1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan bagi kemajuan perekonomian nasional. Luas perkebunan kelapa sawit indonesia saat ini adalah 9,2 juta ha, petani kelapa sawit menguasai 3,5 juta ha perkebunan di Indonesia. Sekitar 114 juta tenaga kerja Indonesia pada tahun 2009, sebesar 19,70 juta orang (17,32%) diantaranya merupakan tenaga kerja pada sub-sektor perkebunan. Kontribusi buruh kebun sangat besar dalam peningkatan produksi kelapa sawit nasional. Hanya saja pemerintah republik Indonesia dan masyarakat global belum dapat memberikan kesejahteraan bagi buruh permanen (BPS Indonesia, 2010). Pasal 5 dan 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi. Hal ini menggambarkan bahwa kebijakan pembangunan di Indonesia menjamin hak-hak dasar pekerja dan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan demi mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, namun dalam prakteknya masih mengalami hambatan. Peluang perempuan dibidang ekonomi untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masih terkendala oleh berbagai faktor. Jenis kelamin
2
merupakan prinsip pembeda utama pembagian kerja di perkebunan. Pekerja dibedakan berdasarkan pekerjaan untuk laki-laki dan pekerjaan untuk perempuan. Perempuan lebih banyak bekerja pada pekerjaan yang ringan saja. Selain itu pengelaman, pendidikan dan keterampilan perempuan yang masih kurang baik, sehingga diupah tidak sama dengan laki-laki. (Tetiani, 2005 dalam Siyamitri, 2009: 4). Hal ini juga terjadi di CV Mekar Plastik Industri pada hasil penelitian Institut Pertanian Bogor yang dilakukan oleh Ni Nyoman Susi Ratna Dewanti (2009: 38), Perusahaan ini melakukan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin menurut kemampuan dan keahlian pekerja dalam mengoperasikan alat-alat atau mesin di pabrik. Tak lepas dari itu saja perusahaan juga melihat pada faktor pisikologis dan sosio-kultural dalam pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seperti yang terlihat dalam masyarakat, memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah lembut, bersifat melayani, tergantung, emosional, dan tidak bisa bekerja kasar seperti mengangkat barang atau mesin berat, sedangkan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Oleh karena itu, perempuan ditempatkan pada bagian packing yang ringan dan tidak membutuhkan banyak tenaga karena dianggap tidak mampu mengoperasikan mesin-mesin berat. Berdasarkan hasil penelitian ini di lapangan ada 30 responden wanita yang bekerja di bagian Packing (pengepakan barang) dan 25 responden laki-laki bekerja dibidang oprator mesin, sedangkan laki-laki yang bekerja dibagian packing hanya 5 responden. Di perusahaan tersebut, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang khusus dilakukan oleh perempuan, namun biasanya perempuan
3
ditempatkan di bagian packing (pengepakan barang), walaupun ada juga laki-laki yang ditempatkan di bagian packing. Pekerjaan tersebut tidak memerlukan tenaga kasar dan kuat, yang penting memiliki tingkat ketelatenan yang tinggi. Joekes dalam Arjani (1991:7) mengatakan bahwa, pertumbuhan tenaga kerja dalam bidang industri di negara sedang berkembang disebabkan oleh tumbuhnya jenis-jenis pekerjaan tertentu karena meluasnya industri, namun hal ini tidak seiring dengan kualitas dari tenaga kerja perempuan itu sendiri, seperti keterampilan yang rendah, kurangnya komitmen terhadap upah, dan lain-lain yang secara tradisional berbeda dengan laki-laki. Joekes berpendapat bahwa pertumbuhan tenaga kerja perempuan di bidang industri bukanlah ditentukan oleh pandangan tradisional saja (sebagai konsekuensi alamiah peranan perempuan), tetapi lebih banyak ditentukan oleh kebijaksanaan pabrik atau majikan untuk menggunakan tenaga kerja perempuan. Begitu pula yang terjadi di Kalimantan Timur sektor perkebunan menjadi salah satu sumber penunjang pendapatan daerah kalimantan timur, salah satunya yaitu perkebunan kelapa sawit berdasarkan laporan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013. Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur tahun 2012 seluas 961,802 ha dengan produksi mancapai 5.734.464 ton dan tenaga kerja yang terserap mencapai 333.216 orang. Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengungkapkan pada panen sawit perdana di perkebunan PT Gupta Samba di Kecamatan Kaubun (Kabupaten Kutai) bahwa "Saat ini kita tidak bisa lagi mengandalkan batubara, minyak dan gas. Sudah waktunya kita membuat lokomotif baru melalui pengembangan sektor pertanian dan perkebunan,
4
khususnya kelapa sawit. Di Kaltim banyak sekali tenaga kerja yang terserap dengan adanya perkebunan kelapa sawit ini”. (Antara News Com, Rabu, 15 Mei 2013) Kabupaten Paser merupakan salah satu dari daerah yang ada di Kaltim sebagai penghasil kelapa sawit. Sektor perkebunan mempunyai peranan penting dalam struktur perekonomian Kabupaten Paser, baik dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Produk unggulan Kabupaten Paser dalam bidang perkebunan adalah tanaman kelapa sawit. Sebagaimana dikutip pada data Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser 2012. Pada tahun 2011 produksi kelapa sawit di Kabupaten Paser mencapai 918.680 ton, jika dibandingkan tahun 2010 mengalami peningkatan 10,60 persen dengan produksi mencapai 830.648,57 ton. Di Kabupaten Paser Pada tahun 2012 tenaga kerja laki-laki yang lebih banyak terserap dalam perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat terlihat dalam Laporan Dinas Tenaga Kerja kabupaten paser tahun 2013, dari 218.468 orang tenaga kerja yang terserap pada pekebunan kelapa sawit, jumlah tenaga kerja laki-laki mencapai 215.474 orang sedangkan tenaga kerja perempuan mencapai 2.994 orang. (Laporan Dinas Tenaga Kerja kabupaten paser, 2013) Salah satu perusahaan yang bergerak dalam perkebunan kelapa sawit di kabupaten paser tepatnya di kecematan Longkali yaitu PT Muaratoyu Subur Lestari. Perusahaan ini memiliki lokasi perkebunan kelapa sawit yang mencakup desa Mendik Seberang, desa Bente Tualan, desa Munggu, desa Pias dan desa
5
Muara Toyu. PT Muaratoyu Subur Lestari memilki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 11.247,49 ha, dengan luas lahan plasma 2.249,50 ha dan lahan inti perusahaan seluas 8.997,99 ha. (Laporan Muara Toyu Subur Lestari, 2013) PT Muara Toyu Subur Lestari juga mempunyai struktur pembagian kerja Seperti yang terlihat dalam tabel berikut: Tabel 01. Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin pada PT Muara Toyu Subur Lestari. No
Jenis-jenis pekerjaan
Jenis kelamin
Pendidikan
di PT Muara Toyu Subur Lestari
L
1.
Manager
3
1
2.
Asisten
22
3
3.
KTU
1
4.
Staff
2
2
5.
Kerani (Admin)
4
10
6.
Mandor
58
7.
Tenaga kerja harian
728
305
818
317
Jumlah
P
TT SD
SD
SLTP
SLTA
D3
SI
2 1
18 1 4
12 7
24
12
15
181
502
235
115
Jumlah Total Tenaga Kerja= 1.135 orang
Sumber: Laporan PT Muara Toyu Subur Lestari, 2013
2
6
Selain tabel di atas berdasarkan observasi, PT Muara Toyu Subur Lestari juga melakukan pembagian kerja berdasarkan skill (kemampuan) dan lama masa kerja pada
perusahaan
tersebut.
Tenaga
kerja
ditempatkan
sesuai
dengan
kemampuannya dan apabila ada tenaga kerja yang sudah lama bekerja pada perusahaan tersebut serta kualitas kerjanya bagus maka jabatannya akan dinaikan, selain itu tingkat pendidikan pun dipertimbangkan. Data-data di atas memperlihatkan bahwa PT Muara Toyu Subur Lestari menempatkan tenaga kerja perempuan lebih banyak bagian tenaga kerja harian dan tenaga kerja perempuan paling tinggi hanya menjabat sebagai staff, sedangkan posisi manager dan aissten secara keseluruhan dijabat oleh tenaga kerja laki-laki. Berdasarkan hasil observasi jabatan sebagai manager dan asisten merupakan jabatan paling tinggi, memilki kekuasaan yang besar serta menghasilkan budget yang paling besar di PT Muaratoyu Subur Lestari. Pendidikan tenaga kerja yang menjabat sebagai manager dan asisten ada yang berpendidikan SLTA, jika melihat pendidikan tenga kerja perempuan bagian staff semuanya berpendidikan sarjana bahkan tenaga kerja bagian kerani pun ada yang berpendidikan sarjana dan SLTA. Melihat fakta-fakta di atas, maka penulis melakukan penelitian tentang analisi gender terhadap sistem pembagian kerja pada tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin di PT Muara Toyu Subur Lestari perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Paser.
7
1.2. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan Kelapa Sawit PT Muara Toyu Subur Lestari di Kabupaten Paser?
2.
Mengapa sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin terjadi pada perkebunan Kelapa Sawit PT Muara Toyu Subur Lestari di Kabupaten Paser?
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada PT Muara Toyu Subur Lestari perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Paser.
2.
Untuk mengetahui alasan sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin terjadi pada PT Muara Toyu Subur Lestari perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Paser.
1.4. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Akademis 1) Sebagai bahan masukan dan menambah pengetahuan atau disiplin ilmu sosiologi gender bagi semua pihak mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. 2) Sebagai bahan informasi khususnya bagi peneliti selanjutnya yang berminat mengadakan studi yang lebih luas dan lebih mendalam
8
mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dalam studi ilmu gender. 2.
Manfaat Praktis 1) Memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya tenaga kerja perusahan PT Muara Toyu Subur Lestari kebun kelapa sawit di Kabupaten Paser mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. 2) Sebagai masukan bagi Perusahaan PT Muara Toyu Subur Lestari perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Paser saat mengambil kebijakan dalam pembagian kerja.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori dan Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Teori Nature dan Teori Nurture dari Marwell, dalam teori ini Marwell menjelaskan bahwa peran yang didasarkan atas perbedaan jenis kelamin (seksual) selalu terjadi, ini sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat dibantah. Ini terjadi dimana-mana, meskipun bentuknya mungkin tidak selalu sama. Pada setiap kebudayaan, wanita dan lakilaki diberi peran dan pola tingkah laku yang berbeda untuk saling melengkapi perbedaan badaniah dari kedua makhluk ini. Pembagian peran ini berfungsi melengkapi kekurangan kedua jenis manusia ini. Marwell menjelaskan lebih baik jika laki-laki dan perempuan dididik sejak kecil untuk menjalankan fungsi tertentu dan perempuan kefungsi yang lainnya. (Marwell, 1975: 445 dalam Budiman, 1982: 25). Teori nature beranggapan bahwa pembangian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) disebabkan oleh faktor-faktor biologis laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor itu adalah anggapan secara psikologis bahwa perempuan itu emosional, pasif, dan submisif sedangkan laki-laki lebih perkasa, aktif dan agresif. Karena itu wajarlah perempuan tinggal dalam rumah, membesarkan anak-anak, memasak dan memberi perhatian kepada suaminya. Sedangkan laki-laki, sesuai dengan struktur biologisnya itu, pergi ke luar rumah untuk mencari makanan/sumber penghidupan bagi keluarga. (Budiman, 1982: 1-2).
10
Menurut teori nurture, adanya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) pada hakikatnya merupakan hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Budiman, 1982: 2-4) Mill (1869) dalam Budiman (1982: 4) menyatakan bahwa, apa yang disebut dengan sifat kewanitaan adalah hasil pemupukan masyarakat melalui suatu sistem pendidikan. Mill percaya bahwa usaha untuk membedakan manusia menjadi dua golongan ini dalam peran sosial merupakan suatu tindakan politik yang direncanakan. Golongan yang lebih kuat yaitu kaum laki-laki, selalu melihat keunggulannya sebagai sesuatu yang alamiah. Wilson (1975) dalam Budiman (1982: 5) Menyatakan bahwa, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (secara seksual) adalah sesuatu yang wajar, yang bersumber pada perbedaan struktur genetiks dari laki-laki dan perempuan, karena itulah pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (secara seksual) bisa terus hidup sampai sekarang ini. Menurut Handayani (2006: 4-5) dalam Apriani (2008: 116) menyatakan bahwa, aspek biologis yang mempengaruhi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yaitu pembedaan fungsi-fungsi organisme antara laki-laki dan perempuan yang sudah terjadi secara alamiah atau kodrat, dimana laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki hormon, postur tubuh dan alat reproduksi yang berbedabeda. Organ tersebut melekat pada lelaki dan perempuan selamanya, fungsinya
11
tidak dapat dipertukarkan, secara permanen tidak berubah. Sedangkan aspek sosiokultural yang mempengaruhi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yaitu Sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan, seperti perempuan dikenal sebagai makhluk yang lembah lembut, cantik, emosional atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Sifat-sifat itu dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu kewaktu. Sifat-sifat inilah yang membedakan (memilih atau memisahkan) peran antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Selanjutnya seiring dengan pemikiran Marwell, Millet (1970: 23) dalam Budiman (1982: 41) berpendapat bahwa, faktor utama yang menjadi penyebab pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) adalah sistem patriarkal. Ia menyatakan bahwa hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat merupakan hubungan politik. Millet (1970: 23) dalam Budiman (1982: 41) mendefinisikan politik sebagai, “Hubungan yang didasarkan pada struktur kekuasaan, suatu sistem masyarakat dimana satu kelompok manusia dikendalikan oleh kelompok manusia yang lainnya”. Nama struktur kekuasaan dimana laki-laki mengendalikan perempuan adalah patriarki. Lembaga utama dari sistem patriarki adalah keluarga. Ia melihat patriarki sebagai sistem kebudayaan, tetapi lebih
12
menekankan pada aspek pisikologisnya. Patriarki merupakan simpang pertemuan antara pisikologis (kebiasaan rohani) dan kebudayaan (cara kehidupan). (Millet, 1970: 23 dalam budiman,1982: 41). Seiring dengan Marwell dan Millet, Firestone (1972: 8-9 dalam Budiman 1982: 42) mengungkapkan bahwa, sumber dari kelemahan perempuan ada pada struktur biologisnya. Perempuan sepanjang sejarah, sebelum alat-alat kontraseptif ditemukan, menjadi mangsa dari fungsi biologis badannya, seperti harus mendapatkan haid, menopause, rasa sakit ketika melahirkan, harus mengasuh anak, dan sebagainya. Semua ini membuat perempuan tergantung kepada lakilaki. Perbedaan fungsi reproduksi alamiah ini mengakibatkan timbulnya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, yang muncul ketika sistem perbedaan kelas di dalam masyarakat mulai tumbuh. Pada saat inilah perbedaan secara biologis menjadi penting, karena dapat dipakai sebagai dasar bagi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Firestone (1972: 10) dalam Budiman (1982: 42) menjelaskan bahwa, apa yang alamiah tidak cukup menjadi dasar bagi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seperti yang dinyatakan oleh Beauvoir (1972: 29) dalam Budiman, (1982: 42) “Faktor-faktor biologis tidak cukup untuk menjelaskan terjadinya hirarki berdasarkan seks karena badan bukan merupakan suatu benda, tetapi situasi”.
Kemanusiaan
telah
berkembang
melampaui
batas-batas
alam.
