BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan, bertanggung jawab memberikan pelayanan yang bermutu, berhasil guna dan berdaya guna sesuai dengan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi (Azwar, 1996). Dengan demikian pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan perlu meningkatkan kualitas layanan, karena selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu memberikan pelayanan secara terus menerus dalam bentuk asuhan keperawatan (Swansburg, 2000). Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan sumber daya yang penting karena jumlah yang dominan yaitu 50-60% dari seluruh tenaga yang ada di rumah sakit (Gani, 1998). Oleh karena itu perawat harus benar-benar dikelola dengan baik, karena pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada pasien sangat menentukan terhadap mutu dan citra pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1
Hubungan budaya..., Burdahyat, FIK UI, 2009
2
Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk membentuk rumah sakit yang kuat dan berkualitas. Selain faktor eksternal, faktor internal organisasi juga harus diperbaiki, karena rumah sakit merupakan organsasi yang memiliki aneka ragam jenis ketenagaan, profesi dan latar belakang budaya. Hal ini menuntut organisasi mampu membentuk nilai-nilai, kepercayaan dan komitmen diantara setiap pekerja, sehingga terbentuk budaya organisasi yang akan menunjang kelangsungan hidup organisasi (Bijaya, 2006). Budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain (Robins, 2006). Budaya organisasi yang kuat akan memberikan stabilitas pada organisasi yang dapat mendorong peningkatan kinerja karyawan. ( Kotter & Heskett , 1992; Wooten & Crane, 2004; Robbins, 2006). Menurut Ben Fletcher dan Fiona Joner (1992, dalam Wirawan , 2007) menjelaskan budaya organisasi terdiri dari elemen-elemen yang harus diukur meliputi tuntutan kerja, hubungan interpersonal, dukungan kerja serta lingkungan kerja fisik. Hasil akhir (outcome) dari pengukuran elemen tersebut adalah adanya komitmen organisasi, ketidakpuasan kerja dan kinerja. Berdasarkan hasil penelitian Susana (2003), bahwa faktor yang paling berhubungan dengan budaya kerja perawat dan menjadi predictor bagi terbentuknya budaya kerja yang konstruktif adalah faktor status, kekompakan, norma kelompok
dan
penghargaan.
Lebih
lanjut
Panjaitan
(2004),
menjelaskan bahwa perawat pelaksana yang mempunyai persepsi yang baik terhadap budaya organisasi memiliki kinerja lebih baik
Hubungan budaya..., Burdahyat, FIK UI, 2009
3
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumedang merupakan organisasi milik pemerintah daerah dimana satu-satunya rumah sakit umum pemerintah di Kabupaten Sumedang. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 150/Menkes/SK/X/2003 tanggal 27 Oktober 2003 dan ditetapkan oleh SK Bupati Sumedang Nomor 445/Kep.270-RSUD/2003, tanggal 3 Desember 2003 statusnya menjadi Rumah Sakit tipe B non pendidikan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat RSUD Sumedang mempunyai visi, “Terwujudnya RSU Unit Swadana Daerah Kabupaten Sumedang menjadi kebanggaan masyarakat”, serta misi “Memberikan pelayanan prima di dukung dengan tenaga yang professional, sarana prasarana memadai, peran serta masyarakat yang kreatif”. Hasil studi pendahuluan dan pengamatan yang dilakukan peneliti pada waktu mengadakan residensi bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2008 didapatkan data jumlah perawat 247 orang, tingkat hunian RSUD Sumedang, BOR : 77,57 %, LOS 2-3 hari. Selain itu hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan pada tanggal 15 Februari 2009 terhadap 10 perawat yang bekerja di ruang rawat inap yang berkenaan dengan budaya organisasi didapatkan hasil antara lain terdapat 6 perawat pelaksana merasakan adanya tuntutan kerja yang tidak sesuai dari atasan, 3 perawat menyatakan hubungan interpersonal ditempat kerja kurang baik, 7 perawat yang merasakan kurang mendapat dukungan dalam bekerjanya, serta 5 perawat merasakan lingkungan kerjanya kurang baik. Sedangkan hasil kajian awal tentang kinerja perawat pelaksana dengan menyebarkan kuesioner pada 10 perawat pelaksana di instalasi rawat inap didapatkan bahwa terdapat 6 perawat yang memiliki kinerja kurang dan 4
Hubungan budaya..., Burdahyat, FIK UI, 2009
4
perawat memiliki kinerja baik terutama dalam kerjasama, tanggung jawab, kemampuan komunikasi dan pengetahuan perawat. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama residensi bulan Oktober – Desember 2008 didapatkan bahwa masih terdapat beberapa perawat pelaksana yang datang tidak tepat waktu dan pulang lebih awal. Dan tidak ada teguran baik dari teman sekerjanya maupun dari atasannya, sehingga hal ini dapat sebagai bahan kajian awal yang menggambarkan belum optimalnya penerapan budaya organisasi melalui penerapan misi rumah sakit
yaitu
memberikan pelayanan prima di dukung dengan tenaga yang professional, sarana prasarana memadai, peran serta masyarakat yang kreatif. Kondisi tersebut juga dapat menggambarkan kurangnya motivasi kerja perawat pelaksana yang pada akhirnya dapat menurunkan kinerja perawat itu sendiri. Berdasarkan hal diatas untuk mencapai visi dan misi rumah sakit masih diperlukan langkah-langkah strategis dari pihak manajer di rumah sakit, maka diperlukan penelitian dengan judul hubungan budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah Sumedang tahun 2009. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu belum diketahuinya hubungan antara
budaya
organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah Sumedang tahun 2009.
Hubungan budaya..., Burdahyat, FIK UI, 2009
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan antara
budaya organisasi dengan kinerja
perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah Sumedang 2009 2. Tujuan Khusus a. Diketahui gambaran budaya organisasi yang meliputi tuntutan kerja, hubungan interpersonal, dukungan kerja dan lingkungan kerja yang dipersepsikan perawat pelaksana b. Diketahui gambaran kinerja perawat pelaksana c.
Diketahui gambaran karakterisik individu yang meliputi umur, pendidikan, masa kerja, jenis kelamin perawat pelaksana
d. Diketahui Hubungan budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana e.
Diketahui hubungan antara tuntutan kerja dengan kinerja perawat pelaksana
f.
Diketahui hubungan antara hubungan interpersonal dengan kinerja perawat pelaksana.
g. Diketahui hubungan antara dukungan kerja dengan kinerja perawat pelaksana h. Diketahui hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan kinerja perawat pelaksana.
Hubungan budaya..., Burdahyat, FIK UI, 2009
6
i.
Diketahui variabel yang paling berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana setelah dikendalikan variabel confounding.
D. Manfaat Peneltian 1. Manfaat Aplikatif Sebagai masukan bagi pihak manajemen rumah sakit untuk membuat rencana intervensi terhadap upaya peningkatan SDM yang terkait dengan penerapan budaya organisasi yang baik sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana. 2. Manfaat Akademis dan Keilmuan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru, atau menunjang teori-teori yang sudah ada, tentang hubungan budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUD Sumedang. 3. Manfaat Metodologis Hasil peneltian ini dapat menambah macam penelitian manajemen sumberdaya manusia dan prilaku organisasi yang terkait dengan budaya organisasi dan kinerja. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan untuk peneliti lain seperti pengukuran kinerja perawat serta dampak yang ditimbulkannya.
Hubungan budaya..., Burdahyat, FIK UI, 2009