1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang ingin maju tentu memperhatikan pendidikan bagi rakyatnya salah satunya negara Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia saat ini mempunyai niat dan tekad yang kuat dalam memajukan dunia pendidikan, karena hal ini sesuai dengan amanah yang telah dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Negara Indonesia merupakan bangsa yang besar dan mempunyai sumber daya manusia yang besar pula, sehingga tidak mustahil jika Pemerintah Republik Indonesia berupaya sekuat tenaga untuk memajukan pendidikan dengan mempertimbangkan sumber daya manusia yang besar dan memiliki potensi yang besar pula dalam memajukan bangsa Indonesia. Pendidikan yang diajarkan di Indonesia salah satunya menekankan pada pembentukan kepribadian manusia yang lebih baik dengan diberikannya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
2
Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya dalam naskah Kurikulum 2004 menyatakan bahwa kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sejalan
dengan
ide
pokok
dari
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip Kewarganegaraan. Bangsa Indonesia sendiri menyatakan bahwa warga negara yang baik adalah warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan ketentuan-ketentuan konstitusi negara (UndangUndang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945). Lazimnya suatu mata pelajaran tentu memiliki visi, misi, tujuan, dan ruang lingkup tersendiri. Demikian juga mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan, dan ruang lingkup tersendiri yang tercantum dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Visi dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nations and character building) dan pemberdayaan warga negara. Adapun misi dari mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara
3
yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut: 1. berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2. berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 3. berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; 4. berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Pusat Kurikulum, 2003: 3). Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di atas, maka karakteristik dari mata pelajaran ini penekanannya adalah pada dimensi watak dan sikap yang bersifat afektif. Seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan kewarganegaran yang baik. Pengetahuan kewarganegaraan yang baik tercermin dalam pengetahuan di bidang politik, hukum, dan moral dalam kehidupan
berbangsa
dan
bernegara.
Selanjutnya
keterampilan
kewarganegaraan tercermin dalam partisipatif warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, sejalan dengan misi Pendidikan Kewarganegaraan ini, diperlukan
seperangkat pengetahuan,
keterampilan,
dan
watak yang
mendukung kemampuan warga negara. Hal ini dapat dilihat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, yang diwujudkan dalam proses
4
pembelajaran. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada proses pembelajaran ini guru harus mampu memahami materi pelajaran yang diajarkannya dan mampu memahami berbagai model pembelajaran sehingga dapat menarik dan merangsang kemampuan siswa untuk aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran sangatlah penting untuk dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran agar misi Pendidikan Kewarganegaraan dapat tercapai. Sejalan dengan hal ini Winarno Surakhmad (1982: 3) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik di sekolah. Metode pembelajaran yang diberikan guru di sekolah sangat berperan penting dalam menunjang pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan menarik tentu peserta didik akan lebih mudah memahami dalam menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa sehingga pembelajaran terkesan bergairah dan tidak membosankan. Akan tetapi, implementasi pembelajaran di sekolah menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini masih jauh dari harapan. Menurut Bambang Sudibyo (2008: 3) proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian
5
target kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat ketika kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dimana guru selalu mendominasi. Bahkan dalam penyampaian materi pelajaranpun guru masih menggunakan metode ceramah sebagai jurus andalannya dan siswa hanya diperlakukan sebagai penonton yang kegiatannya hanya duduk, diam, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya. Melihat hal ini, tentu suasana di kelas tidaklah kondusif dan tidak hidup karena siswa menjadi pasif, tidak bergairah, dan akhirnya akan berdampak pada rendahnya kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa ini sangat diperlukan dalam menunjang pembelajaran di kelas. Kemandirian belajar merupakan sikap yang didasarkan pada belajar mandiri. “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, didorong oleh niat atau motif menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki” (Haris Mujiman, 2007: 7). Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan suatu prinsip belajar yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa sendiri demi keberhasilan belajar. Maka dalam upaya peningkatan kemandirian belajar siswa ini tidaklah terlepas dari berbagai faktor. Dalam kegiatan belajar diperlukan guru kreatif yang dapat membuat dan mengembangkan pembelajaran di kelas lebih menarik dan disukai oleh siswa. Suasana di kelas perlu direncanakan dan didesain sedemikian rupa dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat agar siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk berinteraksi satu sama lain sehingga kemandirian belajar akan tercipta. Salah
6
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kontekstual. “Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)” (Depdiknas, 2002: 26). Pembelajaran kontekstual ini merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berfikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206). Pada pembelajaran kontekstual siswa diberikan kesempatan untuk bekerja mengembangkan pemikirannya sendiri dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan belajar. Menurut Elaine B. Johson (dalam karya Sekolah-Sekolah Baru Amerika, 2002: 65-66) menyebutkan bahwa ada delapan komponen sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang maksimal tersebut yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna melakukan pekerjaan yang berarti melakukan pembelajaran yang diatur sendiri bekerja sama berfikir kritis dan kreatif membantu individu untuk tumbuh dan berkembang mencapai standar yang tinggi menggunakan penilaian autentik.
7
Dewasa ini telah banyak digunakan model pembelajaran kontekstual yang banyak dikembangkan. Adapun teknik atau komponen utama dalam pembelajaran kontekstual ada beberapa macam, di antaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
konstruktivisme (Constructivism) bertanya (Questioning) menemukan (Inquiry) masyarakat belajar (Learning Community) pemodelan (Modeling) refleksi (Reflection) penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2002: 5). Dari ketujuh komponen teknik pembelajaran kontekstual tersebut
semuanya melibatkan para siswa dalam aktivitas belajar yang penting untuk membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Hal ini dapat dilihat ketika siswa menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna (Elaine B. Johson, 2002: 35). Dengan adanya metode ini diharapkan guru dapat menciptakan pembelajaran PKn yang lebih menarik dan disukai oleh siswa, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu metode pembelajaran yang tepat digunakan guru dalam pengajaran PKn. Hal ini sesuai dengan
8
pendapat Elaine B. Johson yang mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu pembelajaran yang bermakna. Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk menggali informasi yang lebih banyak dan data yang lebih akurat tentang sejauh mana penerapan pembelajaran kontekstual ini dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Negeri 1 Bantul guru mata pelajaran
PKn
dalam
proses
pembelajarannya
sudah
menerapkan
pembelajaran kontekstual, namun belum diketahui hasilnya bahwa siswa telah mandiri. Hal ini dapat dibuktikan bahwa selama ini proses pembelajaran kontekstual yang diterapkan dalam mata pelajaran PKn hanya memenuhi bagaimana siswa mau untuk berdiskusi, tetapi tindak lanjut setelah diskusi tidak ada, sehingga siswa terkesan pasif. Selain itu dalam mengerjakan tugas dari guru juga masih bergantung pada teman sekelas dan ketika ulangan harian juga masih ada yang menyontek tetapi hanya sebagian kecil. Melihat hal ini, peneliti tertarik untuk memfokuskan penelitian mengenai Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Bantul untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru.
9
2. Penerapan
pembelajaran
kontekstual
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Bantul belum optimal dalam peningkatkan kemandirian belajar siswa. 3. Dalam proses pembelajaran di kelas siswa cenderung masih tergantung pada guru dan teman sekelas.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti tidak akan meneliti permasalahan secara keseluruhan, namun akan meneliti tentang bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru PKn di SMA Negeri 1 Bantul? 2. Bagaimanakah sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru PKn untuk mengukur tingkat kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul?
10
3. Bagaimanakah pengaruh penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn terhadap kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Bantul. 2. Untuk mengetahui sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru PKn di SMA Negeri 1 Bantul dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn terhadap kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya khasanah ilmu pendidikan yang berhubungan dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa.
11
b. Meningkatkan kreatifitas seorang guru dalam memberikan metode pembelajaran bagi siswa sehingga siswanya dapat dengan mudah menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian lebih lanjut khususnya penelitian tentang penerapan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Manfaat Praktis a. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan lebih menarik karena pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). b. Menambah pengetahuan guru tentang metode pembelajaran. c. Menambah pengetahuan guru dalam keterampilan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.
12
G. Pembatasan Istilah Batasan istilah ini dimaksudkan untuk memberi gambaran yang jelas tentang maksud dan judul untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti. Untuk itu diberikan batasan sebagai berikut: 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan suatu proses pengajaran atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah Winarno Surakhmad (1982: 3). 2. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya
(Questioning),
menemukan
(Inquiry),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2002: 26). 3. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan untuk membentuk pandangan
13
seseorang warga negara dalam peranannya di masyarakat (Cholisin, 2000: 17). 4. Kemandirian Belajar Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, didorong oleh niat atau motif menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki (Haris Mujiman, 2007: 7).
14
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa teori yang akan digunakan sebagai bahan acuan menganalisis data yang diperoleh di sekolah. Adapun teori yang digunakan sebagai berikut: 1. Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi “Kemandirian” adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 710). Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar (Abu Ahmadi, 1990: 31). Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994: 51) kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar. “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, didorong oleh niat atau motif menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki” (Haris Mujiman, 2007: 7).
15
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar mandiri yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan belajarnya sendiri. Semua aktivitas yang dilakukan oleh siswa ini merupakan bagian yang terpenting dalam melatih kemandirian belajar. Kemandirian belajar yang dilakukan ini tentu didorong oleh niat untuk menguasai kompetensi yang dimilikinya. b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar Seseorang yang mempunyai kemandirian dalam belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh orang lain apabila belajar dan kegiatan belajar itu dilakukan atas inisiatif sendiri. Untuk mengetahui apakah seseorang itu mempunyai kemandirian belajar maka perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar. Hasan Basri (1996: 64) menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar adalah: 1) siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri. 2) siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus. 3) siswa dituntut bertanggung jawab dalam belajar. 4) siswa belajar kritis, logis, dan penuh keterbukaan. Menurut A. Tabrani Rusyan (2003: 60) anak yang memiliki kepribadian mandiri, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Memiliki Cita-cita Cita-cita ditetapkan atas pemahaman diri yang jelas. Kita harus mengetahui kemampuan, kecerdasan, bakat dan minat, sikap, kelebihan dan kekurangan diri. Selanjutnya memahami secara jelas
16
tentang tuntutan, persyaratan, prosedur yang harus dilakukan untuk mencapai apa yang dicita-citakan. 2) Memanfaatkan Kesempatan Memanfaatkan peluang atau kesempatan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan keberhasilan hidup. 3) Percaya Pada Diri Sendiri Siswa yang memiliki percaya diri yang tinggi, akan menyadari bahwa lebih baik berbuat sesuatu meskipun kecil yang diyakini akan mengantarkan pada keberhasilan daripada tidak berbuat sesuatu. 4) Berusaha Keras untuk Meraih Sukses Siswa yang mandiri akan bekerja keras merencanakan setiap kegiatan, disiplin dalam pelaksanaan kegiatan dan berusaha mengatasi kesulitan untuk meraih kesuksesan. 5) Kesiapan Pengetahuan dan Keterampilan Siswa yang mandiri selalu aktif mempersiapkan diri untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tidak pasif menunggu diberikan orang lain.
Kesiapan pengetahuan dan
keterampilan akan menjadikan seseorang tidak tergantung pada orang lain dan tidak menghambat orang lain. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar berhubungan erat dengan sifat dan sikap manusia yang matang. Sifat manusia yang matang tersebut tercermin dalam tanggung jawab belajar, percaya diri yang tinggi, dan kedisiplinan yang
17
selalu melekat. Selanjutnya sikap manusia yang matang tersebut meliputi kemauan yang kuat, berusaha keras untuk meraih kesuksesan dan memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin dalam meraih keberhasilan belajar. Kedua indikator inilah yang harus dilakukan oleh siswa agar memiliki kepribadian mandiri dan keberhasilan belajar dapat tercapai. c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemandirian Belajar Dalam proses belajar siswa perlu kondisi lingkungan yang kondusif sehingga dapat meningkatkan kemandirian belajar. Dari pendapat Dimyati (2000: 96) dalam hal siswa “menghayati” motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik dan bertambah semangat untuk belajar, sesuai dengan tugas perkembangan maka siswa dapat bangkit untuk menjadi mandiri, kemandirian tersebut berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam memenuhi kebutuhan pribadi. Menurut Robert Havighurst (dalam Zainun Mu’tadin, 2002: 1) kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1) Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. 2) Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua. 3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. 4) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang laindan tidak tergantung atau mengganggu aksi dari orang lain. Menurut
Hasan
Basri
(1996:
53-54)
faktor-faktor
memengaruhi kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
yang
18
1) Faktor Endogen (faktor dari dalam diri siswa), yaitu merupakan temuan pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Faktor endogen ini meliputi: keadaan keturunan dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan gejala perlengkapan yang melekat padanya. Bermacam-macam sifat dari bapak/ibu, atau nenek moyang mungkin akan didapatkan di dalam diri seseorang seperti bakat, potensi, intelektual, dan potensi pertumbuhan tubuhnya. 2) Faktor Eksogen (faktor dari luar diri siswa), yaitu semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan faktor lingkungan. Dengan lingkungan keluarga yang baik, terutama dalam hal kebiasaan hidup membentuk kepribadian, dapat memupuk kemandirian dalam diri anak. Begitu pula sebaliknya, jika lingkungan keluarga kurang baik, kebiasaan hidup membentuk kepribadianpun kurang, maka kemandirian dalam diri anak kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi kemandirian belajar siswa yaitu faktor endogen (faktor dari dalam diri siswa) yang berasal dari keturunan dan faktor eksogen (faktor dari luar diri siswa) yang berasal dari lingkungan keluarga. Kedua faktor inilah yang selalu melekat pada diri siswa. d. Meningkatkan Kemandirian Belajar Dalam meningkatkan kemandirian belajar diperlukan kebutuhankebutuhan yang dapat menunjang siswa. Adapun macam-macam kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Abu Ahmadi (1990: 106) adalah:
19
1) memiliki kondisi fisik yang tetap sehat. 2) memiliki jadwal belajar di rumah yang disusun dengan baik dan teratur. 3) memiliki disiplin terhadap diri sendiri. 4) patuh dan taat dengan rencana belajar yang ditentukan. 5) memiliki kamar atau tempat belajar yang sesuai dengan selera sendiri dan mendorong kegiatan belajarnya. 6) menyiapkan perabotan sekolah dengan baik sebelum belajar. 7) menerangi dalam kamar atau tempat belajarnya yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan mata. 8) harus memusatkan perhatian dan konsentrasi dalam belajar. 9) memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa macammacam kebutuhan dalam belajar mempunyai pengaruh pada peningkatan kemandirian belajar siswa. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud ini penting untuk segera dipenuhi agar tercapai kemandirian belajar yang lebih baik. e. Konsep Kemandirian dalam Belajar Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994: 52) konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai pada perolehan hasil belajar mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentulan sikap sampai pada penemuan diri sendiri apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut. Menurut Conny Semiawan, dkk yang dikutip oleh Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994: 52) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan yang memperkuat konsep kemandirian dalam belajar yaitu:
20
1) Perkembangan IPTEK berlangsung semakin pesat sehingga mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik. 2) Penemuan IPTEK tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif. Suatu teori mungkin bertolak dan gugur setelah ditemukan data baru yang sanggup membetulkan kekeliruan teori tersebut. 3) Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep dan abstrak jika disertai dengan contohcontoh konkrit dan wajar sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktikkan sendiri. 4) Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. Kemandirian belajar membuka kemungkinan terhadap lahirnya calon-calon insan pemikir yang manusiawi serta menyatu dalam pribadi yang serasi dan berimbang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep kemandirian belajar mempunyai pengaruh terhadap konsep pembelajaran, peranan guru, dan peranan siswa. Guru mempunyai peran untuk selalu mengikuti
perkembangan IPTEK,
sehingga
dapat
memahami konsep-konsep yang disertai dengan contoh-contoh konkrit, sedangkan siswa mempunyai peran untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran.
21
2. Pembelajaran Kontekstual a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran
kontekstual
merupakan
suatu
pendekatan
pembelajaran yang diharapkan mampu mengubah kualitas proses pembelajaran di sekolah. Menurut Saekhan Muchith (2008: 2): “Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang lebih memperhatikan potensi siswa, memperhatikan situasi dan kondisi, memperhatikan sarana pembelajaran dan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai”. Pendapat lain yang disampaikan oleh (Elaine B. Johson, 2009: 34) mengemukakan: “Pembelajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajar, didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Dengan adanya penerapan pembelajaran kontekstual ini diharapkan
suasana
belajar
mengajar
menjadi
menyenangkan,
menggairahkan, dan memberikan motivasi tinggi bagi siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran.
22
b. Tujuan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual
sebagai sebuah sistem mengajar
didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Otak terus menerus mencari makna dan menyimpan hal-hal yang bermakna. Oleh karena itu, proses mengajar harus melibatkan para siswa dalam pencarian makna. Proses mengajar harus memungkinkan para siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Seperti yang dikatakan filsuf terkenal, Alfred North Whitehead (2002: 37) yang dikutip dalam Elaine B. Johson, “si anak harus menjadikannya (ide-ide) mereka pada saat yang sama”. Dari pendapat tersebut, dapat dilihat adanya suatu sikap yang ditumbuhkannya yaitu kemampuan siswa untuk hidup bersama di dalam masyarakat, sekaligus membuat mereka siap untuk menghadapi masalah. Setiap ada masalah siswa pasti akan selalu tanggap dan bergerak cepat untuk menyelesaikannya. c. Prinsip Pembelajaran Kontekstual Center of Occupational Research and Development (CORD), menyampaikan lima prinsip dan strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yang disingkat dengan REACT, yaitu (Abdul Gafur, 2003: 276):
23
1) Keterkaitan (Relating) Proses pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan (relevan) dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antar faktor internal seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, minat,
dengan
faktor
eksternal
seperti
ekspos
media,
dan
pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan konteks pengalaman dalam dunia nyata seperti manfaat bekal bekerja di kemudian hari di dalam kehidupan bermasyarakat. 2) Pengalaman langsung (Exsperiencing) Dalam
proses
pembelajaran
siswa
perlu
mendapatkan
pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, discovery, peneliti, dan sebagainya. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian secara aktif 3) Aplikasi (Applying) Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dalam konteks lain dan lebih dari sekedar menghafal. Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat juga mendorong siswa untuk memikirkan pekerjaan di masa mendatang. Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia kerja.
24
4) Kerjasama (Cooperating) Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pokok dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerjasama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi tapi juga sekaligus memberikan wawasan kepada siswa bahwa untuk menyelesaikan tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerjasama dalam bentuk tim kerja. 5) Alih pengetahuan (Transferring) Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan, diaplikasikan, atau dialihkan pada situasi lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelima prinsip pembelajaran kontekstual ini sangat penting untuk diperhatikan dan diterapkan oleh tenaga pendidik (guru) dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kelima prinsip pembelajaran ini menekankan siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
25
d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Karakteristik pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2002: 20-21): 1) kerjasamasaling menunjang. 2) menyenangkan, tidak membosankan. 3) belajar dengan bergairahpembelajaran terintegrasi. 4) menggunakan berbagai sumber. 5) siswa aktif. 6) sharing dengan teman. 7) siswa kritis guru kreatif. 8) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dll. 9) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dll. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah siswa sebagai pusat pembelajaran dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, ide-ide atau gagasan-gagasan di depan kelas, sehingga pembelajaran ini benar-benar terkesan menyenangkan dan bergairah bagi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar. e. Komponen Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:
26
1) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme
merupakan
landasan
berfikir
(filosofi)
pembelajaran kontekstual. Maksud konstruktivisme disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara mendadak. Dalam hal ini, analisis harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Depdiknas, 2002: 10-12). 2) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi
yang diajarkannya.
Langkah-langkah
kegiatan
menemukan (inquiry) adalah sebagai berikut: a) merumuskan masalah. b) mengamati atau melakukan observasi. c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel atau karya lainnya. d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiens yang lain (Depdiknas, 2002: 12-13).
27
3) Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiry), yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan
apa
yang
sudah
diteliti,
dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a) b) c) d) e) f)
menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. mengecek pemahaman siswa. membangkitkan respon kepada siswa. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa. h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002: 13-14).
4) Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan antar yang tidak tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang
28
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas yang menerapkan kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Praktiknya dalam pembelajaran terwujud dalam: a) pembentukan kelompok kecil. b) pembentukan kelompok besar. c) mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb). d) bekerja dengan kelas sederajat. e) bekerja kelompok dengan kelas diatasnya. f) bekerja dengan masyarakat (Depdiknas, 2002: 15-16). 5) Pemodelan (Modeling) Pemodelan
maksudnya
adalah
bahwa
dalam
sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu baca, atau dalam membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu dilakukan oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya (Depdiknas, 2002: 1618).
29
6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berfikir apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi adalah berfikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti, dan memperbaiki kegagalan, mencari alternatif lain cara belajar (learning how to learn) dan membuat jurnal pembelajaran adalah contoh refleksi (Depdiknas, 2002: 18). 7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment
adalah
penilaian
yang
dilakukan
secara
komprehensif berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan dari berbagai aspek dan metode menjadi obyektif. Misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai aspek afektif dan tes untuk menilai penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar. Karakteristik authentic assessment: a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. b) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.
30
c) yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. d) berkesinambungan. e) terintegrasi. f) dapat digunakan sebagai feed back (Depdiknas, 2002: 1920). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa
dari ketujuh
pembelajaran kontekstual ini dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga pembelajaran ini benar-benar dapat memusatkan siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar. f. Strategi Pembelajaran yang Berasosiasi dengan Pembelajaran Kontekstual Berikut ini adalah strategi-strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2002: 6). 1) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) CBSA adalah suatu pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
31
2) Pendekatan Proses Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. 3) Life skills education Life skills education merupakan pendidikan yang berbasis keterampilan hidup sebagai pendekatan pengembangan perilaku yang dirancang untuk menunjuk pada tiga area yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 4) Authentic instruction Pengajaran authentic yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenalkan siswa untuk mempelajari konteks bermakna dengan mengembangkan keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata. 5) Inquiry based learning Belajar
berbasis
inquiry
yang
membutuhkan
strategi
pembelajaran yang mengikuti metodologis sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. 6) Problem based learning Problem based learning adalah suatu proses pembelajaran yang diawali
dari
masalah-masalah
yang
ditemukan
dalam
suatu
lingkungan pekerjaan Dalam praktiknya, sebelum siswa mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik
32
yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para siswa menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut. 7) Cooperative learning Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. 8) Service learning Service learning adalah penggunaan metodologi pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan di dalam masyarakat melalui tugas terstruktur dan kegiatan lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari delapan strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual ini tenaga pendidik (guru) dapat memilih salah satu dari strategi tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran terkesan menyenangkan, tidak membosankan, dan bergairah bagi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
33
3. Pendidikan Kewarganegaraan a. Hakikat Pembelajaran PKn Pada hakikatnya PKn merupakan Civic Education. Menurut National Council of Social Studies (NCSS) Amerika Serikat (1967: 10), PKn adalah pendidikan yang memiliki pengaruh positif dan tujuan dalam membentuk pandangan warga negara mengenai peranannya di masyarakat. PKn mengambil bagian dari pengaruh positif mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan untuk membentuk pandangan seseorang warga negara dalam peranannya di masyarakat (Cholisin, 2000: 17). Menurut Dasim Budimansyah (2006: 37) Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education” (nilai pendidikan dasar). Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa ciri yang penting dari PKn (Civic Education) adalah: 1) merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif); 2) fokus materinya adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat; 3) tujuannya adalah membentuk orientasi warga negara tentang peranannya dalam masyarakat (Cholisin, 2004: 7).
34
b. Fungsi dan Tujuan PKn Menurut
Sunarso
(2006:
5),
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) memiliki fungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Dalam arti sempit tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik (a good citizenship) dan mempersiapkannya untuk masa depan. Menurut Ahmad Sanusi, tujuan Civic Education pada umumnya adalah sebagai berikut, (Cholisin, 2004: 15): 1) Kehidupan kita di dalam jaminan-jaminan konstitusi. 2) Pembinaan bangsa menurut syarat-syarat konstitusi. 3) Kesadaran warga negara melalui pendidikan dan komunikasi politik. 4) Pendidikan untuk (kearah) warga negara yang bertanggung jawab. 5) Latihan-latihan berdemokrasi. 6) Turut serta secara aktif dalam urusan-urusan publik. 7) Sekolah sebagai laboratorium demokrasi. 8) Prosedur dalam pengambilan keputusan. 9) Latihan-latihan kepemimpinan. 10) Pengawasan demokratis terhadap lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif. 11) Menumbuhkan pengertian dan kerjasama internasional. Tujuan PKn menurut Kurikulum 2004 adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut dalam Cholisin (2004: 24): 1) berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
35
3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak lanngsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter, kritis dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sedangkan tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang baik mengacu pada kompetensi dan perkembangan terkini. c. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu mata pelajaran yang membantu terbentuknya warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang sesuai dengan konsep dan prinsip pendidikan kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencakup tiga dimensi yaitu: 1) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) mencakup pengetahuan tentang politik, hukum, dan moral. Materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non pemerintahan, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan
36
tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik (Abdul Gafur, 2003: 9-10). 2) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skill) meliputi keterampilan
berpartisipasi
dalam
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara, misalnya berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan memengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan, proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi,
kerja
kewarganegaraan
sama, (civics
dan
mengelola
konflik.
Keterampilan
skill) merupakan keterampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan berberbangsa dan bernegara (Abdul Gafur, 2003: 10). 3) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan atas religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas (Abdul Gafur, 2003: 11). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu terbentuknya warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental yang
37
cerdas dan penuh tanggung jawab pada peserta didik sesuai dengan perilaku yang: 1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. 2) berbudi pekerti luhur, berdisplin dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) bersikap rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. 4) bersikap profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara. 5) aktif memanfaatkan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara (Sunarso, 2006: 13). Pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara karena berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara, pengetahuan tentang struktur dan sistem politik dan pemerintah, nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis, cara-cara kerjasama, serta hidup berdampingan
secara
damai
dalam
masyarakat
internasional.