Perkembangan teknologi telah memungkinkan perempuan membebaskan dirinya dari keterbatasan kebadanannya. Penggunaan faktor-faktor kebadanan untuk
13
menciptakan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin karena itu merupakan kerja politik. 2.I.I. Pengertian Jenis Kelamin Dalam penelitian ini penulis lebih memilih kata-kata pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dari pada pembagian kerja seksual karena seksual merupakan pembagian dua jenis kelamin, yaitu tenaga kerja laki-laki dan perempuan yang kemudian dalam pembagian kerja dipisahkan perannya berdasarkan jenis kelamin. Sebelum membahas pengertian jenis kelamin penulis terlebih dahulu menjelaskan tentang gender. Konsep gender dibuat oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan bentuk budaya yang dikonstruksikan, dipelajari, dan disosialisasikan. Pembedaan ini sangat penting karena seringkali disamaratakan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan ciri-ciri manusia yang bersifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa berubah. Kata geder berasal dari bahasa latin “genus” yang berarti tipe atau jenis. Gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin dalam hal sifat, peran, posisi, tanggungjawab, akses, fungsi, kontrol yang dibentuk atau dikontruksi secara sosial. (Vantina dkk, 2008: 89). Gender menurut saptari (1997: 21) yaitu, keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan
14
feministas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem simbol masyarakat yang bersangkutan. Menurut Anshori (1997: 24), gender merupakan suatu konsep yang menunjukan pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik dan ekonomi, sedangkan perspektif gender adalah untuk membedakan segala sesuatu yang normatif dan biologis dan segala sesuatu yang merupakan produk sosial budaya dalam bentuk proses kesepakatan normatif dan sosial yang dapat ditransformasikan dengan pengkajian sistematis, peranan, hubungan, dan proses difokuskan pada ketidakstraan dalam kekuasaan, kekayaan, dan beban kerja antra perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan masyarakat. Lebih lanjut Fakih (1996: 8-9) menyatakan bahwa, gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang merupakan kategori sosial atau pencirian sosial (feminitas dan maskulinitas) yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural tercermin dalam perilaku, kepribadian, sikap, keyakinan, penampilan, pekerjaan, seksualitas, tanggung jawab keluarga, dan lain-lain. Dikotomi tersebut tidak berdasarkan biologis, tetapi lebih pada hubungan sosial budaya laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai atau sistem simbol masyarakat dan struktur masyarakat yang bersangkutan. Ciri dari sifat itu dapat dipertukarkan, bisa berubah dari waktu kewaktu serta berbeda dari tempat ke tempat bahkan dapat berbeda dari kelas ke kelas lainnya dalam suatu konsep gender. Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional atau keibuan sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa dan lain-lain.
15
Fakih (1996: 12) juga mengungkapkan bahwa, ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan yakni sebagai berikut: 1.
Pelebelan Negatif (Stereotip) Stereotip yaitu pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang seringkali
bersifat negatif dan pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidakadilan. Dalam masyarakat banyak sekali stereotipe yang dilekatkan pada kaum perempuan yang berakibat
membatasi,
menyulitkan,
memiskinkan
dan
merugikan
kaum
perempuan. Misalnya, karena perempuan dianggap ramah, lembut, rapi, maka lebih pantas bekerja sebagai sekretaris, guru Taman Kanak-kanak dan banyak lagi stereotipe lainya dalam masyarakat. 2.
Penomorduaan (Subordinasi) Subordinasi yaitu adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap
lebih rendah atau dinomorduakan posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Contoh Sejak dulu, perempuan mengurus pekerjaan domestik sehingga perempuan dianggap sebagai “orang rumah” atau “teman yang ada di belakang”. 3.
Peminggiran (Marginalisasi) Marginalisasi adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu
jenis kelamin dari arus atau pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Misalnya, perkembangan teknologi menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang pada umumnya dikerjakan oleh laki-laki.
16
4. Beban Ganda (Double Burden) Double Burden adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Seperti yang terjadi dalam masyarakat bahwa peran gender perempuan adalah mengelola rumah tangga, maka banyak perempuan menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama. 5.
Kekerasan (violence) violence terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan karena
perbedaan gender. Kekerasaan ini seperti pemerkosaan, pemukulan, pelecehan dan menciptakan ketergantungan. Dalam
kehidupan
mempengaruhi.
Pada
(nature/fitrah).
Kemudian
bermasyarakat,
awalnya,
biologis
perbedaan
melalui
dan
memang
kebudayaan,
sosiologis bersifat
kehidupan
saling alamiah manusia
dikembangkan, direkayasa, dipaksa, dicegah atau bahkan diberlakukan secara berlawanan dengan dasar alamiah. Kehidupan manusia direkayasa oleh lingkungan, baik alam maupun tangan serta pikiran manusia. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin sudah berlangsung ribuan tahun, karenanya orang sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Masyarakat Indonesia cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebagai hal yang alamiah, sehingga lebih dekat pada pemikiran teori nature. Keikutsertaan perempuan untuk bekerja sama dengan perempuan menimbulkan adanya peran ganda perempuan, di mana perempuan di satu pihak dituntut peran sertanya dalam pembangunan dan memberikan sumbangannya
17
kepada masyarakat secara nyata, pada lain pihak perempuan dituntut pula untuk menjalankan tugas utamanya di dalam rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Secara konseptual peran ganda perempuan mengandung beberapa kelemahan dan ambivalensi. Pertama, di dalamnya terkandung pengertian bahwa sifat dan jenis pekerjaan perempuan adalah tertentu dan sesuai dengan kodrat perempuan. Kedua, dalam kaitan dengan yang pertama, perempuan tidak sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi. Ketiga, di dalamnya terkandung pengakuan bahwa sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin seperti yang dikenal sekarang bersifat biologis semata. Keempat, merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode of production yang ada. Kelima, bila dikaitkan unsur keselarasan dan pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bersifat etnosentris dan mengacu pada kelas sosial tertentu dan secara kultural bukan sesuatu yang universal dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia (Sjahrir, 1985: 14-15). Fakih (1996: 9) mengungkapkan bahwa, Manusia sejak lahir sudah dibuatkan identitas oleh orang tuanya. Melalui peroses belajar, manusia membedakan jenis laki-laki dan perempuan. Tidak hanya memandang aspek biologis saja, tetapi juga dikaitkan dengan fungsi dasarnya dan kesesuaiyan pekerjaannya. Dari proses belajar ini, muncul teori gender yang kemudian dijadikan landasan berfikir dan falsafah hidup. Laki-laki dan perempuan secara biologis (kodrat), gender lebih mendekati arti jenis kelamin dari sudut pandang sosial (interpensi sosial kultural), seperangkat peran seperti apa yang seharusnya dilakukan laki-laki dan perempuan
18
Seorang ahli sosiologi inggris Ann Oakley dalam Saptari (1997: 89) mengatakan bahwa, perbedaan seks berarti perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis sedangkan perbedaan gender adalah perbedaan simbolis atau sosial yang berpangkal pada perbedaan seks, tetapi tidak selalu identik dengannya. Mies (1986: 23) dalam Saptari (1997: 89) mengatakan bahwa, seks ataupun seksualitas manusia tidak bisa dilihat semata-mata sebagai masalah biologis. Fisikologis manusia sepanjang sejarah telah dipengaruhi dan dibentuk oleh dimensi sosialbudaya hubungan manusia. Selanjutnya Mosse (1996) membedakan, kata sex sebagai (ciri-ciri biologis, fisik tertentu jenis kelamin biologis) Sex merupakan pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis (kodrat), individu dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan dalam gender lebih mendekati arti jenis kelamin dari sudut pandang sosial. Gender merupakan jenis interpretasi sosio-kultural, seperangkat peran yang dikontruksi oleh masyarakat bagaimana menjadi laki-laki (kuat, tegas, perkasa, kasar, dst) atau perempuan (taat, penurut, lemah, keibuan, penuh kasih sayang). Perangkat perilaku khusus ini mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya. Fakih (1999: 8) dalam Vantina, dkk (2008: 87) mendefinisikan, seks atau jenis kelamin sebagai pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang secara biologis melekat pada diri fisik manusia dan merupakan pemberian Tuhan. Alat tersebut secara biologis dan fungsinya tidak dapat dipertukarkan serta melekat pada manusia baik laki-laki maupun perempuan. Secara permanen tidak
19
dapat berubah fungsinya dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Seks adalah pembagain jenis kelamin yang yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Seks berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagi makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin, seks mengandung pengertian laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis, yang berarti perempuan memiliki hormon, postur tubuh dan alat reproduksi yang berbeda dengan laki-laki. Secara biologis alat-alat biologis tersebut melekat pada lelaki dan perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan, secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau Tuhan/ kodrat. ( Handayani, 2006: 4 dalam Apriani, 2008: 116). Menurut Sundari (2009: 7), Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal. Fakih (1996: 8) menyatakan bahwa, Jenis kelamin merupakan pensifatan dan pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakun dan produsen sperma, sedangkan perempuan memiliki rahim saluran untuk melahirkan, sel telur, vagina, dan alat untuk menyusui. Secara biologis, alat tersebut melekat pada manusia, tidak bisa dipertukarkan, secara permanen tidak berubah, dan merupakan suatu kodrat (ketentuan Tuhan).
20
Dalam memperjelas konsep seks dan gender, Unger dalam Apriani (2008: 117) menggambarkan beberapa perbedaan yaitu sebagai berikut: 1. Sumber perbedaan Seks bersumber dari Tuhan (kodrati), sedangkan sumber pembedaan gender adalah manusia (masyarakat). 2. Visi dan misi Visi dan misi seks adalah kesetaraan, sedangkan gender berupa kebiasaan. 3. Unsur pembedaan Unsur pembedaan seks adalah alat reproduksi (biologis), sedangkan unsur pembedaan gender adalah kebudayaan (tingkah laku). 4. Sifat Seks bersifat kodrat dan tidak dapat dipertukarkan, sedangkan gender bersifat harkat, martabat dan dapat dipertukarkan. 5. Dampak Seks membawa dampak berupa terciptanya nilai-nilai kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian dan sebagainya, sehingga menguntungkan kedua belah pihak. Sedangkan gender membawa dampak terciptanya ketentuan tentang “pantas” atau “tidak pantas” misalnya laki-laki pantas menjadi pemimpin dan perempuan pantas dipimpin. Sehingga sering merugikan salah satu pihak, yaitu perempuan.
21
6. Keberlakuan Seks berlaku sepanjang masa dan dimana saja, serta tidak mengenal pembedaan kelas. Sedangkan gender dapat berubah, musiman dan berbeda antara kelas. 2.1.2. Pembagian Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perkebunan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu pekerja atau orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Sedangkan menurut UU 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Hamalik dalam Sutisna, dkk (2004: 2) mengemukakan bahwa, tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang memiliki potensi, kemampuan yang tepat guna, berdaya guna, berkepribadian kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan sehingga berhasil bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan. Menurut Rasjidin (1994: 45) Secara umum tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut: 1.
Tenaga Kerja Rohani Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatan kerjanya lebih
banyak menggunakan pikiran yang produktif dalam proses produksi. Contohnya manager, direktur, dan sejenisnya.
22
2.
Tenaga Kerja Jasmani Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatannya lebih
banyak mencakup kegiatan pelaksanaan yang produktif dalam produksi. Tenaga kerja jasmani terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut a. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli / Tenaga Mahir Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non-formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya. b. Tenaga Kerja Terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan
pendidikan
karena
yang
dibutuhkan
adalah
latihan
dan
melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis, dan lainlain. c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli, buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Menurut Saptari (1997: 21), Pembagian kerja seksual ialah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin. Dikebanyakan masyarakat ada pembagian
23
kerja berdasarkan jenis kelamin dimana beberapa tugas dilaksanakan oleh perempuan dan beberapa tugas lain semata-mata dilakukan oleh laki-laki. Dalam literatur studi perempuan sering digunakan istilah gender. Sedangkan menurut Budiman (1982: 2), Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) ialah pembagian kerja atas perbeadaan biologis dan sosiokultural, dimana perempuan bersifat lemah
lembut, bersifat melayani,
ketergantungan, emosional, dan tidak bisa bekerja keras, sedangkan laki-laki makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Sehingga laki-laki dan perempuan memiliki perannya masing-masing. Hal ini akan membudaya dalam masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang alamiah. Menurut Bahri (1996: 5), perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang kemudian dikelola untuk menghasilkan bahan Industri. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia (2008: 346), Perkebunan yaitu perusahaan yang bergerak dibidang kebun atau tanah-tanah yang dimanfaatkan untuk kebun. Kelapa Sawit menurut Selardi (2008: 2), adalah tumbuhan industri yang menghasilkan minyak nabati yang kemudian bisa dibuat minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Perkebunan merupakan sistem produksi pedesaan yang berskala besar dimana komuditas pertanian diproduksi. Perkebunan mempunyai struktur hierarki yang terdiri dari tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar dan sekelompok kecil pegawai manajemen yang terdidik. Meskipun perkebunan sering merupakan “institusi total” dimana arena kerja dan yang bukan kerja bertumpang tindih manakala unit memberikan perumahan, kesehatan, sekolah, air, makanan, dan
24
kebun-kebun untuk staf dan pengelola, dalam banyak kasus pekerja sering diambil dari luar perkebunan sehingga ekonomi perkebunan menjadi terhubung dengan ekonomi pedesaan sekelilingnya dan bisa bersaing dengan sistem produksi lainya untuk mendapatkan tenaga kerja (Saptari, 1997: 309). Berdasarkan Penelitian Stoler dalam Saptari (1997: 310-312), menemukan pembagian tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin pada kegiatan perkebunan di Sumatra terlihat pada pembagian pekerjaan reproduksi (pemeliharaan, pekerja, seksual) kepada perempuan, mula-mula dibayar, kemudian tidak, ketika perusahaan melakukan kebijakan keluarga untuk pekerja-pekerjanya. Walaupun mereka melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, pekerja-pekerja perempuan tidak pernah menikmati status upah yang sama dengan laki-laki. Praktek diskriminasi ini dimulai oleh Belanda, tetapi diteruskan setelah kemerdekaan sampai saat ini. Penemuan stoler memperlihatkan bahwa jika upah rendah, perempuan harus memperoleh penghasilan tambahan melalui pekerjaan reproduksi yang merupakan bagian dari sosialisasi. Pekerjaan reproduksi untuk orang lain, pemeliharaan, dan kerja seksual sebagai strategi untuk bertahan hidup bisa dijadikan komuditas (pelacuran, jasa memasak dan membersihkan atau diberikan secara gratis dalam kontrak perkawinan. Grijns dalam Saptari (1997: 315), menemukan segregasi gender
dalam
pengupahan dan tipe tenaga kerja perkebunan teh di Jawa Barat. Hampir semua tenaga kerja perempuan (93%) sebagai pemetik teh, beberapa di antaranya bekerja sebagai pengepak, penyiraman tanaman teh yang muda, pencuci cangkir yang diggunakan untuk mencicipi teh, atau sebagai pembantu rumah tangga para staf,
25
sisanya bekerja sebgai penyotir di bawah seorang mandor perempuan. Diskriminasi gender sangat tampak, tidak hanya memberikan status lepas lebih banyak pada perempuan, tetapi pada fakta bahwa mandor perempuan masih merupakan pekerja harian walaupun dengan upah tetap, sedangkan mandor laki menerima upah bulanan. Grijns dalam Saptari (1997: 315), menemukan Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan teh, seperti menugaskan kerja reproduksi kepada perempuan sekaligus sepenuhnya menerima perempuan sebagai pekerja produktif (peran ganda). Hal ini menunjukan ketidakseimbangan gender secara nyata. Dengan kata lain, ada subordinasi perempuan dengan membebankan kerja lebih banyak dibebankan pada perempuan. Grijns dalam Saptari (1997: 315-316) mengatakan bahwa, masalah gender untuk kelas yang lebih tinggi dalam sistem perkebunan tidak dapat dibicarakan karena seluruh staf manajemen laki-laki, sesuatu keadaan yang tidak memberikan kesempatan bagi perkembangannya ikatan soslidaritas gender. Stratifikasi di antara pekerja timbul bersama dengan munculnya kategori upah (tetap/lepas). Kategori akhir buruh lepas makin besar jumlahnya, sementara posisi buruh tetap pun makin lemah. Hal ini menunjukan bahwa masalah upah dan kesejahteraan sangat penting bagi buruh perkebunan perempuan.
26
2.1.4. Hal-hal Yang Menyebabkan Pembagian Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Hal-hal yang menyebabkan munculnya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yaitu karena perbedaan Pisikologis yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis dan sosio-kultural dalam proses pembentukan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan. (Skolnick, 1974: 131 dalam Budiman, 1982: 2). Budiman (1982: 36) menjelaskan, ada beberapa hal-hal yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Kebutuhan ini didasarkan pada kebutuhan nyata dari sistem masyarakat tersebut.
2.
