratio berfluktuasi tetapi Price Earning Ratio cenderung menurun. Besarnya Dividend Payout Ratio terendah pada tahun 2008 sebesar 3,38 % dan Dividend Payout Ratio tertinggi pada tahun 2011 sebesar 5,14 %. Current Ratio yang tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur sehingga akan mengurangi tingkat laba atau profitabilitas perusahaan sehingga menyebabkan Price Earning Ratio akan menurun (Meygawan Nursetyo Aji dan Irene Rini Demi Pangestuti, 2012:388). Berdasarkan data pengamatan Current Ratio berfluktuasi tetapi Price Earning Ratio cenderung menurun. Besarnya Current Ratio terendah pada tahun 2010 sebesar 209,74 % dan Current Ratio tertinggi pada tahun 2011 sebesar 245,92 %. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia yang meningkat mendorong investor untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan atau deposito. Peminat saham sedikit mengakibatkan harga saham turun sehingga Price Earning Ratio menjadi turun (Paul A. Samuelson dan William D dialihbahasakan oleh Gretta,
11
2004:191). Berdasarkan data pengamatan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berfluktuasi meningkat sedangkan Price Earning Ratio berfluktuasi menurun. Besarnya Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia terendah pada tahun 2010 sebesar 6,39 % dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tertinggi pada tahun 2008 sebesar 10,33 %. Berikut adalah grafik yang menunjukkan rata-rata per tahun Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011, yaitu:
PER & DER 25
kali
20 15
PER
10
DER
5 0 2008
2009
2010
2011
Grafik 1.3 Rata-Rata Per Tahun Price Earning Ratio dan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011 Grafik 1.3 menunjukkan rata-rata per tahun Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Price Earning Ratio tahun 2008-2009 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan. Debt to Equity Ratio tahun 20082011 cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 2008-2009.
12
Berikut adalah grafik yang menunjukkan rata-rata per tahun Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR) dan Current Ratio (CR) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Tahun 2008-2011 yaitu:
300
ROA, DPR, CR & SBI
250
Persentase
200 150
ROA DPR
100
SBI CR
50 0 2008
2009
2010
2011
Grafik 1.4 Rata-rata per tahun Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), Current Ratio (CR) pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Tahun 2008-2011 Grafik 1.4 menunjukkan rata-rata per tahun Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR) dan Current Ratio (CR) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Tahun 2008-2011. Return On Assets tahun 2008-2009 mengalami penurunan tetapi pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio. Dividend Payout Ratio tahun 2008-2009 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan bergerak berlawanan arah
13
dengan Price Earning Ratio tahun 2010-2011. Current Ratio tahun 2008-2011 bergerak fluktuatif berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 2008-2011. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tahun 2008-2010 mengalami penurunan tetapi pada tahun 2011 mengalami peningkatan bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 2008-2009. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa ketidaksesuaian antara teori dengan pengamatan empiris dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga masih diperlukan analisis lebih lanjut mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Price Earning Ratio suatu perusahaan semakin tinggi, semakin banyak investor yang akan menanamkan modalnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul yaitu : “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011“.
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
14
1.
Debt to Equity Ratio tahun 2008-2011 cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 20082009.
2.
Return On Assets tahun 2008-2009 mengalami penurunan tetapi pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio.
3.
Dividend Payout Ratio tahun 2008-2009 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 2010-2011.
4.
Current Ratio tahun 2008-2011 bergerak fluktuatif berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 2008-2011.
5.
Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tahun 2008-2010 mengalami penurunan tetapi pada tahun 2011 mengalami peningkatan bergerak berlawanan arah dengan Price Earning Ratio tahun 2008-2009.
6.
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi.
7.
Perusahaan LQ45 memiliki volume perdagangan yang fluktuasi artinya harga saham juga fluktuasi. Ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi investor dalam membeli, menjual dan mempertahankan saham suatu perusahaan.
1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
1.
Bagaimana Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), Current Ratio (CR) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tahun 2008-2011.
2.
Berapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio secara parsial dan simultan pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan jawaban atas
permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui dan mengkaji : 1.
Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), Current Ratio (CR) pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tahun 2008-2011.
2.
Besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio secara parsial dan simultan pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.
1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan serta tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka kegunaannya adalah sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis adalah sebagai berikut:
16
1.
Bagi Akademis dan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam
pengembangan
teori
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi Price Earning Ratio. 2.
Bagi Peneliti, penelitian ini memberikan pengetahuan dan pengalaman tambahan dalam mempelajari teori manajemen keuangan dan investasi terutama tentang pasar modal tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 20082011.
1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Investor, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi investor dalam melakukan penilaian terhadap suatu saham di pasar modal dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio.
2.
Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen keuangan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam hal peningkatan kinerja keuangan bahwa para investor akan melihat segala informasi apapun yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio untuk menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.