Keterampilan kewarganegaraan (civics skil) mencakup intellectual skill (keterampilan intelektual) dan participation dispositions (keterampilan partisipasi). Karakter kewarganegaraan (civic dispositions) merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektifnya partisipasi politik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan
kewarganegaraan
diharapkan
warga
negara
mampu
memahami, menganalisis, serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara secara tepat,
38
rasional, konsisten, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan nasional (Sunarso, 2006: 13-14). d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib disekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 3) Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. 4) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong-royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
39
5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masayarakat demokrasi. 7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. 8) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia
di
internasional
era dan
globalisasi, organisasi
dampak
globalisasi,
internasional,
dan
hubungan
mengevaluasi
globalisasi. (Lampiran 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).
B. Kerangka Berfikir Pada dasarnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, bahkan antara siswa dengan lingkungan. Komunikasi yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan usaha untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Namun dalam praktiknya di lapangan, komunikasi ini sering mengalami hambatan. Hal ini dapat dilihat dalam
40
pembelajaran PKn di sekolah-sekolah pada umumnya masih didominasi oleh guru dengan metode ceramah sebagai jurus andalannya sehingga hanya bersifat komunikasi satu arah dan monoton. Padahal nilai-nilai yang terkandung dalam materi PKn sangat abstrak dan jika siswa hanya diberi katakata dan hafalan tanpa memahami artinya, tentunya akan sulit dipahami dan diterima oleh siswa. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, variatif, dan nilai yang terkandung dalam materi dapat dipahami dan diterima oleh siswa maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat yaitu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk mandiri, aktif, berfikir kritis, merasakan, dan menemukan nilai sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Salah satunya adalah metode pembelajaran kontekstual. Metode pembelajaran kontekstual ini sudah diterapkan guru PKn kelas X5 di SMA Negeri 1 Bantul, namun kemandirian belajar siswa belum diketahui. Sebagai alternatifnya penerapan pembelajaran kontekstual lebih diorientasikan pada kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa lebih ditekankan pada keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, dengan adanya penerapan pembelajaran kontekstual yang tepat diharapkan guru dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Secara sistematis kerangka berfikir ini dapat digambarkan sebagai berikut:
41
Pembelajaran
Materi PKn
Pembelajaran Kontekstual
Kemandirian Belajar Siswa Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Penerapan Pembelajaran Kontekstual Atas dasar kerangka pemecahan masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang kondisi awal pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Bantul, pelaksanaan tindakan yang dilakukan, dan hasil yang
diharapkan
dari
pelaksaanaan
tindakan
melalui
siklus-siklus
pembelajaran.
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Guru PKn kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul dapat menerapkan pembelajaran kontekstual. 2. Melalui penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn yang dilakukan antar siklus, guru dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X5 di SMA Negeri 1 Bantul.
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research. Maksud penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau praktik dan proses dalam pembelajaran. (Susilo, 2007: 16). Menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Rochiati Wiriaatmadja (2009: 66) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka, pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktik pendidikan dan sesuai yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengkaji pelaksanaan pembelajaran kontekstual di kelas, sedangkan metode praktik pendidikan dan sesuai yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktik. Jenis penelitian tindakan yang dilakukan adalah penelitian tindakan kolaboratif. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 17), penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
43
kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subyektifitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Akan tetapi dalam penelitian kolaborasi yang dilakukan adalah guru yang mengajar dan peneliti yang mengamati karena sesuai dengan aturan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Berdasarkan beberapa pengertian tentang penelitian tindakan kelas tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengkaji pelaksanaan pembelajaran kontekstual di kelas, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengkaji hasil penilaian keseluruhan yang berbentuk angka-angka.
44
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bantul. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011-2012 yaitu bulan Februari sampai dengan Mei.
C. Subjek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas X5 di SMA Negeri 1 Bantul pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Berdasarkan alasan keterbatasan peneliti dan kesediaan guru mata pelajara PKn maka peneliti hanya akan menggunakan 1 kelas sebagai subjek penelitian yaitu kelas X5 yang berjumlah 32 siswa.
D. Desain Penelitian Data Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart (Rochiati Wiriaatmadja 2009: 66) yang menggambarkan bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui beberapa siklus dan masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun tahap-tahap tersebut meliputi: 1. Perencanaan (Planning) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah menentukan fokus penelitian. Peneliti dituntut untuk merenung dan merefleksi untuk mencari sisi kelemahan yang timbul dalam praktik
45
pembelajaran
di
kelas.
Kemudian
kelemahan-kelemahan
tersebut
didefinisikan dan dianalisis kelayakannya untuk diatasi dengan penelitian tindakan kelas. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) Dalam tahap ini untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi-strategi yang sesuai dalam hal ini adalah metode pembelajaran kontekstual. 3. Observasi (Observation) Pada tahap ini peneliti mengamati, mencatat, dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. 4. Refleksi (Reflection) Setelah dilakukan pengamatan peneliti mengingat, merenungkan atas hasil pengamatan yang dilakukan. Kekurangan yang ditemui dalam siklus terdahulu dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana tindakan pada siklus selanjutnya sehingga siklus berikutnya akan menjadi lebih baik dan bagus dari siklus-siklus sebelumnya. Adapun siklus penelitian tindakan yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:
46
Perencanaan Refleksi Tindakan/ Observasi Perbaikan/ perencanaan Refleksi Tindakan/ Observasi Perbaikan/ perencanaan Refleksi Tindakan/ Observasi
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc. Taggart Sumber: (Rochiati Wiriaatmadja 2009: 66)
E. Variabel dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2008: 3), “variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan definisi operasionalnya sebagai berikut: 1. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Kontekstual Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual adalah skor yang diperoleh guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual
47
yang meliputi persiapan, pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu, dan pengelolaan kelas yang diukur dengan instrumen lembar observasi kemampuan guru (Instrumen 01). 2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual Aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual adalah banyaknya aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan diamati dengan instrumen lembar observasi aktivitas siswa (Instrumen 02). Aktivitas siswa yang dimaksud meliputi: mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman, membaca materi ajar, menulis atau mencatat materi pelajaran, bertanya atau mengemukakan pendapat, dan mengerjakan tugas dari guru. 3. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kontekstual Aktiviatas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah sejumlah keterlibatan guru selama proses belajar mengajar mengajar yang diamati dengan instrumen lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual (Instrumen 03). Aktivitas guru yang dimaksud meliputi: memotivasi siswa, menyajikan informasi tentang materi pelajaran, dan mengelola KBM sesuai dengan kaidah pembelajaran kontekstual. 4. Kemandirian Belajar Siswa Kemandirian belajar siswa adalah pendapat atau penilaian siswa terhadap dirinya sendiri dalam KBM. Kemandirian siswa ini diukur dengan cara mengisi angket setelah KBM dengan instrumen angket kemandirian belajar siswa (Instrumen 04). Komponen yang dimaksud meliputi:
48
kesadaran untuk belajar, memiliki tujuan belajar, kesungguhan mendalami materi, percaya diri, sifat original, dan tidak bergantung pada orang lain. 5. Respon Siswa Respon siswa adalah tanggapan atau penilaian siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual yang diukur dengan cara mengisi angket setelah KBM dengan instrumen angket respon siswa (Instrumen 05). Komponen yang dimaksud meliputi: tatap muka, saling ketergantungan, tanggung jawab, komunikasi menjalin hubungan antar anggota, dan pemahaman. 6. Kesan Guru Kesan guru adalah tanggapan atau penilaian guru terhadap penerapan pembelajaran kontekstual yang diukur dengan Instrumen Kesan Guru (Instrumen 06). 7. Hasil Belajar Siswa Hasil tes belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) yang diukur dengan Instrumen Tes Hasil Belajar (Instrumen 07).
F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahap. Adapun keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
49
1. Tahap Persiapan Kegiatan awal yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah refleksi awal antara guru dan peneliti untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Adapun permasalahan yang sangat mendasar dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Bantul adalah kemandirian belajar siswa yang belum terukur. Selanjutnya peneliti dan guru merumuskan permasalahan tersebut secara operasional baik permasalahan dari siswa maupun dari guru itu sendiri. 2. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mencoba melakukan perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. b. Menyusun rancangan tindakan yang akan dilaksanakan meliputi: 1) Penentuan pembatasan materi yang akan diberikan. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan tema dalam RPP seperti LKS, buku paket PKn, dan power point. 4) Menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran di kelas. 5) Menyiapkan alat evaluasi tindakan berupa: a) Bahan diskusi b) Soal-soal evaluasi di kelas
50
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Guru bersama dengan siswa menentukan topik permasalahan yang akan dibahas. Selanjutnya siswa mengembangkan sendiri pengetahuan yang dimilikinya dengan cara menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri, sehingga pembelajaran dapat bermakna. 2) Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada siswa. b) Guru
membantu
siswa
memahami
konsep
materi
pelajaran
(konstruktivisme). c) Guru mengamati kegiatan siswa saat berdiskusi dalam rangka menemukan sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, dan memberikan makna yang terkandung dalam konsep tersebut (menemukan). d) Siswa mendiskusikan masalah dan menganalisis isi yang terkandung di dalam masalah tersebut serta memberikan tanggapan atau respon kemudian menyimpulkannya (masyarakat belajar). e) Bentuk tindakannya sebagai berikut: (1) Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
51
(2) Guru
membagikan
tugas
kepada
setiap
kelompok
serta
memberikan petunjuk dan aturan permainannya. (3) Siswa melaksanakan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dan aturan permainan dalam kegiatan. Masing-masing anggota baik individu maupun kelompok saling berkompetisi secara sehat dalam memecahkan suatu permasalahan dan pembuatan laporan akhir atau hasil diskusi agar mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. 3) Guru mengembangkan sifat ingin tahu kepada siswa dengan cara melakukan tanya jawab (bertanya). 4) Guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok diskusi (belajar dalam kelompok). 5) Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (pemodelan). 6) Guru bersama peneliti dan siswa melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, guna menentukan tindak lanjut berikutnya agar lebih baik lagi (refleksi). 7) Guru bersama dengan siswa melakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). c. Observasi Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana kemampuan guru dalam
52
mengelola pembelajaran kontekstual, aktivitas siswa, aktivitas guru, dan kemandirian belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Data yang diperoleh di lembar observasi dianalisis, kemudian dilakukan refleksi. Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang dicatat dalam observasi. Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk memahami dan mengkaji hasil tindakan serta masalah yang dihadapi dalam penelitian. Hasil analisis dapat digunakan untuk perbaikan pelaksanan pembelajaran pada putaran berikutnya.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pengamatan, angket, dan tes. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengamatan Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2002: 156). Pengamatan digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang berupa lembar observasi dalam penerapan pembelajaran kontekstual. 2. Angket Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
53
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pertimbangan yang mendasari digunakan angket dalam penelitian ini adalah: a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. b. Apa yang dinyatakan subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002: 129). Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemandirian belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. Bentuk angket dalam penelitian ini adalah check list, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check ( ) pada kolom yang sesuai. 3. Tes Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang sejauh mana kemandirian belajar siswa dalam mengerjakan soal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nana Sudjana (1992: 05) tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan dan pengajaran sesuai dengan tujuan penndidikan dan pengajaran. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tes obyektif pilihan ganda dan tes uraian.
54
H. Instrumen Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136), instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Instrumen dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Observasi Untuk mengetahui kualitas proses, dilakukan pengamatan terhadap; aktivitas siswa dan aktivitas guru yang dilakukan dengan mengamati kelas setiap kali tatap muka. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kontekstual dan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa. a. Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kontekstual meliputi: aspek persiapan, pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan kelas, dan suasana kelas. b. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Lembar pengamatan aktivitas guru meliputi: memotivasi siswa, menyajikan informasi tentang materi pelajaran, dan mengelola KBM sesuai dengan kaidah pembelajaran kontekstual. Lembar pengamatan aktivitas siswa meliputi: mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman, membaca materi ajar, menulis atau mencatat materi
55
pelajaran, bertanya atau mengemukakan pendapat, dan mengerjakan tugas dari guru. 2. Angket Kemandirian Belajar Siswa, Respon Siswa, dan Kesan Guru Dalam angket kemandirian belajar siswa ini, siswa diminta untuk mengisi dan mengemukakan pendapatnya untuk menilai dirinya sendiri dalam hal belajar. Angket respon siswa berisi respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. Kesan guru terhadap penerapan pembelajaran kontekstual, guru diminta memberikan penilaian terhadap penerapan pembelajaran kontekstual yang telah dikembangkan oleh peneliti serta guru memberikan komentar terhadap penerapan pembelajaran kontekstual tersebut. Adapun kisi-kisi instrumen angket kemandirian belajar siswa, angket respon siswa, dan penetapan skornya adalah sebagai berikut: a. Kisi-kisi instrumen kemandirian belajar dan kisi-kisi angket respon siswa Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Belajar No 1. 2. 3.
Indikator
Nomor Item
Kesadaran untuk belajar 1, 2, 3, 4*, 5, 6, 7* Memiliki tujuan belajar 8*,9 Kesungguhan mendalami 10*, 11, 12, 13, materi 14,15* 4. Percaya diri 16, 17, 18*, 19, 20 5. Sifat original 21*, 22, 23 6. Tidak bergantung kepada 24, 25, 26*, 27 orang lain Jumlah Butir Soal * Pernyataan negatif
Jumlah Butir Soal 7 2 6 5 3 4 27
56
Dari kisi-kisi di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini penekanannya pada indikator kesadaran untuk belajar, kesungguhan mendalami materi, dan percaya diri. Terlihat dengan jumlah butir soal yang lebih banyak dibandingkan dengan indikator lainnya. Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Respon Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran Kontekstual No
Komponen
Indikator
1.
Tatap muka
- Interaksi dengan guru
2.
Saling ketergantungan
3.
Tanggung jawab
4.
Komunikasi menjalin hubungan antar anggota Pemahaman
- Bekerjasama dalam kegiatan kelompok - Memahami Materi - Menyelesaikan Tugas - Kemampuan Berbicara
5.
* Pernyataan negatif b. Penetapan
skor
- Metode pembelajaran Jumlah Butir Soal
adalah
pertanyaan
Nomor Item 1*, 2, 3, 4*, 5
Jumlah Item 5
6, 7*, 8
3
9, 10, 11, 12, 13*
5
14, 15*, 16, 17
4
18, 19*, 20
3 20
atau
pernyataan
tersebut
menggunakan model empat bertingkat dengan empat alternatif jawaban: 1) Pertanyaan-pertanyaan positif: Jika responden menjawab SS (Sangat Setuju), skornya 4 Jika responden menjawab S (Setuju), skornya 3 Jika responden menjawab TS (Tidak Setuju), skornya 2 Jika responden menjawab STS (Sangat Tidak Setuju), skornya 1
57
2) Pertanyaan-pertanyaan negatif: Jika menjawab SS (Sangat Setuju), skornya 1 Jika menjawab S (Setuju) skornya 2 Jika menjawab TS (Tidak Setuju), skornya 3 Jika menjawab STS (Sangat Tidak Setuju), skornya 4 3. Tes Instrumen tes yaitu tes hasil belajar PKn yang berbentuk pilihan ganda dan uraian. Jumlah soal tes sebanyak 15 butir dan 5 butir soal uraian. Pemberian skor jawaban untuk soal pilihan ganda digunakan skor satu dan nol. Untuk skor uraian digunakan skor nol sampai lima.
I. Uji Coba Instrumen Instrumen yang valid dan reliabel menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel agar dapat diandalkan. Uji coba instrumen ini dilakukan pada 32 siswa kelas X 5 SMA Negeri 1 Bantul. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. 1. Uji Validitas Instrumen Sehubungan dengan validitas alat ukur, Suharsimi Arikunto (2002: 145), membedakan dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang diperoleh melalui caracara yang benar sehingga menurut logika akan dapat dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh
58
dengan jalan mencobakan instrument pada sasaran yang sesuai dengan sasaran penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan validitas empiris yang dilakukan dengan
menggunkan
teknik
analisis
butir,
yaitu
dengan
jalan
mengkorelasikan skor butir (X) terhadap skor butir (Y), dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Sugiyono, 2007: 213), yaitu:
Rumus Korelasi Product Moment (3.1) Keterangan : rxy = koefisien korelasi x dan y n = Jumlah subjek x = Skor butir soal y = Skor total x = Jumlah skor soal dari masing-masing variabel x² = Jumlah x kuadrat y = Jumlah skor soal dari masing-masing variabel y² = Jumlah y kuadrat
59
Kriteria uji validitas apabila harga r hitung setelah dikonsultasikan dengan r tabel sama dengan atau lebih lebih besar pada taraf signifikan 5%, maka butir tersebut valid atau sahih, dan sebaliknya. Setelah rumus dicantumkan maka hasil validitas kemandirian belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 3. Hasil Uji Validitas Kemandirian Belajar Siswa Butir
r hitung
r tabel
Keterangan
1
-0,054
0,349
Gugur
2
0,534
0,349
Valid
3
0,382
0,349
Valid
4
0,561
0,349
Valid
5
-0,312
0,349
Gugur
6
0,322
0,349
Gugur
7
0,419
0,349
Valid
8
0,445
0,349
Valid
9
0,462
0,349
Valid
10
0,432
0,349
Valid
11
0,223
0,349
Gugur
12
0,581
0,349
Valid
13
-0,079
0,349
Gugur
14
0,567
0,349
Valid
15
0,352
0,349
Valid
16
0,426
0,349
Valid
17
0,405
0,349
Valid
18
0,271
0,349
Gugur
19
0,069
0,349
Gugur
20
0,494
0,349
Valid
21
0,620
0,349
Valid
60
22
0,288
0,349
Gugur
23
-0,194
0,349
Gugur
24
-0,215
0,349
Gugur
25
0,223
0,349
Gugur
26
0,225
0,349
Gugur
27
-0,231
0,349
Gugur
Dari hasil tabel uji validitas kemandirian belajar siswa di atas terlihat bahwa dari 27 butir soal yang diajukan diperoleh hasil bahwa 14 butir soal dinyatakan valid dan 13 butir soal dinyatakan gugur. Meskipun masih ada yang gugur akan tetapi tingkat kevalidannya tidak diragukan karena masingmasing indikator ada kevalidannya. Selanjutnya hasil validitas respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4. Hasil Uji Validitas Respon Siswa Butir
r hitung
r tabel
Keterangan
1
0,176
0,349
Gugur
2
0,301
0,349
Gugur
3
0,327
0,349
Gugur
4
-0,010
0,349
Gugur
5
0,201
0,349
Gugur
6
0,328
0,349
Gugur
7
0,375
0,349
Valid
8
-0,0219
0,349
Gugur
9
0,584
0,349
Valid
10
0,173
0,349
Gugur
11
0,262
0,349
Gugur
12
0,371
0,349
Valid
13
0,372
0,349
Valid
61
14
0,448
0,349
Valid
15
0,221
0,349
Gugur
16
0,430
0,349
Valid
17
0,371
0,349
Valid
18
0,312
0,349
Gugur
19
0,455
0,349
Valid
20
0,468
0,349
Valid
Dari hasil tabel uji validitas respon siswa di atas terlihat bahwa dari 20 butir soal yang diajukan diperoleh hasil bahwa 9 butir soal dinyatakan valid dan 11 butir soal dinyatakan gugur. Meskipun masih banyak yang gugur akan tetapi tingkat kevalidannya tidak diragukan karena masingmasing indikator ada kevalidannya. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Agar suatu instrumen itu dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka perlu digunakan uji reliabilitas. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Apabila instrumennya sudah baik dan dapat dipercaya (reliabel) maka berapa kalipun diambil pada waktu yang berbeda dan pada subjek yang sama, tetap akan sama hasilnya. Untuk menghitung realibilitas instrumen menggunakan rumus Alpha dari Cronbach. Alasan penggunaan rumus tersebut karena jawaban Instrumen bersifat gradasi dengan menggunakan rentang skor 1 – 4.
Rumus Reliabilitas Instrumen (3.2)
62
Keterangan : r11
= Reliabilitas Instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan b²
= Jumlah varian butir
t²
= Varian total Hasil dari perhitungan di atas selanjutnya dikonsultasikan dalam
klasifikasi berikut ini: 0,800 s/d 1,000 = sangat tinggi 0,600 s/d 0,799 = tinggi 0,400 s/d 0,599 = cukup 0,200 s/d 0,399 = rendah 0,000 s/d 0,199 = sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2006: 276) Setelah rumus dan kategori dicantumkan maka hasil reliabilitas kemandirian
belajar siswa
dan respon
siswa
terhadap penerapan
pembelajaran kontekstual dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel. 5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Mandiri Respon
Cronbach’s Alpha 0,720 0,704
Interpretasi Tinggi Tinggi
Berdasarkan hasil tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen untuk masing-masing variabel berada dalam kategori tinggi dan dinyatakan reliabel karena Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60.
63
J. Teknik Analisis Data Analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif, berupa rata-rata atau persentase yang akan diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Data Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Analisis data pengelolaan pembelajaran kontekstual digunakan untuk menjawab pertanyaan “Bagaiamana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual?” Untuk menganalisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual akan digunakan ketentuan (Budiningarti, 1998: 25): 0.00 – 1.99 tidak baik 2.00 – 2.99 kurang baik 3.00 – 3.49 cukup baik 3.50 – 4.00 baik 2. Analisis Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual Analisis ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran kontekstual?”. Data hasil pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama KBM berlangsung dianalisis dengan menggunakan persentase (%), yakni
64
banyaknya frekuensi aktivitas dibagi dengan seluruh frekuensi aktivitas, dikali 100%. Untuk menganalisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual akan digunakan ketentuan (Riduwan, 2009: 15): 81%-100% Sangat Tinggi 61%-80% Tinggi 41%-60% Sedang 21%-40% Rendah 0%-20% Sangat Rendah 3. Analisis Data Kemandirian Belajar Siswa Analisis data kemandirian belajar siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana kemandirian belajar siswa selama pembelajaran kontekstual berlangsung?”. Data kemandirian belajar siswa dianalisis dengan persentase (%), yakni banyaknya frekuensi kemandirian belajar dibagi dengan seluruh frekuensi kemandirian belajar, dikali 100%. Untuk menganalisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap kemandirian belajar siswa selama pembelajaran kontekstual berlangsung akan digunakan ketentuan (Riduwan, 2009: 15): 81%-100% Sangat Tinggi 61%-80% Tinggi 41%-60% Sedang
65
21%-40% Rendah 0%-20% Sangat Rendah 4. Analisis Data Respon Siswa terhadap Penerapan Pembelajaran Kontekstual Analisis data respon siswa digunakan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan “Bagaiamana respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual? Data respon siswa dianalisis dengan persentase (%), yakni banyaknya jumlah siswa yang memberikan respon dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya, dikali 100%. Untuk menganalisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap respon siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual akan digunakan ketentuan (Riduwan, 2009: 15): 81%-100% Sangat Tinggi 61%-80% Tinggi 41%-60% Sedang 21%-40% Rendah 0%-20% Sangat Rendah 5. Analisis
Data Kesan Guru terhadap Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Analisis data kesan guru digunakan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana kesan guru terhadap penerapan pembelajaran kontekstual?
66
Data yang berupa jawaban guru terhadap sejumlah butir pertanyaan yang dilakukan dengan wawancara dengan guru, langsung dideskripsikan untuk menggambarkan kesan atau penilaian guru terhadap penerapan pembelajaran pembelajaran kontekstual. 6. Analisis Data Hasil Tes Belajar Analisis data hasil belajar siswa digunakan untuk menjawab petanyaan penelitian “Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual?”. Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan penilaian acuan patokan. Skor yang diperoleh siswa melalui ulangan harian akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual,
ketuntasan klasikal,
dan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan pembelajaran kontekstual PKn terhadap kemandirian belajar siswa. Ketuntasan individual ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Dikembangkan dari Depdikbud, 1995):
Rumus Proporsi Siswa (3.3) Keterangan: P = Persentase ketuntasan belajar per siswa (proporsi siwa) Si = Jumlah skor yang dicapai siswa terhadap seluruh butir soal St = Jumlah skor total seluruh butir soal
67
Sebagai standar ketuntasan belajar digunakan patokan yang ditetapkan Depdikbud (1995) dalam kurikulum 1994, yaitu siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban benar siswa, atau persen ketuntasan belajarnya
65%. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika di kelas
tersebut terdapat 85% siswa telah mencapai ketuntasan individual.
K. Kriteria Keberhasilan Tindakan Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sudah optimal. Kemudian semakin meningkatnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual. Dalam penelitian ini, indikator yang dicapai bisa dilihat dari penerapan komponen-komponen pembelajaran kontekstual dan pencapaian poin-poin yang tertera dalam aktivitas siswa meliputi: mendengarkan, membaca, mencatat, bertanya atau menanggapi pendapat, dan mengerjakan perintah guru. Kriteria dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn. Untuk tingkat kemandirian belajar siswa indikator keberhasilan yang digunakan adalah minimal 16 siswa atau 50% dari jumlah siswa yang hadir memiliki tingkat kemandirian belajar sangat tinggi, maka tindakan dinyatakan berhasil.
68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X 5 SMA Negeri 1 Bantul pada tahun ajaran 2010/2011. SMA Negeri 1 Bantul berlokasi di Jl. KHA Wakhid
Hasyim
Bantul,
Telp./Fax.(0274)
367547,
Webside:
www.sman1bantul.sch.go.id, E-mail:
[email protected]. SMA Negeri 1 Bantul mempunyai luas tanah 7.220 m2 dengan rincian 2.367 m2 berupa bangunan, 3.453 m2 berupa halaman atau taman, dan 1400 m2 berupa lapangan olahraga. 1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Bantul SMA Negeri 1 Bantul semula bernama SMA Persiapan Negeri Bantul dan dibuka pada tanggal 17 September dengan pendiri: Bapak KRT. Sosrodiningrat (Bupati Bantul), Bapak Sartono, dan Bapak KRT. Pringgodiningrat. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Nomor: B6181/D2a/K.63 Tanggal: 26 Oktober 1963 TMT: 1 November 1963 statusnya menjadi Filial SMA Teladan Yogyakarta. Berikutnya dalam jangka waktu yang tidak lama, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 79/SK/D/III Tanggal: 30 Juli 1964 secara resmi menjadi SMA Negeri Bantul.
69
SMA Negeri 1 Bantul dalam perkembangan selanjutnya semakin dipercaya oleh masyarakat, hal ini terbukti dalam Penerimaan Siswa baru (PSB) selalu dibanjiri oleh pendaftar sehingga animo selalu melebihi daya tampung yang ada, demikian juga kalau dilihat dari NUN (Nilai Ujian Nasional) pendaftar yang tinggi.