Faktor-faktor yang didasarkan pada sistem Psikokultural dengan lembagalembaga kemasyarakatan yang menyebarkannya dan mengembangbiakan sistem pembagian kerja ini. Sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin ini menjadi sistem patriarkal yang bukan hanya sekedar sistem kepercayaan yang abstrak belaka, tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menyebarkan dan mengembangbiakannya.
2.2. Definisi Konsepsional 1. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin ialah pembagian kerja atas perbeadaan biologis dan sosio-kultural, dimana perempuan bersifat lemah lembut, bersifat melayani, ketergantungan, emosional, dan tidak bisa bekerja keras, sedangkan laki-laki makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Sehingga laki-laki dan perempuan memiliki
27
perannya masing-masing dan tebentuk pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dalam masyarakat. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang alamiah dan akan membudaya dalam masyarakat. 2. Hal-hal yang menyebabkan munculnya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yaitu a. Faktor-faktor biologis yaitu pembedaan fungsi organisme antara lakilaki dan perempuan. b. Faktor-faktor sosio-kultural yaitu Sifat yang melekat pada kaum lakilaki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya.
Seperti perempuan dikenal sebagai makhluk yang lembah
lembut, cantik, emosional atau keibuan, sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa.
28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah jenis penelitian yang berupa katakata atau kalimat-kalimat yang mengambarkan apa adanya mengenai fenomena tentang sesuatu yang dialami oleh subjek penelitian berkaitan dengan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, pada suatu konteks khusus alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 3.2. Fokus Penelitian Adapun fokus dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: 1.
Jenis-jenis pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan Kelapa Sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser.
2.
Aspek biologis dan budaya yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari Kabupaten Paser.
3.3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan Pada Perkebunan Kelapa Sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupten Paser. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan penulis menemukaan adanya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada PT Muaratoyu Subur Lestari Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupten Paser.
29
3.4. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh lansung dari informan dengan cara melakukan tanya jawab lansung dan dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis menentukan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan informan sesuai dengan kriteria tujuan penelitian yakni informan yang banyak mengetahui mengenai pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser. Informan dalam penelitian ini meliputi manager, asisten kepala kebun, staff payroll & GA (personalia), asisten CSR (humas), kerani dan tenaga kerja harian dengan informen kunci yaitu Manager. Pemilihan sumber informasi didasarkan pada subjek yang banyak memiliki informasi dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti serta bersedia memberikan data yang diperlukan. Berikut tabel informan yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini. Informan ini terdiri dari informan tenaga kerja biasa dan pengelola perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Tenaga kerja biasa meliputi kerani dan tenaga kerja harian. Pengelola perusahaan meliputi manager, asisten kepala kebun, Staff payroll & GA (Personalia), dan asisten CSR (humas).
30
Tabel 1.2 Informen No
Informen
Jumlah
1.
Manager
2
2.
Asisten kepala kebun
1
3.
Staff payroll & GA (Personalia)
1
4.
Asisten CSR (Humas)
1
5.
Kerani
2
6.
Tenaga kerja harian
2
Sumber: laporan PT Muara Toyu Subur Lestari 2012. Adapun alasan penulis menentukan 10 informan di atas karena 10 informan ini banyak mengetahui mengenai pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dan aspek budaya dan biologis yang menyebabkan adanya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser. Sepuluh informan ini terdiri dari enam orang pengelola perkebunan kelapa sawit PT Muara Toyu Subur Lestari dan 4 orang tenaga kerja biasa perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Informen kunci dalam penelitian ini yaitu manager. Manager memiliki kedudukan yang paling tinggi dan lebih banyak mengetahui tentang pembagian kerja pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser. 2. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh melalui berbagai sumber imformasi, antara lain: 1) Dokumen berupa data-data tenaga kerja perkebunan Kelapa Sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser.
31
2) Buku-buku Ilmiah, Berupa buku-buku ataupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Wawancara Mendalam Wawancara Mendalam adalah tanya jawab yang terbuka pada manager, asisten, humas, personalia, kerani, mandor satu dan buruh lapangan serta berpartisipasi secara lansung untuk memperoleh data tentang hal-hal yang menyebabkan munculnya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan Kelapa Sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten paser. 2. Observasi Observasi yaitu pengamatan lansung terhadap imforman dan melakukan pencatatan secara sistematis mengenai hal-hal yang menyebabkan munculnya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan Kelapa Sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di Kabupaten Paser. 3. Penelusuran Pustaka Penelusuran pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang berupa data pendukung. Data pendukung dalam penelitian ini berupa catatan harian, laporan, dan foto-foto.
32
3.6 Metode Analisis Data
Untuk menganalisi data yang diperoleh penulis menggunakan metode diskriptif kualitatif yaitu mengambarkan tentang data dan fakta mengenai objek penelitian tanpa memberikan penilaian. Huberman dan Miles (1996: 20) menyatakan bahwa, analisis data kualitatif terdiri dari 4 komponen antara lain:
1.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu peroses awal atau data mentah yang diperoleh di lapangan untuk diteliti.
2. Penyederhanaan Data
Penyederhanaan
data
adalah
proses
memilih,
memfokuskan,
menyederhanakan dengan membuat abtraksi. Mengubah data mentah dari penelitian ke dalam catatan yang telah diperiksa.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan usaha menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga diperlukan kemungkinan penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu langkah terakhir melimputi makna yang telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara
33
mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodologis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksikanya hubungan sebab akibat melalui hukum-hukum empiris.
34
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran umum desa Mendik Pada bab ini akan dijelaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan keadaan wilayah penelitian, keadaan penduduk, pendidikan dan mata pencaharian. 4.1.1. Keadaan penduduk Masalah
penduduk
merupakan
hal
penting
dalam
percepatan
pembangunan dalam suatu daerah. Penduduk memegang peranan pital sebagai objek maupun subjek dari pembangunan. Berdasarkan sensus tahun 2013, jumlah penduduk di desa mendik tahun 2013 menurut jenis kelamin sebanyak 3.194 jiwa yang terdiri dari 1.677 jiwa laki-laki dan 1.517 jiwa perempuan dengan 836 kepala keluarga. Sedangkan jumlah penduduk desa Mendik menurut agama yaitu penduduk desa Mendik beragama Islam sebanyak 3.113 jiwa dengan jumlah lakilaki beragama islam 1.641 jiwa dan perempuan berjumlah 1.472 jiwa, penduduk desa mendik beragama Katholik sebanyak 12 jiwa dengan jumlah laki-laki 4 jiwa dan perempuan 8 jiwa, penduduk desa mendik beragama Kristen berjumlah 32 jiwa dengan jumlah laki-laki 10 jiwa dan perempuan 22 jiwa. 4.1.2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan, baik melalui pendidkan formal maupun non formal. Pendidikan formal meliputi pendidikan dasar,
35
menengah, dan pendidikan tinggi. Meningkatnya kualitas atau mutu pendidikan, diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan zaman dan mampu bersaing dalam ilmu dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Berikut tabel yang memperlihatkan pendidikan di desa Mendik. Tabel 03. Jumlah penduduk desa Mendik Kecematan Long Kali Kabupaten Paser berdasarkan tingkatan pendidikan. No
Tingkatan Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
1.
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK
23 orang
21 orang
2.
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play group
16 orang
14 orang
3.
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
267 orang
286 orang
4.
Tamat SD/ sederajat
929 orang
841 orang
5.
Tamat SMP/ sederajat
614 orang
516 orang
6.
Tamat SMA/ sederajat
103 orang
78 orang
7.
Tamat D-2/ sederajat
7 orang
2 orang
8.
Tamat D-3/ sederajat
4 orang
6 orang
9.
Tamat S-1/ sederajat
14 orang
12 orang
Jumlah Jumlah total Sumber: Buku Profil Desa Mendik Tahun 2013. 4.1.3. Mata Pencaharian Mata pencaharian utama penduduk desa Mendik adalah pertanian, baik itu pertanian perkebunan sawit, perkebunan karet, dan perkebunan pisang, petani
36
penanam padi, penanam sayur-ayuran dan buah-buahan. Mata pencaharian penduduk desa mendik dapat terlihat pada table di bawah ini. Tabel 04. Mata pencaharian pokok penduduk desa Mendik kecematan Long Kali kabupaten Paser berdasarkan jenis pekerjaan. No
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
1.
Petani
602 orang
54 orang
2.
Buruh tani
145 orang
52 orang
3.
Pegawai negeri sipil
26 orang
16 orang
4.
Pedagang keliling
67 orang
-
5.
Montir
7 orang
-
6.
TNI
2 orang
-
7.
Pengusaha kecil dan menengah
2 orang
-
8.
Jasa pengobatan alternatif
-
7 orang
9.
Karyawan perusahaan swasta
114 orang
40 orang
Sumber: Buku Profil Desa Mendik Tahun 2013 4.1.4. Perkebunan Perkebunan merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha perkebunan ini merupakan usaha jangka panjang. Penduduk desa Mendik menggantungkan perekonomian keluarganya pada hasil perkebunan. Penduduk desa mendik sebagian besar berkebun karet dan sawit. Komuditas perkebunan di desa Mendik dapat terlihat pada table di bawah ini.
37
Tabel 04. Luas dan hasil perkebunan menurut jenis komuditas No
Jenis
Swasta/ negara Luas (ha)
Hasil (kw/ha)
Rakyat Luas (ha)
Hasil (kw/ha)
Ada
Ada
120
48.00
1.
Kelapa
2.
Kelapa sawit
3.
Kopi
Ada
Ada
4.
Cengkeh
Ada
Ada
5.
Coklat
Ada
Ada
6.
Pinang
Ada
Ada
8.
Karet
672
2.25/bln
9.
Tebu
Ada
Ada
10.
Kemiri
Ada
Ada
11.
Pisang
Ada
Ada
48.00
Sumber: Buku Profil Desa Mendik Tahun 2013 4.2. Gambaran Umum PT Muaratoyu Subur Lestari Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa aspek terkait dengan keadaan perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan merupakan cabang dari PT Tri Putra Argo Persada. Perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari berdiri sejak tahun 2007, awalnya lahan perusahaan ini berasal dari tanah masyarakat didesa Mendik, Bente Tualan, Pias, Toyu dan munggu. Lahan-lahan ini diganti rugi oleh pihak perusahaan pada masyarakat, lahan-lahan ini awalnya berupa hutan primer dan
38
hutan skunder, hanya sebagian saja masyarakat yang berdomisilih dilahan ini. Saat ini Pabrik Kelapa Sawit sedang dalam proses pembangunan yang mulai dibangun tahun 2012. Lokasi pabrik terletak di desa Mendik dan lokasi kebun terletak di desa Muaratoyu, desa Pias, desa Munggu, desa Mendik dan desa Bente Tualan kecamatan Long Kali kabupaten Paser. Perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari bagian utara berbatasan dengan PT Pajar Surya, Sebelah selatan berbatasan dengan PT Gawi Makmur Kalimantan, Sebelah Timur berbatasan PT Gawi Makmur Kalimantan dan Sebelah Barat berbatasan dengan PT Malindo. PT Muaratoyu Subur Lestari memilki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 11.247,49 ha, dengan luas lahan plasma 2.249,50 ha dan lahan inti perusahaan seluas 8.997,99 ha. Tenaga kerja di perkebuan kelapa sawit PT Muara Toyu Subur Lestari terdiri dari tenaga kerja migran dan tenaga kerja penduduk asli kabupaten paser. Tenaga kerja migran yaitu tenaga kerja berasal Jawa, Sumatra, Kalimantan Barat, Sulawesi, daerah asal Bima dan Nusa Tenggara Timur. Perkebuan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari menentukan upah tenaga kerja disesuaikan dengan peraturan Dinas Tenaga Kerja Kalimantan Timur. Upah tenaga kerja harian perbulan sekitar Rp 1900.000,- sedangkan upah bagian Manager, asisten, staff, kerani dan mandor disesuaikan dengan jabatan, lama kerja serta prestasi kerja. Perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari menetapkan waktu kerja selama tujuh jam tetapi tenaga kerja yang menjabat bagian Kerani, Staff, asisten dan Manager harus siap 24 jam untuk menyelesaikan pekerjaannya yang berkaitan dengan tugasnya.
39
Tabel 05. Pembagian Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Di PT Muaratoyu Subur Lestari No
Jenis-jenis pekerjaan
Jenis kelamin
Pendidikan
di PT Muaratoyu Subur Lestari
L
1.
Manager
3
1
2.
Asisten
22
3
3.
KTU
1
4.
Staff
2
2
5.
Kerani (Admin)
4
10
6.
Mandor
58
7.
Tenaga kerja harian
728
305
818
317
Jumlah
P
TT SD
SD
SLTP
SLTA
D3
SI
2 1
18 1 4
12 7
24
12
15
181
502
235
115
2
Jumlah Total Tenaga Kerja= 1.135 orang Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2013. Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja laki-laki lebih banyak dari pada jumlah tenaga kerja perempuan. Jumlah keseluruhan tenaga kerja laki-laki 818 orang sedangkan jumlah keseluruhan tenaga kerja perempuan 317 orang. Jumlah seluruh tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu 1.135 orang. Dapat terlihat pada tabel di atas bahwa bagian pengelola perusahaan hanya ada dua orang tenaga kerja perempuan sedangkan jumlah tenaga kerja laki-laki 28
40
orang, dua orang tenaga kerja perempuan tersebut yaitu bagian staff keuangan inti dan staff gudang, bagian tenaga kerja biasa hanya ada 315 orang perempuan sedangkan tenaga kerja laki-laki berjumlah 790 orang. Seperti yang terlihat pada tabel di atas ada tujuh jenis-jenis pekerjaan di PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan tenaga kerja harian. Manager di bagi menjadi tiga yaitu general manager, senior estate manager dan junior estate manager sedangkan asisten di bagi menjadi dua yaitu asisten kepala kebun dan asisten kebun. Asisten kepala kebun terbagi menjadi dua yaitu asisten kepala kebun rayon I dan asisten kepala kebun rayon II, sedangkan asisten kebun di bagi menjadi sebelas asisten afdeling, satu asisten bibit, tiga asisten plasma, dua asisten CSR (Corporate Social Responsibility ), dua asisten survey dan satu asisten infrastruktur. Sebelas asisten afdeling yaitu asisten afdeling OA1, asisten afdeling OA2, asisten afdeling OB, asisten afdeling OC, asisten afdeling OD, asisten afdeling OE, asisten afdeling OF, asisten afdeling OG, asisten afdeling OH, asisten afdeling OI, dan asisten afdeling OJ. Tiga asisten plasma yaitu asisten plasma Toyu, asisten plasma Munggu, dan asisten plasma Tualan/Mendik. Dua asisten CSR (humas) yaitu asisten CSR I, asisten CSR II. Dua asisten survey yaitu asisten survey I dan asisten survey II. Asisten CSR (humas). Selebihnya ada asisten bibit dan asisten infrastruktur. Asisten survey, asisten CSR (humas) dan asisten infrastruktur garis koordinasinya lansung ke manager tidak dibawah asisten kepala kebun.
41
Bagian KTU hanya ada satu orang, KTU ini membawahi empat staff. Empat Staff tersebut yaitu staff keuangan inti, staff keuangan plasma, staff payroll & GA, dan staff gudang. Mandor terdiri dari dua yaitu mandor satu dan mandor lapangan, kerani terdiri dari enam bagian yaitu kerani teknik, kerani umum, kerani afdeling, kerani gudang, kerani keuangan dan kerani laporan. Tenaga kerja harian terdiri dari buruh bagian perawatan, pemanen, keamanan, imfrastruktur, teknik, survey, bibit, pembantu rumah tangga (tukang masak), imam musolah, baby sister, tukang kebun dan bersih-bersih. 4.2.1. Identitas Informan Pada penelitian ini, peneliti memilih sepuluh informan. Sepuluh informan ini terdiri dari enam orang pengelola perusahaan yaitu dua orang manager (senior estate manager dan junior estate manager), satu orang asisten kepala kebun, dua orang asisten CSR (Corporate Social Responsibility), satu orang staff payroll & GA (General Affair) dan empat orang tenaga kerja biasa yang terdiri dari dua orang kerani dan dua orang tenaga kerja harian. Pada rencana awalnya peneliti menentukan general manager sebagai informan utamanya, namun kondisi di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan general managernya jarang di tempat dikarenakan general manager ini membawahi dua PT sehingga sibuk dan tidak dapat ditemui. Berikut tabel informan bagian pengelola perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur lestari.
