BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trafo Distribusi merupakan salah satu komponen utama pada suatu sistem distribusi tenaga listrik yang digunakan untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan rendah 220/380 V sehingga bisa digunakan oleh pelanggan Tegangan Rendah. Peran aset trafo distribusi sangatlah dominan. Dimana, pada setiap kerusakannya tidak hanya menimbulkan kerugian biaya langsung terhadap penggantiannya, tetapi juga berakibat hilangnya kesempatan penjualan energi tenaga listrik, resiko timbulnya kegagalan sistem dalam area yang lebih luas hingga resiko hilangnya kepercayaan konsumen (Citra PLN). Hal inilah yang melatar belakangi PLN Pusat memberikan tantangan kepada Unit-unit Pelaksana Kegiatan Operasi untuk mengurangi jumlah gangguan trafo distribusi dengan Ratio kerusakan Trafo Maksimum sebesar 1% asset. Untuk mengatasi tantangan tersebut, mendorong Unit-Unit Operasional Distribusi PLN tanpa terkecuali PLN Area Lenteng Agung untuk menerapkan strategi Manajemen Asset Trafo distribusi yang tepat yaitu melalui Konsep Pemeliharaan Peralatan berdasarkan kondisi Peralatan atau dewasa ini lebih
1
2
dikenal
dengan
istilah
CBM
(Condition
Based
Maintenance).
Dalam
pelaksanaannya, kegiatan CBM Trafo ini ditempuh melalui proses penaksiran kondisi kesehatan trafo (Assessment Trafo) terlebih dahulu, yang dilakukan dengan cara menganalisa data-data yang didapatkan dari proses inspeksi. kemudian membandingkannya dengan kriteria-kriteria sehat pada trafo distribusi untuk mengetahui kondisi kesehatan masing-masing trafo distribusi dan pembuatan rekomendasi pemeliharaan trafo sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan asset manajemen, dengan demikian potensi-potensi ketidaknormalan trafo yang berdampak terhadap kerusakan trafo dapat diminimalisir melalui tindak lanjut pemeliharaan yang dilakukan sebelum terjadinya gangguan trafo. Assessment trafo dapat dilakukan secara online maupun offline. Pada prinsipnya proses assessment trafo secara online maupun offline adalah sama yaitu melalui analisa data-data hasil inspeksi. Perbedaannya hanyalah pada proses pengambilan datanya yang dilakukan pada saat trafo beroperasi (online) dan trafo sedang tidak beroperasi (offline). Pada umumnya unit-unit operasional PLN sudah melakukan assessment trafo online akan tetapi assessment offline sangatlah jarang, padahal assessment trafo offline tidak kalah penting mengingat perannya selain sebagai penentu trafo rusak dilapangan yang memerlukan waktu cepat dalam pengambilan keputusan sehingga tidak terjadinya pemadaman yang terlalu lama, juga dapat digunakan sebagai dasar konsep manajemen asset trafo dari kegiatan penggantian trafo yang tidak wajar berdasarkan hasil assessment online, trafo ex gangguan, penarikan aktiva tetap (PAT), dan sebagainya sehingga dapat diketahui apakah trafo tersebut dapat dioperasikan kembali untuk efisiensi biaya
3
pemeliharaan. Mengingat faktor keterbatasan alat pengujian dilapangan terutama unit-unit operasional distribusi PLN, maka dalam melakukan assessment Trafo secara offline diperlukan tiga paramater pengujian trafo minimal yang harus dilakukan diantara banyaknya jenis pengujian agar dapat mengidentifikasi apakah kondisi internal didalam trafo masih baik ataupun tidak. Pengujian tersebut ialah : Pengujian Visual, Pengujian Tahanan Isolasi menggunakan Insulation Test (Megger), dan Pengujian Ratio Belitan Trafo menggunakan Transformer Turn Ratio (TTR). Akan tetapi walaupun jenis pengujian telah diminimalkan, pengujian-pengujian
tersebut
sangat
susah
untuk
dipenuhi
dikarenakan
keterbatasan alat pengujian ratio belitan trafo yang dimiliki oleh unit-unit operasional PLN sebagai dampak biaya pembelian peralatan TTR yang mahal. Sedangkan pengujian visual dan tahanan isolasi saja tidak cukup untuk mengidentifikasi kondisi internal trafo. Oleh karena itu, timbul sebuah ide penggantian metode pengujian dan substitusi peralatan untuk mengatasi hal tersebut. Dengan demikian walaupun dengan keterbatasan peralatan yang dimiliki, kegiatan assessment trafo secara offline tetap dapat dilakukan diseluruh unit-unit operasional PLN bahkan pihak luar PLN yang ingin menguji trafonya tetapi tidak mempunyai TTR. Metode pengujian ratio belitan trafo menggunakan TTR disubtitusi dengan metode pengujian tahanan belitan trafo menggunakan Ohm Meter. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan masalah yang perlu diteliti melalui beberapa pertanyaan sbb :
4
1.
Bagaimana jika peralatan pengujian belitan trafo tidak ada karena harga peralatan yang mahal?
2.
Bagaimana strategi untuk mempercepat waktu pengidentifikasian baik atau tidaknya kondisi trafo untuk pengambilan keputusan manajemen trafo?
3.
Bagaimana cara untuk mengetahui kondisi belitan trafo rusak atau tidak dengan alat TTR, padahal TTR harus memerlukan power supply?
1.3 Batasan Permasalahan Dalam Tugas Akhir ini yang akan dibahas adalah metode pengukuran tahanan belitan trafo menggunakan Ohm Meter sebagai metode pengganti pengujian ratio belitan trafo menggunakan TTR dan tidak membahas metode pengganti yang lainnya. Selain itu data yang digunakan adalah data di PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Lenteng Agung sedangkan wilayah kerja yang lainnya tidak dibahas dalam Tugas Akhir ini. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini yaitu; 1. Memberikan alternatif metode pengukuran dalam assessment trafo tanpa menggunakan TTR (Turn Transformer Ratio). 2. Mengevaluasi fungsi TTR yang dapat disubstitusi dengan peralatan Ohm Meter dalam pengujian belitan trafo. 3. Mendapatkan keuntungan biaya yang lebih murah dan effisien apabila menggunakan Ohm Meter. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
5
1.
Sangat cocok diterapkan oleh petugas lapangan saat melakukan pengusutan / pengidentifikasian gangguan trafo yang membutuhkan waktu cepat dalam pengambilan keputusan kondisi trafo (rusak atau baik) sebagai dasar percepatan recovery time
2.
Mendukung program penurunan gangguan trafo.
3.
Mengoptimalkan peralatan yang ada dan sering digunakan oleh petugas lapangan (pemanfaatan Ohm Meter pada tang Amper Meter / Multimeter)
4.
Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat sebagai alternatif terhadap permasalahan yang sejenis.
1.6 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1.
Studi Pustaka Dengan cara mempelajari dan berusaha memahami buku-buku literatur, laporan-laporan, pencarian menggunakan internet dan bentuk penulisan lain yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan trafo distribusi
2.
Studi Lapangan Dengan cara melakukan pengambilan data di bidang distribusi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
3.
Eksperimen Dengan cara mengambil data langsung berdasarkan hasil pengujian di lapangan dan laboratorium
4.
Wawancara
1.7 Sistematika Penulisan Untuk membahas permasalahan yang telah disampaikan diatas maka dalam
6
Tugas Akhir ini dibuat sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini Berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan Tugas Akhir. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi dasar teori dari trafo Distribusi, konstruksi trafo, jenis trafo,umur trafo, Ohm meter, jenis-jenis Ohm Meter. BAB III METODE EVALUASI PENGUJIAN BELITAN TRAFO DISTRIBUSI Bab ini berisi tentang analisa kondisi trafo dalam keadaan offline, metode pengukuran rasio belitan dengan TTR, pengukuran rasio tahanan belitan dengan Ohm Meter dan perbandingan data-data yang diperoleh dari lapangan. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisa dan pengujian pengukuran rasio belitan menggunakan TTR, dan pengukuran tahanan belitan dengan menggunakan Ohm Meter, serta analisa perbandingan pengukuran melalui kedua alat tersebut dan manfaat finansial yang didapat. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil Tugas akhir