Sesuai dengan kurikulum yang
diberlakukan pemerintah, SMA Negeri 1 Bantul pernah melaksanakan Kurikulum 1975; Kurikulum 1984; Kurikulum 1994; Kurikulum 2004 dan terakhir dengan Kurikulum SMA Negeri 1 Bantul (KTSP). Dalam perkembangan selanjutnya mulai awal Tahun Pelajaran 2009/2010. SMA Negeri 1 Bantul dipercaya oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas RI berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 1823/C.4/LL/2009 Tanggal: 24 Juni 2009 untuk menyelenggarakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi SMA Negeri 1 Bantul setelah selama 2 (dua) tahun yaitu mulai awal tahun ajaran 2007/2008 sampai dengan tahun ajaran 2008/2009 menyelenggarakan Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) dan telah dinyatakan siap sebagai Sekolah Kategori Mandiri atau Sekolah Standar Nasional. Sejalan dengan ditetapkannya sebagai Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI) dan juga berbagai inovasi serta terobosanterobosan baru yang dimotori oleh Kepala Sekolah yaitu Drs. Isdarmoko, M.Pd. yang menjalankan tugas sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bantul sejak Bulan Agustus 2007 mendapatkan kepercayaan yang penuh
70
untuk memimpin SMA Negeri 1 Bantul dengan berdasarkan SK Bupati Bantul Nomor: 58/Peg/D.4/2007 TMT: 1 Juli 2007, telah banyak prestasi yang diraih dan banyak pula dilakukan pembenahan dan berbagai gebrakan menuju peningkatan kualitas dengan tekad menjadikan Sekolah Unggul dan Berdaya Saing Global. 2. Sumber Daya Manusia dan Fisik SMA Negeri 1 Bantul a. Data Guru SMA Negeri 1 Bantul memiliki 56 tenaga pendidik yang cukup profesional dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6. Data Guru SMA Negeri 1 Bantul No
Data Guru
Jumlah
1. Jumlah Guru Tetap 53 2. Jumlah Guru Tidak Tetap 3 3. Berpendidikan Sarjana Muda/D3 4 4. Berpendidikan S1 37 5. Berpendidikan S2 10 6. Dalam proses pendidikan S2 5 Sumber: Data SMA Negeri 1 Bantul Tahun 2009. b. Data Karyawan SMA Negeri 1 Bantul memiliki 18 orang karyawan yang cukup profesional dengan rincian sebagai berikut: Tabel 7. Data Karyawan SMA Negeri 1 Bantul No
Data Guru
Jumlah
1. Karyawan Tetap 6 2. Karyawan Tidak Tetap 12 3. Berpendidikan SMA 12 4. Berpendidikan Sarjana Muda/D3 4 5. Berpendidikan S1 4 Sumber: Data SMA Negeri 1 Bantul Tahun 2009.
71
c. Sarana Fisik Fasilitas yang ada di SMA Negeri 1 Bantul dibangun di atas lahan seluas 1 Ha yang berupa bangunan sebagai berikut: Tabel 8. Sarana Fisik SMA Negeri 1 Bantul No Sarana Fisik Jumlah 1. Ruang Teori/Kelas 18 2. Laboratorium Kimia 1 3. Laboratorium Fisika 1 4. Laboratorium Biologi 1 5. Laboratorium Bahasa 1 6. Laboratorium Komputer 1 7. Ruang Perpustakaan Konvensional 1 8. Ruang Serba Guna/Aula 1 9. Ruang UKS 1 10. Ruang BP/BK 1 11. Ruang Kepala Sekolah 1 12. Ruang Guru 1 13. Ruang TU 1 14. Ruang OSIS 1 15. Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 2 16. Kamar Mandi/WC Guru Perempuan 2 17. Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki 10 18. Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan 10 19. Ruang Ibadah 1 20. Ruang Multimedia 1 21. Lapangan Basket 1 22. Lapangan Tenis 1 23. Lapangan Voli 1 Sumber: Data SMA Negeri 1 Bantul Tahun 2009. 3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Bantul Visi, misi, dan tujuan SMA Negeri 1 Bantul dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Visi Terwujudnya sumber daya manusia yang berdaya saing internasional, memiliki keseimbangan antara imtaq dan iptek.
72
b. Misi 1) Menerapkan manajemen mutu berbasis sekolah (MBS) dan manajemen mutu berstandar internasional (SMM ISO). 2) Melaksanakan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa dapat berkembang optimal. 3) Meningkatkan kualitas dan profesionalitas guru dan karyawan dalam memberikan layanan kepada peserta didik. 4) Menciptakan situasi yang kondusif sehingga warga sekolah merasa aman dan nyaman di sekolah. 5) Menanamkan nilai-nilai imtaq, budaya, dan kepribadian nasional berdasarkan Pancasila. 6) Meningkatkan daya saing siswa untuk melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dan berprestasi di ajang kompetisi Olimpiade Sains, Olahraga, Kreasi, dan Seni. c. Tujuan 1) Memberdayakan semua potensi sekolah dengan prinsip kemandirian, kebersamaan, dan akuntabilitas. 2) Memberikan pelayanan prima pada masyarakat. 3) Memantapkan kelembagaan sekolah, dengan target akreditasi sekolah nilai A. 4) Memberikan motivasi dan meningkatkan percaya diri kepada para siswa sehingga mampu bersaing secara global.
73
5) Memantapkan identitas sebagai sekolah yang berwawasan ilmu-ilmu dasar dan memiliki keunggulan dalam bidang sains. 6) Meningkatkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN). 7) Meningkatkan prosentase siswa yang diterima di PTN. 8) Meningkatkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya. 9) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif. 10) Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan berstandar internasional. 11) Pembinaan imtaq, kepribadian, potensi, bakat dan ketrampilan melalui kegiatan pengembangan diri. Sumber: Data SMA Negeri 1 Bantul Tahun 2009. 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Bantul Struktur organisasi yang ada di SMA Negeri 1 Bantul dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Bantul
Sumber: Data SMA Negeri 1 Bantul Tahun 2009.
74
Keterangan: a. Kepala Sekolah
: Drs. Isdarmoko, M.Pd
b. Wakasek Kurikulum
: Dra. Mardiana Hadiyani
c. Wakasek Kesiswaan
: Sumardi, M.Pd
d. Wakasek Sarana Prasarana : Samyudi, S.Pd e. Wakasek Humas
: Dra. Endang Istyowati
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Pengamatan Awal dan Perencanaan Sebelum penelitian tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan awal. Kegiatan pengamatan awal ini dilaksanakan melalui pembicaraan dengan guru PKn kelas X tentang permasalahanpermasalahan yang dihadapi guru PKn SMA Negeri 1 Bantul dalam proses pembelajaran, terutama pada upaya peningkatan kemandirian belajar siswa dalam mengikuti pelajaran, penerapan pembelajaran kontekstual, dan proses menyusun rancangan tindakan pembelajaran PKn. Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran PKn kelas X pada Minggu ketiga bulan Januari tahun 2011 untuk membahas permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru PKn SMA Negeri 1 Bantul selama ini. Menurut pendapat guru PKn kelas X mengatakan bahwa tingkat kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul terutama kelas X belum optimal. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran PKn berlangsung di kelas masih terdapat siswa yang
75
pasif,
misalnya:
ketika
guru
memberikan
ruang
bertanya
dan
mengemukakan pendapat siswa banyak yang mengabaikannya, ketika guru menyuruh siswa untuk membaca buku teks PKn masih ada siswa yang ramai, main handphone, dan melamun, ketika ulangan harian atau ulangan semester PKn juga masih ada siswa yang menyontek namun hanya sebagian kecil. Hal ini disebabkan karena selama ini metode pembelajaran kontekstual yang diterapkan oleh guru PKn belum optimal seperti ceramah sebagai jurus andalannya dan diselingi tanya jawab. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran PKn ini, guru bersama peneliti berusaha untuk menemukan solusi pemecahan masalah sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran PKn. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas siswa harus bisa menumbuhkan jiwa sosial, kerja sama, dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Guru dituntut untuk dapat merencanakan pembelajaran yang berfokus lebih banyak pada siswa, sehingga menjadikan siswa lebih aktif, karena di dalam pembelajaran kontekstual siswa harus dijadikan sebagai subjek belajar bukan objek belajar. Dengan demikian, guru diharapkan mampu merencanakan dan mengorganisir proses pembelajaran PKn sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran kontekstual harus dirancang dan disajikan sedemikian rupa sehingga lebih menarik siswa dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.
76
Salah satu alternatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada masyarakat belajar (learning community). Makna dari learning community adalah hasil pembelajaran diperoleh
dari
kerjasama
dengan
orang lain.
Hasil
pembelajaran itu dapat diperoleh dari berbagi antarteman, antarkelompok, dan antar yang tahu dengan antar yang tidak tahu. Masyarakat belajar (learning community) bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Proses pembelajaran di dalam kelas perlu dibuat kelompok-kelompok belajar. Dengan pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) ini peneliti menitikberatkan pada kemandirian belajar siswa seperti mengemukan pendapat dalam kelompoknya, bertanya maupun mengemukakan pendapat pada kelompok lain, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain. Untuk itu dengan adanya penerapan pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) ini diharapkan guru dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Bantul.
77
2. Siklus I a. Hipotesis Tindakan Pada siklus I ini, hipotesis tindakan yang diajukan yaitu melalui penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn, guru dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X5 di SMA Negeri 1 Bantul. b. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: 1) Mencoba melakukan perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran di
kelas
dengan
menerapkan
pembelajaran kontekstual yang
berorientasi pada masyarakat belajar (learning community). 2) Menyusun rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran kontekstual meliputi: a) Penentuan pembatasan materi yang akan diberikan yaitu mengenai mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia. b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual (RPP) tentang materi yang akan diajarkan, yaitu mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia. c) Menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan tema dalam RPP seperti LKS, buku paket, dan power point.
78
d) Menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran di kelas seperti pengelolaan metode pembelajaran kontekstual, aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual, dan aktivitas guru dalam pembelajaran kontekstual. e) Menyusun alat evaluasi tindakan berupa soal post tes siklus I. Dengan adanya desain perencanaan tindakan ini, peneliti dibantu guru dalam mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung untuk mengetahui kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa yang dilihat dan dinilai antara lain mendengarkan dengan aktif penjelasan dari guru, membaca materi pelajaran, mencatat materi yang diberikan oleh guru, bertanya atau menanggapi pendapat orang lain, dan mengerjakan perintah guru (ulangan harian dikerjakan sendiri dan pekerjaan rumah juga dikerjakan sendiri). c. Implementasi Tindakan Pada Siklus I Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus I ini, dilakukan pada hari Rabu, 16 dan 23 Februari 2011 dengan alokasi waktu sebanyak dua kali pertemuan yaitu 4 x 45 menit dengan pokok bahasan warga negara dan pewarganegaraan. Dalam siklus I ini, kegiatan belajar difokuskan pada kemandirian belajar siswa. Pelaksanaan tindakan yang telah dibuat dengan mengacu pada pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada masyarakat belajar sebagai alternatif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh guru PKn. Pada siklus I ini materi yang
79
diajarkan kepada siswa adalah menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, dengan subpokok bahasan dasar hukum yang mengatur warga negara, asas atau stelsel kewarganegaraan, syarat menjadi warga negara, dan hal-hal yang yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan. Dalam kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa setelah itu guru melakukan presensi terlebih dahulu kepada siswa. Siswa diminta untuk menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan buku paket PKn, kemudian guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya
guru
mengulas
materi
minggu
lalu
dengan
memberikan pertanyaan kepada siswa, guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya dan siswa yang lain disuruh untuk menanggapinya. Setelah itu siswa diminta untuk membaca buku paket PKn dan UUD’1945. Setelah selesai membaca, guru membuka ruang bertanya bagi siswa yang belum jelas terhadap bacaannya. Akan tetapi, siswa tidak ada yang bertanya, kemudian guru menyajikan materi kepada siswa selama 15 menit dengan memberikan contoh-contoh nyata dan menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya dan siswa yang lain disuruh untuk menanggapinya. Setelah selesai menyajikan materi kepada siswa, kemudian guru memberikan tugas kepada siswa untuk membagi menjadi 8 kelompok diskusi yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Cara
80
pembagian kelompok diskusi yang dilakukan oleh guru adalah berdasarkan absensi siswa. Setelah selesai membuat kelompok diskusi, guru memberikan tugas, media pembelajaran, petunjuk kegiatan, dan aturan permainan kepada masing-masing kelompok. Aturan permainan yang dibuat guru adalah masing-masing kelompok bertanggung jawab membuat satu pertanyaan dan selebihnya adalah pertanyaan mandiri. Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut, setelah itu siswa diminta untuk mempresentasikannya di depan. Siswa melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan petunjuk kegiatan. Dalam proses penyelesaiaan tugas kelompok tersebut terlihat dalam satu kelompok masih ada siswa yang tidak bekerja, akan tetapi mereka malah bermain handphone dan ada juga yang melamun. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mempresentasikannya di depan. Selama proses diskusi berlangsung timbul berberapa pertanyaan dan tanggapan dari siswa kepada kelompok lain namun tidaklah banyak dikarenakan siswa masih sibuk dengan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dan siswa masih ramai. Setelah kegiatan diskusi berakhir, guru menanggapi serta meluruskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Selanjutnya dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa merangkum materi pelajaran dengan memberikan ruang bertanya
81
kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang baru saja diberikan. Beberapa siswa terlihat masih pasif, karena siswa terlihat takut untuk bertanya bahkan untuk menanggapi suatu permasalahan. Peran guru masih sangat dibutuhkan dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa agar mendapat kekuatan untuk mengemukakan pendapat atau menanggapi suatu pendapat. Guru menutup pelajaran sambil memotivasi siswa untuk lebih giat dan aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Selanjutnya langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Guru bersama dengan siswa menentukan topik permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai dasar hukum yang mengatur warga negara, asas atau stelsel kewarganegaraan, syarat menjadi warga negara, dan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan. 2) Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada siswa. b) Guru membantu siswa memahami konsep materi pelajaran mengenai dasar hukum yang mengatur warga negara, asas atau stelsel kewarganegaraan, syarat menjadi warga negara, dan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan (konstruktivisme).
82
c) Guru
mengamati
kegiatan
siswa
berdiskusi
dalam
rangka
menemukan sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, dan memberikan makna yang terkandung dalam konsep tersebut (menemukan). d) Siswa
mendiskusikan
masalah
dan
menganalisis
isi
yang
terkandung di dalam masalah tersebut serta memberikan tanggapan atau respon dan kemudian menyimpulkannya (masyarakat belajar). e) Bentuk tindakannya sebagai berikut: (1) Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan tempat duduk siswa dan setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. (2) Guru membagikan tugas kepada setiap kelompok serta memberikan petunjuk dan aturan permainannya. (3) Siswa melaksanakan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dan aturan permainan dalam kegiatan. Masing-masing anggota baik individu maupun kelompok saling berkompetisi secara sehat dalam memecahkan suatu permasalahan dan pembuatan laporan akhir atau hasil diskusi agar mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. 3) Guru mengembangkan sifat ingin tahu kepada siswa dengan cara melakukan tanya jawab (bertanya). 4) Guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok diskusi (belajar dalam kelompok). 5) Guru menyuruh siswa untuk memberikan contoh-contoh konkrit mengenai dasar hukum yang mengatur warga negara, asas atau stelsel
83
kewarganegaraan, syarat menjadi warga negara, dan hal-hal yang yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan sebagai contoh dalam pembelajaran (pemodelan). 6) Guru bersama peneliti melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, guna menentukan tindak lanjut berikutnya agar lebih baik lagi (refleksi). 7) Guru bersama dengan siswa melakukan penilaian yang sebenarnya dengan cara mengerjakan post tes untuk melihat perkembangan belajar siswa (authentic assessment). d. Hasil Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran PKn kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan Penerapan Pembelajaran Kontekstual a) Mengembangkan pemikiran (Constructivism) Mengembangkan
pemikiran
anak
akan
belajar
lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Dalam hal ini siswa perlu dibiasakan untuk dapat memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan ide-ide yang cemerlang, sehingga dapat menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dengan dasar itu pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa,
84
sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual ini, peran guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran dikarenakan siswa masih membutuhkan bantuan dan bimbingan dari guru untuk mendorong pemahaman siswa itu sendiri. Pengetahuan awal disampaikan guru pada saat apersepsi, karena melihat siswa masih berfikir fresh, sehingga siswa dapat menuangkan pengetahuan yang mereka dapat. Dalam pembelajaran siklus I ini terlihat bahwa siswa sudah dapat mengembangkan sendiri konsep-konsep pembelajaran PKn dengan pokok bahasan dasar hukum yang mengatur warga negara, asas atau stelsel kewarganegaraan, syarat menjadi warga negara, dan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan. b) Menemukan sendiri pengetahuan (Inquiry) Menemukan pembelajaran
merupakan
kontekstual.
bagian
Dalam
inti
proses
dari
kegiatan
pembelajaran
ini
didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus I ini terlihat siswa sudah mampu mengembangkan sendiri pengetahuan yang baru mereka dapat dari
85
hasil pengamatan, kemudian mereka menjadikannya sebuah pemahaman namun keterampilan berfikir kritis siswa masih kurang. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran pada siklus I ini ada beberapa langkah dalam kegiatan menemukan (inquiry) yang dilakukan di dalam kelas X5 sebagai berikut: (1) Merumuskan masalah Siswa dapat merumuskan tentang dasar hukum yang mengatur warga negara, asas atau stelsel kewarganegaraan, syarat menjadi warga negara, dan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan. (2) Mengamati dan melakukan observasi Untuk memperoleh informasi yang dilakukan oleh siswa adalah dengan cara membaca buku atau sumber lain yang tersedia, kemudian siswa juga mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati. (3) Menganalisis dan menyajikan hasil Siswa membuat kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut siswa cekatan dalam menganalisis dan mengembangkan hasil observasi mereka sendiri. (4) Menyajikan hasil karya pada teman sekelas dan guru Setelah siswa menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru, kemudian guru menyuruh setiap kelompok
86
untuk maju ke depan mempresentasikannya kepada kelompok lain. Kelompok lain memberikan masukan serta tanggapan tentang hasil diskusi dari kelompok yang maju presentasi. c) Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam kegiatan pembelajaran ini berguna untuk: (1) Mengecek pemahaman siswa Pada pembelajaran siklus I ini, mengecek pemahaman siswa sangat diperlukan khususnya kelas X5. Hal ini disebabkan karena kebiasaan siswa hanya mendengarkan saja, sehingga dalam
proses
pembelajaran
berlangsungpun
guru
harus
mengulang-ulang dari awal karena ketidakpahaman siswa. Sejalan dengan hal ini juga terlihat dalam penelitian ini, guru harus memberikan pengarahan dan perhatian yang lebih kepada siswa agar siswa dapat memahami betul materi yang disampaikannya.
87
Maka untuk menanggulangi ketidakpahaman siswa tersebut guru memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa seputar materi yang dipelajari sebelumnya yang dilakukan pada awal pembelajaran. Kemudian pada akhir pembelajaran guru juga memberikan pertanyaan-petanyaan singkat kepada siswa seputar materi yang baru saja diterima. Dengan demikian dalam proses pembelajaran kontekstual ini, guru tidak menyampaikan materi begitu saja akan tetapi memancing siswa terlebih dahulu dengan memberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan
agar
dapat
menemukan
sendiri
jawabannya. Melihat hal ini, peran bertanya sangatlah penting untuk dilakukan karena melalui pertanyaan-pertanyaan itulah akan mendorong, membimbing, dan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajarinya dan dapat memahamkan pengetahuan siswa. (2) Membangkitkan respon siswa Pada siklus I ini membangkitkan respon siswa sangatlah penting. Dalam hai ini tindakan yang dilakukan oleh guru adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi-materi yang sebelumnya telah dipelajari dan seputar materi-materi yang baru saja dipelajari kepada siswa. Guru juga menyuruh siswa untuk membuat kelompok diskusi dan hasil diskusinya dipresentasikan di depan dalam bentuk power point. Dari tindakan yang
88
dilakukan oleh guru ini tentunya siswa akan merespon dengan baik. d) Masyarakat Belajar (Learning Community) Pada siklus I ini, pembentukan masyarakat belajar (learning community) sangat membantu pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antarteman, antarkelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok ini proses komunikasi terjadi dua arah, sehingga siswa yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar ini akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Maka untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran ini, guru membentuk kelompok diskusi. Hal ini seperti terlihat pada kelas X5, pada saat pembelajaran siklus I, guru membagi siswa dalam kelompok diskusi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 8 siswa dengan kemampuan yang bervariasi dan heterogen. Dengan demikian dalam pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) ini sangat mendatangkan manfaat, karena dalam pelaksanaan diskusi siswa terlihat antusias dalam menyampaikan ide atau gagasan dan
89
pendapat dalam kelompoknya masing-masing. Pada akhirnya kegiatan diskusi kelompok tetap berjalan dengan baik dan ramai karena informasi yang diperoleh tidak hanya satu arah, melainkan dua arah. Selain itu juga akan menimbulkan keaktifan siswa. e) Pemodelan (Modeling) Pemodelan mempunyai makna bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pada saat pembelajaran siklus I ini, pemodelan (modeling)
belum
nampak
mengingat
kondisi
yang
tidak
memungkinkan untuk mendatangkan model dari luar. Sebenarnya, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa namun kurangnya kesiapan dari guru untuk merancangnya. Apabila guru dapat mendatangkan model dari luar tentu pembelajaran akan lebih efektif dalam
pelaksanaan
pembelajaran
kontekstual
karena
dapat
diadaptasi, ditiru, dan dimodifikasi sehingga akan mudah dipahami dan bahkan dapat menimbulkan ide baru. Pemodelan ini sangatlah diperlukan untuk menunjang pembelajaran siswa. f) Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Bagi siswa pengetahuan yang baru merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya,
90
sehingga pada pembelajaran siklus I ini, refleksi sangat bermanfaat ketika pembelajaran kontekstual berlangsung. Refleksi akan membangkitkan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterimanya pada saat pembelajaran.
Refleksi
ini
dilaksanakan
oleh
guru
ketika
pembelajaran akan berakhir. Hal ini dapat dilihat ketika guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterimanya. Dengan demikian siswa akan mudah memahami pengetahuan yang baru diterimanya sehingga dapat berguna bagi dirinya. g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Oleh karena itu, pada saat pembelajaran siklus I ini, penilaian yang sebenarnya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
91
(1) Pelaporan hasil diskusi kelompok. (2) Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. (3) Hasil evaluasi akhir (post tes). 2) Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual adalah kemampuan yang diperoleh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang meliputi: persiapan, pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu, dan pengelolaan kelas. Maka dari indikator-indikator tersebut dapat diperoleh hasil lembar pengamatan sebagai berikut: Tabel 9. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual No
Aspek yang diamati
RP 1
Kategori
I II
Persiapan Secara Kesuluruhan Pelaksanaan A. Pelaksanaan Fase I 1. Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai 2. Memotivasi siswa
3,48
Cukup Baik
3,30
Cukup Baik
3,37
Cukup Baik
3,39
Cukup Baik
3,38
Cukup Baik
III B. Kegiatan Inti Fase II 1. Menyajikan materi kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh nyata 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya
92
IV
Fase III 1. Meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi 2. Mendorong siswa: a. Mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas b. Bertanya Penutup Fase IV 1. Membimbing siswa membuat kesimpulan 2. Memberi tugas rumah
V VI
Pengelolaan Waktu Suasana Kelas a. Berpusat pada siswa b. Siswa antusias c. Guru antusias Rata-rata Sumber: Data primer yang diolah.
3,43
3,35 3,43
Cukup Baik
Cukup Baik Cukup Baik
3,32
Cukup Baik
3, 31
Cukup Baik
3,49
Cukup Baik
3,40 3,45 3,42 3,39
Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik
Pada pembelajaran siklus I ini, pengelolaan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru semuanya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 9 di atas mulai dari persiapan hingga suasana kelas semuanya cukup baik. Peneliti mengamati persiapan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan oleh guru memang belum
matang,
sehingga
memengaruhi
proses
pembelajaran
berikutnya. Persiapan pembelajaran merupakan langkah awal guru dalam
membuat
kegiatan
pembelajaran.
Apabila
persiapan
pembelajaran tidak dikonsep sedemikian rupa akan berdampak pada proses pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, guru harus membuat rancangan konsep kegiatan pembelajaran yang matang agar hasilnya dapat maksimal.
93
3) Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa
selama proses kegiatan pembelajaran kontekstual
berlangsung. Dalam penelitian ini, unsur-unsur yang termasuk dalam aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran kontekstual berlangsung adalah mendengarkan dengan aktif, membaca, mencatat, bertanya, dan mengerjakan perintah guru. Maka dari indikator-indikator tersebut diperoleh hasil lembar pengamatan sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I No
Nama Siswa
Jumlah
Persen
Kategori
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
ALDINO HISYAM AMRIN SURYANI ANNISA FITRI .S DIAH AYU RINI EDO RIZKIA SAPUTRA EMMALYSA PITASARI .W ENY WAHYU LESTARI FAHMI NUR RAKHMAN FAHREZA MAHFUDZ .N. FARRADIENA RAUSAN .F FEBRI EKA SETYAWAN INDHIRA PUTRI .R INDHIRA YENI JODA SAHFA .R LAMBANG SEPTIAWAN LENY DESKRIANA LIA FATIKA NOR .R LUNE AYU PINANDHITA NANDA RENI FERA .R NANDITA RISA .R NISA ROMADHONI NUR INDAH . K RANGGA INDRA . P RIANA WULAN .P RIZKI KHIKMAWANTO .K
39 41 42 30 42 41 35 41 34 30 35 30 37 42 37 41 41 30 42 41 41 41 30 30 30
78,0% 82,0% 84,0% 60,0% 84,0% 82,0% 70,0% 82,0% 68,0% 60,0% 70,0% 60,0% 74,0% 82,0% 74,0% 82,0% 82,0% 60,0% 84,0% 82,0% 82,0% 82,0% 60,0% 60,0% 60,0%
Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sedang Sedang
94
26. RIZKI NUR AMANDA 27. SAFLIA FEBRI DANARTI 28. SENTAGI SESOTYA .P 29. SITI MUNAWAROH 30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Jumlah Prosentase Sumber: Data primer yang diolah.