42
Tabel 06. pengelola perusahaan PT Muaratoyu Subur Lestari No
Nama (Samaran)
Jenis kelamin
Jabatan
L
P
pendidikan SLTA
SI
1.
Hali
Senior Manager
L
2.
Sory
junior Manager
L
3.
Dul
Asisten kepala kebun rayon II
L
4.
Elmi
Asisten CSR I (humas)
L
5.
Sul
Asisten CSR II (humas)
L
6.
Rangga
Staff payroll & GA (Personalia)
L
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2013. Selain informan dari pengelola perusahaan peneliti juga mengambil informan dari tenaga kerja biasa perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Berikut tabel informan tenaga kerja biasa perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Tabel 07. Tenaga Kerja perusahaan PT Muaratoyu Subur Lestari No
Nama
Jabatan
Jenis kelamin
Pendidikan
L
SLTP
P
SLTA
1.
Cinta
Kerani Teknik
P
2.
Eni
Kerani afdeling
P
3.
Mad
Buruh Panen
4.
Umra
Buruh Perawatan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2013.
L P
43
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Jenis-jenis
pembagian
kerja
berdasarkan
jenis
kelamin
pada
perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari kabupaten paser Berikut ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian mengenai Jenis-jenis pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari kabupaten paser berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap sepuluh orang informan. Informan Hali, Sory, Dul dan Rangga mengatakan bahwa pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari ada tujuh jenis-jenis pekerjaan di PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan tenaga kerja harian. Seperti yang diungkapkan informan Hali bahwa: “Struktur pembagian kerja di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di mulai dari general manager, senior estate manager, dan junior estate manager, kemudian asisten seperti Asisten kepala kebun rayon I dan asisten kepala kebun rayon II, asisten afdeling, asisten bibit, asisten plasma, asisten CSR (humas), asisten survey dan asisten infrastruktur lalu KTU (kepala tata usaha) terus 4 Staff seperti staff keuangan inti, staff keuangan plasma, staff payroll & GA (personalia), dan staff gudang. kemudian mandor, kerani dan tenaga kerja harian”. Menurut keterangan yang diutarakan informan Sory mengenai jenis-jenis pekerjaan pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Pembagian kerja di perusahaan ini di mulai dari gendral manager, senior estate manager, junior estate manager. General manager ini membawahi
44
2 PT dan senior manager serta junior manager masing-masing membawahi 1 estate. Asisten kepala kebun ada 2 yaitu asisten kepala kebun rayon I, asisten kepala kebun rayon II, KTU, asisten kepala kebun I membawahi 4 asisten afdeling yaitu asisten afdeling OA, asisten afdeling OA 2, asisten afdeling OB, dan asisten afdeling OC. Asisten kepala kebun 2 membawahi 11 asisten yaitu asisten afdeling OD, asisten afdeling OE, asisten afdeling OF, asisten afdeling OG, asisten afdeling OH, asisten afdeling OI, asisten afdeling OJ, asisten bibit, asisten plasma Toyu, plasma Munggu, dan asisten plasma Tualan/Mendik. Selain itu ada asisten survey, asisten infrastruktur dan asisten CSR (humas). Asisten survey, infrastruktur dan CSR laporannya lansung ke manager. KTU (kepala tata usaha) membawahi 4 staff yaitu staff keuangan inti, staff keuangan plasma, staff payroll & GA, dan staff gudang. Kemudian kerani, mandor satu, mandor lapangan dan tenaga kerja harian” Adapun pernyataan yang di utarakan informan Dul mengenai jenis-jenis pekerjaan pada PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu: “struktur organisasi PT Muaratoyu Subur Lestari memang berawal dari manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan buruh harian. Manager ini ada 3, ada general manager, senior manager dan junior manager lalu asisten ada 2, ada asisten kepala kebun dan asisten kebun. Asisten kepala kebun terbagi menjadi 2 yaitu asisten kepala kebun rayon I dan asisten kepala kebun rayon II, sedangkan asisten kebun di bagi menjadi 11 asisten afdeling, 1 asisten bibit, 3 asisten plasma, 2 asisten CSR (humas), 2 asisten survey dan 1 asisten infrastruktur yaitu asisten afdeling OA1, asisten afdeling OA2, asisten afdeling OB, asisten afdeling OC, asisten bibit, asisten afdeling OD, asisten afdeling OE, asisten afdeling OF, asisten afdeling OG, asisten afdeling OH, asisten afdeling OI, asisten afdeling OJ, asisten plasma Toyu, asisten plasma Munggu, asisten plasma Tualan/Mendik, asisten CSR I, asisten CSR II, asisten survey I, asisten survey II dan asisten infrastruktur. Asisten CSR (humas), asisten survey dan asisten infrastruktur biasanya laporannya lansung ke manager bukan sama saya sebagai asisten kepala kebun. Terus bagian KTU, KTU ini di bawahnya ada 4 staff. 5 Staff ini seperti staff keuangan inti, staff keuangan plasma, staff payroll & GA, dan staff gudang. selain itu ada mandor terdiri dari 2 yaitu mandor satu dan mandor lapangan, kerani terdiri dari 6 bagian yaitu kerani teknik, kerani umum, kerani afdeling, kerani gudang, kerani keuangan dan kerani laporan. Tenaga kerja harian terdiri dari tenaga kerja bagian perawatan, pemanen, keamanan, imfrastruktur, teknik, survey, bibit, pembantu rumah tangga (tukang masak), imam musolah, baby sister, tukang kebun dan bersih-bersih”.
45
Berdasarkan pernyataan informan bahwa sistem penempatan kerja bagian manager, asisten, KTU dan staff ditentukan dari pusat perusahaan PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu PT Agro Persada yang bertempat di Jakarta, sedangkan posisi kerani, mandor dan tenaga kerja harian ditentukan dari PT Muaratoyu Subur Lestari. Informan Rangga mengungkapkan bahwa: “sistem penempatan tenaga kerja dari staff sampai ke general manager proses rekrutmennya dari pusat jakarta, nah tentu dari sana kita mau melamar jadi apa misalnya saya mau masuk jadi staff payroll jadi jika sudah melewati semua tes lulus ya sudah saya masuk ke staff payroll, ya udah lansung masuk dalam struktur organisasinya ini, jadi struktur organisasi di kebun memang sudah seperti ini, jika ada yang posisi yang kosong, misalnya asisten afd OH kita cari, dapat ya udah masuk menjadi asisten lapangan menjadi asisten afd OH, jika kerani, mandor-mandor dan jabatan di bawahnya ditentukan dari PT Muaratoyu Subur Lestari sendiri “. PT Muaratoyu Subur Lestari menempatkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya, jabatan sebagai manager dan asisten harus laki-laki karena tanggung jawab sebagai
manager dan asisten berat. Seperti yang
diungkapkan Informan Hali bahwa: “penempatan tenaga kerjanya lebih pada melihat kebutuhan, melihat keahlian atau kemampuanya atau pengelaman kerjanya, jika perusahaan membutuhkan bagian manager, asisten dan staff maka dibuka lowongan kerja bagian tersebut dan yang menetapkan bagian ini dari pusat sedangkan bagian mandor, kerani dan tenaga kerja harian ditetapkan dari PT Muaratoyu Subur Lestari sendiri melalui personalia. Bagian manager, asisten ini semuanya laki-laki karena bagian ini pekerjaan yang berat dalam perkebunan kelapa sawit, biasanya perempuan hanya bagian staff dan kerani yang dikantor sedangkan dilapanagn perempuan bagain perawatan dan bibitan”. Hal senada juga diungkapkan Informan Sorry mengenai sistem penempatan tenaga kerja pada PT Muartoyu Subur Lestari bahwa:
46
“sistem penempatan tenaga kerja pada perusahaan ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama bagian pengelola perusahaan yaitu manager, asisten dan staff ditentukan dari pusat yaitu PT Agro Persada dan yang menjabat menjadi manager, asisten dan staff ini dua laki-laki dan dua perempuan yang menjabat menjadi staff. Bagian kedua tenaga kerja biasa yaitu mandor, kerani dan tenaga kerja harian ditentukan dari PT Muaratoyu Subur Lestari. Mandor ini semua tenaga kerjanya laki-laki, hanya kerani dan tenaga kerja harian perawatan yang ada perempuannya”. Dasar-dasar sistem pembagian kerja pada perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu berdasarkan pendidikan, pengelaman kerja, dan jenis kelamin. Informan Sory mengutarakan tentang dasar sistem pembagian pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Dasar sistem pembagian kerja sudah pasti dilihat dari pendidikan, pengelaman atau keahliannya dan jenis kelamin. Bagian manager, asisten dan staff sebagian besar berpendidkan sarjana hanya sebagian kecil saja yang berpendidikan SLTA dan D3, walaupun hanya berpendidkan SLTA dan D3 tetapi kerjanya bagus maka cepat diangkat jabatanya. Sedangkan bagian kerani hanya 2 orang yang berpendidikan sarjana selebihnya hanya lulusan SLTA. Jika bagian tenaga kerja harian lainya paling tinggi tamatan SLTA dan ada juga yang tidak tamat SD. Di perusahaan ini ada penempatan tenaga kerja laki-laki sendiri. laki-laki bekerja di bagian tenaga kerja panen, tenaga kerja bagian infrastruktur, tenaga kerja teknik, tenaga kerja survey dan tenaga kerja bagian keamanan yang mengeluarkan tenaga lebih dan perempuan biasanya kerja bagian perawatan, seperti semprot, buka piringan, sensus buah, bagian tabur pupuk, nebas/notal, bagian bersih piringan, bibitan. Sedangkan Bagian manager, asisten, mandor semuanya laki-laki bagian staff ada dua orang perempuan dan bagian kerani juga lebih banyak perempuan. Kalo bagian manager, asisten, dan mandor semuanya laki-laki”. Menurut informan Hali tentang dasar sistem pembagian kerja pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “pembagian kerja pada dasarnya dilihat pada tanggung jawab pekerjaan tersebut, jika tanggung jawab pekerjaan tersebut berat maka pekerjaan tersebut bisanya dilakukan oleh laki-laki, jika tanggung jawab pekerjaan tersebut lebih ringan biasanya dilakukan oleh perempuan, tetapi tidak hanya mempertimbangkan itu saja pendidikan dan pengelaman kerja juga menjadi pertimbangan. Dalam struktur organisasi perusahaan saat ini laki-
47
laki menjabat sebagai manager, asisten, KTU, mandor, staff keuangan plasma, staff payroll & GA, sebagiannya kerani, cuman untuk kerani ini lebih banyak perempuan untuk staff hanya 2 perempuan, staff laporan keuangan inti dan staff gudang. Untuk tenaga kerja harian laki-laki bekerja sebagai pemenen, mekanik ini juga supir dan oprator, bagian tenaga kerja harian infrastruktur, bagian keamanan dan bagian survey. Semuanya ini tenaga kerja laki-laki. Sebagian juga laki-laki bekerja bagian perawatan campur dengan perempuan”. Informan Rangga mengungkapkan mengenai dasar pembagian kerja pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: "Dasar sistem pembagian kerja di perusahaan ini sesuai dengan pendidikan, keahlian dan jenis kelamin juga karena melihat sifat pekerjaan di lapangan ada jenis-jenis pekerjaan yang sifatnya beratlah. Bagian manager, asisten dan staff sebagian besar lulusan sarjana, hanya ada tiga asisten yang lulusan SLTA dan satu manager yang berpendidikan SLTA, KTU dan staff juga semuanya sarjana, satu manger dan tiga asisten yang lulusan SLTA ini diangkat dilihat dari kualitas kerjanya yang bagus serta di lihat dari jenis kelaminya yaitu laki-laki karena menjadi manager dan asisten itu pekerjaannya bersifat berat. Bagian kerani sebagian besar perempuan rata-rata berpendidikan SLTA hanya dua yang sarjana. Begitu pula tenaga kerja harian yang bersifat berat seperti pemanen, survey, infrastruktur, mekanik, dan keamanan semua tenaga kerjanya laki-laki dan bagian ini paling tinggi berpendidikan SLTA, pekerjaan yang bersifat tidak terlalu berat dikerjakan perempuan seperti bagian perawatan, tukang masak dan baby sister “. Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja laki-laki yaitu sebagai manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor, tenaga kerja harian bagian keamanan, panen, rawat, survey, inprastruktur, teknik, imam musolah dan tukang kebun. Sedangkan tenaga kerja perempuan bekerja di bagian staff, kerani, tenaga kerja harian perawatan, bibitan, tukang masak dan baby sister. Dalam sistem pembagian kerja perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari setiap informan hampir sama mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan pekerjaan sendiri, laki-laki yang dianggap kuat
48
dan perkasa ditempatkan pada pekerjaan yang juga dianggap berat sedangkan perempuan yang dianggap fisiknya tidak terlalu kuat dipekerjakan pada pekerjaan yang ringan yang hanya memerlukan ketelatenan. Seperti yang diungkapkan informan Hali, Sorry dan Rangga mengenai sistem penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Di perusahaan ini ada penempatan tenaga kerja laki-laki sendiri. laki-laki bekerja di bagian tenaga kerja panen, tenaga kerja bagian infrastruktur, tenaga kerja teknik, tenaga kerja survey dan tenaga kerja bagian keamanan yang mengeluarkan tenaga lebih dan perempuan biasanya kerja bagian perawatan, seperti semprot, buka piringan, sensus buah, bagian tabur pupuk, nebas atau notal, bagian bersih piringan, bagian pembibitan. Bagian manager, asisten, mandor semuanya laki-laki bagian staff ada 2 orang perempuan dan bagian kerani juga lebih banyak perempuan. Kalo bagian manager, asisten, dan mandor semuanya laki-laki”. Informan Cinta juga mengungkapkan hal sama mengenai sistem penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “ya yang saya lihat disini laki-laki ada kerjaannya sendiri dan perempuan ada kerjaannya sendiri, seperti perempuan di kantor bagian kerani, staff keuangan dan staff gudang. Di lapangan biasanya perempuan kerja bagian perawatan walaupun ada laki-laki juga bagian ini dan laki-laki bagian mandor dan tenaga kerja harian panen, mekanik, supir, bagian atasan seperti manager, asisten juga laki-laki semua ”. Pada bagian tenaga kerja harian ada tiga jenis pekerjaan yaitu elsy, rengclenring dan produksi. Dari tiga jenis pekerjaan tersebut maka terbagilah tenaga kerja menjadi beberapa bagian. Seperti yang diungkapkan informan Dul bahwa:
49
“Ada tiga sebenarnya jenis pekerjaan bagian tenaga kerja harian yitu elsy, rengclenring, produksi. Produksi pada umumnya laki-laki, baik itu yang panen, maupun yang muat buah itu laki-laki tapi untuk yang lain-lainya dya kita tidak bedakan laki-laki maupun perempuan, Contohnya perempuan ada yang seprot, ada laki-laki yang semprot selain yang produksi itu tadi”. Informan Umra juga mengutarakan mengenai sistem penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “biasanya sih Perempuan kerja bagian perawatan seperti nyemprot, nebas, bersih piringan, sensus buah, pembantu rumah tangga (tukang masak), penjaga bayi dan bagian kantornya itu bagian Kerani. Biasanya sih bagian perawatan dan kerani ini ada juga laki-lakinya”. Namun ada ungkapan berbeda dari informan mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Informan tersebut menyatakan tak ada perbedaan antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. seperti yang diungkapkan informan Sul bahwa: “sama aja sebenarnya minyalnya di bagian pembibitan dan perawatan ada laki-laki dan perempuan. begitu pula pekerjaan kantor bagian staff dan kerani di dalamnya ada tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan”. Informan Elmi juga mengungkapkan hal yang sama mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Sepengetahuan saya nampaknya tidak ada pembedaan terlalu jauh antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan misalnya bagian perawatan, pembibitan, staff dan kerani, dalam bagian ini tidak ada pemilahan antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan semuanya sesuai dengan komposisi yang ada, termasuk juga bagian staff gudang yang biasanya dilakukan lakilaki kenyataannya disini staff kudang perempuan. sedangkan bagian kerani (administrasi) menurut saya lebih baik memang perempuan, jika bagian
50
manager dan asisten memang lebih baik laki-laki karena pekerjaanya berat”. Dapat diketahui pula bahwa jaminan sosial hanya berlaku bagi tenaga kerja tetap dan tidak ada unsur pembedaan antara laki-laki dan perempuan. seperti yang diutarakan informan Hali, Sory dan Rangga bahwa: “ya ada, biasanya berupa jam sostek, jam sostek ini hanya berlaku untuk bagian tenaga kerja tetap, yang bukan tenaga kerja tetap belum mendapatkan jaminan sosial. Yang sering terjadi tenaga kerjanya sakit, biasanya itu diberikan surat jaminan dari perusahaan untuk berobat ke rumah sakit dan bagian pembayaran biasanya pihak perusahaan yang menanganinya”. Hal lain yang terlihat bahwa sistem lembur kerja pada perusahaan saat ini tidak ada, yang ada hanya sistem premi, sistem premi ini tidak ada pembedaan antara tenaga kerja lai-laki dan perempuan, hanya saja pada sistem sebelumnya ada sistem lembur dan dalam sistem lembur ini ada perbedaan antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan karena permintaan dari tenaga kerja perempuan yang juga memiliki kesibukkan di rumah seperti mengurus anak-anak dan memasak, selain itu juga pihak perusahaan tidak banyak memberikan waktu lembur untuk tenaga kerja perempuan karena melihat kondisi fisik dan tanggung jawab perempuan di rumah. Seperti ungkapan informan Dul, Sul dan Hali bahwa: “kalo perempuan malah sedikit lemburnya, bukan kita sih yang mau kasih, kadang-kadang mereka sendiri yang meminta karena mereka masaklah bilangnya, ngurusin anaknya, jadi cukup setengah hari aja pak bilangnya. Jadi dengan melihat kondisi mereka, kami dari pihak perusahaan cukup mengerti. Apa lagi kita tau sendiri bagaimana kondisi fisik perempuan. Kalo laki-laki cukup leluasa sampai malam pun bisa. Yang perempuan lebih efektif pagi kerjanya, tetapi saat ini tidak ada sistem lembur sekarang pake sistem premi, sistem premi ini tidak melihat laki-laki atau perempuannya tetapi di lihat dari pekerjaan atau jabatannya dalam perusahaan, tinggi jabatanya preminya juga lebih tinggi”.
