BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rousseau (martini, 2004: 28) menyatakan bahwa “ dalam diri manusia terdapat kapasistas bagi timbulnya keterampilan anti sosial (anti-sosial behaviour) dan
keterampilan (prososial behaviour)”. Selanjutnya, Raven dan Rubin
(Maertini, 2004: 29) menyatakan bahwa “ keterampilan prososial sering juga disebut keterampilan sosial yang positif, sedangkan keterampilan anti sosial disebut juga keterampilan yang negative”. Apabila seseorang dapat menampilkan keterampilan sosial yang positif, maka ia akan dapat menyesuaikan diri dan diterima di lingkungan sosialnya. Sebaliknya, apabila seseorang menampilkan keterampilan sosial yang negatif, maka kemungkinan besar akan ditolak dilingkungan sosialnya. Dengan demikian, untuk dapat diterima pada suatu lingkungan sosial, setiap individu harus mampu menampilkan keterampilan sosial yang positif sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sosial tersebut Seperti halnya individu lain, siswa tunarungu memiliki potensi yang sama dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bekal yang dibawa sejak lahir, termasuk dalam aspek sosial. Oleh karena itu, siswa tunarungu memiliki kecenderungan untuk berkembang dan mencapai kematangan dalam membentuk keterampilan sosialnya. Namun, siswa tunarungu yang merupakan salah satu siswa berkebutuhan khusus mengalami gangguan pada fungsi pendengaran sehingga
Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghambat perkembangan bahasa dan bicaranya. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan dalam berkomunikasi sehingga siswa tunarungu sulit memahami informasi yang berasal dari luar dirinya, begitupun sebaliknya lingkungan sosial sulit memahami apa yang diungkapkan oleh siswa tunarungu. Seperti telah dikemukakan oleh hernawati (2000: 12) bahwa : Dampak dari ketunarunguan adalah terhambatnya kemampuan berkomunikasi. Sedangkan komunikasi merupakan dasar bagi terjadinya interaksi sosial. Keterampilan sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sosial. Berdasarkan pernyataan tersebut, hambatan komunikasi yang dialami siswa tunarungu akan menyebabkan mereka sulit mengembangkan keterampilan sosialnya melalui interaksi sosial. Bagi siswa tunarungu yang berada dalam komunitasnya seperti dilingkungan sekolah luar biasa bagian tunarungu, melakukan interaksi sosial bukanlah masalah karena lingkungan sosial tersebut menggunakan system bahasa yang sama, yaitu bahasa isyarat. Oleh karena itu, mereka dapat berinteraksi dan saling memahami antara satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan penegasan terhadaphal tersebut, penulis telah melakukan pengamatan terhadap keterampilan sosial siswa tunarungu selama melaksanakan Program Latihan Profesi di SLB BC Sumbersari Antapani. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa siswa tunarungu mampu menampilkan keterampilan sosial dengan baik, seperti dalam keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar fikiran dan pengalaman. Seiring dengan paradigma baru dalam layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus, yaitu pendidikan inklusi, siswa tunarungu tidak lagi harus Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berada ditengah tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu tidak lagi harus berada ditengah tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini pula dapat memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu untuk dapat belajar bersama sama siswa siswa lain pada umumnya, bersosialisasi dengan teman, guru, dan lingkungan sekolah. Dalam hal ini, siswa tunarungu harus berhadapan dengan siswa lain yang memiliki sistem bahasa dan pola komunikasi yang berbeda. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk dapat membuat anak tunarungu dapat mengikuti pelajaran secara maksimal. Selain itu perlu difikirkan mengenai kesiapan anak tunarungu untuk berada ditengah tengah siswa pada umumnya, salah satunya dalam hal perkembangan keterampilan sosial. Seperti dikemukakan Meadow yang dikutip Kirk (Hernawati, 2000: 55-56) mengemukakan bahwa : ... siswa tunarungu mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian diri dari pada siswa mendengar. Siswa tunarungu pada umumnya cenderung bersosialisai dengan orang yang memiliki kecacatan sama. akan tetapi apakah siswa tunarungu akan mengembangkan keterampilan sosialnya, tergantung pula dengan bagaimana lingkungan menerima ketidak mampuannya...
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa siswa tunarungu memiliki beban yang berat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang bukan komunitasnya sehingga perlu mendapatkan situasi yang kondusif dari lingkungan dan tentunya dengan metode pembelajaran yang mendukung agar keterampilan sosialnya dapat berkembang.
Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung dan menunjang proses interaksi. keterampilan sosial merupakan pendukung yang berkaitan dengan hubungan atau interaksi individu dengan yang lainnya. Menurut Sumaatmadja (1984:86): „keterampilan sosial merupakan keterampilan yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat‟. keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial atau antar pribadi secara adaptif dan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan sosial, baik lingkungan teman sebaya atau orang dewasa. Kedua dimensi kemampuan tersebut pada akhirnya mengarah pada penerimaan sosial terhadap individu-individu yang memiliki kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan antar pribadi cenderung memiliki keterampilan sosial yang rendah. Perubahan keterampilan sosial yang diharapkan sebagai pencapaian hasil belajar anak tunarungu di sekolah inklusi sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa tunarungu yang menampilkan keterampilan sosial menarik diri. Sedangkan pembelajaran pada umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal. Hasil belajar berupa nilai akademik, perilaku dan perubahan keterampilan anak terkadang tidak sesuai. Di satu sisi anak tunarungu dapat mencapai nilai akademik cukup tinggi, tetapi di sisi lain perubahan perilaku yang diharapkan kurang optimal. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah inklusi, anak tunarungu seringkali sulit memahami pembicaraan guru sehingga timbul kekecewaan karena sulitnya memahami dan tidak dapat menyampaikan perasaan, pertanyaan, keinginan secara lisan. sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hambatan-hambatan yang terjadi pada siswa tunarungu dalam proses belajar mengajar menjadi permasalahan yang dirasakan cukup menyulitkan guru. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen pengajaran agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan atau meningkatkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin. Salah
satu
alasan
terpenting
mengapa
pembelajaran
kooperatif
dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuwan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering digunakan di dalam kelas ( Slavin : 2008:5 ). bukannya ingin mengatakan bahwa persaingan itu selalu salah, jika diatur dengan baik, persaingan diantara para pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya untuk memotivasi orang melakukan yang terbaik. Namun bentuk bentuk persaingan yang biasa digunakan di dalam kelas jarang sekali bersifat efektif dan sehat. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning) adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan metode pengajaran langsung. Di samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga
efektif untuk
mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Para pengembang metode ini telah menunjukkan bahwa struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis (Robert Slavin:2008) . Metode pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif dan ikut serta secara aktif serta turut serta bekerja sama sehingga antara siswa akan berfikir bersama, berdiskusi bersama, melakukan penyelidikan bersama dan berbuat ke arah yang sama. Strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan belajar anak tunarungu karena dengan strategi ini dapat membantu siswa untuk bekerjasama dan bersosialisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Amin (1995: 188) mengemukakan bahwa „Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi, merangsang peningkatan daya ingat, menumbuhkan motivasi belajar dan dapat meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong„. Berdasarkan hal tersebut strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar terhadap siswa tunarungu dalam merubah keterampilan sosialnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson dalam Abdurahman (1997:7) Strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak, antara lain : meningkatkan hubungan antara manusia yang heterogen, keterampilan penyesuaian sosial yang positif, ketrampilan hidup bergotong royong, dan sikap yang positif terhadap sekolah dan guru. Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah investigasi kelompok. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahanbahan yang tersedia, dan guru bertindak sebagai narasumber pembantu dan fasilitator. Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik pada topik yang akan dipelajari dan cara-cara untuk memulai investigasi mereka. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran . Hal ini memerlukan norma-norma dan struktur kelas yang lebih canggih bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Pada pembelajaran kooperatif investigasi kelompok siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan kelompoknya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Killen ( Laila 2010:39 ) bahwa “Metode ini juga menuntut siswa diajarkan keterampilan dalam komunikasi, keterampilan-keterampilan proses kelompok dan menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri”. Metode ini diajukan sebagai salah satu cara untuk menciptakan lingkungan pembelajaran sosial di mana para siswa bekerja bersama-sama untuk menjalankan tugas pembelajaran yang dilakukan oleh mereka sendiri. Atas dasar tersebut maka penulis akan mencoba mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Investigasi
Kelompok
Terhadap
keterampilan
Sosial
Siswa
Tunarungu“.
Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan sosial anak tunarungu disekolah inklusi, berdampak pada keseluruhan prilaku dan pribadinya, termasuk dalam pencapaian prestasinya. 2. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan anak-anak yang bukan penyandang tunarungu, maka diperlukan upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial sebagai bekal bila mereka bergaul sehari-hari danhidup di masyarakat atau lingkungan sepermainannya. 3. Akibat dari sulitnya berkomunikasi dengan anak anak yang bukan tunarungu, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif dan turut serta bekerja sama sehingga keterampilan sosial anak dapat dikembangkan.
C. Batasan Masalah Batasan masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh
pembelajaran
kooperatif
investigasi
terhadap
pengembangan
keterampilan sosial siswa tunarungu disekolah inklusi, yaitu keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman dengan anak anak yang bukan tunarungu.
Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Rumusan Masalah Perumusan masalah dimaksud agar penelitian yang dilakukan memiliki arah yang tepat dan jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran
kooperatif
investigasi
kelompok
berpengaruh
terhadap
pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu di SDN Mandiri 1 cimahi.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah : a. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pembelajaran
investigasi
kelompok
terhadap
pengembangan
keterampilan sosial siswa tunarungu dengan anak anak pada umumnya. b. Tujuan Khusus Tujuan
khusus
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
dan
mendiskripsikan pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terhadap pengembangan keterampilan sosial, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, serta saling bertukar pikiran dan pengalaman siswa tunarungu dengan siswa siswa selain tunarungu, memperoleh data keterampilan sosial siswa sebelum diberi perlakuan danuntuk memperoleh data keterampilan sosial siswa setelah diberi perlakuan Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Manfaat secara teoritis. Manfaat secara teoritis bahwa hasil penelitian yang dilakukan ini merupakan dasar selanjutnnya demi kesempurnaan dan tercapainya hasil penelitian yang lebih berkualitas, akurat dan bermanfaat mengenai pentingnya pembelajaran kooperatif investigasi kelompok bagi siswa tunarungu dalam mengembangkan keterampilan sosialnya.
b. Manfaat secara praktis 1) Bagi siswa Membiasakan
diri
berketerampilan
sosial
yang
sesuai,
sehingga
dikemudian hari menjadi anak yang memiliki budi pekerti yang luhur, sikap kerjasama dan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada lingkungannya. 2) Bagi Guru. Memberikan
sumbangan
pemikiran
dalam
merencanakan
model
pembelajaran bagi siswa sesuai dengan kebutuhannya. 3) Bagi Sekolah. Berkembangnya keterampilan sosial siswa maka proses pendidikan dan pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya diharapkan akan tercapainya tujuan institusional dengan baik.
Rofuini,2013 Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu