1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setiap anak diharapkan mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar seluruh aspek perkembangan anak usia TK ini berkembang secara intergratif dan optimal maka diperlukan pendidikan yang dapat memberikan rangsangan dan layanan terhadap aspek perkembangan motorik kasar dan halus, kecerdasan daya cipta, daya pikir, kognitif, konsep diri, disiplin, kemandirian seni, moral, sosial emosional serta bahasa dan komunikasi, serta nilai agama sesuai dengan keunikan dan tahap perkembangan masing-masing anak. Sejak anak usia dini konsep bilangan perlu diperkenalkan. Pemahaman akan kemampuan matematika anak berkembang seiring dengan perkembangan waktu dan kesempatan. Kebanyakan orang menilai matematika sebagai bidang yang sangat terbatas, hanya rumus penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian dengan segala simbolnya yang sangat abstrak bagi anak. Matematika di anggap tidak sesuai dengan cara berfikir anak yang sangat konkrit. Simbol angka adalah simbol yang abstrak maka pengenalannya harus melalui tahap konkrit agar anak bisa memahaminya. Setiap anak dipengaruhi kemampuan matematika yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika. Kemampuan tersebut dalam mengenal
1
2
konsep bilangan, konsep ruang, pengukuran, warna, mengelompokkan, geometri dan lain-lain. Menurut James dalam Jannah (2001:26) matematika di artikan sebagai ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Kemampuan matematika juga diharapkan dimiliki oleh anak usia dini, Burn dalam Sudono (2007:22) juga menyatakan bahwa semua kelompok matematika sudah bisa diperkenalkan mulai umur empat tahun. Kelompok tersebut adalah bilangan (aritmatika, berhitung ), pola dan fungsinya, geometri, ukuran – ukuran, grafik, estimasi, probabilitasi dan pemecahan masalah. Seperti halnya dalam Peraturan Menteri No 58 Tahun 2009 bahwa kemampuan matematika anak usia dini tercakup dalam aspek perkembangan kognitif yaitu pada lingkup pertama yaitu pengetahuan umum dan sains, lingkup kedua yaitu konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, dan pada lingkup ketiga yaitu konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Dalam pembelajaran di Paud guru sering menunjukkan perasaan kecewa terhadap cara berpikir anak. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis yang juga merupakan guru di Paud Melati Harum masih banyak ditemui peserta didik yang memiliki kemampuan matematika rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya anak yang belum mampu mengenal angka, huruf, bentuk geometri dan warna dengan baik. Dari jumlah 23 peserta didik hanya 5 orang yang dapat mengerjakan tugas matematika yang diberikan oleh guru selebihnya tidak dapat mengerjakan tanpa bantuan dari guru, tugas yang diberikan antara lain seperti : mengelompokkan benda, mengurutkan pola, meniru pola yang dicontohkan oleh
2
3
guru sebelumnya, serta mengenal lambang bilangan dan memasangkan dengan bilangan,. Anak juga tampak malas dalam mengikuti pembelajaran terutama dalam hal pembelajaran matematika, hal ini disebabkan kurang tersedianya bahanbahan atau alat yang dapat mendorong anak untuk melakukan kegiatan pengenalan konsep bilangan, warna, bentuk geometri, urutan pola dan sebagainya. Di samping itu kurang terbukanya kesempatan untuk bermain dan bereksplorasi dengan bebas yang disebabkan karena kurangnya kemampuan guru untuk mengajak anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alat peraga yang digunakan guru. Metode pembelajaran yang digunakan juga kurang bervariasi terutama untuk meningkatkan kemampuan matematika, dimana selama ini guru hanya menggunakan metode seperti: metode bercerita, tanya jawab, dan pemberian tugas dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Kepercayaan diri anak akan berkurang saat mereka harus bersandar pada apa yang tidak mereka ketahui. Pada prinsipnya kemampuan matematika anak usia dini dapat ditingkatkan asalkan guru mengetahui cara-cara yang tepat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fedriyenti (2012:8) yang menyatakan bahwa “Agar pembelajaran lebih kondusif dan menarik anak sebaiknya guru kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran dengan disajikan dalam bentuk permainan untuk merangsang dan meningkatkan kemampuan anak dalam pembelajaran, maka hendaknya guru mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan. Guru harus memahami anak dan memberikan ide-ide kreatif dalam bentuk permainan baru kepada anak untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dan kemampuan matematika”.
3
4
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru agar anak mengenal konsep bilangan, geometri, mengurutkan pola, dan lainnya. Satu satu diantaranya adalah melalui model pembelajaran Numbered Heads Together. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatkhurohmah (2010:110) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat siswa, karena pembelajaran ini menjadikan siswa siap untuk membahas soal atau mempresentasikan hasil kerja kelompok secara acak. Jadi, melalui model pembelajaran ini diharapkan kemampuan matematika pada anak usia dini dapat ditingkatkan. Jika pengalaman belajar terlalu rumit, anak tidak dapat memahaminya, dan tidak ada peristiwa belajar baru yang muncul. Melihat kondisi kemampuan matematika anak di atas, maka penulis mencoba untuk meningkatkan kemampuan matematika pada anak melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together (NHT) adalah tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 (Isjoni, 2009:78). Menurut Sri Rahayu (dalam Fatkhurohmah, 2010:4) mengungkapkan bahwa: “Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam materi, mengolah dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model pembelajaran ini biasanya diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerja kelompok mereka, mengubah posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan, dan mendapatkan tanggapan dari kelompok lain”. Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memberi kesempatan kepada anak untuk saling
4
5
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat sehingga semua anak berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggungjawab atas nomor anggotanya masing-masing. Pembelajaran yang diberikan juga diharapkan dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada anak. Untuk saat ini tuntutan dari Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2009 tentang kemampuan matematika anak usia 5-6 tahun tersebut belum bisa direalisasikan di Paud Melati Harum. Penelitian ini akan mencoba meningkatkan kemampuan matematika melalui model pembelajaran Numbered Heads Together. Dengan model pembelajaran Numbered Heads Together ini, di samping anak memiliki rasa senang, diharapkan tertanam pembelajaran matematika di dalam memorinya. Model pembelajaran ini juga melibatkan para anak dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sehingga kemampuan matematika yang telah dimiliki anak berangsur-angsur dapat meningkat. Model pembelajaran Numbered Heads Together ini dirasa perlu diterapkan untuk meningkatkan kemampuan matematika dalam pembelajaran di PAUD Melati Harum tahun pelajaran 2014/2015 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis berkeinginan mengangkat permasalahan
tersebut
dalam
suatu
penelitian
yang
berjudul
“Upaya
Meningkatkan Kemampuan Matematika Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together Di PAUD Melati Harum T.P 2014/2015”.
5
6
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, dapat teridentifikasi beberapa permasalahan diantaranya: 1. Masih banyak ditemui peserta didik yang memiliki kemampuan matematika rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya anak yang belum mampu mengenal angka, huruf, bentuk geometri dan warna dengan baik. 2. Kurang tersedianya bahan-bahan atau alat yang dapat mendorong anak untuk melakukan kegiatan pengenalan konsep bilangan, warna, bentuk geometri, urutan pola dan sebagainya 3. Kurang
terbukanya
kesempatan pada
anak
untuk
bermain
dan
bereksplorasi dengan bebas. 4. Kurangnya kemampuan guru untuk mengajak anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alat peraga yang digunakan guru 5. Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi terutama untuk meningkatkan kemampuan matematika. 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini memiliki fokus masalah yaitu “Upaya Meningkatkan Kemampuan Matematika Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together Di PAUD Melati Harum T.P 2014/2015”. 1.4 Perumusan Masalah Pokok permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah: ”Apakah kemampuan matematika anak meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Melati Harum Tahun Ajaran 2014/2015?”.
6
7
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: Untuk mengetahui peningkatan kemampuan matematika anak usia 5-6 tahun melalui model pembelajaran Numbered Heads Together pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Melati Harum Tahun Ajaran 2014/2015 1.6 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoristis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi bidang keilmuan pendidikan anak usia dini yaitu memberikan sumbangan ilmiah untuk mengembangkan kemampuan matematika anak. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru yaitu agar dalam proses pembelajaran guru dapat lebih menekankan pada kegiatan bermain sambil belajar, salah satunya dengan model pembelajaran Numbered Heads Together dan lebih memotivasi anak dalam mengembangkan kemampuan matematika. b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang lain yang bermaksud mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama atau berhubungan dengan masalah kemampuan matematika anak.
7