51
Perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari membagi pekerjaan menjadi tujuh jenis-jenis pekerjaan yaitu manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan buruh harian. Manager di bagi menjadi tiga yaitu general manager, senior estate manager dan junior estate manager sedangkan asisten di bagi menjadi dua yaitu asisten kepala kebun dan asisten kebun. Asisten kepala kebun terbagi menjadi dua yaitu asisten kepala kebun rayon satu dan asisten kepala kebun rayon dua, sedangkan asisten kebun di bagi menjadi sebelas asisten afdeling, satu asisten bibit, tiga asisten plasma, dua asisten CSR (humas), dua asisten survey dan satu asisten infrastruktur yaitu asisten afdeling OA1, asisten afdeling OA2, asisten afdeling OB, asisten afdeling OC, asisten bibit, asisten afdeling OD, asisten afdeling OE, asisten afdeling OF, asisten afdeling OG, asisten afdeling OH, asisten afdeling OI, asisten afdeling OJ, asisten plasma Toyu, asisten plasma Munggu, asisten plasma Tualan/Mendik, asisten CSR I, asisten CSR II, asisten survey I, asisten survey II dan asisten infrastruktur. Bagian KTU yang membawahi empat staff. Empat Staff tersebut yaitu staff keuangan inti, staff keuangan plasma, staff payroll & GA, dan staff gudang. Mandor terdiri dari dua yaitu mandor satu dan mandor lapangan, kerani terdiri dari enam bagian yaitu kerani teknik, kerani umum, kerani afdeling, kerani gudang, kerani keuangan dan kerani laporan. Tenaga kerja harian terdiri dari tenaga kerja bagian perawatan, pemanen, keamanan, imfrastruktur, teknik, survey, bibit, pembantu rumah tangga (tukang masak), imam musolah, baby sister, tukang kebun dan bersih-bersih. Selain itu perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari tidak menerapkan sistem lembur, perusahaan ini menerapakan sistem premi. Dalam
52
sistem premi ini tidak ada pembedaan
antara tenaga kerja laki-laki dan
perempuan, hanya saja pada sistem sebelumnya ada sistem lembur dan dalam sistem lembur ini ada perbedaan antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan karena permintaan dari tenaga kerja perempuan yang juga memiliki kesibukkan di rumah seperti mengurus anak-anak dan memasak, selain itu juga pihak perusahaan tidak banyak memberikan waktu lembur untuk tenaga kerja perempuan karena melihat kondisi fisik dan tanggung jawab perempuan di rumah. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui pula bahwa jaminan sosial hanya diberikan bagi tenaga kerja tetap serta tidak ada unsur pembedaan antara laki-laki dan perempuan. 5.2. Aspek biologis dan budaya yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Pandangan atau anggapan masyarakat mengenai keadaan fisik perempuan yang lemah. Hal ini diungkapkan beberapa informan bahwa tenaga kerja di PT Muaratoyu Subur lestari lebih banyak tenaga kerja laki-laki, dibandingkan tenaga kerja perempuan. Hal ini disebabkan keadaan pekerjaan di perkebunan berat, selain itu kondisis geografis di lokasi perusahaan ini berbukit sehingga tidak memungkinkan bagi tenaga kerja perempuan, seperti diketahui kondisi fisik tenaga kerja perempuan yang lemah dibandingkan tenaga kerja laki-laki dan terkadang keadaan emosi perempuan tidak stabil saat-saat tertentu. Seperti yang diungkapkan informan Eni bahwa:
53
“Yang dibutuhkan disini banyak laki-laki jadi wajar aja kalo laki-laki yang lebih banyak kerja disini dan kita tahu sendiri kerjaan di perkebunan sawitkan berat yah, perempuankan tenaganya kurang kuat kalo kerja yang berat-berat”. Menurut keterangan informan Mad mengenai dominasi tenaga kerja lakilaki yang lebih banyak pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Masalahnya yang banyak dibutuhkan laki-laki terutama di bagian pemanen, infrastruktur, teknik dan survey, bagian ini pekerjaan yang berat dan hanya bisa dilakukan laki-laki. Bagian perawatan seperti chiemist atau semprot di lakukan perempuan“. Informan Sul mengungkapkan hal yang berbeda mengenai dominasi tenaga kerja laki-laki yang lebih banyak pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Dalam perusahaan sini tidak membedakaan tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Bahwa perusahaan sini lebih banyak membutuhkan tenaga kerja laki-laki dari pada perempuan”. Hal yang sama diungkapkan informan Dul dominasi tenaga kerja laki-laki yang lebih banyak pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “karena adanya perempuan segitu, makanya lebih banyak tenaga kerja laki-laki bukan berarti kita membatasi tenaga kerja perempuan, tetapi peminatnya yang banyak bekerja disini tenaga kerja laki-laki karena kondisi perusahan ini berbukit, tenaga kerja perempuan menyadari kondisi geografis perusahaan dan kondisi fisik tenaga kerja perempuan itu sendiri tidak begitu kuat”. PT Muaratoyu Subur Lestari tidak memiliki peraturan secara khusus mengenai sistem penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin, jika peraturan tenaga kerja secara umum ada tetapi ini menjadi rahasia perusahaan. Sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin hanya mengikuti kebiasaan dalam masyarakat. Seperti yang dikatakan informan Rangga bahwa: “Secara peraturanya sih tidak ada, secara kebiasaan memang ada pemisahaan pekerjaan antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja
54
perempuan seperti level staff masih bisa perempuan kecuali manager, asisten lapangan dan mandor tidak bisa karena harus menghendel lapangan, hal ini sudah menjadi kebiasaan di dalam masyarakat karena pekerjaan menjadi manager, asisten dan mandor itu keras tiak mungkin perempuan menurut saya bukan berarti merendahkan perempuan, jadi dengan kondisi manager, asisten dan mandor yang harus menghendel sekian hektar lapangan mengurus beratus ratus karyawan bahkan beriburibu kariawan tentu membutuhkan laki-laki yang bisa ada stamina yang kuat, fisiknya kuat, mental yang kuat. Jika tenaga kerja perempuan menjadi asisten lapangan belum bisa, jika level staff dikantor sih masih bisa karena menjadi staff hanya dikantor saja”. Informan Cinta mengatakan hal yang sama bahwa: “saya sih tidak pernah dengar tentang peraturan yang melarang laki-laki atau pun perempuan bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu, memang beginilah kebiasaan dalam semua perusahaan tenaga kerja perempuan kerja di bagian kantor seperti admin dan keuangan”. Informan Dul mengutarakan hal yang tak jauh berbeda dengan informan lain mengenai peraturan penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin bahwa: ”Tidak ada, kita sesuai dengan UU Tenaga Kerja dan masalah penempatan tenaga kerja itu tergantung dengan keahlian dya, bisa dilihat dengan bukti bahwa kerani ada tenaga kerja laki-laki dan ada tenaga kerja perempuan, untuk bagian mandor perempuan saya belum ada melihat karena tenaga kerja perempuan kurang dan kerja menjadi mandor memang dianggap pekerjaan laki-laki”. Masyarakat sekitar perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari masih melakukan sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Kebiasaan masyarakat paser mengenai pemilahan pekerjaan untuk lakilaki dan perempuan, seperti dalam rumah tangga perempuan memasak, mencuci pakian, mengurus anak-anak dan suami. Sedangkan laki-laki bekerja diluar rumah mencari nafkah, walupun ada banyak perempuan yang bekerja mencari nafkah tetapi hanya membantu pendapatan suami saja. Kebisaan masyarakat paser dalam
55
becocok tanam saat berladang juga terlihat pembagian kerjaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam berladang laki-laki bagian nasok dan perempuan bagian nias. Selain itu pada upacara adat paser juga terjadi pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, seperti belian dan ronggeng perempuan biasanya tukang pembuat makanan sesajennya, sedangkan laki-laki biasanya menyipkan peralatan atau perlengkapan upacara adatnya. Seperti yang diutarakan informan Mad bahwa: “ya masih ada, seperti dalam kehidupan rumah tangga laki-laki berkedudukan sebagai kepala rumah tangga dan berperan sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan berkedudukan sebagai ibu rumah tangga yang berperan mengurusi suami dan anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah dan banyak yang lainnya. Sama seperti pembagian kerja pada masyarakat umumnya”. Selain dalam ruang lingkup keluarga pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin juga terjadi dalam kegiatan bercocok tanam masyarakat paser. Seperti yang diungkapkan informan Umrah bahwa: “ya masih ada, seperti di dalam rumah tangga perempuan kerja di rumah misalnya memasak, nyuci pakian, mengurusi anak-anak dan suami kerja di luar rumah mencari nafkah. Di dalam kegiatan beladang orang paser biasanya laki-laki bagian nasok (pembuatan lobang dengan ulin atau kayu yang sudah di lancipkan terlebih dahulu dengan cara menancapkan ulin atau kayu ke tanah) dan perempuan bagian nias (memasukan padi kedalam lubang tasok tadi)”. Ada informan mengungkapkan hal yang sedikit berbeda mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin di dalam masyarakat paser. Seperti yang diutarakan informan Eni bahwa: “ya ada pembagian kerja untuk laki-laki dan perempuan. misalnya dalam rumah tangga laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan mengurus pekerjaan dirumah, walaupun banyak juga perempuan yang bekerja
56
mencari nafkah tetapi itu hanya membantu suami saja. Tetap saja mencari nafkah tugas utama suami. Selain itu dalam acara adat paser namanya belian, perempuan biasanya tukang pembuat makanan sesajennya, kalo laki-laki biasanya menyipkan peralatan atau perlengkapan upacara adatnya”. Informan Cinta mengatakan bahwa: “kebiasaan pembagian kerja di paser contohnya dalam rumah tangga yah, perempuan biasanya kerjanya di rumah jaga anak dan mengurus rumah serta suami. Kalo biasanya di acara upacara adat paser seperti ronggeng perempuan biasanya tukang pembuat makanan sesajennya, kalo laki-laki biasanya menyipkan peralatan atau perlengkapan upacara adatnya. Jadi memang sudah terbiasa ada pembagian kerja tersendiri buat laki-laki dan perempuan.” Sistem pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari juga dipengaruhi budaya atau kebiasaan dalam masyarakat paser khususnya dan dalam masyarakat indonesia pada umumnya. Seperti yang diungkapkan Informan Sory bahwa: “Sebenarnya berpengaruh di sini, kebiasaan disini tenaga kerja perempuan kemampuannya sedikit berbeda di sumatra karena saya dulu kerja di sumatra, perempuan itu ada juga mendodos, tapi kita sesuaikan dengan kemampuan orang di sini. Cara kerja disini pun ringan dibandingkan dengan di sumatra, di sumatra perempuan bekerja bawa pupuk dengan banyak tempat agar dapat target. Kalo disini sudah agak manja sedikit hanya pake ember bawa pupuk sudah cukup. kalo disana bekerja sesuai dengan volume kerja berdasarkan upah. Kalo disini tidak karena keadaan yang berbeda-beda”. Informan Rangga mengatakan hal yang berbeda mengenai pengaruh kebiasaan mansyarakat atas pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa: “Kebiasaan dalam pembagian kerja di indonesia biasanya, jenis-jenis pekerjaan masih secara menset dibedakan, jenis-jenis pekerjaan berat tidak diserahkan untuk perempuan, untuk pekerjaan yang masih bisa dilakukan oleh mereka maka pekerjaan tersebut dikerja oleh perempuan. seperti dalam perusahaan ini perempuan kerja bagian staff, kerani, tenaga kerja
57
bagian perawatan dan bibitan, baby sister serta tukang memasak. Bagian kantor seperti kerani dan staff biasanya salah satu saratnya harus berpenampilan menarik agar kita melihatnya senang dan semangat kerja”. Informan Eni mengatakan bahwa: “Secara tidak lansung jika kita cermati ada pengaruhnya sama kebiasaan masyarakat, seperti kebiasan masyarakat perempuan bekerjaan di bagian yang lebih butuh ketelatenan, dan tidak terlalu berat seperti di perusahaan ini perempuan bekerja bagian kerani dan staff yang tidak terlalu membutuhkan tenaga yang ekstra ”. Informan Dul mengatakan bahwa: “Biasanya di negara kita memang perempuan ditaro pada pekerjaan yang butuh ketelitian dan dianggap ringan melihat kondisi fisik perempuan dan kondisi medan /kondisi geografis berbukit/naik turun di perusahaan ini, sehingga pekerjaan laki-laki dan perempuan di pisahkan”. Setiap informan mengungkapkan hal yang sama mengenai sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yang dianggap wajar saja bagi tenaga kerja perempuan bekerja pada pekerjaan yang ringan dan perlu ketelatenan serta keuletan sedangkan laki-laki bekerja pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang lebih ekstra atau kuat. Mereka tidak mengangap ini menjadi suatu masalah dan kaum perempuan merasa tidak di diskriminasi serta merasa sistem pembagian kerja ini adil karena ini menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan informan Umra bahwa: “wajar saja kan ringan kerjanya misalnya nyemprot laki-laki yang ambil airnya dan membawa perlengkapan nyemprotnya, perempuan bagian yang nyemprotnya saja, bagian pembibitan laki-laki yang mengangkut bibitnya dan perempuan bagian menanam bibitnya”. Informan
Mad
mengungkapkan
penilaian
yang
sama
mengenai
penempatan tenaga kerja laki-laki dan perempuan pada PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa:
58
“menurut saya sih wajar saja, kami bagian pemanen, infastruktur, survey, mekanik dan keamanan laki-laki semua tidak ada perempuan, karena bagian ini memang berat kerjaannya pasti perempuan tidak kuat ”. Beberapa informan mengutarakan bahwa menjadi kerani dan staff itu wajar dijabat oleh tenaga kerja perempuan karena pekerjaanya tidak terlalu berat dan tenaga kerja laki-laki wajar-wajar saja menjabat sebagai manager, asisten dan mandor. Informan cinta dan Informan Eni menyatakan bahwa: “kami merasa bagian kerani ini sih wajar saja, karena kerjaannya ringan buat kami, jika bagian manager, asisten dan mandor itu memang pantas untuk laki-laki soalnya bagian ini harus turun lapangan mengecek dan mengurusi kerjaan di lapangan, belum lagi tantangan di lapangan mengurusi tenaga kerja laki-laki yang bandel dan terkadang melakukan kekerasan fisik seperti menonjok dan menipas memakai parang. Sepertinya perempuan belum sangup untuk itu”. Informan Rangga mengungkapkan bahwa: “sistem pembagian kerja seperti ini menurut saya hal yang wajar dan sudah biasa terjadi dalam masyarakat kita. Menjadi manager dan asisten pekerjaan yang berat dalam perusahaan perkebunan kelapa sawit dan yang mampu melakukan ini laki-laki, bukan berarti merendahkan perempuan tetapi inilah tuntutan dilapangan. Perempuan biasanya bagian staff”. Dari hasil wawancara dengan informan mengenai aspek biologis dan budaya yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari dapat di simpulkan sebagai berikut 1. Pandangan atau anggapan masyarakat mengenai keadaan fisik perempuan yang lemah dan laki-laki kuat. Pandangan masyarakat mengenai keadaan fisik perempuan yang lemah, mengakibatkan adanya pembagian kerja untuk perempuan pada pekerjaan yang
59
dianggap ringan dan pekerjaan yang dianggap berat untuk laki-laki. Hal ini diungkapkan beberapa informan mengenai pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin di PT Muaratoyu Subur lestari bahwa pekerjaan di perkebunan berat, selain itu kondisis geografis di lokasi perusahaan ini berbukit sehingga tidak memungkikan bagi tenaga kerja perempuan, seperti diketahui kondisi fisik perempuan yang lemah dibandingkan laki-laki dan terkadang keadaan emosi perempuan tidak stabil saat-saat tertentu. pekerjaan sebagai manager, asisten dan mandor diharuskan turun kelapangan untuk mengecek dan mengawasi tenaga kerja harian di lapangan dengan jumlah beribu tenaga kerja dan berbagai karakteristik sehingga dibutuhkan tenaga yang kuat dan ekstra yaitu laki-laki. 2. Kebisaan dalam masyarakat mengenai pemilahan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Kebiasaan masyarakat paser mengenai pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, seperti yang diungkapkan informan di atas tadi bahwa dalam rumah tangga perempuan memasak, mencuci pakian, mengurus anak-anak dan suami. Sedangkan laki-laki bekerja diluar rumah mencari nafkah. Dalam kebisaan masyarakat paser saat berladang juga terlihat pembagian kerjaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam berladang laki-laki bagian nasok dan perempuan bagian nias. Selain itu pada upacara adat paser seperti belian dan ronggeng perempuan biasanya tukang pembuat makanan sesajennya, sedangkan laki-laki biasanya menyipkan peralatan atau perlengkapan upacara adatnya.