30 33 32 33 41 34 30 1156 72,1%
60,0% 66,0% 64,0% 66,0% 82,0% 68,0% 60,0%
Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sedang
Pada pembelajaran siklus I ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung belum maksimal dan belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan yaitu minimal 50% (16 siswa) mempunyai aktivitas belajar yang sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penilaian melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan pembelajaran kontekstual yang menunjukkan 28,1% (9 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sedang, 31,2% (10 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori tinggi, dan 40,7% (13 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat tinggi dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Pada siklus I ini, kemandirian belajar siswa didominasi siswa putri dengan rincian sebanyak 22 siswa putri dan 10 siswa putra. Siswa putri dikategorikan memiliki kemandirian belajar yang lebih tinggi karena mereka rajin dan aktif dalam melaksanakan aktivitas belajar selama proses pembelajaran PKn berlangsung. Aktivitas belajar tersebut meliputi mendengarkan dengan aktif saat guru menjelaskan materi pelajaran, rajin membaca materi pelajaran, rajin mencatat
95
materi pelajaran, aktif dalam bertanya atau menanggapi pendapat, dan rajin mengerjakan perintah guru seperti presentasi dan mengerjakan ulangan harian sendiri. 4) Pengamatan Aktivitas Guru Aktivitas guru adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh
guru
selama
proses
kegiatan
pembelajaran
kontekstual
berlangsung. Dalam penelitian ini, unsur-unsur yang termasuk dalam aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran kontekstual berlangsung adalah menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dengan memberikan contoh-contoh nyata, memotivasi atau mendorong siswa untuk aktif, dan mengelola KBM sesuai dengan kaidah pembelajaran CTL. Maka dari indikator-indikator tersebut diperoleh hasil lembar pengamatan sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I No
Pertemuan
1 Pertemuan I 1 0,3 Rata-rata Sumber: Data primer yang diolah. 1.
Aktivitas Guru 2 3 1 0,3 -
4 1 0,3
Jumlah 3 0,9
Pada pembelajaran siklus I ini, aktivitas guru selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung belum maksimal terutama dalam memotivasi atau mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penilaian melalui lembar observasi akivitas guru dalam pembelajaran PKn dengan
96
menerapkan pembelajaran kontekstual yang menunjukkan bahwa 100% dari keempat kategori yang diajukan masih tergolong sedang dengan perolehan hasil sebesar 75%. Melihat hal ini, guru harus didorong agar dapat memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. 5) Sistem Penilaian Pembelajaran Kontekstual Sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan guru PKn dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa adalah dengan mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Hasil penilaian guru terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 12. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I No
Nama Siswa
Jumlah
Rata-rata
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
ALDINO HISYAM AMRIN SURYANI ANNISA FITRI .S DIAH AYU RINI EDO RIZKIA SAPUTRA EMMALYSA PITASARI .W ENY WAHYU LESTARI FAHMI NUR RAKHMAN FAHREZA MAHFUDZ .N. FARRADIENA RAUSAN .F FEBRI EKA SETYAWAN INDHIRA PUTRI .R INDHIRA YENI JODA SAHFA .R LAMBANG SEPTIAWAN LENY DESKRIANA LIA FATIKA NOR .R LUNE AYU PINANDHITA NANDA RENI FERA .R NANDITA RISA .R
31 33 34 24 34 33 28 33 27 24 28 24 29 34 29 33 33 24 34 33
7,75 8,25 8,5 6 8,5 8,25 7 8,25 6,75 6 7 6 7,25 8,5 7,25 8,25 8,25 6 8,5 8,25
Kategori Baik Sangat Baik Sangat Baik Cukup Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Cukup Sangat Baik Sangat Baik
97
21. NISA ROMADHONI 22. NUR INDAH . K 23. RANGGA INDRA . P 24. RIANA WULAN .P 25. RIZKI KHIKMAWANTO .K 26. RIZKI NUR AMANDA 27. SAFLIA FEBRI DANARTI 28. SENTAGI SESOTYA .P 29. SITI MUNAWAROH 30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Jumlah Sumber: Data guru PKn yang diolah.
33 33 24 24 24 24 26 25 26 33 27 24 925
8,25 8,25 6 6 6 6 6,5 6,25 6,5 8,25 6,75 6
Sangat Baik Sangat Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Cukup
Berdasarkan hasil penilaian guru pada pembelajaran siklus I ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran PKn berlangsung tercatat sebanyak 28,1% (9 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 31,2% (10 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 40,7% (13 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. e. Refleksi Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus I ini, tahap refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mengevaluasi hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I ini, hasilnya belum maksimal dan belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dari hasil lembar observasi yang dilakukan tercatat 28,1% (9 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori sedang, 31,2% (10 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori
98
tinggi, dan 40,7% (13 siswa) mempunyai aktivitas belajar sangat tinggi dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Melihat hasil lembar observasi aktivitas siswa tersebut belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti, karena peneliti menginginkan minimal 50% (16 siswa) dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat tinggi. Selanjutnya melihat hasil penilaian guru terhadap aktivitas siswa pada siklus I ini, juga belum optimal karena guru menginginkan minimal 50% (16 siswa) dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru tercatat 28,1% (9 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 31,2% (10 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 40,7% (13 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Pada siklus I ini penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn sudah terlaksana dengan baik. Namun, dari hasil refleksi yang dilakukan masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki baik dari faktor guru maupun siswa. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus I ini antara lain: 1) Dalam penerapan pembelajaran kontekstual siswa kurang fokus terhadap pelaksanaan pembelajaran sehingga tingkat kemandirian belajar siswa belum maksimal.
99
2) Siswa masih ada yang kurang berani dalam menyampaikan pendapat pada saat kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya di depan. 3) Siswa masih ada yang ramai saat kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya di depan. 4) Hasil diskusi kelompok hanya dibuat dalam bentuk catatan tertulis, sehingga kurang menarik siswa untuk bertanya saat dipresentasikan di depan. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka perlu adanya tindakan lanjutan untuk menyempurnakan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena target yang diinginkan oleh peneliti belum tercapai yaitu minimal 50% (16 siswa) dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan menuju siklus II. Peneliti segera berdiskusi dengan guru membahas permasalahan ini dan hasil diskusi yang didapat keduanya sepakat untuk melanjutkan tindakan selanjutnya ke siklus II. 3. Siklus II a. Hipotesis Tindakan Pada siklus II ini hipotesis tindakan yang diajukan adalah masih tetap sama seperti pada siklus I yaitu melalui penerapan pembelajaran kontekstual guru dapat meningkatakan kemandirian belajar siswa kelas X5 di SMA Negeri 1 Bantul terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Mengingat hipotesis tindakan yang dilakukan pada siklus I belum optimal, sehingga harus dilakukan perbaikan.
100
b. Perencanaan Tindakan Berdasarkan masalah yang terjadi pada siklus I, guru dan peneliti sepakat melakukan perbaikan-perbaikan dalam tindakan selanjutnya. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai berikut: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan, yakni menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2) Menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan tema dalam RPP seperti LKS, buku paket PKn, dan power .point. 3) Menyiapkan format pengamatan pembelajaran di kelas seperti pengelolaan metode pembelajaran kontekstual, aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual, dan aktivitas guru dalam pembelajaran kontekstual. 4) Menyusun alat evaluasi tindakan berupa soal post tes siklus II. 5) Memotivasi siswa agar dapat meningkatkan kemandirian belajar dalam proses pembelajaran. Dengan desain perencanaan tindakan pada siklus II ini, diharapkan masalah yang terjadi pada siklus sebelumnya dapat teratasi dan keberhasilan yang diingingkan dapat tercapai. c. Implementasi Tindakan Pada Siklus II Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus II ini, dilakukan pada hari Rabu, 30 Februari dan 6 Maret 2011 dengan alokasi waktu sebanyak
101
dua kali pertemuan yaitu 4 x 45 menit dengan pokok bahasan persamaan kedudukan warga negara. Dalam siklus II ini, kegiatan belajar masih difokuskan pada kemandirian belajar siswa dikarenakan pada siklus I tingkat kemandirian belajar siswa belum optimal. Pada siklus II ini materi yang diajarkan kepada siswa adalah menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, dengan subpokok bahasan landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara, persamaan berbagai aspek kedudukan warga negara, dan contoh perilaku yang menampilkan persamaan kedudukan warga negara. Dalam kegiatan awal pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa setelah itu guru melakukan presensi terlebih dahulu kepada siswa. Siswa diminta untuk menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan buku paket PKn, kemudian guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru mengulas materi minggu yang lalu dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya dan siswa yang lain diminta untuk menanggapinya. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk membaca materi selanjutnya dengan diberi waktu 10 menit. Setelah selesai membaca, guru membuka ruang bertanya bagi siswa yang belum jelas terhadap bacaannya. Ada beberapa pertanyaan yang muncul dari siswa. Sebelum guru menanggapi dan memberikan jawabannya, guru menyuruh siswa yang lain untuk mencoba menanggapi dan menjawab
102
pertanyaan dari temannya yang bertanya. Ada siswa yang langsung aktif untuk menanggapi dan menjawab pertanyaan tersebut. Guru merespon dengan baik dan mempersilakannya. Setelah itu guru memberikan tanggapan, jawaban, serta meluruskan atas jawaban yang diajukan oleh siswa. Kemudian guru menyampaikan materi selama 10 menit kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh nyata dan menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru. Setelah selesai menyampaikan materi kepada siswa, kemudian guru memberikan tugas kepada siswa untuk membagi delapan kelompok diskusi. Cara pembagian kelompok diskusi yang dilakukan oleh guru adalah dengan diacak. Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa. Setelah selesai membuat kelompok diskusi kemudian guru memberikan tugas, petunjuk kegiatan, dan aturan permainan kepada masing-masing kelompok. Aturan permainan yang dibuat oleh guru sama seperti siklus I yaitu masing-masing kelompok bertanggung jawab membuat satu pertanyaan dan hasil diskusi kelompok wajib dibuat dalam bentuk power point. Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut, setelah itu siswa diminta untuk mempresentasikannya di depan. Siswa melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan petunjuk kegiatan. Dalam proses penyelesaiaan tugas kelompok tersebut siswa sudah mulai kelihatan antusias. Akan tetapi, masih ada siswa yang terlihat pasif mengemukakan pendapat dalam kelompoknya. Setelah semua kelompok
103
menyelesaikan tugasnya, guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mempresentasikannya
secara
berurutan.
Selama
proses
diskusi
berlangsung, timbul berberapa pertanyaan dan tanggapan dari siswa kepada kelompok lain. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa cukup banyak dibandingkan pada siklus I. Hal ini didukung oleh situasi kelas yang kondusif, sehingga siswa yang tidak maju presentasi mendengarkan dengan aktif serta memberikan respon berupa pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok yang maju presentasi. Setelah selesai diskusi, guru menanggapi atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan serta meluruskan jawaban dari kelompok yang maju presentasi. Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa merangkum materi pelajaran dengan memberikan ruang bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang baru saja diberikan. Ada banyak siswa yang merespon guru dengan memberikan beberapa pertanyaan, namun masih ada juga siswa yang terlihat pasif. Peran guru masih sangat dibutuhkan untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa agar mendapat kekuatan dan kemudahan dalam mengemukakan pendapat atau menanggapi suatu pendapat. Guru menutup pelajaran sambil memotivasi siswa untuk lebih giat dan aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru dapat dijabarkan sebagai berikut:
104
1) Guru bersama dengan siswa menentukan topik permasalahan yaitu mengenai landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara, persamaan berbagai aspek kedudukan warga negara, dan contoh perilaku yang menampilkan persamaan kedudukan warga negara. 2) Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada siswa. b) Guru membantu siswa memahami konsep materi pelajaran mengenai landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara, persamaan berbagai aspek kedudukan warga negara, dan contoh perilaku yang menampilkan persamaan kedudukan warga negara (konstruktivisme). c) Guru mengamati kegiatan siswa saat berdiskusi dalam rangka menemukan sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, dan memberikan makna yang terkandung dalam konsep tersebut (menemukan). d) Siswa
mendiskusikan
masalah
dan
menganalisis
isi
yang
terkandung di dalam masalah tersebut serta memberikan tanggapan atau respon dan kemudian menyimpulkannya (masyarakat belajar). e) Bentuk tindakannya sebagai berikut: (1) Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok yang dilakukan secara acak yang setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
105
(2) Guru membagikan tugas kepada setiap kelompok serta memberikan petunjuk dan aturan permainannya. (3) Siswa melaksanakan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dan aturan permainan dalam kegiatan. Masing-masing anggota baik individu maupun kelompok saling berkompetisi secara sehat dalam memecahkan suatu permasalahan dan pembuatan laporan akhir atau hasil diskusi agar mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. 3) Guru mengembangkan sifat ingin tahu kepada siswa dengan cara melakukan tanya jawab (bertanya). 4) Guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok diskusi (belajar dalam kelompok). 5) Guru menyuruh siswa untuk memberikan contoh-contoh konkrit mengenai landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara, persamaan berbagai aspek kedudukan warga negara, dan contoh perilaku yang menampilkan persamaan kedudukan warga negara (pemodelan). 6) Guru bersama peneliti melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, guna menentukan tindak lanjut berikutnya agar lebih baik lagi (refleksi). 7) Guru bersama dengan siswa melakukan penilaian yang sebenarnya dengan cara mengerjakan post tes untuk melihat perkembangan belajar siswa (authentic assessment).
106
d. Hasil Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran PKn kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan Penerapan Pembelajaran Kontekstual a) Mengembangkan pemikiran (Constructivism) Pemikiran anak akan belajar harus dikembangkan agar lebih bermakna. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Selain itu, anak juga harus dibiasakan dapat memecahkan permasalahan dan menemukan sesuatu agar nantinya berguna bagi dirinya. Dengan dasar ini maka siswa akan menjadi lebih aktif dalam proses kegiatan belajar. Dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran kontekstual ini maka dalam siklus II sudah terlihat siswa dapat mengembangkan sendiri konsep-konsep pembelajaran PKn dengan pokok bahasan landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara, persamaan berbagai aspek kedudukan warga negara, dan contoh perilaku yang menampilkan persamaan kedudukan warga negara. b) Menemukan sendiri pengetahuan (Inquiry) Menemukan pembelajaran
merupakan
kontekstual.
bagian
Dalam
inti
proses
dari
kegiatan
pembelajaran
ini
107
didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Maka dalam pembelajaran kontekstual pada siklus II ini terlihat siswa sudah mampu mengembangkan sendiri pengetahuan yang baru mereka dapat dari hasil pengamatan, kemudian
mereka
menjadikannya
sebuah
pemahaman
dan
keterampilan berfikir kritis siswa sudah ada peningkatan namun belum optimal. Dalam pembelajaran pada siklus II ini, ada beberapa langkah dalam kegiatan menemukan (inquiry) seperti yang dilakukan di dalam kelas X5 sebagai berikut: (1) Merumuskan masalah Siswa dapat merumuskan tentang landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara, persamaan berbagai aspek kedudukan
warga
negara,
dan
contoh
perilaku
yang
menampilkan persamaan kedudukan warga negara. (2) Mengamati dan melakukan observasi Untuk memperoleh informasi yang dilakukan oleh siswa adalah dengan cara membaca buku atau sumber lain yang tersedia, kemudian siswa juga mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati. (3) Menganalisis dan menyajikan hasil Siswa membuat kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam menyelesaikan tugas
108
kelompok tersebut siswa antusias dalam menganalisis dan mengembangkan hasil observasi mereka sendiri. (4) Menyajikan hasil karya pada teman sekelas dan guru Setelah siswa selesai menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru kemudian guru menyuruh setiap kelompok untuk maju ke depan mempresentasikannya kepada kelompok lain dan ditampilkan dalam bentuk power point. Kelompok lain memberikan masukan serta tanggapan tentang hasil diskusi dari kelompok yang maju presentasi. c) Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam kegiatan pembelajaran ini berguna untuk: (1) Mengecek pemahaman siswa Pada pembelajaran siklus II ini, mengecek pemahaman siswa sangat diperlukan khususnya kelas X5, hal ini karena kebiasaan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Dalam pembelajaran siklus II ini guru memberikan pertanyaanpertanyaan singkat seputar materi-materi yang telah dipelajari dan yang akan dipelajari. Dari beberapa pertanyaan yang
109
diajukan oleh guru ternyata sebagian siswa terlihat masih belum menguasai materi. Melihat hal ini, maka dalam pembelajaran siklus II guru masih harus tetap memberikan pengarahan dan perhatian yang lebih kepada siswa agar dapat memahami betul materi yang disampaikannya
dengan
cara
memancing
siswa
berupa
pertanyaan-pertanyaan. Dengan cara ini, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang didapat oleh siswa. (2) Membangkitkan respon siswa Membangkitkan respon siswa sangatlah penting untuk dilakukan. Dalam pembelajaran siklus II ini tindakan yang dilakukan oleh guru adalah membuat kegiatan diskusi semenarik mungkin dengan menampilkan power point. Dari tindakan yang dilakukan oleh guru ini tentunya siswa akan merespon dengan baik. d) Masyarakat Belajar (Learning Community) Pembentukan masyarakat belajar (learning community) sangat membantu pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Maka untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran dalam siklus II ini, guru membentuk kelompok-kelompok diskusi.
110
Kelompok-kelompok diskusi yang dibentuk oleh guru pada siklus II di kelas X5 ini, yaitu membagi kelompok diskusi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. e) Pemodelan (Modeling) Pemodelan
mempunyai
arti
bahwa
dalam
sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pada pembelajaran siklus II ini, pemodelan (modeling) belum ada mengingat guru belum siap untuk mendatangkan model dari luar. Sebenarnya apabila guru dapat mendatangkan model dari luar tentu pembelajaran akan lebih efektif dalam
pelaksanaan
pembelajaran
kontekstual
karena
dapat
diadaptasi, ditiru, dan dimodifikasi, sehingga akan mudah dipahami dan bahkan dapat menimbulkan ide baru. Pemodelan ini sangatlah diperlukan untuk menunjang pembelajaran siswa. f) Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari. Pada pembelajaran siklus II ini, refleksi dilaksanakan oleh guru ketika pembelajaran akan berakhir. Guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterimanya. Dengan cara itu siswa akan mudah memahami pengetahuan yang baru diterimanya,
111
sehingga dapat berguna bagi dirinya. Oleh karena itu, refleksi ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Oleh karena itu, pada pembelajaran siklus II ini, penilaian yang sebenarnya dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Pelaporan hasil diskusi kelompok. (2) Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. (3) Hasil evaluasi akhir (post tes). 2) Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual sangat diperlukan karena dapat menunjang proses pembelajaran. Dalam siklus II ini, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual dapat diketahui hasilnya dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil sebagai berikut:
112
Tabel 13. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Siklus II No
Aspek yang diamati
RP 2
Kategori
I II
Persiapan Secara Kesuluruhan Pelaksanaan A. Pelaksanaan Fase I 1. Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai 2. Memotivasi siswa
3,50
Baik
3,30
Cukup Baik
3,45
Cukup Baik
3,48
Cukup Baik
3,41
Cukup Baik
3,48
Cukup Baik
3,48
Cukup Baik
3,52
Baik
3,40
Cukup Baik
3, 33
Cukup Baik
3,50
Baik
3,49 3,51 3,53 3,45
Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik
III
IV
V VI
B. Kegiatan Inti Fase II 1. Menyajikan materi kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh nyata 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya Fase III 1. Meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi 2. Mendorong siswa: a. Mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas b. Bertanya Penutup Fase IV 1. Membimbing siswa membuat kesimpulan 2. Memberi tugas rumah Pengelolaan Waktu Suasana Kelas a. Berpusat pada siswa b. Siswa antusias c. Guru antusias Rata-rata
Sumber: Data primer yang diolah. Berdasarkan hasil tabel 13 di atas terlihat bahwa pembelajaran siklus II tentang pengelolaan pembelajaran kontestual yang dilakukan
113
oleh guru menunjukkan hasil yang cukup baik. Ada lima aspek yang menunjukkan hasil baik yaitu persiapan secara kesuluruan, bertanya, pengelolaan waktu, siswa antusias, dan guru antusias. Guru membuat persiapan pembelajaran secara keseluruhan, bertanya, pengelolaan waktu, siswa antusias, dan guru antusias memang baik. Hal ini terlihat ketika guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang isinya sudah diskenario sedemikian rupa dan pengelolaan waktu selama kegiatan pembelajaran juga sudah didesain dengan baik pula. Kegiatan diskusipun berlangsung dengan baik karena banyak siswa yang antusias
merespon
kelompok
yang
maju
presentasi
dengan
memberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan, sehingga suasana kelas menjadi kondusif. Namun ada kejanggalan yang tidak logis yaitu apabila guru membuat rancangan konsep pembelajaran bagus tentu aspek-aspek dalam pembelajaran berikutnya akan bagus pula. Setelah ditelusuri ternyata ditemukan bahwa selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung kerja sama yang dibangun antara guru dan siswa masih kurang. Oleh karena itu, guru harus meningkatkan kerja sama yang sudah dibangun dengan siswa agar kegiatan belajar ini menjadi lebih baik.
114
3) Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas siswa yang diamati adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses kegiatan pembelajaran kontekstual berlangsung. Aktivitas siswa tersebut meliputi mendengarkan dengan aktif penjelasan dari guru, membaca, mencatat, bertanya, dan mengerjakan perintah guru. Dalam siklus II ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung dapat diperoleh dari hasil lembar pengamatan sebagai berikut: Tabel 14. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II No
Nama Siswa
Jumlah
Persen
Kategori
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
ALDINO HISYAM AMRIN SURYANI ANNISA FITRI .S DIAH AYU RINI EDO RIZKIA SAPUTRA EMMALYSA PITASARI .W ENY WAHYU LESTARI FAHMI NUR RAKHMAN FAHREZA MAHFUDZ .N. FARRADIENA RAUSAN .F FEBRI EKA SETYAWAN INDHIRA PUTRI .R INDHIRA YENI JODA SAHFA .R LAMBANG SEPTIAWAN LENY DESKRIANA LIA FATIKA NOR .R LUNE AYU PINANDHITA NANDA RENI FERA .R NANDITA RISA .R NISA ROMADHONI NUR INDAH . K RANGGA INDRA . P RIANA WULAN .P RIZKI KHIKMAWANTO .K
41 41 42 41 42 41 35 38 37 30 37 40 41 42 41 42 42 40 40 41 42 41 30 30 30
82,0% 82,0% 84,0% 82,0% 84,0% 82,0% 70,0% 76,0% 74,0% 60,0% 76,0% 80,0% 82,0% 84,0% 82,0% 84,0% 84,0% 80,0% 80,0% 82,0% 84,0% 82,0% 60,0% 60,0% 60,0%
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sedang Sedang
115
26. RIZKI NUR AMANDA 27. SAFLIA FEBRI DANARTI 28. SENTAGI SESOTYA .P 29. SITI MUNAWAROH 30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Jumlah Prosentase Sumber: Data primer yang diolah.
30 35 37 39 41 30 35 1214 75,9%
60,0% 70,0% 74,0% 78,0% 82,0% 60,0% 70,0%
Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sedang Tinggi
Berdasarkan hasil tabel 14 di atas bahwa pada pembelajaran siklus II ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung sudah ada peningkatan namun belum maksimal dan belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan yaitu minimal 50% (16 siswa) dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penilaian melalui lembar observasi akivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan pembelajaran kontekstual yang menunjukkan 18,7% (6 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sedang, 34,3% (11 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori tinggi, dan 47% (15 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori sangat tinggi dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Pada siklus II ini, kemandirian belajar siswa didominasi oleh siswa putri dengan rincian sebanyak 22 siswa putri dan 10 siswa putra. Siswa putri dikategorikan memiliki kemandirian belajar yang lebih tinggi karena mereka rajin dan aktif dalam melaksanakan aktivitas belajar selama proses pembelajaran PKn berlangsung. Aktivitas belajar tersebut meliputi mendengarkan dengan aktif saat guru menjelaskan
116
materi pelajaran, rajin membaca materi pelajaran, rajin mencatat materi pelajaran, aktif dalam bertanya atau menanggapi pendapat, dan rajin mengerjakan perintah guru seperti presentasi dan mengerjakan ulangan harian sendiri. 4) Pengamatan Aktivitas Guru Aktivitas guru adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Aktivitas guru mempunyai peran yang penting dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Dalam siklus II ini, aktivitas guru selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung dapat dilihat dari perolehan hasil pengamatan sebagai berikut: Tabel 15. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II No
Pertemuan
Aktivitas Guru 1 2 3 1. Pertemuan II 1 1 0,3 0,3 Rata-rata Sumber: Data primer yang diolah.
4 1 0,3
Jumlah 3 0,9
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada pembelajaran siklus II ini menunjukkan bahwa 100% dari keempat kategori yang diajukan masih tergolong sedang. Aktivitas guru yang diperoleh sebesar 75%, karena aktivitas guru dalam hal memotivasi atau mendorong siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran kontekstual belum terlihat. Oleh karena itu, guru harus didorong lagi agar dapat memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran.
117
5) Sistem Penilaian Pembelajaran Kontekstual Sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan guru PKn dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa adalah melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Hasil penilaian guru terhadap aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 16. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II No
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
ALDINO HISYAM AMRIN SURYANI ANNISA FITRI .S DIAH AYU RINI EDO RIZKIA SAPUTRA EMMALYSA PITASARI .W ENY WAHYU LESTARI FAHMI NUR RAKHMAN FAHREZA MAHFUDZ .N. FARRADIENA RAUSAN .F FEBRI EKA SETYAWAN INDHIRA PUTRI .R INDHIRA YENI JODA SAHFA .R LAMBANG SEPTIAWAN LENY DESKRIANA LIA FATIKA NOR .R LUNE AYU PINANDHITA NANDA RENI FERA .R NANDITA RISA .R NISA ROMADHONI NUR INDAH . K RANGGA INDRA . P RIANA WULAN .P RIZKI KHIKMAWANTO .K RIZKI NUR AMANDA SAFLIA FEBRI DANARTI SENTAGI SESOTYA .P SITI MUNAWAROH
Jumlah Rata-rata 33 33 34 33 35 33 29 30 29 24 29 30 33 33 33 33 33 30 30 33 33 33 24 24 24 24 28 29 30
8,25 8,25 8,5 8,25 8,75 8,25 7,25 7,5 7,25 6 7,25 7,5 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 7,5 7,5 8,25 8,25 8,25 6 6 6 6 7 7,25 7,5
Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik
118
30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Jumlah Sumber: Data guru PKn yang diolah.