60
Selain itu di PT Muaratoyu Subur Lestari secara menset membedakan antara pekerjaan untuk tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Pekerjaan yang dianggap berat dilakukan oleh tenga kerja laki-laki yaitu bagian manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan tenaga kerja harian bagian panen, perawatan, survey, infrastruktur, keamanan, teknik, imam musolah dan tukang kebun. Sedangkan tenga kerja perempuan bekerja bagian yang dianggap ringan yaitu bagian staff, kerani dan tenaga kerja harian seperti bagian perawatan, baby sister dan tukang masak.
61
BAB VI PEMBAHASAN 6.1.
Jenis-jenis
pembagian
kerja
berdasarkan
jenis
kelamin
pada
perkebunan Kelapa Sawit PT Muara Toyu Subur Lestari di Kabupaten Paser. 6.1.1. Manager Manager merupakan seorang yang mampu memimpin tenaga kerja dengan berbagai karakteristik dan latar belakang budaya sesuai dengan tujuan perusahaan. Informan mengatakan bahwa Manager di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari terbagi menjadi tiga yaitu general manager, estate senior manager dan estate junior manager. General manager memimpin atau membawahi dua PT yaitu PT Muaratoyu Subur Lestari dan PT lain, estate senior manager dan estate junior manager masing-masing memimpin 1 estate yaitu estate I dan estate II. PT Muaratoyu Subur Lestari sejak berdiri tahun 2007 sampai saat ini tidak pernah
perempuan
menjabat
sebagai
manager,
beberapa
informan
mengungkapkan hal ini terjadi karena pekerjaan sebagai manager di perkebunan kelapa sawit berat untuk perempuan dan selama ini informan mengatakan bahwa tidak pernah perempuan melamar menjadi manager karena mereka menyadari kemampuan perempuan itu sendiri. Selama ini semua manager berjenis kelamin laki-laki karena laki-laki dianggap mampu menjadi manager di perkebunan kelapa sawit.
62
Selain dilihat dari jenis kelaminnya pertimbangan menempatkan seseorang menjadi manager juga dilihat dari pendidikan dan pengelaman kerjanya. Dari tiga manager di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari dua manager yaitu general manager dan senior estate manager merupakan tenaga kerja terdidik sekaligus tenaga kerja terlatih dan satu manager yaitu junior estate manager merupakan tenaga kerja terlatih. General manager dan senior estate manager dikatakan sebagai tenaga kerja terdidik sekaligus sebagai tenaga kerja terlatih karena selain dari pendidikanya sarjanan dua manager ini juga sudah terlatih bertahun-tahun bekerja di perkebunan kelapa sawit sehingga mengerti manajeman perusahaan perkebunan kelapa sawit. Junior estate manager dikatakan sebagai tenaga kerja terlatih karena manager tersebut memiliki pengelaman dan terlatih beberapa tahun bekerja di perkebunan kelapa sawit. 6.1.2. Asisten Asisten di bagi menjadi dua yaitu asisten kepala kebun dan asisten kebun. Asisten kepala kebun terbagi menjadi dua yaitu asisten kepala kebun rayon I dan asisten kepala kebun rayon II. Asisten kebun di bagi menjadi sebelas asisten afdeling, satu asisten bibit, tiga asisten plasma, dua asisten CSR (humas), dua asisten survey dan satu asisten infrastruktur. Sebelas asisten afdeling yaitu asisten afdeling OA1, asisten afdeling OA2, asisten afdeling OB, asisten afdeling OC, asisten afdeling OD, asisten afdeling OE, asisten afdeling OF, asisten afdeling OG, asisten afdeling OH, asisten afdeling OI, asisten afdeling OJ. Tiga asisten plasma yaitu asisten plasma Toyu,
63
asisten plasma Munggu dan asisten plasma Tualan/Mendik. Dua asisten CSR (humas) yaitu asisten CSR I dan asisten CSR II. Dua asisten survey yaitu asisten survey I dan asisten survey II serta satu asisten infrastruktur dan satu asisten bibit. Aisten CSR, asisten survey, dan asisten infrastruktur garis koordinasinya lansung ke manager tidak di bawah garis koordinasi asisten kepala kebun. Asisten perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari sejak berdiri tahun 2007 sampai saat ini tidak pernah perempuan yang menjabat sebagai asisten. Beberapa informan mengungkapkan hal ini terjadi karena pekerjaan sebagai asisten di perkebunan kelapa sawit berat untuk perempuan dan selama ini informan mengatakan bahwa tidak pernah perempuan melamar menjadi asisten karena mereka menyadari kemampuan perempuan itu sendiri, sehingga selama ini semua asisten laki-laki karena laki-laki dianggap mampu menjadi asisten di perkebunan kelapa sawit. Selain dilihat dari jenis kelaminnya alasan menempatkan seseorang menjadi asisten juga mempertimbangkan dari sisi pendidikan dan pengelaman kerjanya. Dari 22 asisten di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari ini sembilan belas orang aisten merupakan tenaga kerja terdidik sekaligus tenaga kerja terlatih serta ada tiga orang asisten merupakan tenaga kerja terlatih. Sembilan belas orang aisiten ini dikatakan sebagai tenaga kerja terdidik sekaligus sebagai tenaga kerja terlatih karena selain dari pendidikanya sarjanan aisten ini juga sudah terlatih bertahun-tahun bekerja di perkebunan kelapa sawit sehingga mengerti tentang pekerjaan di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tiga asisten yaitu asisten kepala kebun rayon I, asisten afdeling OB dan asisten afdeling OC
64
dikatakan sebagai tenaga kerja terlatih karena aisten tersebut terlatih beberapa tahun bekerja di perkebunan kelapa sawit dan memiliki pengelaman kerja yang dinilai bagus oleh perusahaan sehingga dapat menjabat sebagai asisten. 6.1.3. KTU (Ketua Tata Usaha) KTU ini membawahi empat staff yaitu staff keuangan inti, keuangan plasma, staff payroll & GA, dan staff gudang. KTU ini berjenis kelamin laki-laki dan ini merupaka tenaga kerja terdidik dan terlatih, disebut sebagai tenaga kerja terdidik dan terlatih karena KTU ini berpendidikan sarjana dan berkompeten dalam bidangnya serta sudah terlatih beberapa tahun menjadi KTU di perusahaan di perkebunan kelapa sawit. 6.1.4. Staff Staff terbagi menjadi empat yaitu staff keuangan inti, keuangan plasma, staff payroll & GA, dan staff gudang. Staff ini ada empat orang yang terdiri dari dua orang tenaga kerja perempuan dan dua orang tenaga kerja laki-laki. Staff ini merupakan tenaga kerja yang terdidik dan terlatih. Kedudukan tenaga kerja perempuan paling tinggi dalam struktur perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu menjabatan sebagai staff, hal ini terjadi karena kondisi fisik tenaga kerja perempuan lemah, pemahaman masyarakat dan pengelola perusahaan mengenai pekerjaan sebagai manager dan asisten merupakan jabatan yang paling tinggi dalam perusahaan perkebunan kelapa sawit tidak pantas dikerjakan tenaga kerja perempuan serta kebiasaan dalam masyarakat menegenai pemilahan
65
pekerjaan yang dianggap berat untuk laki-laki dan pekerjaan yang dianggap ringan untuk perempuan. 6.1.5. Kerani Kerani merupakan pegawai yang mengurusi administrasi sederhana, misalnya mencatat, mengetik, menerima dan mengirim surat. Kerani terbagi menjadi enam bagian yang terdiri dari kerani teknik, kerani umum, kerani afdeling, kerani gudang, kerani keuangan dan kerani laporan. Tenaga kerja bagian kerani lebih banyak perempuan dari pada laki-laki, hal ini bisa terlihat dari tenaga kerja perempuan yang berjumlah sembilan orang dan tenaga kerja laki-laki berjumlah empat orang, sehingga secara keseluruhan tenaga kerja bagian kerani berjumlah tiga belas orang. Tenaga kerja yang menjabat sebagai kerani sebagian besar merupakan tenaga kerja terlatih dan ada dua tenaga kerja kerani yang merupakan tenaga kerja terdidik maupun tenaga kerja terlatih yaitu bagian kerani laporan keuangan. Bagian kerani ini merupakan posisi jabatan paling tinggi di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur lestari yang paling banyak menyerap tenaga kerja perempuan, selain itu perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur lestari juga banyak menempatkan tenaga kerja perempuan hanya bagian tenaga kerja harian perawatan dan pembibitan saja. 6.1.6. Mandor Mandor terdiri dari mandor satu dan mandor lapangan, mandor satu terdiri sebelas orang. Mandor satu membawahi mandor lapangan yang terdiri mandor
66
bagian perawatan, mandor bagian panen, mandor bagian mekanik, mandor bagian infrastruktur, mandor bagian bibitan dan mandor bagian survey. Mandor lapangan ini berjumlah 47 orang. Semua mandor di PT Muaratoyu Subur Lestari berjenis kelamin laki-laki dan semua mandor ini merupakan tenaga kerja terlatih, diikatakan sebagai tenaga kerja terlatih karena tenaga kerja bagian mandor ini sudah memiliki pengelaman bertahun-tahun menjadi tenaga kerja harian biasa kemudian di angkat menjadi mandor karena asisten dan manager melihat kualitas kerjanya bagus dan apa bila ada yang melamar menjadi mandor maka akan di trening selam enam bulan yang kemudian dianggkat menjadi mandor. Mandor ini paling tinggi berpendidikan SLTA bahkan ada yang tidak tamat SD. Beberpa informan mengungkapkan bahwa pekerjaan sebagai mandor hanya pantas dilakukan oleh tenaga kerja lakilaki dan selama ini tenaga kerja perempuan tidak pernah melamar menjadi mandor. 6.1.7. Tenaga kerja harian Tenaga kerja harian di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari terdiri dari beberapa bagian yaitu tenaga harian bagian panen, perawatan, bibitan, infrastruktur, survey, keamanan, tukang masak, baby sister, imam musolah, dan tukang kebun. Berdasarkan temuan di lapangan perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari lebih banyak menempatkan tenaga kerja perempuan di bagian tenaga kerja harian perawatan dan bibitan saja dan status tenaga kerja harian perempuan ini merupakan tenaga kerja harian tidak tetap.
67
Berikut penjelasan dari bagian-bagian tenaga kerja harian di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. 6.1.7.1. Tenaga kerja harian bagian panen Tenaga kerja harian bagian panen ini semuanya laki-laki tidak ada satu pun tenaga kerja perempuan karena pihak perusahaan dan tenaga kerjanya mengganggap pekerjaan bagian panen merupakan pekerjaan yang berat sehingga tenaga kerja perempuan tidak mampu mengerjakannya. Tenaga kerja bagian panen berjumlah 191 orang Bagian panen ini biasanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian dodos sawit, bagian pengangkut sawit dari dalam kebun ke pinggir jalan dan ada yang bagian mengangkat buah sawit ke dalam truk. Tenaga kerja bagian panen ini merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih karen tenaga kerja ini hanya mengandalkan tenaga saja. 6.1.7.2. Tenaga kerja harian bagian infrastruktur Bagian infrastruktur terdiri dari tukang bangunan baik jalan, jembatan, barak, kantor, musolah, sekolah dan gedung fasilitas kesehatan, selain itu PT Muaratoyu Subur Lestari juga menggabungkan tenaga kerja bagian teknik dengan tenaga kerja bagian infrastruktur karena tidak ada asisten bagian teknik sehingga tenaga kerja bagian teknik ini di bawah pengawasan asisten infrastruktur. Tenaga kerja bagian mekanik ini terdiri dari driver, mekanik, oprator alat-alat berat dan mesin. Tenaga kerja bagian infrastruktur berjumlah 149 orang. Dasar penempatan tenaga kerja bagian infrastruktur ini adalah jenis kelamin, seperti yang diungkapkan bebrapa informan bahwa semua tenaga kerja bagian
68
infrastruktur adalah tenaga kerja laki-laki, hal ini dipertimbangkan karena pekerjaan bagian infrastruktur berat dan hanya bisa dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja bagian infrastruktur ini merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih karen tenaga kerja ini hanya mengandalkan tenaga saja. Pendidikan terakhir tenaga kerja bagain infrastruktur ini yaitu SLTP, SD dan ada juga yang tidak tamat SD. 6.1.7.3. Tenaga kerja harian bagian survey Tenaga kerja survey merupakan tenaga kerja yang bertugas mensurvey lokasilokasi baru yang berpotensi untuk memperluas laha perkebunan dan mengukur luasan perkebuna perusahaan tersebut. Tenaga kerja survey ini semuanya laki-laki dan secara keseluruhan tenaga kerja bagian survey berjumlah 23 orang. Dasar penempatan tenaga kerja bagian survey ini adalah jenis kelamin, seperti yang diungkapkan beberapa informan bahwa semua tenaga kerja bagian survey adalah tenaga kerja laki-laki, hal ini dipertimbangkan karena pekerjaan bagian survey berat dan hanya bisa dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja bagian survey merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih karena tenaga kerja ini hanya mengandalkan tenaga saja. Tenaga kerja bagian survey ini paling tinggi pendidikannya yaitu tamatan SLTP dan ada juga yang tamat SD serta ada tenaga kerja yang tidak tamat SD. 6.1.7.4. Tenaga kerja harian bagian bibitan Tenaga kerja bagian bibit berjumlah 39 orang dengan tenaga kerja laki-laki berjumlah 27 orang dan tenaga kerja perempuan berjumlah 12 orang. Tenaga
69
kerja harian bagian bibitan lebih banyak jumlah tenaga kerja laki-laki dari pada tenaga kerja perempuan, hal ini terjadi karena ada beberapa pekerjaan yang berat dan dibutuhkan tenaga yang kuat dan ekstra sehingga tenaga kerja laki-laki yang lebih banyak dibutuhkan dibandingkan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja bagian bibitan ini biasanya memperbanyak bibit sawit yang unggul untuk di tanam dalam lokasi perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari serta menjaga dan merawat bibit sawit tersebut. Tenaga kerja harian bagian bibitan ini merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih karena dalam pembagian tenaga kerja harian bibitan ini tidak memerlukan pendidikan dan pelatihan khusus, cukup hanya mengikuti intruksi asisten dan mandor. 6.1.7.5. Tenaga kerja harian bagian keamanan Tenaga kerja bagian keamanan ini seluruhnya adalah tenaga kerja laki-laki, tidak ada tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja bagian keamanan berjumlah 31 orang dengan 30 orang scurity dan satu orang brimob. Hal ini disebabkan karena perempuan tidak pernah melamar menjadi bagian keamanan, tenaga kerja dan pihak perusahaan ini beranggapan bahwa menjadi bagian keamanan itu pekerjaan laki-laki, tidak pantas perempuan bekerja bagian ini. Tenaga kerja bagian keamanan merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih karena tenaga kerja ini hanya mengandalkan tenaga saja, tidak terlalu menekan dari sisi pendidikannya. Hanya satu bagian keamana yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih yaitu brimob, untuk menjadi brimob di perlukan pendidikan dan pelatihan khusus.
70
6.1.7.6. Tenaga kerja harian bagian perawatan Bagian perawatan ini biasanya dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian chemist (semprot), bagian bersih piringan, bagian nebas, bagian memupuk dan bagian sensus buah. Dalam tenaga kerja harian bagian perawatan paling banyak menyerap tenaga kerja perempuan dibandingkan jenis-jenis pekerjaan yang lain yang ada di PT Muaratoyu Subur Lestari. Hal ini diungkapkan beberapa informan karena bagian perawatan di perkebunan kelapa sawit merupakan pekerjaan yang ringan dan pantas di kerjakan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja bagian perawatan secara keseluruhan berjumlah 587 orang dengan jumlah tenaga kerja laki-laki 304 orang dan jumlah tenaga kerja perempuan 203 orang. Tenaga kerja bagian panen ini merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih karen tenaga kerja ini hanya mengandalkan tenaga saja. 6.1.7.7. Tenaga kerja harian bagian tukang masak dan baby sister Tenaga kerja bagian Pembantu rumah tangga (tukang masak) berjumlah delapan orang dan tenaga kerja bagian baby sister berjumlah dua orang. Tenaga kerja bagian tukang masak dan baby sister ini di khususkan untuk tenaga kerja perempuan. Hal ini terjadi karena pemahaman masyarakat dan pengelola perusahaan di PT Muaratoyu Subur Lestari bahwa tukang masak dan baby sister ini pantas dan wajar dikerjakan tenaga kerja perempuan dan ini sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Tenaga kerja harian bagian tukang masak merupakan tenaga kerja terlatih. 6.1.7.8. Tenaga kerja harian bagain tukang kebun dan imam musolah
71
Tenaga kerja harian bagian tukang kebun dan imam musolah ini semuanya tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja bagian tukang kebun dan imam musolah terdiri dari dua orang tenaga kerja bagian tukang kebun dan satu orang imam musolah. Tenaga kerja harian bagian tukang kebun merupakan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, sedang tukang musolah merupakan tenaga kerja terlatih. 6.2. Aspek biologis dan budaya yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muara Tuyu Subur Lestari Kabupaten Paser. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemuka aspek budaya biologis yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu: 6.2.1. Pandangan atau anggapan masyarakat mengenai keadaan fisik perempuan yang lemah dan laki-laki kuat. Hal ini diungkapkan beberapa informan bahwa tenaga kerja di PT Muaratoyu Subur lestari lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan di perkebunan berat, selain itu kondisis geografis di lokasi perusahaan ini berbukit sehingga tidak memungkinkan bagi tenaga kerja perempuan, seperti diketahui kondisi fisik perempuan yang lemah dibandingkan laki-laki dan terkadang keadaan emosi perempuan tidak stabil saat-saat tertentu. Selain itu tanggung jawab perempuan di rumah juga banyak, sehingga perempuan
72
harus bisa membagi waktunya, antara pekerjaan di luar rumah dan pekerjaannya di rumah. Hal ini sesuai dengan Teori nature yang diungkapkan Budiman bahwa pembangian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) disebabkan oleh faktorfaktor biologis laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor itu adalah anggapan secara psikologis bahwa perempuan itu emosional, pasif, dan submisif sedangkan lakilaki lebih perkasa, aktif dan agresif. Karena itu wajarlah perempuan tinggal dalam rumah, membesarkan anak-anak, memasak dan memberi perhatian kepada suaminya. Sedangkan laki-laki, sesuai dengan struktur biologisnya itu, pergi ke luar rumah untuk mencari makanan/sumber penghidupan bagi keluarga. Pekerjaan sebagai manager, asisten dan mandor diharuskan turun kelapangan untuk mengecek dan mengawasi tenaga kerja harian di lapangan dengan jumlah beribu tenaga kerja dengan berbagai karakteristik sehingga dibutuhkan tenaga yang kuat dan ekstra yaitu tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja perempuan yang berperan sebagai staff dan kerani dikantor hal ini disebabkan karena perempuan makhluk yang telatenan, telitian dan ulet. Karena bagian-bagian pekerjaan ini memerlukan sifat-sifat perempuan seperti itu. Pemahaman-pemahaman tersebut di atas seperti kondisi fisik perempuan yang lemah dibandingkan laki-laki dan terkadang keadaan emosi perempuan tidak stabil saat-saat tertentu. Selain itu tanggung jawab perempuan di rumah juga banyak, sehingga perempuan harus bisa membagi waktunya, antara pekerjaan di luar rumah dan pekerjaannya di rumah serta pekerjaan-pekerjaan di perusahaan
73
kelapa sawit yang memerlukan ketelatenan, ketelitian dan keuletan perempuan. Hal ini akan membudaya atau menjadi kebiasaan dalam masyarakat dalam membagi atau membedakan pekerjaan untuk tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Selain aspek biologis ditemukan
pula aspek budaya
menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari yaitu: 6.2.2 Kebisaan dalam masyarakat mengenai pemilahan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Kebiasaan masyarakat mengenai pembagian kerja untuk laki-laki dan perempuan, seperti yang diungkapkan informan bahwa dalam rumah tangga perempuan memasak, mencuci pakian, mengurus anak-anak dan suami. Sedangkan laki-laki bekerja diluar rumah mencari nafkah. Dalam kebisaan masyarakat paser saat bercocok tanam juga terlihat pembagian kerjaan antara lakilaki dan perempuan. Bercocok tanam yang di maksud yaitu berladang. Dalam berladang masyarakat paser laki-laki bagian nasok dan perempuan bagian nias. Selain itu ada pula pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada upacara adat masyarakat Paser seperti belian dan ronggeng perempuan biasanya tukang pembuat makanan sesajennya, sedangkan laki-laki biasanya menyipkan peralatan atau perlengkapan upacara adatnya. Kedudukan perempuan sebagai ibu rumah tangga mengharuskan perempuan berperan dan berfungsi memasak, mencuci pakian, mengurus anak-anak dan suami. Sedangkan laki-laki berkedudkan sebagai suami berfungsi dan berperan
74
mencari nafkah sehingga laki-laki diharuskan bekerja di luar rumah mencari nafkah. Begitu pula yang terjadi dalam kebisaan masyarakat paser saat berladang dan upacara adat paser yaitu belian dan ronggeng juga terlihat pembagian kerjaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam sistem berladang ini laki-laki berkedudukan sebagai seseorang yang kuat, rasional, jantan dan perkasa sehingga laki-laki berfungsi dan berperan sebagai penasok dan perempuan bagian nias. Dalam upacara adat paser belian dan ronggeng perempuan biasanya tukang pembuat makanan sesajennya, sedangkan laki-laki biasanya menyipkan peralatan atau perlengkapan upacara adatnya. Di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari juga ada pembagian kerja tersendiri antara laki-laki dan perempuan, dengan sifat laki-laki yang kuat, rasional, jantan dan perkasa sehingga diberikan kedudukan sebagai manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan tenaga kerja harian bagian panen, perawatan, bibitan, survey, infrastruktur, keamanan, teknik, imam musolah dan tukang kebun. Laki-laki dianggap bisa menjalankan peran dan fungsinya dalam kedudukannya tersebut. Sedangkan perempuan dengan sifat ketelatenan, ketelitian dan keuletannya. Di berikan kedudukan sebagai staff, kerani dan tenaga kerja harian seperti bagian perawatan, baby sister dan tukang masak karena dianggap mampu mengerjakan fungsi dan perannya dalam bidang tersebut. Pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari jika dianalisi dari hasil penelitian, penulis menemukan adanya ketidakadilan gender terhadap tenaga kerja. Ketidakadilan gender tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Pelebelan Negatif (Stereotip)
75
Pada PT Muaratoyu Subur Lestari terjadi pelabelan terhadap tenaga kerja lakilaki dan tenaga kerja perempuan, tenaga kerja laki-laki yang disebut sebagai tenaga kerja yang mempunyai tenaga ekstra kuat dan perempuan yang disebut sebagai tenaga kerja yang lemah secara fisiknya, telaten, ulet dan teliti. Pelebelan tersebut menyebabkan ketidakadilan terhadap tenaga kerja perempuan, seperti yang diungkapkan beberapa informan dalam hasil penelitian di lapangan bahwa tenaga kerja perempuan disebut tenaga kerja yang lemah secara fisiknya, telaten, ulet dan teliti sehingga tenaga kerja perempuan dibatasi paling tinggi hanya menduduki jabatan sebagai staff, selain itu tenaga kerja perempuan menjabat sebagai kerani, tenaga kerja harian bagian perawatan, bibitan, tukang masak, dan baby sister. 2. Penomorduaan (Subordinasi) Subordinasi bisa terlihat pada hasil penelitian di lapangan yang terjadi pada pembagian kerja masyarakat sekitar perkebuanan kelapa sawit seperti yang diungkapkan beberapa informan walaupun banyak perempuan yang bekerja di luar tetapi hal itu hanya bersifat membantu suami saja, mencari nafkah untuk keluarganya merupakan tugas utama suami. Pembagian kerja di PT Muaratoyu Subur Lestari jika dianalisi dari sisi gender terjadi adanya subordinasi terhadap tenaga kerja perempuan seperti yang terlihat dalam hasil penelitian bahwa tenaga kerja perempuan tidak ada yang menjabat posisi yang strategis atau tidak menduduki jabatan yang memiliki kekuasaan yang besar seperti posisi sebagai manager dan asisten sehingga tenaga kerja perempuan
76
tidak memiliki kekuasaan dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan maupun tidak memilki kesempatan untuk menghasilakan buget yang lebih banyak. 3. Beban Ganda (Double Burden) Beban ganda terjadi pada tenaga kerja perempuan di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. Beban ganda yang terjadi pada tenaga kerja perempuan dapat terlihat dari tugas dan kewajiban perempuan diranah domestik sekaligus ranah publik. Di ranah domistik tenaga kerja perempuan memiliki kewajiban memasak, mencuci pakian, mengurus anak-anak dan suami sedangkan di ranah publik yaitu PT Muaratoyu Subur Lestari tenaga kerja perempuan harus menyelesaikan tugasnya sebagai staff, kerani, tenaga kerja harian perawatan, bibitan, tukang masak dan baby sister. Dengan adanya pekerjaan domestik dan publik tenaga kerja perempuan memilki beban ganda. 4. Peminggiran (Marginalisasi) Dalam pembagian kerja di masyarakat paser dan pembagian kerja di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu subur Lestari membentuk kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Misalnya, pembagian kerja dalam masyarakat paser pemahaman mereka bahwa perempuan bertugas mengurusi pekerja rumah (memasak, mencuci, mengurusi anak dan suami) sehingga perempuan tidak perlu sekolah kejenjang yang lebih tinggi karena nantinya hanya di rumah dan apa bila perempuan bekerja diluar hanya bersifat membantu pendapatan suami, selain itu pemahaman masyarakat bahwa perempuan lemah tidak kuat melakukan pekerjaan yang dianggap masyarakat berat .
77
Pemahaman di atas merupakan proses peminggiran terhadap perempuan dan pemahaman tersebut berpengaruh pada pembagian kerja di PT Muaratoyu Subur lestari. Hal ini bisa terlihat dari tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan yang mengaggap wajar perempuan bekerja di bagian staff, kerani dan paling banyak bagian tenaga kerja harian. Hal ini mengakibatkan tertutupnya peluang tenaga kerja perempuan untuk menduduki jabatan yang strategis dan menghasilkan budget yang lebih besar, seperti posisi manager dan asisten.
78
BAB VII PENUTUP
7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan dapat disimpulkan bahwa 1. Ada tujuh jenis pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di desa Mendik kecematan Longkali kabupaten Paser yaitu Manager, asisten, KTU, staff, kerani, mandor dan tenaga kerja harian. 2. Pembagian kerja pada tujuh jenis pekerjaan ini dipengaruhi pemahaman masyarakat mengenai aspek biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu dan aspek budaya yang sudah mengakar dalam masyarakat. 3. Pembagian kerja pada perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari di desa Mendik kecematan Longkali kabupaten Paser berdasarkan keahlian/keterampilan, pendidikan dan jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin ini disebabkan pandangan atau anggapan masyarakat mengenai keadaan fisik perempuan yang lemah dan laki-laki dianggap kuat sehingga ada penempatan tenaga kerja pada pekerjaan yang dianggap ringan dan penempatan tenaga kerja pada pekerjaan yang dianggap berat serta aspek budaya mayarakat paser maupun budaya indonesia pada umumnya mengenai pembagian kerja, seperti Kebisaan dalam
masyarakat
mengenai
pemilahan
pekerjaan
laki-laki
dan
79
perempuan. Kebiasaan masyarakat paser mengenai pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin bisa terlihat
pada pembagian kerja dalam
rumah tangga, pembagian kerja dalam bercocok tanam yaitu nasok dan nias, pembagian kerja dalam upacara adat yaitu ronggeng dan belian. 4. Pembagian kerja antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan dalam tujuh jenis pekerjaan tersebut terjadi ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender tersebut berupa Pelebelan Negatif (Stereotip), Penomorduaan (Subordinasi), Beban Ganda (Double Burden), dan peminggiran (marginalisai) terhadap tenaga kerja perempuan di perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. 7.2. Saran-saran 1. Pihak perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari, sebaiknya membuat kebijakan yang adil terutama berkaitan dengan sistem penempatan tenaga kerja perempuan dan tenaga kerja laki-laki agar tidak terjadi ketidakadilan gender seperti Pelebelan Negatif (Stereotip), Penomorduaan (Subordinasi), Beban Ganda (Double Burden), dan peminggiran (marginalisai) dalam sistem pembagian kerja di PT Muaratoyu Subur Lestari. 2. Pihak tenaga kerja perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari, sebaiknya dapat meghilangkan anggapan atau pemikiran tentang jabatan sebagai manager dan asisten hanya pantas atau wajar di jabat oleh tenaga kerja laki-laki dan tidak pantas untuk tenaga kerja perempuan karena
80
pemahaman ini akan menghabat karier tenga kerja perempuan kejenjang yang lebih tinggi dan hal ini merugikan pihak tenaga kerja perempuan.