33 24 28 964
8,25 6 7
Sangat Baik Cukup Baik
Berdasarkan hasil penilaian guru pada pembelajaran siklus II ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran PKn berlangsung tercatat sebanyak 18,7% (6 siswa) dari 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 34,3% (11 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 47% (15 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas sangat baik. e. Refleksi Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus II ini, tahap refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mengevaluasi hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II ini, hasilnya sudah ada peningkatan namun belum maksimal dan belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dari hasil lembar observasi yang dilakukan tercatat sebanyak 18,7% (6 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori sedang, 34,3 (11 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori tinggi, dan 47% (15 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori sangat tinggi dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Melihat hasil lembar observasi aktivitas siswa
119
tersebut belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti, karena peneliti menginginkan minimal 50% (16 siswa) dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat tinggi. Selanjutnya melihat hasil penilaian guru terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus II ini, juga belum optimal karena guru menginginkan minimal 16 siswa atau 50% dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru tercatat sebanyak 18,7% (6 siswa) dari 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 34,3% (11 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 47% (15 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas sangat baik. Pada siklus II ini, penerapan pembelajaran kontekstual sudah terlaksana dengan baik. Namun dari hasil refleksi yang dilakukan masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki baik dari faktor guru maupun siswa. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus II ini antara lain: 1) Siswa masih ada yang ramai saat kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya di depan. 2) Kurangnya motivasi dari guru terhadap siswa dalam pelaksanaan diskusi, sehingga masih banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan diskusi.
120
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka perlu adanya tindakan lanjutan untuk menyempurnakan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena target yang diinginkan oleh peneliti belum tercapai sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan menuju siklus III. Oleh karena itu, peneliti dan guru segera melakukan diskusi untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut. Hasil diskusi yang didapat adalah keduanya saling sepakat untuk melanjutkan tindakan selanjutnya ke siklus III. 4. Siklus III a. Hipotesis Tindakan Pada siklus III ini hipotesis tindakan yang diajukan adalah memberikan motivasi kepada siswa dan pengawasan terhadap penerapan pembelajaran
kontekstual
dalam
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan. Motivasi sangat penting diberikan kepada siswa untuk mendorong tingkat kemandirian belajar siswa agar lebih optimal. b. Perencanaan Tindakan Melihat masalah yang terjadi pada siklus II guru dan peneliti tetap bersepakat untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus selanjutnya. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus III ini adalah sebagai berikut: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan, yakni suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia.
121
2) Menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan tema dalam RPP seperti LKS, buku paket PKn, dan power .point. 3) Menyiapkan format pengamatan pembelajaran di kelas seperti pengelolaan metode pembelajaran kontekstual, aktivitas siswa dalam pembelajaran kontekstual, dan aktivitas guru dalam pembelajaran kontekstual. 4) Menyusun alat evaluasi tindakan berupa: a) Angket kemandirian belajar dan angket respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. b) Soal post tes siklus III. 5) Memotivasi siswa agar kemandirian belajar siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung dapat optimal. 6) Mendorong siswa dan memberikan penguatan agar tidak ragu-ragu dan takut dalam bertanya maupun menanggapi pendapat orang lain. Dengan desain perencanaan tindakan pada siklus III ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siklus I dan siklus II memang sama dan akan diperkuat pemecahan permasalahannya pada siklus III ini. Pada siklus III ini siswa akan dimotivasi betul selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung, sehingga tingkat kemandirian belajar yang diinginkan dapat tercapai.
122
c. Implementasi Tindakan Pada Siklus III Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus III ini, dilakukan pada hari Rabu, 13 dan 27 April 2011 dengan alokasi waktu sebanyak dua kali pertemuan yaitu 4 x 45 menit dengan pokok bahasan suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia. Dalam siklus III ini, kegiatan belajar masih difokuskan pada kemandirian belajar siswa yang akan diperkuat dengan motivasi dikarenakan pada siklus II tingkat kemandirian belajar siswa belum optimal. Pada siklus III ini materi yang diajarkan kepada siswa adalah menganalisis sistem politik di Indonesia, dengan subpokok bahasan suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia. Dalam kegiatan awal pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa setelah itu guru melakukan presensi terlebih dahulu kepada siswa. Selanjutnya, siswa diminta untuk menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan buku paket PKn. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum masuk pada materi yang akan diajarkan guru mengulas materi minggu yang lalu dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya dan siswa yang lain diminta untuk menanggapinya. Setelah itu guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. Dalam kegiatan inti, guru langsung membagi kelompok diskusi menjadi 8 kelompok yang dilakukan dengan cara berhitung. Kemudian
123
guru membagikan tugas dan petunjuk kegiatan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari yaitu suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia. Tidak lupa guru juga memberikan aturan permainan dalam kegiatan diskusi yaitu masingmasing kelompok bertanggung jawab membuat satu pertanyaan dan selebihnya adalah pertanyaan mandiri. Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut, setelah itu siswa diminta untuk mempresentasikannya di depan. Siswa melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan petunjuk kegiatan. Dalam proses penyelesaiaan tugas kelompok tersebut guru dan peneliti melakukan pengawasan secara ketat dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Selain itu juga melakukan pengamatan untuk mengetahui kemandirian belajar siswa baik saat diskusi maupun proses pembelajaran berikutnya. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya,
guru
menyuruh
masing-masing
kelompok
untuk
mempresentasikannya di depan secara berurutan. Selama proses diskusi berlangsung timbul berberapa pertanyaan dan tanggapan dari siswa kepada kelompok lain. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa cukup banyak dibandingkan pada siklus II. Hal ini didukung oleh situasi kelas yang kondusif dan penguatan motivasi yang diberikan oleh guru. Setelah semua kelompok mempresentasikan di depan kemudian guru menanggapi atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa serta meluruskan
124
jawaban-jawaban yang telah dijawab oleh kelompok yang maju presentasi. Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan tentang apa yang telah dibahas dan merangkum materi pelajaran yang telah dipelajari. Guru memberikan ruang bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang belum jelas dan dimengerti tentang materi yang baru saja diberikan. Banyak sekali siswa yang meresponnya dengan memberikan pertanyaan dan tanggapan. Setelah kegiatan berakhir siswa diberikan tes evaluasi, penyebaran angket kemandirian belajar siswa dan angket respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. Selanjutnya langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Guru bersama dengan siswa menentukan topik permasalahan yaitu mengenai suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia. 2) Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada siswa. b) Guru membantu siswa memahami konsep materi pelajaran mengenai suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia. (konstruktivisme).
125
c) Guru mengamati kegiatan siswa saat berdiskusi dalam rangka menemukan sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, dan memberikan makna yang terkandung dalam konsep tersebut (menemukan). d) Siswa
mendiskusikan
masalah
dan
menganalisis
isi
yang
terkandung di dalam masalah tersebut serta memberikan tanggapan atau respon kemudian menyimpulkannya (masyarakat belajar). e) Bentuk tindakannya sebagai berikut: (1) Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok yang dilakukan dengan cara berhitung yang setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. (2) Guru membagikan tugas kepada setiap kelompok serta memberikan petunjuk dan aturan permainannya. (3) Siswa melaksanakan kegiatan diskusi sesuai dengan petunjuk dan aturan permainan dalam kegiatan. Masing-masing anggota baik individu maupun kelompok saling berkompetisi secara sehat dalam memecahkan suatu permasalahan dan pembuatan laporan akhir atau hasil diskusi agar mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. (4) Guru mengembangkan sifat ingin tahu kepada siswa dengan cara melakukan tanya jawab (bertanya). (5) Guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok diskusi (belajar dalam kelompok).
126
(6) Guru menyuruh siswa untuk memberikan contoh-contoh konkrit mengenai suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia (pemodelan). (7) Guru bersama peneliti melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, guna menentukan tindak lanjut berikutnya agar lebih baik lagi (refleksi). (8) Guru bersama dengan siswa melakukan penilaian yang sebenarnya dengan cara mengerjakan post tes untuk melihat perkembangan belajar siswa (authentic assessment). d. Hasil Tindakan Siklus III Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran PKn kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan Penerapan Pembelajaran Kontekstual a) Mengembangkan pemikiran (Constructivism) Dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran kontekstual pada siklus III ini siswa sudah ada peningkatan yang signifikan
dalam
mengembangkan
sendiri
konsep-konsep
pembelajaran PKn dengan pokok bahasan suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia daripada siklus II. Hal ini terlihat ketika proses diskusi berlangsung siswa berusaha mempertahankan pendapatnya.
127
b) Menemukan sendiri pengetahuan (Inquiry) Menemukan
merupakan
bagian
penting
dari
kegiatan
pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus III ini terlihat siswa sudah mampu mengembangkan sendiri pengetahuannya
dalam
pokok
bahasan
suprastruktur
dan
infrastruktur politik di Indonesia Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan menemukan (inquiry) di dalam kelas X5 adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan masalah Siswa dapat merumuskan suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia dengan baik. (2) Mengamati dan melakukan observasi Untuk memperoleh informasi yang dilakukan oleh siswa adalah dengan cara membaca buku atau sumber lain yang tersedia, kemudian siswa juga mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati. (3) Menganalisis dan menyajikan hasil Siswa membuat kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut siswa antusias dalam menganalisis dan mengembangkan hasil observasi mereka sendiri. (4) Menyajikan hasil karya pada teman sekelas dan guru
128
Setelah siswa selesai menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru kemudian guru menyuruh setiap kelompok untuk maju ke depan mempresentasikannya kepada kelompok lain dan ditampilkan dalam bentuk power point. Kemudian kelompok lain memberikan masukan serta tanggapan tentang hasil diskusi dari kelompok lain. c) Bertanya (Questioning) Dalam pembelajaran siklus III ini bertanya merupakan strategi utama pembelajaran untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Maka dalam kegiatan pembelajaran bertanya ini berguna untuk: (1) Mengecek pemahaman siswa Pada pembelajaran siklus III ini, mengecek pemahaman siswa sangat diperlukan khususnya kelas X5, dan sudah seringkali dilakukan pada siklus I dan siklus II. Pada pembelajaran siklus III ini siswa sudah tidak takut dan malu lagi dalam bertanya maupun mengemukan pendapat karena motivasi yang diberikan oleh guru sangat kuat. (2) Membangkitkan respon siswa Membangkitkan respon siswa sangatlah penting untuk dilakukan. Dalam pembelajaran siklus III ini respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual sangat baik. Hal ini terbukti dari kegiatan diskusi yang menarik, sehingga siswa
129
merespon dengan baik. Semuanya ini dilakukan berkat kerjasama yang baik antara siswa dan guru. d) Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam pembelajaran siklus III ini pembentukan masyarakat belajar (learning community) sangat membantu pembelajaran di kelas. Pembentukan masyarakat belajar yang dilakukan pada siklus III di kelas X5 ini berupa kelompok-kelompok diskusi yang dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dan mengutamakan kemandirian belajar siswa. Kelompok-kelompok diskusi yang dibentuk ini dapat berkomunikasi ke segala arah yaitu antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. e) Pemodelan (Modeling) Pada pembelajaran siklus III ini pemodelan sudah mulai muncul daripada siklus I dan II. Hal ini terlihat pada pokok bahasan yang dipelajari yaitu suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia, siswa sudah dapat memberikan contoh-contoh konkrit seperti seorang presiden yang mempunyai kekuasaan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. f) Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi ini bermanfaat bagi guru dan siswa. Manfaat refleksi bagi guru adalah dapat memperbaikai pembelajaran
130
sebelumnya,
sedangkan
manfaat
bagi
siswa
adalah
dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Pada pembelajaran siklus III ini, refleksi dilaksanakan oleh guru ketika pembelajaran akan berakhir. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa terhadap materi yang baru dipelajari, sehingga dapat berguna bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran
perkembangan
belajar
siswa.
Pada
pembelajaran siklus III ini, penilaian yang sebenarnya masih dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Pelaporan hasil diskusi kelompok. (2) Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. (3) Angket kemandirian belajar siswa dan angket respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. (4) Hasil evaluasi akhir (post tes). 2) Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual mempunyai
pengaruh
yang
penting
dalam
menunjang
proses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat mendesain pengelolaan pembelajaran kontekstual sebaik mungkin. Dalam pembelajaran siklus
131
III ini, pengelolaan pembelajaran kontekstual dapat dilihat dalam tabel hasil pengamatan sebagai berikut: Tabel 17. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Siklus III No
Aspek yang diamati
I II
Persiapan Secara Kesuluruhan Pelaksanaan A. Pelaksanaan Fase I 1. Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai 2. Memotivasi siswa III B. Kegiatan Inti Fase II 1. Menyajikan materi kepada siswa dengan memberikan contohcontoh nyata 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya Fase III 1. Meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi 2. Mendorong siswa: a. Mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas b. Bertanya IV
V VI
Penutup Fase IV 1. Membimbing siswa membuat kesimpulan 2. Memberi tugas rumah Pengelolaan Waktu Suasana Kelas a. Berpusat pada siswa b. Siswa antusias c. Guru antusias Rata-rata
Sumber: Data primer yang diolah.
RP 3
Kategori
3,57
Baik
3,53
Baik
3,56
Baik
3,57
Baik
3,53
Baik
3,52
Baik
3,53
Baik
3,57
Baik
3,56
Baik
3, 50
Baik
3,57
Baik
3,55 3,56 3,57 3,54
Baik Baik Baik Baik
132
Berdasarkan hasil tabel 17 di atas terlihat bahwa pembelajaran siklus III tentang pengelolaan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru menunjukkan hasil yang baik. Ini menunjukkan hasil yang signifikan daripada siklus I dan siklus II. Dari beberapa indikator yang dijabarkan tersebut guru sudah mampu mengelola pembelajaran kontekstual dengan baik. Mulai dari persiapan sampai dengan penutup guru telah berhasil membuat rancangan konsep pembelajaran yang bagus. Hal ini tentu didukung oleh pemberian motivasi yang kuat dari guru kepada siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Oleh karena itu, guru harus bisa mempertahankan pengelolaan pembelajaran kontekstual ini dengan harapan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat berhasil dengan baik. 3) Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh
siswa
selama
proses
kegiatan
pembelajaran
kontekstual
berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Aktivitas siswa yang dinilai oleh peneliti selama
kegiatan
pembelajaran
kontekstual
berlangsung
adalah
mendengarkan dengan aktif, membaca, mencatat, bertanya, dan mengerjakan perintah guru. Dalam siklus III ini aktivitas siswa diperoleh dari hasil lembar pengamatan sebagai berikut:
133
Tabel 18. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III No
Nama Siswa
1. ALDINO HISYAM 2. AMRIN SURYANI 3. ANNISA FITRI .S 4. DIAH AYU RINI 5. EDO RIZKIA SAPUTRA 6. EMMALYSA PITASARI .W 7. ENY WAHYU LESTARI 8. FAHMI NUR RAKHMAN 9. FAHREZA MAHFUDZ .N. 10. FARRADIENA RAUSAN .F 11. FEBRI EKA SETYAWAN 12. INDHIRA PUTRI .R 13. INDHIRA YENI 14. JODA SAHFA .R 15. LAMBANG SEPTIAWAN 16. LENY DESKRIANA 17. LIA FATIKA NOR .R 18. LUNE AYU PINANDHITA 19. NANDA RENI FERA .R 20. NANDITA RISA .R 21. NISA ROMADHONI 22. NUR INDAH . K 23. RANGGA INDRA . P 24. RIANA WULAN .P 25. RIZKI KHIKMAWANTO .K 26. RIZKI NUR AMANDA 27. SAFLIA FEBRI DANARTI 28. SENTAGI SESOTYA .P 29. SITI MUNAWAROH 30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Jumlah Prosentase
Sumber: Data primer yang diolah.
Jumlah
Persen
Kategori
41 42 44 41 44 42 30 40 40 40 32 35 40 44 41 42 44 42 42 41 44 40 37 30 37 37 38 40 41 41 35 41 1274 79,25%
82,0% 84,0% 88,0% 82,0% 88,0% 84,0% 60,0% 80,0% 80,0% 80,0% 64,0% 70,0% 80,0% 88,0% 82,0% 84,0% 88,0% 84,0% 84,0% 82,0% 88,0% 80,0% 74,0% 60,0% 74,0% 74,0% 76,0% 80,0% 82,0% 82,0% 70,0% 82,0%
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil tabel 18 di atas bahwa pada pembelajaran siklus III ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung sudah ada peningkatan yang signifikan dan sudah sesuai
134
dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penilaian melalui lembar observasi akivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan pembelajaran kontekstual yang menunjukkan sebanyak 6,2% (2 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sedang, 40,7% (13 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar tinggi, dan 53,1% (17 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar sangat tinggi dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Pada siklus III ini kemandirian belajar siswa didominasi siswa putri dengan rincian sebanyak 22 siswa putri dan 10 siswa putra. Siswa putri dikatagorikan memiliki kemandirian belajar lebih tinggi karena selama proses pembelajaran PKn berlangsung mereka rajin dan aktif dalam melaksanakan aktivitas belajar. Aktivitas belajar tersebut meliputi mendengarkan dengan aktif saat guru menjelaskan materi pelajaran, rajin membaca materi pelajaran, rajin mencatat materi pelajaran, aktif dalam bertanya atau menanggapi pendapat, dan rajin mengerjakan perintah guru seperti presentasi dan mengerjakan ulangan harian sendiri. 4) Pengamatan Aktivitas Guru Aktivitas guru dalam pembelajaran kontekstual mempunyai peran yang penting dalam kegiatan pembelajaran, karena setiap gerakgerik guru dapat menunjang proses pembelajaran. Aktivitas guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siklus III ini, dapat dilihat perolehan hasilnya dari tabel hasil pengamatan berikut ini:
135
Tabel 19. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus III No
Pertemuan
Aktivitas Guru 1 2 3 1. Pertemuan III 1 1 1 0,25 0,25 0,25 Rata-rata Sumber: Data primer yang diolah.
4 1 0,25
Jumlah 4 1
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada pembelajaran siklus III ini menunjukkan bahwa 100% dari keempat kategori yang diajukan tergolong tinggi dengan perolehan hasil 100%. Ini menunjukkan hasil yang signifikan daripada siklus I dan siklus II dan guru telah mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada siklus-siklus sebelumnya. Pada pembelajaran siklus III ini, guru sudah mampu mengelola kegiatan pembelajaran kontekstual dengan baik mulai dari menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memberikan materi disertai contoh-contoh konkrit, dan memberikan motivasi yang kuat kepada siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mempertahankannya. 5) Sistem Penilaian Pembelajaran Kontekstual Sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan guru PKn dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa kelas X5 adalah melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Hasil penilaian guru terhadap aktivitas siswa pada siklus III dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
136
Tabel 20. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Siklus III No
Nama Siswa
1. ALDINO HISYAM 2. AMRIN SURYANI 3. ANNISA FITRI .S 4. DIAH AYU RINI 5. EDO RIZKIA SAPUTRA 6. EMMALYSA PITASARI .W 7. ENY WAHYU LESTARI 8. FAHMI NUR RAKHMAN 9. FAHREZA MAHFUDZ .N. 10. FARRADIENA RAUSAN .F 11. FEBRI EKA SETYAWAN 12. INDHIRA PUTRI .R 13. INDHIRA YENI 14. JODA SAHFA .R 15. LAMBANG SEPTIAWAN 16. LENY DESKRIANA 17. LIA FATIKA NOR .R 18. LUNE AYU PINANDHITA 19. NANDA RENI FERA .R 20. NANDITA RISA .R 21. NISA ROMADHONI 22. NUR INDAH . K 23. RANGGA INDRA . P 24. RIANA WULAN .P 25. RIZKI KHIKMAWANTO .K 26. RIZKI NUR AMANDA 27. SAFLIA FEBRI DANARTI 28. SENTAGI SESOTYA .P 29. SITI MUNAWAROH 30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Jumlah Sumber: Data guru PKn yang diolah.
Jumlah
Rata-rata
Kategori
33 34 35 33 35 35 24 32 32 31 28 31 32 35 33 33 35 33 33 33 35 32 29 24 29 29 30 32 33 33 29 33 1018
8,25 8,5 8,75 8,25 8,75 8,75 6 8 8 7,75 7 7,75 8 8,75 8,25 8,25 8,75 8,25 8,25 8,25 8,75 8 7,25 6 7,25 7,25 7,5 8 8,25 8,25 7,25 8,25
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
Berdasarkan hasil penilaian guru pada pembelajaran siklus III ini, aktivitas siswa selama proses pembelajaran PKn berlangsung tercatat 6,2% (2 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa
137
mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 40,7% (13 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 53,1% (17 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik. e. Refleksi Dalam pembelajaran kontekstual pada siklus III ini, tahap refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mengevaluasi hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus III ini, hasilnya sudah ada peningkatan yang signifikan dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil lembar observasi yang dilakukan tercatat 6,2% (2 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori sangat sedang, 40,7% (13 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori tinggi, dan 53,1% (17 siswa) mempunyai aktivitas belajar dengan kategori sangat tinggi dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Oleh karena itu, melihat hasil lembar observasi aktivitas siswa tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti, karena peneliti menginginkan minimal 50% (16 siswa) dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat tinggi. Selanjutnya dari hasil penilaian guru terhadap aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan dan sesuai dengan
138
kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru tercatat 6,2% (2 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 40,7% (13 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 53,1% (17 siswa) dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik. Oleh karena itu, melihat hasil penilaian aktivitas siswa tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh guru, karena guru menginginkan minimal 16 siswa atau 50% dari jumlah siswa yang hadir mempunyai tingkat aktivitas belajar yang sangat tinggi. Pada siklus III ini penerapan pembelajaran kontekstual sudah terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada hal-hal yang perlu diperbaiki tinggal mempertahankannya. Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakat untuk tidak melanjutkan tindakan selanjutnya.
C. Pembahasan a. Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran PKn Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Bantul sudah terlaksana namun belum optimal. Ketidakoptimalan tersebut terlihat dari beberapa komponen pembelajaran kontekstual yang belum terlaksana dengan baik. Seperti yang terjadi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual pada
139
siklus I dan siklus II belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan pada komponen pemodelan yang belum muncul, sedangkan komponen yang lain sudah bermunculan seperti mengembangkan pemikiran
(constructivism),
terlihat
siswa
sudah
mulai
dapat
mengembangkan konsep materi yang akan dipelajari dan pada siklus II dan siklus III sudah ada peningkatan yang signifikan. Selanjutnya pada komponen menemukan (inquiry), siklus I dan siklus II siswa sudah dapat merumuskan, mengamati, dan menyajikan hasil yang telah dianalisis namun belum optimal. Sedangkan pada siklus III sudah ada peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kemampuan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang mereka dapat melalui pengamatan. Kemudian pada komponen bertanya, pada siklus I siswa belum banyak memberikan
respon
berupa
pertanyaan-pertanyaan
atau
tanggapan-
tanggapan terhadap materi yang dipelajari. Guru sudah berusaha untuk memancing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertayaan seputar materi yang dipelajari agar siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga pada siklus ke II sudah ada peningkatan namun belum optimal. Hal ini disebabkan karena siswa masih takut, malu dan ragu-ragu dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat. Melihat hal ini guru langsung memberikan penguatan motivasi kepada siswa dan pada siklus III ada peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
140
banyaknya siswa yang memberikan respon berupa pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan-tanggapan terhadap materi yang dipelajari. Selanjutnya pada komponen masyarakat belajar (learning community) pada siklus I membentuk kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok
yang
diberikan
oleh
guru
namun
belum
optimal.
Ketidakoptimalan ini terlihat dalam setiap kelompok masih ada siswa yang pasif dan tidak ikut membantu memecahkan permasalahan dalam diskusi. Demikian juga pada siklus II sudah ada peningkatan namun belum juga optimal. Oleh karena itu, pada siklus selanjutnya guru memberikan bimbingan dan dorongan yang lebih kepada siswa, sehingga hasil yang didapat pada siklus III ada peningkatan yang signifikan, karena siswa sudah mulai sadar akan tanggung jawabnya untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Siswa sudah mulai mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki dan mengeluarkan ide atau gagasan terhadap apa yang mereka pelajari dan menganalisisnya, sehingga masalah dalam diskusi dapat terpecahkan. Kemudian dari hasil refleksi (reflection), pembelajaran kontekstual PKn pada siklus I siswa kurang fokus terhadap proses pembelajaran kontekstual sehingga menyebabkan tingkat kemandirian siswa sedang. Pada siklus II sudah ada peningkatan namun belum optimal dikarenakan guru kurang memberikan motivasi yang kuat kepada siswa, sehingga masih ada siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pada siklus selanjutnya guru memberikan bimbingan, pengawasan yang ketat, dan
141
motivasi yang kuat kepada siswa sehingga pada siklus III terlihat sudah ada peningkatan yang signifikan yaitu kemandirian belajar siswa yang sangat tinggi. Selanjutnya pada komponen pembelajaran yang terakhir yaitu penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), pada siklus I sudah mulai muncul namun belum optimal, padahal penilaian sudah dilakukan pada saat proses pembelajaran maupun pada akhir pembelajaran. Pada siklus II, sudah ada peningkatan namun belum optimal, dan pada siklus III sudah ada peningkatan yang signifikan dan sudah optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu dengan lembar observasi aktivitas siswa dan penilaian pada akhir pembelajaran yaitu berupa evaluasi akhir (post tes) guna mengetahui sampai mana pemahaman dan pengetahuan siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. b. Sistem Penilaian Pembelajaran Kontekstual Sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru PKn dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul adalah dengan mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati dan dinilai oleh guru meliputi kerjasama kelompok, perhatian, bertanya atau menanggapi pertanyaan, kritik dan saran.
142
Indikator-indikator yang dinilai oleh guru dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa memiliki standar patokan nilai. Standar patokan nilai yang ditentukan oleh guru adalah sebagai berikut: Tabel 21. Kategori Aktivitas Belajar Siswa No 1. 2. 3. 4.