81
DAFTAR PUSTAKA Anshoryi, Dadang. S dkk. 1997. Membincangkan Feminisme. Bandung: Pustaka Hidayah. Apriani, Fazar. 2008. Jurnal Sosial Politika(Berbagai pandangan Mengenai Gender dan Feminisme). Samarinda: Seksi Penerbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Mulawarman. Arjani, Ni Luh dkk. 1991. Pekerja Wanita Pada Industri Rumah Tangga Sandang Di Propinsi Bali. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Budiman, Arif. 1982. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT Gramedia. http://www.antaranews.com/berita/321131/kelapa-sawit-jadi-lokomotif-baruekonomi-kaltim. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=ANALISIS+PERSEPSI+DAN+SI KAP+TERHADAP+PERAN+GENDER+PADA+MAHASISWA+FAKULT AS+EKOLOGI+MANUSIA+INSTITUT+PERTANIAN+BOGOR. http://www.academia.edu/2347439/Kondisi_Kerja_Karyawan_Perempuan_Perk ebunan_Dan_Hubungannya_Dengan_Kesejahteraan_Keluarga. Huberman, M. Dan Milles, B. M. 1996. Analisi Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Ihromi, Tapi Omas. Para Ibu Yang Berperan Tunggal Dan Yang Berperan Ganda. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Lombantobing, Harly Rouga. 2013. Laporan Harian & Bulanan PT MSL.
82
Moleong, Lexy L. 2007. Metoogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nunuk, A. P. Murniati. 2004. Getaran Gender (Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya dan Keluarga). Magelang: Indonesiatera. Ollenburger, Jane C. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT Rineka Cipta. Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial. Jakarta: PT Anem Kosong Anem. Sasongko, Sri Sundari. 2009. Konsep dan Teori Gender. Jakarta: Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN. Sastrosayono, Selardi. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Seri Perundang-Undangan. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Sutisna, dkk. 2004. Memahami Kondisi tenaga Kerja Pada Era Globalisasi. Jakarta: Penerbit Inti. Tan, G Mely. 1996. Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Tim Kades Desa Mendik. 2013. Buku Profil Desa Mendik. Tim Reality. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher. Vantina, Adji Novita Winda, dkk. Jurnal Sosial Politik (Keadilan Gender dalam Pengambilan Kebijakan: Antara Harapan dan Kenyataan Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kota Samarinda Tahun 2008). Samarinda: Seksi Penerbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Mulawarman.
83
LAMPIRAN
84
Draff Wawancara A. Draff wawancara untuk pengelola PT Muaratoyu Subur Lestari (Manager, Asisten kepala kebun, asisten CSR (humas) dan Staff PGA & payroll (Personalia) ). 1.
Apa saja jenis-jenis pekerjaan di PT Muaratoyu Subur Lestari?
2.
Bagaimana sistem penempatan tenaga kerja pada setiap jenis-jenis pekerjaan tersebut?
3.
Apa yang menjadi dasar penempatan tenaga kerja pada jenis-jenis pekerjaan tertersebut?
4.
Apakah penempatan tenaga kerja di perusahaan ini disesuaikan dengan jenis kelamin?
5.
Menurut anda mengapa tenaga kerja dalam perusahaan ini lebih didominasi oleh tenaga kerja laki-laki?
6.
Apakah ada peraturan secara khusus yang mengatur pembagian tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan?
7.
Bagaimana anda menilai penempatan tenaga kerja laki-laki dan perempuan dalam perusahaan ini?
8.
Menurut anda apakah pembagian kerja dalam perusahaan ini dipengaruhi budaya/kebiasaan masyarakat?
9.
Apakah ada perbedaan lembur kerja antara laki-laki dengan perempuan?
10. Apakah ada jaminan sosial tenaga kerja di PT Muaratoyu Subur Lestari?
85
B. Draff wawancara untuk tenaga kerja PT Muaratoyu Subur Lestari (Krani dan tenaga kerja harian) 1.
Apa yang anda ketahui mengenai pembagian kerja dalam perusahaan ini?
2.
Menurut anda apakah penempatan tenaga kerja di perusahaan ini disesuaikan jenis kelamin?
3.
Jenis-jenis pekerjaan apa saja yang di kerjakan tenaga kerja laki-laki di perusahaan ini?
4.
Jenis-jenis pekerjaan apa saja yang dilakukan tenaga kerja perempuan di perusahaan ini?
5.
Mengapa tenaga kerja dalam perusahaan ini lebih didominasi oleh tenaga kerja laki-laki?
6.
Bagaimana anda menilai penempatan tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan dalam PT Muaratoyu Subur Lestari?
7.
Menurut anda apakah posis pekerjaan anda sekarang sesuai dengan yang anda inginkan?
8.
Apakah anda melihat ada peraturan secara khusus yang mengatur pembagian kerja antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan?
9.
Menurut anda apakah dalam masyarakat sekitar perusahaan ini masih ada pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin?
86
10. Menurut anda apakah pembagian kerja di perusahaan ini ada kaitannya dengan budaya atau kebiasaan masyarakat mengenai pembagian kerja atara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat?
87
Lampiran ke Dokumentasi Lokasi Penelitian
Kantor besar perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari
Perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari
88
Tenaga kerja harian perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari
Tenaga kerja harian bagian panen perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari
89
A. Manager Tugas manager: 1. Memastikan pada asisten pekerjaan lapangan sesuai dengan target dan budget 2. Memastikan pada asisten dan kantor untuk berdisiplin yang tinggi. 3. Menjalankan hubungan dengan masyarakat sekitar dengan baik. 4. Memastikan administrasi sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 5. Memberi solusi, membimbing, memotivasi tenaga kerja untuk mencapai target perusahaan. 6. Membina hubungan dengan Muspika dan Muspida di sekitar perusahaan. 7. Membina dan bekerja sama dengan disnaker sekitar perusahaan. 8. Mentrening asisten dan staff.
B. Asisten Tugas asisten kepala kebun: 1. Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang dalam bentuk program kerja dan jadwal kegiatan rencana kerja yang disusun berdasarkan One Year Policy untuk acuan pelaksanaan kerja di lapangan. 2. Mengarahkan dan memonitor kegiatan tim kerja atas pelaksanaan kerja di lapangan untuk memastikan hasil pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. 3. Melakukan koordinasi dengan bagian-bagian terkait dalam pelaksanaan pembebasan dan pemeliharan batas-batas kebun, pembukaan kebun baru, kultur teknis pemeliharaan tanaman, penetapan lokasi kerja, ketepatan
90
waktu penyelesaian pekerjaan dan kualitas kerja, untuk pencapaian produksi maksimum. 4. Melakukan koordinasi dengan bagian pabrik, pengolahan, produksi serta pihak transportir agar buah yang telah di panen dapat segera diangkut ke pabrik untuk mencegah buah restan sehingga tidak mempengaruhi kapasitas olahan pabrik. 5. Melakukan koordinasi dengan Departemen Budget dalam rangka pembiayaan kegiatan operasional kebun serta Departemen Procurement dalam rangka pemenuhan kebutuhan logistik untuk mendukung kegiatan operasional kebun. 6. Memonitor pelaksanaan prinsip teknis kerja kebun sesuai SOP atau ketentuan yang berlaku di perusahaan untuk memastikan standarisasi kerja di lapangan. 7. Melaksanakan kunjungan rutin langsung ke dalam blok untuk melihat dan mengamati kegiatan operasional kebun secara langsung untuk bahan evaluasi 8. Memeriksa dan memonitor pengendalian biaya agar dicapai biaya di bawah budget tanpa harus mengorbankan kualitas buah. 9. Memonitor pemeliharaan sarana dan fasilitas yang disediakan perusahaan (seperti: sekolah, poliklinik, perumahan, kendaraaan, kantin, penitipan bayi, furniture, gedung kantor, dll) agar selalu terawat sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien. 10. Menyusun program pembinaan kesejahteraan dan kerukunan seluruh masyarakat kebun yang termasuk dalam hal agama, lingkungan hidup, keluarga berencana, olah raga, penitipan bayi dan rekreasi. 11. Memeriksa dan memonitor kegiatan Asisten dalam menjalankan operasional kebun, penyediaan data dan laporan serta pengamanan asset Perusahaan di afdeling masing-masing. 12. Melakukan penilaian karya atas kinerja seluruh karyawan bawahan.
91
13. Melaksanakan coaching & konseling serta pembinaan karyawan atas hal yang bersifat administratif mupun teknis di lapangan secara langsung pada bawahan.
Tugas asisten kebun: 1. Menyusun Rencana Kerja Harian (RKH), Rencana Kerja Bulanan (RKB), dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) untuk menentukan arah dan sasaran pekerjaan. 2. Melaksanakan apel & absen pagi untuk mendata kehadiran karyawan dan menentukan pekerjaan harian yang akan dikerjakan tiap-tiap Mandor 1. 3. Memeriksa dan menganalisa laporan harian yang disusun oleh kerani afdeling untuk memastikan akurasi dan kualitas laporan yang dihasilkan. 4. Mempersiapkan dan mengawasi pelaksanaan teknis pembibitan dan pemeliharaannya yang dilakukan oleh bawahan meliputi pembuatan infrastruktur
pembibitan, persiapan media tanam, seleksi dan
penanaman kecambah, transplanting, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. 5. Mempersiapkan dan mengawasi pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) meliputi pemeliharaan piringan, gawangan, pemberantasan gulma dan hama penyakit, pemupukan, sanitasi dan kastrasi serta pengambilan contoh daun.
92
6. Mempersiapkan dan mengawasi persiapan maupun pelaksanaan kegiatan panen untuk memastikan setiap areal dipanen sesuai dengan rotasi panen yang telah ditetapkan. 7. Memeriksa dan mengawasi kegiatan perawatan perumahan untuk memastikan kondisi fisik perumahan terjaga dengan baik dan dapat digunakan. 8. Mempersiapkan dan mengawasi kegiatan keagamaan di sekitar afdeling untuk memastikan keberlangsungan kegiatan keagamaan secara baik dan harmonis.
Tugas asisten survey: 1. Mengelola dan membuatan peta untuk kepentingan kabun serta melaporkan hasil survey dalam bentuk peta. 2. Pengukuran areal kebun 3. Krossing blok (mengukur luasan satu blok dan ukur lahan yang tidak bisa di tanam sawit) Tugas asisten CSR: 1. Optimalisasi penguasaan areal melalui penyelesaian areal okopasi dan optimalisasi kebun. 2. Mengembangkan dan memelihara kesejahteraan masyarakat melalui program comunity deplopman. 3. Meningkatkan hubungan sosial semua pihak melalui comodity reletion.
93
4. Meningkatkan partisispasi elemen dengan pelaksanaan kontribusi sosial sekitar perusahaan melalui program kaditatif. 5. Meningkatkan kesejahteraan dan keterampilan perusahaan melalui program kemitraan. Tugas asisten infrastruktur: 1. Melakukan pengawasan pembangunan gedung dan bangunan jalan. 2. Desain bentuk jalan, jembatan dan bangunan. 3. Verifikasi pekerjaan sesuai atau tidak dengan apa yang di inginkan. 4. Melakukan pelaporan untuk menyampaikan progres pekerjaan.
C. KTU (kepala bagian tata usaha) Tugas KTU: 1. Menyusun Rencana / Budget Tahunan Kebun bersama-sama dengan Estate Manager, terutama yang terkait dalam penyiapan Biaya Umum yang ada di Site. 2. Memonitor penerimaan dan pengeluaran uang yang dikirim HO maupun barang dan aktiva lainya untuk memastikan kesesuaian dan ketepatan pengeluaran dengan kebutuhan di lapangan. 3. Memeriksa dan memastikan seluruh laporan harian, berkala, dan insidentil yang dibuat oleh para staff bawahan secara akurat, data dan informasi sesuai dengan fakta di lapangan. 4. Melakukan validasi dan otorisasi terhadap seluruh dokumen dan laporan yang telah dibuat oleh Staff Keuangan, Gudang dan Payroll. 5. Memeriksa proses dan ketepatan pemberian compensation & benefits untuk karyawan kebun sesuai SOP HRD.
94
6. Menyusun dan mem-validasi Permohonan Dana BUM Site, laporan bulanan
yang terdiri
dari
laporan pertanggungjawaban dana,
outstanding Permohonan Pembayaran/PO, rekonsiliasi bank, rekening koran kebun, serta laporan keuangan dan laporan management lainnya. 7. Melakukan pengecekan berkala atas
Fixed Asset Perusahaan
(Quarterly). 8. Melakukan rekonsiliasi data pengiriman TBS, CPO, atau kernel ke pihak ke – 3. 9. Koordinasi dengan pihak Tax – HO mengenai pelaksanaan aturan perpajakan di site. 10. Memastikan pengiriman laporan yang dibutuhkan oleh HO dengan tepat waktu seperti Monthly Estate Report, LHM, LPPH, data karyawan, dll. 11. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan. 5.1.4. Staff Tugas Staff PGA – Payroll (personalia): 1. Melakukan recruitment dan dokumentasi data ke karyawan. 2. Koordinasi kebutuhan dan pelaksanaan training 3. Memeriksa kelengkapan dan validitas dokumen data pembayaran gaji. 4. Memeriksa kebenaran perhitungan premi seluruh karyawan pada LHM (laporan harian mandor). 5. Memastikan upah dibayarkan kepada orang yang bersangkutan (sampling verifikasi dokumen secara periodik). 6. Memastikan dan kontrol konpensasi benefit (tunjangan karyawan) yang diterima karyawan sesuai dengan hak dan aturan perusahaan. 7. Monitoring master data karyawan yang ada di site.
95
8. Melakukan exit interview dan exsit clearance (perhitungan hak dan kewajiban) terhadap karyawan yang mengundurkan diri. 9. Melakukan verifikasi data LHM (hak dan premi) dan menyerahkan ke krani afdling untuk di input di templete excel EPS. 10. Kontrol hasil inputan LHM oleh krani ditemplete excel EPS. 11. Melakukan upload hasil generate inputan LHM afdeling ke repol. 12. Melakukan rekonsliasi dan verifikasi hasil upload inputan krani. 13. Memeriksa laporan bulanan HR (HR report). 14. Membuat dan memeriksa laporan payroll. 15. Membuat dan memeriksa laporan PPH 21. 16. Melakukan rekonsliasi
nilai jamsostek yang telah disetorkan
perusahaan dengan laporan jamsostek dari jamsostek tiap bulan. 17. Melakukan sosialisasi kebijakan dan sop perusahaan terkait sistem ke HRD. 18. Membuat dan melaporkan data karyawan kedisnakertrans dan disbun setempat. 19. Pelaporan kecelakaan kerja dan kesehatan karyawan kedisnakertrans dan disbun setempat. 20. Mengajukan permohonan pengangkatan karyawan tetap (KHT) HR division. Staff Keuangan Tugas staff keuangan:
96
1. Membuat, memeriksa dan mengarsip faktur, nota supplier, laporan untuk memastikan keuangan perusahaan. 2. Memeriksa rangkuman kas kecil untuk memastikan penggunaan dan ketersediaan kas kecil yang efektif. 3. Memeriksa laporan rekonsiliasi untuk memastikan data terinput dengan benar. 4. Mengarsip seluruh dokumen transaksi untuk menjaga ketertiban administrasi dan memudahkan penelusuran dokumen. 5. Melakukan stock opname setiap akhir bulan untuk melihat ada/tidaknya selisih jumlah barang di gudang dan catatan di keuangan.
Staff Gudang Job dest staff gudang: 1. Menyimpan barang yang telah dibeli dan mengaturnya dengan baik agar barang dapat keluar secara teratur. 2. Membuat laporan mengenai stock barang. 3. Mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan. 4. Memberi informasi sedini mungkin atas perlengkapan perusahaan yang mencapai persedia yang minimum. 5.1.5. Kerani Setiap kerani ini bertugas merekap laporan harian setiap mandor, menginput absensi kariawan harian, menginput laporan harian alat dan kendaraan, dan
97
merekap dan membagikan gaji para mandor dan tenaga kerja harian perkebunan kelapa sawit PT Muaratoyu Subur Lestari. 5.1.6. Mandor Mandor satu bertugas memeriksa laporan harian mandor lapangan, mengawasi kerja mandor lapangan dan memberikan perintah kerja harian kepada mandor lapangan sesuai dengan instruksi asisten. Mandor lapangan ini bertugas mengajak serta mengawasi buruh harian dalam bekerja sesuai dengan perintah kerja harian dari mandor satu, membuat laporan harian yang kemudian diserahkan pada mandor satu, mengabsensi setiap buruh harian yang masuk dalam timnya.