Kategori Aktivitas Belajar Siswa Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Nilai 81 – 100 61 – 80 41 – 60 1 – 40
Sumber: Data guru PKn yang diolah. Berdasarkan tabel 21 di atas maka dapat dilihat hasil penilaian guru dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa sebagai berikut: Tabel 22. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa No
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
ALDINO HISYAM AMRIN SURYANI ANNISA FITRI .S DIAH AYU RINI EDO RIZKIA SAPUTRA EMMALYSA PITASARI .W ENY WAHYU LESTARI FAHMI NUR RAKHMAN FAHREZA MAHFUDZ .N. FARRADIENA RAUSAN .F FEBRI EKA SETYAWAN INDHIRA PUTRI .R INDHIRA YENI JODA SAHFA .R LAMBANG SEPTIAWAN LENY DESKRIANA LIA FATIKA NOR .R LUNE AYU PINANDHITA NANDA RENI FERA .R NANDITA RISA .R NISA ROMADHONI NUR INDAH . K
I 7,75 8,25 8,5 6 8,5 8,25 7 8,25 6,75 6 7 6 7,25 8,5 7,25 8,25 8,25 6 8,5 8,25 8,25 8,25
Hasil Penilaian II 8,25 8,25 8,5 8,25 8,75 8,25 7,25 7,5 7,25 6 7,25 7,5 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 7,5 7,5 8,25 8,25 8,25
III 8,25 8,5 8,75 8,25 8,75 8,75 6 8 8 7,75 7 7,75 8 8,75 8,25 8,25 8,75 8,25 8,25 8,25 8,75 8
143
23. RANGGA INDRA . P 24. RIANA WULAN .P 25. RIZKI KHIKMAWANTO .K 26. RIZKI NUR AMANDA 27. SAFLIA FEBRI DANARTI 28. SENTAGI SESOTYA .P 29. SITI MUNAWAROH 30. UMI LATIFAH 31. WISNU HARICOYO 32. ZANDRA FAWSIA Sumber: Data guru PKn yang diolah.
6 6 6 6 6,5 6,25 6,5 8,25 6,75 6
6 6 6 6 7 7,25 7,5 8,25 6 7
7,25 6 7,25 7,25 7,5 8 8,25 8,25 7,25 8,25
Dari tabel 22 di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I aktivitas belajar siswa pada siklus I tercatat sebanyak 28,1% (9 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 31,2% (10 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 40,7% (13 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Pada siklus II aktivitas belajar siswa tercatat sebanyak 18,7% (6 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 34,3% (11 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar siswa dengan kategori baik, dan 47% (15 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik dari jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Selanjutnya pada siklus III aktivitas belajar siswa tercatat sebanyak 6,2% (2 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori cukup, 40,7% (13 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori baik, dan 53,1% (17 siswa) mempunyai tingkat aktivitas belajar dengan kategori sangat baik dari jumlah siswa yang hadir.
144
c. Pengaruh
Penerapan
Pembelajaran
Kontekstual
terhadap
Kemandirian Belajar Siswa Penerapan pembelajaran kontekstual terhadap kemandirian belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian tindakan siklus I, II, dan III pada saat pembelajaran PKn dengan penerapan kontekstual menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hasil peningkatan kemandirian belajar siswa tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 23. Hasil Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa No
Kriteria
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 4. Sangat Tinggi Sumber: Data primer yang diolah.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
9 10 13
6 11 15
2 13 17
Dari tabel 23 di atas dapat dilihat adanya peningkatan frekuensi dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Pada siklus I kemandirian belajar siswa kriteria sedang sebanyak 28,1% (9 siswa), kemandirian belajar siswa kriteria tinggi sebanyak 31,2% (10 siswa), dan kemandirian belajar siswa kriteria sangat tinggi sebanyak 40,7% (13 siswa) dari 32 siswa yang hadir. Pada siklus II kemandirian belajar siswa kriteria sedang sebanyak 18,7% (6 siswa), kemandirian belajar siswa kriteria tinggi sebanyak 34,3% (11 siswa), dan kemandirian belajar siswa kriteria sangat tinggi sebanyak 47% (15 siswa) dari 32 siswa yang hadir. Selanjutnya pada siklus III kemandirian belajar siswa mempunyai kriteria sedang sebanyak 6,2% (2 siswa),
145
kemandirian belajar siswa kriteria tinggi sebanyak 40,7% (13 siswa), dan kemandirian belajar siswa kriteria sangat tinggi sebanyak 53,1% (17 siswa) dari 32 siswa yang hadir. Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan kemandirian belajar siswa dengan kriteria sedang dari 28,1% (9 siswa) menurun menjadi 18,7% (6 siswa) pada siklus II, dan pada siklus III mengalami penurunan sebanyak 6,2% (2 siswa) dari 32 siswa yang hadir. Selanjutnya siswa yang mempunyai kemandirian belajar dengan kriteria tinggi pada siklus I dari 31,2% (4 siswa) naik menjadi 34,3% (11 siswa) pada siklus II, dan pada siklus III mengalami kenaikan sebanyak 40,7% (13 siswa) dari 32 siswa yang hadir. Kemudian siswa yang mempunyai kemandirian belajar dengan kriteria sangat tinggi pada siklus I dari 40,7% (13 siswa) naik menjadi 47% (15 siswa) pada siklus II, dan pada siklus III mengalami kenaikan sebanyak 53,1% (17 siswa) dari 32 siswa yang hadir. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran kontekstual perlu dipertahankan karena mempunyai pengaruh yang positif dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa. Pengaruh positif ini berdampak pada kemandirian belajar siswa terutama siswa putri. Hal ini dapat dibuktikan pada siklus I, II, dan III siswa putri rajin dan aktif dalam melaksanakan aktivitas belajar selama proses pembelajaran PKn berlangsung. Aktivitas belajar tersebut meliputi mendengarkan dengan aktif saat guru menjelaskan materi pelajaran, rajin membaca materi pelajaran, rajin mencatat materi pelajaran, aktif bertanya
146
atau menanggapi pendapat, dan rajin mengerjakan perintah guru seperti presentasi dan mengerjakan ulangan harian sendiri. d. Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I, II, dan III pada saat pembelajaran PKn dengan penerapan kontekstual menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap pengelolaan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual di bawah ini: Tabel 24. Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual No I II
Aspek yang diamati
Persiapan Secara Kesuluruhan Pelaksanaan A. Pelaksanaan Fase I 1. Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai 2. Memotivasi siswa III B. Kegiatan Inti Fase II 1. Menyajikan materi kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh nyata 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya Fase III 1. Meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi 2. Mendorong siswa: a. Mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas b. Bertanya
RP 1
RP 2
RP 3
3,48
3,50
3,57
3,30
3,30
3,53
3,37
3,45
3,56
3,39
3,48
3,57
3,38
3,41
3,53
3,43
3,48
3,52
3,35
3,48
3,53
3,43
3,52
3,57
147
IV
Penutup Fase IV 1. Membimbing siswa membuat kesimpulan 2. Memberi tugas rumah
3,32
3,40
3,56
3, 31
3, 33
3, 50
Pengelolaan Waktu
3,49
3,50
3,57
Suasana Kelas a. Berpusat pada siswa b. Siswa antusias c. Guru antusias Rata-rata Sumber: Data primer yang diolah.
3,40 3,45 3,42 3,39
3,49 3,51 3,53 3,45
3,55 3,56 3,57 3,54
V VI
Dari tabel 24 di atas dapat dilihat adanya peningkatan frekuensi dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Pada siklus I pengelolaan pembelajaran kontekstual semuanya mempunyai kategori cukup baik dengan rata-rata skor 3,39 dari 14 aspek yang diamati. Pada siklus II pengelolaan pembelajaran kontekstual mempunyai kategori cukup baik dan baik namun setelah dilakukan penilaiaan rata-rata skor yang diperoleh 3,45 dari 14 aspek yang diamati berarti masuk dalam kategori cukup baik. Selanjutnya pada siklus III pengelolaan pembelajaran kontekstual semuanya mempunyai kategori baik dengan rata-rata skor 3,54 dari 14 aspek yang diamati. Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan pengelolaan pembelajaran kontekstual cukup baik dari 3,39 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 3,45 naik sebesar 1,76% dari siklus sebelumnya. Selajutnya pada siklus III diperoleh hasil dengan rata-rata skor 3,54 dari 14 aspek yang diamati masuk dalam kategori baik berarti ada peningkatan yang signifikan dari siklus II yaitu sebesar 2,60%.
148
e. Aktivitas Guru Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I, II, dan III aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran kontekstual mata pelajaran PKn menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung di bawah ini: Tabel 25. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I, II, dan III No 1. 2. 3.
Pertemuan Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Rata-rata
1 1 1 1 1
Aktivitas Guru 2 3 1 1 1 1 1 0,3
4 1 1 1 1
Jumlah 3 3 4 3,3
Sumber: Data primer yang diolah. Pada pertemuan I aktivitas guru yang dilakukan hanya 3 poin dari 4 aspek yang diamati yaitu menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dengan memberikan contoh-contoh nyata, dan mengelola KBM sesuai dengan kaidah pembelajaran kontekstual. Sedangkan aktivitas guru dalam memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran pada pertemuan I ini belum dapat dilaksanakan. Pada pertemuan II aktivitas guru yang dilakukan sama dengan pertemuan I yaitu hanya 3 poin yang terlaksana dari 4 aspek yang diamati. Ketiga poin tersebut adalah menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dengan memberikan contoh-contoh nyata, dan mengelola KBM sesuai dengan kaidah pembelajaran kontekstual. Sedangkan aktivitas guru dalam
149
memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran pada pertemuan II ini belum dapat dilaksanakan. Selanjutnya pada pertemuan III aktivitas guru yang dilakukan mendapatkan 4 poin dari 4 aspek yang diamati. Keempat aspek tersebut adalah menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dengan memberikan contoh-contoh nyata, memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan mengelola KBM sesuai dengan kaidah pembelajaran kontekstual. Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas yang dilakukan
oleh
guru
selama
penerapan
pembelajaran
kontekstual
berlangsung dalam pembelajaran PKn. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada pertemuan I dan pertemuan II guru hanya dapat melaksanakan 3 aktivitas atau 75% dari 4 aktivitas yang ada. Sedangkan pada pertemuan III mengalami peningkatan sebanyak 25% dari pertemuan sebelumnya, karena guru dapat melaksanakan 4 aktivitas atau 100% dari 4 aktivitas yang ada. f. Kesan Guru terhadap Penerapan Pembelajaran Kontekstual Kesan guru adalah tanggapan atau penilaian guru terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn SMA Negeri 1 Bantul kelas X menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual sangat penting untuk diterapkan, karena dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan ketika proses pembelajaran PKn berlangsung, guru bersama peneliti menerapkan pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) yang
150
menyebabkan siswa selalu aktif dalam mengemukakan pendapat atau menanggapi jawaban dari siswa yang lain. Melihat hal ini, siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi untuk merespon materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, guru sangat senang menerapkan pembelajaran kontekstual, karena pembelajaran kontekstual memberikan keleluasaan yang bebas kepada siswa untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuanya, sehingga siswa akan selalu aktif dalam proses pembelajaran. g. Hasil Interval Data Hasil interval data dapat diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul untuk mengukur kemandirian belajar siswa dan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. Penilaian menggunakan Skala Likert dengan 4 alternatif jawaban dimana 4 skor tertinggi dan 1 untuk skor terendah. Berdasarkan data yang dihimpun dari angket yang disebar kepada 32 responden menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa memperoleh skor tertinggi sebesar 46 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai (4 x 14) = 56 dan skor terendah sebesar 25 dari skor terendah yang mungkin dicapai (1 x 14) = 14. Hasil analisis diperoleh nilai rerata (mean) sebesar sebesar 37,375, nilai tengah (median) sebesar 39, modus (mode) sebesar 39, dan standar deviasi sebesar 4,884142. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus K = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah populasi yang diteliti yaitu sejumlah 32 responden.
151
K = 1 + 3,3 log 32 K = 1 + 3,3 (1,50515) K = 1 + 4,966995 K = 5,966995 dibulatkan menjadi K = 6 Kelas interval yang diperoleh sebanyak 6 kelas interval disajikan dalam tabel 23. Rentang data adalah nilai terbesar dikurangi nilai terkecil (46 – 25) = 21. Range = 21 + 1 = 22. Panjang kelas didapatkan dari rentang dibagi dengan jumlah kelas (22 : 6) = 3,67 dan dibulatkan menjadi 4. Tabel 26.Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar No
Interval
Absolut 25-28 2 29-32 2 33-36 9 37-40 12 41-44 5 45-48 2 32 Total Sumber : Data primer yang diolah. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Frekuensi Relatif 6,25 6,25 28,125 37,5 15,625 6,25 100
Komulatif 6,25 12,5 40,625 78,125 93,75 100
Berdasarkan tabel 26, dibuat histogram yang disajikan dalam gambar 4 berikut ini:
152
Frekuensi Kemandirian Belajar
12 9
2 2
Frekuensi
5
2
2
Interval Interval Interval Interval Interval Interval 1 2 3 4 5 6
Gambar 4. Histogram Kemandirian Belajar Kemandirian belajar siswa dibagi menjadi 5 (lima) kecenderungan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berdasarkan klarifikasi
kecenderungan
kemandirian
belajar
dibuat
distribusi
kecenderungan yang disajikan dalam tabel 27. Mi+SDi = 37,375 + 4,884142 = 42,259142 Mi-SDi = 37,375 - 4,884142 = 32,490858 Tabel 27. Kategori Kecenderungan Kemandirian Belajar No 1. 2. 3.
Skor
>42,259142 32,490858 - 42,884142 <32,490858 Total Sumber : Data primer yang diolah.
Absolut 2 25 5 32
Frekuensi Relatif Komulatif 6,25 6,25 78,125 84,375 15,625 100 100
Kategori SangatTinggi Tinggi Sedang
Hasil penggolongan ke dalam kategori kecenderungan kemandirian belajar yang disajikan pada tabel 27 menunjukkan bahwa kemandirian belajar yang berkategori sangat tinggi ada 2 siswa (6,25%), kategori tinggi
153
ada 25 siswa (78,125%), dan kategori sedang ada 5 siswa (15,625). Kecenderungan tersebut disajikan dalam gambar 5 berikut ini: Pie Chart Kemandirian Belajar 16%
6%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang
78%
Gambar 5. Pie Chart Kemandirian Belajar
Selanjutnya mengenai respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual dapat diperoleh dari angket yang disebar kepada 32 responden yang menunjukkan bahwa respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual memperoleh skor tertinggi sebesar 33 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai (4 x 9) = 36 dan skor terendah sebesar 21 dari skor terendah yang mungkin dicapai (1 x 9) = 9. Hasil analisis diperoleh nilai rerata (mean) sebesar sebesar 26,75, nilai tengah (median) sebesar 27, modus (mode) sebesar 28, dan standar deviasi sebesar 2,355501. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus K = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah populasi yang diteliti yaitu sejumlah 32 responden. K = 1 + 3,3 log 32 K = 1 + 3,3 (1,50515) K = 1 + 4,966995 K = 5,966995 dibulatkan menjadi K = 6
154
Kelas interval yang diperoleh sebanyak 6 kelas interval disajikan dalam tabel 25. Rentang data adalah nilai terbesar dikurangi nilai terkecil (33 – 21) = 12. Range = 12 + 1 = 13. Panjang kelas didapatkan dari rentang dibagi dengan jumlah kelas (13 : 6) = 2,16 dibulatkan 3. Tabel 28. Distribusi Frekuensi Respon Siswa No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Interval 1-23 24-26 27-29 30-32 33-35 36-38 Total
Absolut 2 11 17 1 1 0 32
Frekuensi Relatif 6,25 34,375 53,125 3,125 3,125 0 100
Komulatif 6,25 40,625 93,75 96,875 100
Sumber: Data primer yang diolah. Berdasarkan tabel 28 di atas, dibuat histogram yang disajikan dalam gambar berikut ini: Frekuensi Respon Siswa
17 Frekuensi 2 2
0
Interval Interval Interval Interval Interval Interval 1 2 3 4 5 6 Gambar 6. Histogram Respon Siswa Respon siswa dibagi menjadi 5 (lima) kecenderungan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berdasarkan klarifikasi
155
kecenderungan kemandirian belajar dibuat distribusi kecenderungan yang disajikan dalam tabel 29. Mi+SDi = 26,75 + 2,355501 = 29, 1055501 Mi-SDi = 26,75 – 2,355501 = 24,394499 Tabel 29. Kategori Kecenderungan Respon Siswa No
Skor
1. 2. 3.
>29,1055501 24,394499-29,1055501 <24,394499 Total Sumber : Data primer yang diolah.
Absolut 2 28 2 32
Frekuensi Relatif Komulatif 6,25 6,25 87,5 93,75 6,25 100 100
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang
Hasil penggolongan ke dalam kategori kecenderungan Respon Siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual yang disajikan pada tabel 29 menunjukkan bahwa Respon Siswa yang berkategori sangat tinggi ada 2 siswa (6,25%), kategori tinggi ada 28 siswa (87,5%), dan kategori sedang ada 2 siswa (6,25). Kecenderungan tersebut disajikan dalam gambar 7 berikut ini: Pie Chart Respon Siswa 6%
6%
88%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang
Gambar 7. Pie Chart Respon Siswa
156
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam pembelajaran PKn di dalam kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PKn di dalam kelas X5 SMA Negeri 1 Bantul sudah terlaksana dengan baik atau sudah optimal. Hal ini dapat dibuktikan dari ketujuh komponen pembelajaran kontekstual yang diterapkan oleh guru sudah optimal. Mulai dari kegiatan mengembangkan pemikiran (constructivism) pada siklus I, II, dan III siswa sudah dapat mengembangkan konsep warga negara dan sistem politik di Indonesia. Dalam kegiatan menemukan (inquiry) pada pembelajaran siklus I, II, dan III siswa sudah dapat menemukan dan merumuskan sendiri mengenai konsep warga negara dan sistem politik di Indonesia. Dalam kegiatan masyarakat belajar (learning community) pada siklus I, II, dan III sudah berjalan dengan baik karena siswa sudah memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan pemodelan (modeling) pada pembelajaran siklus III siswa sudah dapat memberikan contoh pemodelan dengan pokok bahasan suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia. Dalam kegiatan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) pada siklus I, II, dan III penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran dan akhir
157
pembelajaran yaitu dengan aktivitas siswa dan pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan post test, angket kemandirian belajar siswa, dan angket respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual sebagai bukti terlaksananya komponen penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). 2. Sistem penilaian yang dilakukan oleh guru dalam mengukur tingkat kemandirian belajar siswa adalah melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran PKn berlangsung. Hasil penilaian tersebut terus mengalami peningkatan antar siklus. 3. Penerapan pembelajaran kontekstual terhadap kemandirian belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif. Hal ini dapat dibuktikan bahwa kemandirian belajar siswa terus mengalami peningkatan antar siklus. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat berjalan efektif dan berhasil.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maupun kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa, diharapakan guru dapat meningkatkan
pembelajaran
kontekstual
khususnya di SMA Negeri 1 Bantul.
dalam
pembelajaran
PKn
158
2. Dengan adanya sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru, diharapkan guru dapat mengukur tingkat kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul. 3. Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn mempunyai pengaruh positif terhadap kemandirian belajar siswa, sehingga guru diharapkan dapat memantau terus perkembangan kemandirian belajar siswa di SMA Negeri 1 Bantul.
C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan peneliti merasa kurang maksimal dalam menerapkan pembelajaran kontekstual selama proses pembelajaran PKn, keterbatasan itu meliputi: 1. Keterbatasan waktu dalam pembelajaran karena hanya dilakukan sekali dalam seminggu, pembelajaran terkesan singkat sehingga hasil yang didapat kurang maksimal. 2. Keterbatasan sumber belajar, sehingga membuat siswa kurang informasi dalam pembelajaran. 3. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru terbatas, dikarenakan banyaknya agenda sekolah yang mengurangi alokasi waktu pembelajaran.
159
DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur. (2001). Pelatihan Berbasis Kompetensi Guru mata pelajaran PPKn “Pemilihan Strategis dan Media Pembelajaran”. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta. ___________. (2003). Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran kontekstial (CTL) dan desain dalam pengembangan pembelajaran dan bahan ajar. Jurnal cakrawala pendidikan, edisi no. 3, November 2003 Tahun XXII LPM UNY. ___________. (2003). Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Siswa Sekolah Menengah Umum SMU. Yogyakarta: Pasca Sarjana UNY. Abu Ahmadi. (1990). Teknik Belajar Yang Efektif. Jakarta: Rineka Cipta. Bambang Sudibyo. (2008). Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas Kabupaten Kuningan. Kuningan: Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan. Budiningarti. (1998). “Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pengajaran Fisika di SMU”. Tesis Magister Pendidikan, PPS IKIP Surabaya. Cholisin. (2000). Materi Pokok Ilmu Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY.
Kewarganegaraan-Pendidikan
_________. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Dasim Budimansyah. (2006). “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Portofolio” Jurnal Civics Volume 3 Nomor 1 Juni 2006. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi UNY. Depdikbud. (1995). Kurikulum Sekolah Menengah Umum: Petunjuk Teknis Mata Pelajaran: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta. Depdiknas. (2002). Pendidikan Contextual Teaching And Learning (CTL). Jakarta. __________. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang. Dimyati. (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
160
Haris Mujiman. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta, UNS Press. Hasan Basri. (1996). Remaja Berkualitas. Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching & Learning. California, Corwin Press,Inc. ______________. (2009). Contextual Teaching and Learning, cetakan VII, terjemahan Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Media Utama. Nana Sudjana. (1992). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta. Riduwan. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rochiati Wiriaatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI dan PT Remaja Rosdakarya. Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achnad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2003). Common Text Book Strategi Belajar mengajar Biologi. (Edisi Revisi). Bandung: JICA-IMSTEP-UPI. Saekhan Muchith. (2008). Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. _______. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. ________________. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. ________________. (2007). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
161
Sunarso dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan pkn untuk perguruan tinggi. Yogyakarta: UNY Press. Susilo. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publishen. Tabrani Rusyan A. (2003). Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: PT Intimedia Cipta Nusantara. Umar Tirtarahardja, dan La Sulo. (1994). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Winarno Surakhmad. (1982). Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Amarta Buku. Zainun Mu’tadin. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.
162
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERETEMUAN I
A. Identitas Nama Sekolah
: SMA N 1 Bantul
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester
: X / (Genap (2)
Pertemuan
: 1 dan 2
Alokasi Waktu
: 4 x 45
Standar Kompetensi
: Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan.
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia.
Indikator
: 1. Menjelaskan pengertian warga negara menurut UU kewarganegaraan. 2. Menyebutkan syarat-syarat menjadi warga negara Indonesia 3. Menjelaskan asas-asas kewarganegaraan yang berlaku 4. Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia.
163
B. Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Setelah melakukan informasi tentang pengertian dan syarat-syarat warga negara, siswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian warga negara menurut UU kewarganegaraan 2. Menyebutkan syarat-syarat menjadi warga negara Indonesia Pertemuan ke-2 Setelah melakukan analisis literatur tentang asas kewarganegaraan dan kedudukan warga negara di Indonesia, diharapkan siswa dapat: 1. Menjelaskan asas-asas kewarganegaraan yang berlaku umum. 2. Menjelaskan tatacara mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. 3. Menjelaskan
faktor-faktor
yang
dapat
menyebabkan
hilangnya
kewarganegaraan di Indonesia. 4. Mendeskripsikan kedudukan warga negara di Indonesia.
C. Materi Pembelajaran Pertemuan ke-1 1. Pengertian warga negara menurut UU kewarganegaraan: Warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara. 2. Syarat-syarat menjadi warga negara Indonesia: a. Telah berusia 18 tahun.
164
b. Telah bertempat tinggal di wilayah RI minimal 5 tahun secara berturutturut atau 10 tahun tidak berturut-turut. c. Sehat jasmani dan rohani. d. Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945. e. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara 1 tahun atau lebih karena melakukan tindakan kriminal. f. Mempunyai pekerjaan tetap. g. Membayar uang pewarganegaraan pada kas negara. Pertemuan ke-2 1. Asas-asas kewarganegaraan yang berlaku umum: a. Asas ius soli
: berdasarkan tempat kelahiran
b. Asas ius sangunis
: berdasarkan keturunan orang tuanya
2. Tata cara mendapatkan kewarganegaraan Indonesia: a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangan atau perjanjian pemerintah RI dengan negara lain, sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga Negara RI. b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari WNI. c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNI dan ibu WNA. d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNA dan ibu WNI.
165
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ibu WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum di negara ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut. f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI. g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah yang ibunya WNI. h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah, dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI, dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum menikah. 3. Hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan RI: a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri. b. Tidak menolak kewarganegaraan lain, sedangkan orang tersebut mendapatkan kesempatan. c. Dinyatakan hilang oleh Presiden atas permohonan sendiri. d. Masuk dinas tentara asing tanpa izin dari Presiden. e. Mengangkat sumpah setia pada negara lain. 4. Kedudukan warga negara di Indonesia: Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama serta berhak mendapatkan perlakuan yang sama dalam kehidupannya, jaminan adanya persamaan kedudukan ini terdapat dalam berbagai peraturan perundangan, antara lain terdapat dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 27, 28, 28A-J, 29, 30,31, 32, 33, dan 34.
166
D. Metode 1. Pendekatan
: siswa aktif
2. Strategi
: Kontekstual Learning
3. Metode
: Informasi, analisis literatur, dan diskusi presentasi
E. Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar
Komponen CTL
A. Pendahuluan
10 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa. 2. Guru mengecek presensi siswa. 3. Guru memotivasi kesiapan belajar siswa kemudian meminta siswa menyiapkan buku catatan, buku paket, dan LKS pada materi yang akan dibahas. 4. Guru mengingatkan materi
Refleksi
minggu lalu kepada siswa. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi
Waktu
Bertanya
167
minggu lalu yang belum jelas. 6. Guru mempersilakan siswa
Konstruktivisme
membaca buku dan sumber lainnya mengenai kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia.
B. Kegiatan Inti
70 menit
1. Guru memberikan gambaran kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, serta menjelaskan tatacara siswa bekerja dalam kelompok belajar. 2. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen. Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4
Masyarakat belajar
168
siswa dengan kemampuan yang bervariasi. 3. Guru menjelaskan aturan permainan pada setiap kelompok. 4. Siswa melaksanakan
Menemukan
kegiatan sesuai dengan petunjuk kegiatan. Masingmasing anggota baik individu maupun kelompok berkompetisi secara sehat untuk memecahkan masalah. 5. Setelah masalah terpecahkan, kemudian siswa diharapkan menyampaikan laporan akhir untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. 6. Siswa diminta guru untuk memberi contoh konkrit mengenai kedudukan warga negara dan pewarganegaraan
Pemodelan
169
di Indonesia. 7. Setelah itu guru melakukan evaluasi/ post test sebagai
Penilaian yang sebenarnya
umpan balik. C. Penutup 1. Guru bersama-sama dengan
10 menit Bertanya
siswa merangkum materi pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan. 3. Guru melakukan revisi terhadap rancangan pembelajaran sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran sebelumnya.
F. Alat/ Sumber Belajar 1. Alat a. Power point b. LKS untuk bahan diskusi
Refleksi
170
2. Sumber belajar a. Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan SMA untuk kelas X. Jakarta: Erlangga. b. Suprapto, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMA kelas X. Jakarta: Bumi Aksara. c. Internet
G. Penilaian 1. Hasil diskusi kelompok Format penilaian kelompok (Ini hanya sebagai penilaian RPP, tetapi tidak ada di laporan hasil penelitian)
No
Nama
Kerja
Kelompok
Perhatian
Bertanya
Kritik
Jumlah
sama
atau
dan
skor
kelompok
menanggapi
saran
pertanyaan 1 2 3 4. 5. Skor Penilaian: A = Sangat baik (81-100) B = Baik
(61-80)
171
C = Cukup
(41-60)
D = Kurang
(1-40)
2. Lembar observasi aktivitas siswa Kriteria Penilaian No Nama
Jumlah
Bertanya/ Mendengarkan Membaca Mencatat menanggapi pendapat
Mengerjakan perintah guru
1. 2. 3. Perolehan nilai 6 s/d 10: a. Mendengarkan 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mendengarkan penjelasan dari guru. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa kurang aktif
mendengarkan
penjelasan dari guru. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa cukup aktif
mendengarkan
penjelasan dari guru. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa serius mendengarkan penjelasan dari guru 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa cukup aktif dan serius mendengarkan penjelasan dari guru. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat aktif dan serius mendengarkan penjelasan dari guru.
Skor
172
b. Membaca 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak membaca materi pelajaran. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas membaca materi pelajaran. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau membaca materi pelajaran. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin membaca materi pelajaran. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin membaca materi pelajaran. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin membaca materi pelajaran. c. Mencatat 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mencatat materi pelajaran. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas mencatat materi pelajaran. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau mencatat materi pelajaran. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin mencatat materi pelajaran. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin mencatat materi pelajaran. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin membaca materi pelajaran. d. Bertanya 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mau bertanya. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas bertanya. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa jarang bertanya. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa mau bertanya. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa sering bertanya. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat aktif dalam bertanya.
173
e. Mengerjakan perintah guru 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mau mengerjakan perintah guru. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas mengerjakan perintah guru. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau mengerjakan perintah guru. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin mengerjakan perintah guru. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin mengerjakan perintah guru. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin mengerjakan perintah guru.
3. Soal Evaluasi Post Test (Terlampir)
Bantul,
Februari 2011
Mengetahui Guru PKn
Peneliti
Dra. Endang Sri Yuniasih
Andry Sumarsono
NIP. 19640611 199203 2 007
NIM. 07401241046
174
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERETEMUAN II
A. Identitas Nama Sekolah
: SMA N 1 Bantul
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester
: X / (Genap (2)
Pertemuan
: 3 dan 4
Alokasi Waktu
: 4 x 45
Standar Kompetensi
: Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan.
Kompetensi Dasar
: Menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Indikator
: 1. Menyebutkan landasan yang menjamin persamaan kedudukan warga negara. 2. Mendiskripsikan berbagai aspek persamaan kedudukan setiap warga negara. 3. Mengklasifikasikan prinsip persamaan kedudukan warga negara di berbagai bidang. 4. Menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
175
B. Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Setelah mendapatkan informasi tentang persamaan kedudukan warga, diharapkan siswa dapat: 1. Menyebutkan landasan yang menjamin kedudukan warga negara. 2. Menyebutkan 4 aspek persamaan kedudukan warga negara di Indonesia. 3. Mengklasifikasikan prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam bidang politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Pertemuan ke-2 Setelah melakukan analisis literatur tentang prinsip persamaan kedudukan warga negara, diharapkan siswa dapat: 1. Menyebutkan 5 contoh hak warga negara menurut UUD 1945. 2. Menyebutkan 5 contoh kewajiban warga negara menurut UUD 1945. 3. Menguraikan
berbagai
upaya
yang
bisa
dilakukan
untuk
memasyarakatkan prinsip persamaan kedudukan warga negara.
C. Materi Pembelajaran Pertemuan ke-1 1. Landasan yang menjamin kedudukan warga negara Indonesia: a. Pancasila b. Pembukaan UUD 1945 c. Batang tubuh UU 1945 d. Berbagai peraturan perundangan yang terkait.
makin
176
2. Empat aspek kedudukan warga negara di Indonesia: a. Politik b. Ekonomi c. Hukum d. Sosial 3. Klasifikasi prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam bidang politik, hukum, ekonomi, dan sosial: a. Bidang politik: terlibat dalam kegiatan politik mengemukakan pendapat, mendirikan parpol, aksi demo secara damai. b. Bidang hukum: penegakan hukum asas praduga tidak bersalah, tanpa pandang bulu dan transparan. c. Bidang ekonomi: sistem ekonomi yang berdasarkan kekeluargaan, menghindari monopoli, dan monopsoni. d. Bidang sosial: mencegah konflik sosial, adil bagi sesama, kemakmuran bersama. Pertemuan ke-2 1. Lima contoh hak warga negara menurut UUD 1945: a. Persamaan di bidang hukum dan pemerintahan. b. Mengembangkan usaha-usaha di bidang ekonomi. c. Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak. d. Memperoleh pendidikan. e. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
177
2. Lima contoh kewajiban warga negara menurut UUD 1945: a. Membayar pajak untuk negara. b. Menjunjung tinggi hokum dan pemerintahan. c. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. d. Menghormati bahasa negara. e. Menghormati lagu kebangsaan Indonesia raya. 3. Upaya yang bisa dilakukan untuk memasyarakatkan prinsip persamaan kedudukan warga negara: a. Bersikap empati dan solider terhadap mereka yang diperlakukan secara diskriminatif. b. Menumbuhkan sikap multicultural. c. Penciptaan, penerapan dan penegakan hukum oleh aparat negara. d. Menumbuhkan budaya multikultural dan gerakan anti diskriminasi.
D. Metode 1. Pendekatan
: siswa aktif
2. Strategi
: Kontekstual Learning
3. Metode
: Informasi, analisis literatur, dan diskusi presentasi.
178
E. Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar
Komponen CTL
A. Pendahuluan
10 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa. 2. Guru mengecek presensi siswa. 3. Guru memotivasi kesiapan belajar siswa kemudian meminta siswa menyiapkan buku catatan, buku paket, dan LKS pada materi yang akan dibahas. 4. Guru mengingatkan materi
Refleksi
minggu lalu kepada siswa. 5. Guru memberikan kesempatan
Bertanya
kepada siswa untuk menanyakan materi minggu lalu yang belum jelas. 6. Guru mempersilakan siswa membaca buku dan sumber lainnya mengenai persamaan
Waktu
Konstruktivisme
179
kedudukan warga negara. B. Kegiatan Inti
70 menit
1. Guru memberikan gambaran kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, serta menjelaskan tatacara siswa bekerja dalam kelompok belajar. 2. Siswa dibagi dalam kelompok
Masyarakat belajar
secara heterogen. Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang bervariasi. 3. Guru menjelaskan aturan permainan pada setiap kelompok. 4. Siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk kegiatan. Masing-masing anggota baik individu maupun
Menemukan
180
kelompok berkompetisi secara sehat untuk memecahkan masalah. 5. Setelah masalah terpecahkan, kemudian siswa diharapkan menyampaikan laporan akhir untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. 6. Siswa diminta guru untuk
Pemodelan
memberi contoh konkrit mengenai kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia. 7. Setelah itu guru melakukan evaluasi/ post test sebagai
Penilaian yang sebenarnya
umpan balik. C. Penutup 1. Guru bersama-sama dengan siswa merangkum materi pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 2. Guru memberikan penguatan
10 menit Bertanya
181
dan kesimpulan. 3. Guru melakukan revisi
Refleksi
terhadap rancangan pembelajaran sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran sebelumnya.
F. Alat/ Sumber Belajar 1. Alat a. Power point b. LKS untuk bahan diskusi 2. Sumber belajar a. Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan SMA untuk kelas X. Jakarta: Erlangga. b. Suprapto, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMA kelas X. Jakarta: Bumi Aksara. c. Internet. G. Penilaian 1. Hasil diskusi kelompok Format penilaian kelompok (Ini hanya sebagai penilaian RPP, tetapi tidak ada di laporan hasil penelitian)
182
No
Nama
Kerja
Kelompok
Perhatian
Bertanya
Kritik
Jumlah
sama
atau
dan
skor
kelompok
menanggapi
saran
pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. Skor Penilaian: A = Sangat baik (81-100) B = Baik
(61-80)
C = Cukup
(41-60)
D = Kurang
(1-4)
2. Lembar observasi aktivitas siswa Kriteria Penilaian No Nama
Bertanya/ Mendengarkan Membaca Mencatat
menanggapi pendapat
1. 2. 3.
Jumlah Mengerjakan perintah guru
Skor
183
Perolehan nilai 6 s/d 10: a. Mendengarkan 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mendengarkan penjelasan dari guru. 2) Siswa
akan
memperoleh
nilai
6
jika
siswa
kurang
aktif
mendengarkan penjelasan dari guru. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa cukup aktif mendengarkan penjelasan dari guru. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa serius mendengarkan penjelasan dari guru 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa cukup aktif dan serius mendengarkan penjelasan dari guru. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat aktif dan serius mendengarkan penjelasan dari guru. b. Membaca 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak membaca materi pelajaran. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas membaca materi pelajaran. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau membaca materi pelajaran. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin membaca materi pelajaran.
184
5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin membaca materi pelajaran. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin membaca materi pelajaran. c. Mencatat 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mencatat materi pelajaran. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas mencatat materi pelajaran. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau mencatat materi pelajaran. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin mencatat materi pelajaran. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin mencatat materi pelajaran. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin membaca materi pelajaran. d. Bertanya 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mau bertanya. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas bertanya. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa jarang bertanya. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa mau bertanya. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa sering bertanya.
185
6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat aktif dalam bertanya. e. Mengerjakan perintah guru 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mau mengerjakan perintah guru. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas mengerjakan perintah guru. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau mengerjakan perintah guru. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin mengerjakan perintah guru. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin mengerjakan perintah guru. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin mengerjakan perintah guru. 3. Soal Evaluasi Post Test (Terlampir) Bantul,
Februari 2011
Mengetahui Guru PKn
Peneliti
Dra. Endang Sri Yuniasih
Andry Sumarsono
NIP. 19640727 199303 1 003
NIM. 07401241046
186
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERETEMUAN III
A. Identitas Nama Sekolah
: SMA N 1 Bantul
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester
: X / (Genap (2)
Pertemuan
: 5 dan 6
Alokasi Waktu
: 4 x 45
Standar Kompetensi
: Menganalisis sistem politik di Indonesia.
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia.
Indikator
: 1. Menjelaskan perbedaan pengertian supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia. 2. Mendiskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia.
B. Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Setelah mendapatkan informasi tentang supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia, diharapkan siswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian supra struktur politik di Indonesia. 2. Menyebutkan lembaga-lembaga negara sebagai supra struktur.
187
Pertemuan ke-2 Setelah melakukan analisis literatur tentang supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia, diharapkan siswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian infra struktur politik di Indonesia. 2. Menyebutkan komponen-komponen infra struktur politik di Indonesia.
C. Materi Pembelajaran Pertemuan ke-1 1. Pengertian supra struktur politik di Indonesia: Supra struktur atau the govemmental political spere adalah suasana kehidupan politik atau fenomena kehidupan politik ditingkat pemerintahan, yaitu berkaitan dengan kehidupan lembaga-lembaga negara yang ada serta kekuasaan yang melekat di dalamnya. 2. Lembaga-lembaga negara sebagai supra struktur antara lain: a. Eksekutif sebagai pemegang fungsi kebijakan, yaitu presiden dengan dibantu oleh seorang wakil presiden dan para menteri. b. Legislatif, di Indonesia menganut sistem bikameral yaitu suatu sistem dimana negara memiliki lembaga legislatif yang terdiri atas dua kamar/ badan/ lembaga, yaitu MPR yang terdiri DPR dan DPD. c. Yudikatif, yaitu Mahkamah Agung sebagai lembaga yang memegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan mahkamah konstitusi dan komisi yudisial.
188
Pertemuan ke-2 1. Pengertian infra struktur politik di Indonesia: Infra struktur atau the sosio political spere adalah suasana atau kehidupan politik ditingkat masyarakat. Infra struktur berkaitan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan politik masyarakat yang memberikan pengaruh terhadap tugas dari lembaga-lembaga negara dalam suasana pemerintahan. 2. Komponen-komponen infra struktur politik di Indonesia: a. Partai politik b. Kelompok-kelompok kepentingan (interest group) c. Kelompok penekan (preassure group) d. Media komunikasi politik e. Tokoh politik
D. Metode 1. Pendekatan
: siswa aktif
2. Strategi
: Kontekstual Learning
3. Metode
: Informasi, analisis literatur, diskusi presentasi
189
E. Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar
Komponen CTL
A. Pendahuluan
10 menit
1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa. 2. Guru mengecek presensi siswa. 3. Guru memotivasi kesiapan belajar siswa kemudian meminta siswa menyiapkan buku catatan, buku paket, dan LKS pada materi yang akan dibahas. 4. Guru mengingatkan materi
Refleksi
minggu lalu kepada siswa. 5. Guru memberikan kesempatan
Bertanya
kepada siswa untuk menanyakan materi minggu lalu yang belum jelas. 6. Guru mempersilakan siswa membaca buku dan sumber lainnya mengenai sistem
Waktu
Konstruktivisme
190
politik di Indonesia. B. Kegiatan Inti
70 menit
1. Guru memberikan gambaran kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, serta menjelaskan tatacara siswa bekerja dalam kelompok belajar. 2. Siswa dibagi dalam kelompok
Masyarakat belajar
secara heterogen. Kelompok diskusi dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang bervariasi. 3. Guru menjelaskan aturan permainan pada setiap kelompok. 4. Siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk kegiatan. Masing-masing anggota baik individu maupun kelompok
Menemukan
191
berkompetisi secara sehat untuk memecahkan masalah. 5. Setelah masalah terpecahkan, kemudian siswa diharapkan menyampaikan laporan akhir untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. 6. Siswa diminta guru untuk
Pemodelan
memberi contoh konkrit mengenai sistem politik di Indonesia. 7. Setelah itu guru melakukan evaluasi/ post test sebagai
Penilaian yang sebenarnya
umpan balik.
C. Penutup 1. Guru bersama-sama dengan siswa merangkum materi pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.
10 menit Bertanya
192
3. Guru melakukan revisi
Refleksi
terhadap rancangan pembelajaran sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran sebelumnya.
F. Alat/ Sumber Belajar 1. Alat a. Power point b. LKS untuk bahan diskusi 2. Sumber belajar a. Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan SMA untuk kelas X. Jakarta: Erlangga. b. Suprapto, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMA kelas X. Jakarta: Bumi Aksara. c. Internet.
H. Penilaian 1. Hasil diskusi kelompok Format penilaian kelompok (Ini hanya sebagai penilaian RPP, tetapi tidak ada di laporan hasil penelitian)
193
Nama No Kelompok
Kerja
Memperhatikan
Bertanya
sama
dengan serius
atau
dan
menanggapi
saran
kelompok
Kritik Jumlah skor
pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. Skor penilaian: A = Sangat baik (81-100) B = Baik
(61-80)
C = Cukup
(41-60)
D = Kurang
(1-40)
2. Lembar observasi aktivitas siswa: Kriteria Penilaian No Nama
Bertanya/ Mendengarkan Membaca Mencatat menanggapi pendapat
1. 2.
Jumlah Mengerjakan perintah guru
Skor
194
3. Perolehan nilai 6 s/d 10: a. Mendengarkan 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mendengarkan penjelasan dari guru. 2) Siswa
akan
memperoleh
nilai
6
jika
siswa
kurang
aktif
mendengarkan penjelasan dari guru. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa cukup aktif mendengarkan penjelasan dari guru. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa serius mendengarkan penjelasan dari guru 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa cukup aktif dan serius mendengarkan penjelasan dari guru. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat aktif dan serius mendengarkan penjelasan dari guru. b. Membaca 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak membaca materi pelajaran. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas membaca materi pelajaran. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau membaca materi pelajaran.
195
4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin membaca materi pelajaran. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin membaca materi pelajaran. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin membaca materi pelajaran. c. Mencatat 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mencatat materi pelajaran. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas mencatat materi pelajaran. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau mencatat materi pelajaran. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin mencatat materi pelajaran. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin mencatat materi pelajaran. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin membaca materi pelajaran. d. Bertanya 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mau bertanya. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas bertanya. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa jarang bertanya.
196
4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa mau bertanya. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa sering bertanya. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat aktif dalam bertanya. e. Mengerjakan perintah guru 1) Siswa akan memperoleh nilai 0 jika siswa tidak mau mengerjakan perintah guru. 2) Siswa akan memperoleh nilai 6 jika siswa malas mengerjakan perintah guru. 3) Siswa akan memperoleh nilai 7 jika siswa mau mengerjakan perintah guru. 4) Siswa akan memperoleh nilai 8 jika siswa cukup rajin mengerjakan perintah guru. 5) Siswa akan memperoleh nilai 9 jika siswa rajin mengerjakan perintah guru. 6) Siswa akan memperoleh nilai 10 jika siswa sangat rajin mengerjakan perintah guru. 3. Soal Evaluasi Post Test (Terlampir) 4. Angket kemandirian belajar siswa dan angket respon siswa (Terlampir)
197
Bantul,
Februar 2011
Mengetahui Guru PKn
Peneliti
Dra. Endang Sri Yuniasih
Andry Sumarsono
NIP. 19640727 199303 1 003
NIM. 07401241046
198
Lampiran 4 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I Soal:
Petunjuk kegiatan: Kerjakanlah soal-soal di bawah ini secara berkelompok, kemudian presentasikan di depan kelas! a. Kelompok 1: Sebut dan jelaskan pasal-pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang hak warga negara! b. Kelompok 2: Sebut dan jelaskan pasal-pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang kewajiban warga negara! c. Kelompok 3: Tiap-tiap warga Negara pada dasarnya mempunyai kedudukan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, sebutkan aspek apa saja yang dan berikan contohnya masing-masing 3 buah! d. Kelompok 4: Sebut dan jelaskan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan RI! e. Kelompok 5: Sebut dan jelaskan syarat-syarat menjadi WNI! f. Kelompok 6: Sebut dan jelaskan asas-asas kewarganegaraan yang berlaku umum! g. Kelompok 7: Sebut dan jelaskan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan RI! h. Kelompok 8: Jelaskan tata cara mendapatkan kewarganegaraan Indonesia!
199
Lampiran 5
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS II Soal:
Petunjuk kegiatan: Kerjakanlah soal-soal di bawah ini secara berkelompok, kemudian presentasikan di depan kelas! a. Kelompok 1: Jelaskan persamaan kedudukan warga negara yang tertuang dalam Batang Tubuh UUD 1945! b. Kelompok 2: Jelaskan persamaan hak untuk mengemukakan pendapat dalam era reformasi saat ini! c. Kelompok 3: Jelaskan persamaan hak untuk berunjuk rasa sesuai dengan UU No. 9/1998! d. Kelompok 4: Jelaskan persamaan hak bela negara sebelum UUD 1945 diamandemen dan setelah UUD 1945 diamandemen! e. Kelompok 5: Jelaskan persamaan hak bela negara setelah UUD 1945 diamandemen! f. Kelompok 6: Jelaskan persamaan warga negara dalam hukum! g. Kelompok 7: Jelaskan jaminan kebebasan warga negara menurut UUD 1945! h. Kelompok 8: Jelaskan jaminan kebebasan memperoleh pendidikan!
200
Lampiran 6
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS III Soal:
Petunjuk kegiatan: Kerjakanlah soal-soal di bawah ini secara berkelompok, kemudian presentasikan di depan kelas! a. Kelompok 1 : Sebutkan lembaga-lembaga Negara menurut UUD 1945 dan pasal-pasal yang
mengaturnya!
b. Kelompok 2: Sebutkan dan jelaskan 3 macam fungsi lembaga legislatif (DPR)! c. Kelompok 3: Sebutkan macam-macam kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan! d. Kelompok 4: Sebutkan macam-macam kekuasaan presiden sebagai kepala negara! e. Kelompok 5: Bagaimana kedudukan MPR terhadap lembaga negara lain menurut UUD 1945! f. Kelompok 6: Sebutkan dan jelaskan 3 fungsi BPK! g. Kelompok 7: Sebutkan dan jelaskan fungsi DPD! h. Kelompok 8: Sebutkan dan jelaskan fungsi MK!
201
Lampiran 7
SOAL POST TES SIKLUS I A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Apabila seseorang
mendapatkan kewarganegaraan tanpa harus melakukan
tindakan hukum karena berjasa pada negara Repubilk Indonesia dan sangat membantu negara, maka hal ini dinamakan …. a. stelsel aktif b. stelsel pasif c. stelsel daftar d. naturalisasi e. opsi 2. Bila seorang anak dilahirkan dari keturunan bangsa A (ius sanguinis) kemudian lahir di negara B (ius soli), maka anak tersebut statusnya menjadi …. a. apatride b. bipatride c. naturalisasi d. stelsel aktif e. stelsel pasif 3. Inti pokok perjanjian Indonesia dan RRC yang diwakili oleh Menteri Mr. Soenarjo dan Cho Enlai tentang kewarganegaraan adalah ….
202
a. melepaskan kewarganegaraan RRC b. memiliki kewarganegaraan Republik Indonesia dan RRC c. memiliki salah satu kewarganegaraan d. memiliki kewarganegaraan rangkap e. membuat permohonan kewarganegaraan 4. Hak seseorang untuk memilih suatu kewarganegaraan disebut …. a. hak repudiasi b. hak opsi c. hak asylum d. hak angket e. hak amandemen 5. Naturalisasi isimewa dapat diberikan kepada …. a. orang asing yang lahir di negara Indonesia b. orang asing yang telah menetap selama 10 tahun berturut-turut c. warga negara asing yang sudah lama bertugas di negara lain d. orang asing yang telah berjasa di negara penerima e. orang asing yang telah mendapat suaka politik 6. Persoalan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC diatasi dengan …. a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 b. Undang-Undang No. 2 Tahun 1958 c. Undang-Undang No. 2 Tahun 1950 d. Undang-Undang No. 12 Tahun 1968
203
e. Undang-Undang No. 3 Tahun 1949 7. Orang asing yang telah dikabulkan menjadi warga negara Indonesia harus mengucapkan sumpah di depan …. a. Mahkamah Agung b. Pengadilan Tinggi c. Pengadilan Negeri d. Pengadilan Agama e. Pengadilan Tata Usaha Negeri 8. Surat izin mendarat diberikan di atas kapal, kemudian di kantor imigrasi setempat ditukar dengan …. a. paspor yang sah b. tiket kendaraan umum c. surat izin menetap d. surat izin masuk e. surat izin penduduk 9. Seseorang wanita asing yang kawin dengan warga negara Indonesia, maka wanita tersebut mendapatkan kewarganegaraan Indonesia berdasarkan …. a. adopsi b. naturalisasi c. permohanan d. pernyataan e. perkawinan
204
10. Proses naturalisasi biasa sekurang-kurangnya telah tinggal di Indonesia selama …. a. 10 tahun berturut-turut b. 15 tahun berturut-turut c. 6 tahun berturut-turut d. 5 tahun berturut-turut e. 4 tahun berturut-turut B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Jelaskan yang dimaksud dengan apatride dan bipatride, hak opsi dengan hak repudiasi! 2. Siapakah yang dimaksud dengan warga negara menurut Pasal 26 ayat 1 UUD 1945? 3. Sebutkan pembagian penduduk Indonesia menurut Indische Staatsregeling! 4. Jelaskan perbedaan antara penduduk dan bukan penduduk! 5. Jelaskan
cara
memperoleh
Nomor 62 Tahun 1958!
kewarganegaraan menurut Undang-Undang
205
Jawaban Soal Post Tes Siklus I A. Pilihan Ganda 1. C
6. E
2. B
7. D
3. A
8. E
4. B
9. D
5. A
10. D
B. Essay 1. a. Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan b. Bipatride adalah seseorang yang memiliki kewarganegaraan c. Hak opsi adalah hak sesorang untuk memilih suatu kewarganegaraan d. Hak repudiasi adalah hak seseorang untuk menolak suatu kewarganegaraan 2. Yang disebut warga negara menurut pasal 26 ayat 1 ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undangundang sebagai warga negara. 3. Pembagian penduduk menurut Indische Staatsregeling (IS) pasal 163 ayat 1 adalah sebagai berikut: a. Golongan Eropa, yaitu sebagai berikut: 1) Bangsa Belanda 2) Bukan bangsa Eropa tetapi asalnya dari Eropa 3) Bangsa Jepang (untuk kepentimgan perdagangan) 4) Orang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum kekeluargaannya sama dengan hukum kekeluargaan Belanda
206
5) Keturunan dari mereka b. Golongan Timur Asing meliputi negara berikut: 1) Golongan Cina 2) Golongan Timur Asing bukan Cina c. Golongan Bumi Putera, yaitu sebagai berikut: 1) Orang Indonesia asli serta keturunannya yang tidak memasuki golongan rakyat lain 2) Orang yang mula-mula termasuk golongan rakyat lain, lalu masuk penyesuaian hidupnya. 4. Penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal (berdomisili) di dalam wilayah suatu negara, biasanya dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan maksud menetap. Bukan penduduk semua orang yang berada di wilayah suatu negara hanya sementara waktu dengan maksud tidak menetap. 5. Cara memperoleh kewarganegegaraan menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, adalah a. Kelahiran Berdasarkan kelahiran di wilayah Republik Indonesia untuk mencegah adanya orang yang tanpa warga negara. b. Pengangkatan Pengangkatan anak ditentukan oleh tahun ke bawah
hukum, anak angkat dibatasi lima
207
c. Permohonan Karena dikabulkannya permohonan seseorang untuk dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia d. Pewarganegaraan atau naturalisasi Permohonan seseorang yang ingin menjadi warga Negara Republik Indonesia. e. Akibat perkawinan Sebagai akibat perkawinan, maka status istri mengikuti suaminya. f. Turut ayah atau ibu Pada dasarnya anak yang belum dewasa kurang dari 18 tahun, kewarganegaraannya ditentukan oleh orang tuanya terutama ayah.
208
Lampiran 8 SOAL POST TES SIKLUS II A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Menjadi anggota suatu partai politik atau mendirikan partai politik adalah bentuk persamaan warga negara di bidang …. a. ekonomi b. politik c. sosial d. budaya e. hukum 2. Persamaan kedudukan warga negara dalam bidang pemerintahan diatur dalam pasal …. a. 27 b. 28 c. 29 d. 30 e. 31
209
3. Menggunakan
hak pilih dalam pemilu merupakan wujud
persamaan
kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang …. a. politik b. budaya c. hukum d. sosial e. pendidikan 4. Berikut ini yang bukan merupakan persamaan kedudukan warga negara dalam bidang hak asasi manusia adalah …. a. menghargai hak orang lain b. menempatkan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya c. melaksanakan prinsip tirani minoritas d. menghindari perbudakan e. menghindari penyiksaan terhadap orang lain 5. Salah satu kewajiban warga negara asing di Indonesia adalah …. a. ikut dalam pemilu b. menjadi kader partai politik c. mencalonkan diri menjadi presiden d. menaati peraturan yang berlaku e. menjadi aparat penegak hukum 6. Pejabat yang berwenanang mengabulkan atau menolak permohonan kewarganegaraan seseorang adalah ….
210
a. presiden b. menteri c. gubernur d. bupati e. camat 7. Seseorang yang memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri, menurut UU tentang kewarganegaraan RI akan berakibat …. a. mempunyai kewarganegaraan ganda/bipatrid b. tidak mempunyai kewarganegaraan atau apatrid c. hilangnya status kewarganegaraan Republik Indonesia d. timbulnya hak seseorang untuk menentukan jenis kewarganegaraan e. tidak adanya kepastian status kewarganegaraan bagi orang tersebut 8. Bentuk penghargaan terhadap persamaan kedudukan warga negara di bidang hukum meliputi …. a. bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup b. mendapat pembelaan di depan pengadilan c. kebebasan untuk berpindah agama d. bebas memilih anggota partai politik yang disenanginya e. mendapatkan kemudahan dalam memilih pendidikan untuk anaknya 9. Hak repudiasi dapat digunakan setiap orang ketika …. a. memiliki kewarganegaraan rangkap b. tidak memiliki kewarganegaraan
211
c. diberikan kewarganegaraan oleh orang lain d. kewarganegaraan kita tidak diakui oleh suatu negara e. seorang tidak lagi disukai pemerintah negaranya 10. Dalam stelsel aktif terdapat hak setiap orang untuk …. a. menolak kewarganegaraan suatu negara b. diterima sebagai warga negara dari suatu negara c. diperlakukan sama dalam segala aspek kehidupan d. menjadi warga negara dari negara yang diinginkan e. memilih kewarganegaraan dari suatu negara
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Jelaskan kedudukan warga negara sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 ayat 1! 2. Sebutkan 3 cara untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia sesuai dengan undang-undang kewarganegaraan tahun 2006! 3. Sebutkan 3 syarat untuk menjadi WNI karena naturalisasi! 4. Sebutkan 5 kewajiban warga negara Indonesia! 5. Sebutkan 3 sebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia!
212
Jawaban Soal Post Tes Siklus II A. Pilihan Ganda 1. B
6. A
2. A
7. C
3. A
8. B
4. C
9. D
5. D
10. B
B. Essay 1. Kedudukan warga negara sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 ayat 1 adalah sama dihadapan hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 2. Tiga cara untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia sesuai dengan undang-undang kewarganegaraan tahun 2006, antara lain yaitu: a. Kelahiran b. Pengangkatan/adopsi c. Naturalisasi d. Karena pewarganegaraan istimewa 3. Tiga syarat untuk menjadi WNI karena naturalisasi adalah: a. Telah berusia 18 tahun b. Telah bertempat tinggal di wilayah negara RI minimal 5 tahun secara berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut c. Sehat jasmani dan rohani
213
d. Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945 e. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara 1 tahun atau lebih karena melakukan tindakan criminal f. Mempunyai pekerjaan tetap g. Membayar uang pewarganegaraan pada kas negara. 4. Kewajiban warga negara Indonesia yaitu: a. Kewajiban menjunjung hukum b. Kewajiban menjunjung pemerintahan c. Kewajiban ikut dalam pembelaan negara d. Kewajiban mendahulukan kepentingan negara (umum) daripada kepentingan pribadi e. Kewajiban membatyar pajak, bea dan cukai menurut ketentuan yang berlaku 5. Tiga sebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia yaitu: a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri b. Tidak menolak kewarganegaraan lain, sedangkan orang tersebut mendapatkan kesempatan c. Dinyatakan hilang oleh Presiden atas permohonan sendiri d. Masuk dinas tentara asing tanpa izin dari Presiden e. Mengangkat sumpah setia pada negara lain.
214
Lampiran 9 SOAL POST TES SIKLUS III A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Sikap seseorang yang menghendaki perubahan sesuatu yang ada secara cepat termasuk sikap …. a. Radikal b. Status Quo c. Moderat d. Konservatif e. Reaksioner 2. Suatu sikap yang tidak menghendaki adanya suatu perubahan termasuk sikap …. a. Radikal b. Status Quo c. Moderat d. Konservatif e. Reaksioner 3.
Perilaku politik yang menghindarkan diri dari pengungkapan yang ekstrem dan cenderung ke arah jalan tengah disebut perilaku …. a. Radikal b. Status Quo c. Moderat
215
d. Konservatif e. Reaksioner 4. Perilaku politik yang diwujudkan dengan melestarikan apa yang telah ada disebut perilaku …. a. Radikal b. Status Quo c. Moderat d. Konservatif e. Reaksioner 5. Perilaku politik yang berlawanan dengan kebijakan pemerintah yang sah disebut perilaku … a. Radikal b. Status Quo c. Moderat d. Konservatif e. Reaksioner 6. Suatu sistem pemerintahan dimana menteri bertanggung jawab pada parlemen disebut ….
a. Presidensial b. Monarki c. Ekstraparlementer d. Republik
216
e. Parlementer 7. Rakyat diberikan kesempatan berpartisipasi dalam pemerintahan, namun ketentuannya ditentukan oleh pemimpin. Pernyataan ini adalah pengertian demokrasi …. a. Liberalis b. Terpimpin c. Sosialis d. Federalis e. Pancasila 8. Suatu sistem pemerintahan dimana menteri bertanggung jawab kepada presiden disebut …. a. Presidensiil b. Kekaisaran c. Parlementer d. Ekstraparlementer e. Republik 9. Sistem politik yang digunakan di negara Republik Rakyat Cina adalah …. a. Liberalis b. Sosialis c. Komunis d. Terpimpin e. Pancasila
217
10. Salah satu ciri negara demokrasi adalah adanya kebebasan …. a. Beragama b. Memilih pendidikan c. Memilih pekerjaan d. Berusaha e. Berpendapat B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Jelaskan secara singkat dinamika politik era reformasi yang dilihat dari aktivitas politik kenegaraan! 2. Sebutkan ciri-ciri negara parlementer! 3. Sebutkan nilai-nilai yang mencerminkan gaya hidup di negara komunis (RRC)! 4. Apa yang dimaksud dengan demokrasi rakyat! 5. Jelaskan sistem politik yang digunakan di Amerika Serikat!
Jawaban Soal Post Tes Siklus III A. Pilihan Ganda 1. A
6. E
2. B
7. B
3. C
8. A
4. D
9. C
5. E
10. E
218
B. Essay 1. Dinamika politik era reformasi yang dilihat dari ativitas politik kenegaraan yaitu: a) Kebijakan pemerintah yang memberikan ruang gerak lebih luas terhadap hak-hak untuk mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tulisan. b) Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN. c) Lembaga legislatif dan organisasi sosial politik sudah memiliki keberanian untuk menyatakan pendapatnya. d) Lembaga tinggi negara MPR telah berani mengambil langkah-langkah politik melalui pelaksanaan sidang tahunan. e) Merdia massa diberikan
kebebasan
dalam
menentukan
tugas
jurnalistiknya secara profesional tanpa ada rasa takut dicabut surat ijin penerbitannya. 2. Ciri-ciri negara parlementer yaitu: a) Kekuasaan legislatif lebih kuat daripada kekuasaan eksekutif b) Menteri-menteri (kabinet) harus bertanggung jawab kepada parlemen/ DPR. c) Program-program kebijaksanaan kabinet harus disesuaikan dengan tujuan politik sebagian besar anggota parlemen. d) Kepala negara hanya lambang atau
simbol belaka yang tidak dapat
diganggu gugat. 3. Nilai-nilai yang mencerminkan gaya hidup di negara komunis (RRC) yaitu: a) Gagasan monoisme (sebagai lawan dari pluralisme)
219
b) Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah guna mencapai komunisme c) Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme 4. Demokrasi rakyat adalah bentuk khusus demokrasi yang memenuhi fungsi kediktaktoran proletariat, sebagai hasil perkembangan politik yang amat kaku dan penuh ketegangan antara golongan komunis dan golongan anti komunis hanya mengakui satu partai dalam masyarakat (golongan-golongan lain disingkirkan dengan paksa). 5. Sistem politik Amerika Serikat menggunakan sistem perserikatan atau federalisme dimana di negara pusat dan negara bagian berbagi kekuasaan. Negara pusat berkuasa terhadap beberapa perkara seperti pencetakan mata uang Amerika serta kebijakan pertahanan. Namun, negara-negara bagian berkuasa menentukan hak dan undang-undang masing-masing.
220
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I No
Nama Siswa
1 ALDINO HISYAM 2 AMRIN SURYANI 3 ANNISA FITRI.S 4 DIAH AYU RINI 5 EDO RIZKIA .S 6 EMMALYSA.P 7 ENY WAHYU.L 8 FAHMI NUR.R 9 FAHREZA .M 10 FARRADIENA.R 11 FEBRI EKA.S 12 INDHIRA PUTRI.R 13 INDHIRA YENI 14 JODA SAHFA.R 15 LAMBANG.S 16 LENY DESKRIANA 17 LIA FATIKA.N 18 LUNE AYU.P 19 NANDA RENI FERA 20 NANDITA RISA.R 21 NISA ROMADHONI 22 NUR INDAH.K 23 RANGGA INDRA.P 24 RIANA WULAN.P 25 RIZKI .K 26 RIZKI NUR.A 27 SAFLIA FEBRI.D 28 SENTAGI SESOTYA 29 SITI MUNAWAROH 30 UMI LATIFAH 31 WISNU HARICOYO 32 ZANDRA FAWSIA Jumlah Prosentase
1 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 8 7 7 7 7 8 8 8 249 77,8%
Aspek yang diamati 2 3 4 8 8 7 8 9 8 9 8 9 7 7 8 8 9 8 9 8 7 7 7 8 8 8 7 6 7 7 8 7 7 7 7 8 7 8 7 8 8 9 7 7 7 8 9 8 8 9 8 7 8 8 9 9 8 9 8 8 8 9 8 9 8 7 8 7 8 7 7 7 7 7 6 7 7 6 6 7 7 6 8 9 8 7 7 6 7 7 238 250 176 74,3% 78,1% 55%
5 8 8 8 8 9 8 7 9 6 8 7 7 7 9 8 8 8 7 8 8 8 8 7 8 8 6 6 6 8 8 6 8 243 75,9%
Jumlah
Persen
39 41 42 30 42 41 35 41 34 30 35 30 37 42 37 41 41 30 42 41 41 41 30 30 30 30 33 32 33 41 34 30 1156 72,1%
78,0% 82,0% 84,0% 60,0% 84,0% 82,0% 70,0% 82,0% 68,0% 60,0% 70,0% 60,0% 74,0% 82,0% 74,0% 82,0% 82,0% 60,0% 84,0% 82,0% 82,0% 82,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 66,0% 64,0% 66,0% 82,0% 68,0% 60,0%
221
Keterangan: Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Jumlah Skor 0 - 10 10,5 - 20 20,5 - 30 30,5 - 40 40,5 - 50
Persentase 0 – 20% 21 – 40% 41 – 60% 61 – 80% 81 – 100%
222
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II No
Nama Siswa
1 ALDINO HISYAM 2 AMRIN SURYANI 3 ANNISA FITRI.S 4 DIAH AYU RINI 5 EDO RIZKIA .S 6 EMMALYSA.P 7 ENY WAHYU.L 8 FAHMI NUR.R 9 FAHREZA .M 10 FARRADIENA.R 11 FEBRI EKA.S 12 INDHIRA PUTRI.R 13 INDHIRA YENI 14 JODA SAHFA.R 15 LAMBANG.S 16 LENY DESKRIANA 17 LIA FATIKA.N 18 LUNE AYU.P 19 NANDA RENI FERA 20 NANDITA RISA.R 21 NISA ROMADHONI 22 NUR INDAH.K 23 RANGGA INDRA.P 24 RIANA WULAN.P 25 RIZKI .K 26 RIZKI NUR.A 27 SAFLIA FEBRI.D 28 SENTAGI SESOTYA 29 SITI MUNAWAROH 30 UMI LATIFAH 31 WISNU HARICOYO 32 ZANDRA FAWSIA Jumlah Prosentase
1 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 7 253 7790%
Aspek yang diamati 2 3 4 8 8 8 9 8 8 9 8 9 8 9 8 8 8 9 9 8 8 7 7 7 8 7 7 7 7 7 7 8 7 7 8 8 8 8 8 9 8 8 8 9 8 8 8 8 9 9 8 8 9 8 8 8 8 8 8 8 9 8 8 9 9 8 9 8 7 7 7 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 7 8 8 7 8 9 8 7 7 7 7 7 246 254 207 76,8% 79,3% 64,6%
5 9 8 8 8 9 8 7 8 8 8 7 8 8 9 9 8 9 8 8 8 8 8 8 7 8 8 7 7 8 8 8 7 255 79,6%
Jumlah
Persen
41 41 42 41 42 41 35 38 37 30 37 40 41 42 41 42 42 40 40 41 42 41 30 30 30 30 35 37 39 41 30 35 1214 75,9%
82,0% 82,0% 84,0% 82,0% 84,0% 82,0% 70,0% 76,0% 74,0% 60,0% 74,0% 80,0% 82,0% 84,0% 82,0% 84,0% 84,0% 80,0% 80,0% 82,0% 84,0% 82,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 70,0% 74,0% 78,0% 82,0% 60,0% 70,0%
223
Keterangan: Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Jumlah Skor 0 - 10 10,5 - 20 20,5 - 30 30,5 - 40 40,5 - 50
Persentase 0 – 20% 21 – 40% 41 – 60% 61 – 80% 81 – 100%
224
Lampiran 12 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III No
Nama Siswa
1 ALDINO HISYAM 2 AMRIN SURYANI 3 ANNISA FITRI .S 4 DIAH AYU RINI 5 EDO RIZKIA .S 6 EMMALYSA.P 7 ENY WAHYU.L 8 FAHMI NUR.R 9 FAHREZA .M 10 FARRADIENA.R 11 FEBRI EKA.S 12 INDHIRA PUTRI.R 13 INDHIRA YENI 14 JODA SAHFA.R 15 LAMBANG.S 16 LENY DESKRIANA 17 LIA FATIKA.N 18 LUNE AYU.P 19 NANDA RENI FERA 20 NANDITA RISA.R 21 NISA ROMADHONI 22 NUR INDAH.K 23 RANGGA INDRA.P 24 RIANA WULAN.P 25 RIZKI .K 26 RIZKI NUR.A 27 SAFLIA FEBRI.D 28 SENTAGI SESOTYA 29 SITI MUNAWAROH 30 UMI LATIFAH 31 WISNU HARICOYO 32 ZANDRA FAWSIA Jumlah Prosentase
1 8 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 9 8 8 9 8 8 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 258 80,6%
Aspek yang diamati 2 3 4 8 8 9 8 9 9 9 9 9 8 9 8 9 9 9 9 9 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 8 9 9 8 8 9 8 9 9 9 8 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 8 7 7 7 8 7 8 8 8 8 9 8 8 9 9 7 7 7 8 8 8 256 264 242 80% 82,5,% 75,6%
5 8 8 8 8 9 8 7 8 8 8 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 7 9 254 79,3%
Jumlah
Persen
41 42 44 41 44 42 30 40 40 40 37 35 40 44 41 42 44 42 42 41 44 40 37 30 37 37 38 40 41 42 35 41 1274 79,25%
82,0% 84,0% 88,0% 82,0% 88,0% 84,0% 60,0% 80,0% 80,0% 80,0% 74,0% 70,0% 80,0% 88,0% 82,0% 84,0% 88,0% 82,0% 84,0% 82,0% 88,0% 80,0% 74,0% 60,0% 74,0% 74,0% 76,0% 80,0% 82,0% 84,0% 70,0% 82,0%
225
Keterangan: Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Jumlah Skor 0 – 10 10,5 – 20 20,5 – 30 30,5 – 40 40,5 – 50
Persentase 0 – 20% 21 – 40% 41 – 60% 61 – 80% 81 – 100%
226
Lampiran 13 Hasil Penilaian Guru Terhadap Aktivitas Siswa Siklus I No
Nama Siswa
1 ALDINO HISYAM 2 AMRIN SURYANI 3 ANNISA FITRI .S 4 DIAH AYU RINI 5 EDO RIZKIA .S 6 EMMALYSA.P 7 ENY WAHYU.L 8 FAHMI NUR.R 9 FAHREZA .M 10 FARRADIENA.R 11 FEBRI EKA.S 12 INDHIRA PUTRI.R 13 INDHIRA YENI 14 JODA SAHFA.R 15 LAMBANG.S 16 LENY DESKRIANA 17 LIA FATIKA.N 18 LUNE AYU.P 19 NANDA RENI FERA 20 NANDITA RISA.R 21 NISA ROMADHONI 22 NUR INDAH.K 23 RANGGA INDRA.P 24 RIANA WULAN.P 25 RIZKI .K 26 RIZKI NUR.A 27 SAFLIA FEBRI.D 28 SENTAGI SESOTYA 29 SITI MUNAWAROH 30 UMI LATIFAH 31 WISNU HARICOYO 32 ZANDRA FAWSIA Jumlah
1 8 8 8 8 8 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 7 7 8 7 8 247
Aspek yang diamati 2 3 8 7 9 8 9 9 8 9 9 9 8 7 7 8 8 8 6 8 7 7 8 8 7 9 8 8 7 9 8 9 8 8 9 9 9 8 9 8 9 8 8 8 8 8 7 6 6 6 7 6 9 8 8 6 8 262 172
Keterangan Skor Penilaian: A = Sangat baik (81-100) B = Baik (61-80) C = Cukup (41-60) D = Kurang (1-40)
4 8 8 8 8 8 8 7 9 7 8 7 8 7 9 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 6 6 6 8 7 8 246
Jumlah
Rata-rata
31 33 34 24 34 33 28 33 27 24 28 24 29 34 29 33 33 24 34 33 33 33 24 24 24 24 26 25 26 33 27 24 925
7,75 8,25 8,5 6 8,5 8,25 7 8,25 6,75 6 7 6 7,25 8,5 7,25 8,25 8,25 6 8,5 8,25 8,25 8,25 6 6 6 6 6,5 6,25 6,5 8,25 6,75 6
227
Lampiran 14 Hasil Penilaian Guru Terhadap Aktivitas Siswa Siklus II No
Nama Siswa
1 ALDINO HISYAM 2 AMRIN SURYANI 3 ANNISA FITRI .S 4 DIAH AYU RINI 5 EDO RIZKIA .S 6 EMMALYSA.P 7 ENY WAHYU.L 8 FAHMI NUR.R 9 FAHREZA .M 10 FARRADIENA.R 11 FEBRI EKA.S 12 INDHIRA PUTRI.R 13 INDHIRA YENI 14 JODA SAHFA.R 15 LAMBANG.S 16 LENY DESKRIANA 17 LIA FATIKA.N 18 LUNE AYU.P 19 NANDA RENI FERA 20 NANDITA RISA.R 21 NISA ROMADHONI 22 NUR INDAH.K 23 RANGGA INDRA.P 24 RIANA WULAN.P 25 RIZKI .K 26 RIZKI NUR.A 27 SAFLIA FEBRI.D 28 SENTAGI SESOTYA 29 SITI MUNAWAROH 30 UMI LATIFAH 31 WISNU HARICOYO 32 ZANDRA FAWSIA Jumlah
1 8 8 8 8 8 8 7 7 7 8 7 7 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 7 7 8 8 8 7 247
Aspek yang diamati 2 3 9 8 9 8 9 9 9 9 9 9 9 8 8 7 8 8 8 7 8 8 7 8 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9 8 8 8 8 7 9 8 9 8 9 8 8 8 8 8 7 7 8 7 8 7 9 8 8 7 7 269 203
Keterangan Skor Penilaian: A = Sangat baik (81-100) B = Baik (61-80) C = Cukup (41-60) D = Kurang (1-40)
4 8 8 8 8 9 8 7 7 7 8 7 7 8 8 8 8 8 7 7 8 8 8 8 8 8 8 7 7 7 8 8 7 246
Jumlah
Rata-rata
33 33 34 33 35 33 29 30 29 24 29 30 33 33 33 33 33 30 30 33 33 33 24 24 24 24 28 29 30 33 24 28 964
8,25 8,25 8,5 8,25 8,75 8,25 7,25 7,5 7,25 6 7,25 7,5 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 7,5 7,5 8,25 8,25 8,25 6 6 6 6 7 7,25 7,5 8,25 6 7
228
Lampiran 15 Hasil Penilaian Guru Terhadap Aktivitas Siswa III No
Nama Siswa
1 ALDINO HISYAM 2 AMRIN SURYANI 3 ANNISA FITRI .S 4 DIAH AYU RINI 5 EDO RIZKIA .S 6 EMMALYSA.P 7 ENY WAHYU.L 8 FAHMI NUR.R 9 FAHREZA .M 10 FARRADIENA.R 11 FEBRI EKA.S 12 INDHIRA PUTRI.R 13 INDHIRA YENI 14 JODA SAHFA.R 15 LAMBANG.S 16 LENY DESKRIANA 17 LIA FATIKA.N 18 LUNE AYU.P 19 NANDA RENI FERA 20 NANDITA RISA.R 21 NISA ROMADHONI 22 NUR INDAH.K 23 RANGGA INDRA.P 24 RIANA WULAN.P 25 RIZKI .K 26 RIZKI NUR.A 27 SAFLIA FEBRI.D 28 SENTAGI SESOTYA 29 SITI MUNAWAROH 30 UMI LATIFAH 31 WISNU HARICOYO 32 ZANDRA FAWSIA Jumlah
1 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7 8 7 8 7 8 8 8 7 8 249
Aspek yang diamati 2 3 9 8 9 9 9 9 9 8 9 9 9 9 8 8 8 8 8 8 8 7 7 8 8 8 8 9 9 9 8 9 8 9 9 9 8 9 8 9 8 9 9 8 8 8 7 8 8 7 7 7 8 8 8 8 9 8 9 8 8 7 9 8 271 242
Keterangan Skor Penilaian: A = Sangat baik (81-100) B = Baik (61-80) C = Cukup (41-60) D = Kurang (1-40)
4 8 8 9 8 9 8 8 8 8 8 7 8 8 9 8 8 9 8 8 8 9 8 7 8 7 7 7 8 8 8 7 8 255
Jumlah
Rata-rata
33 34 35 33 35 35 24 32 32 31 28 31 32 35 33 33 35 33 33 33 35 32 29 24 29 29 30 32 33 33 29 33 1018
8,25 8,5 8,75 8,25 8,75 8,75 6 8 8 7,75 7 7,75 8 8,75 8,25 8,25 8,75 8,25 8,25 8,25 8,75 8 7,25 6 7,25 7,25 7,5 8 8,25 8,25 7,25 8,25
229
Lampiran 16
DAFTAR KELOMPOK DISKUSI Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kmpok 4
1. Dena
1. Rizki. K
1. Tita
1. Leni
2. Lune
2. Reza
2. Lala
2. Amrin
3. Safira
3. Lia
3. Umi
3. Anis
4. Indi
4. Dita
4. Yeni
4. Dyah
Kelompok 5
Kelompok 6
Kelompok 7
Kelompok 8
1. Rangga
1. Zandra
1. Eny
1. Edo
2. Dina
2. Nanda
2. Siti
2. Joda
3. Fahmi
3. Nandita
3. Febri
3. Rizki.N
4. Lambang
4. Nisa
4. Wisnu
4. Sentagi
230
Lampiran 17 HASIL DISKUSI KELOMPOK SIKLUS I No
Nama Kelompok
1.
Dena Lune Safira Indi Rizki. K Reza Lia Dita Tita Lala Umi Yeni Leni Amrin Anis Dyah Rangga Dina Fahmi Lambang Zandra Nanda Nandita Nisa Eny Siti Febri Wisnu Edo Joda Rizki. N Sentagi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kerja sama Memperhatikan Bertanya atau kelompok dengan serius menanggapi pertanyaan 75 75 65
Kritik dan saran 60
Jumlah skor 275
75
75
65
60
275
78
78
68
65
289
75
78
65
65
283
70
75
65
60
270
78
78
68
65
289
70
75
65
60
270
78
78
70
70
296
231
Lampiran 18
No
Nama Kelompok
1.
Dena Lune Safira Indi Rizki. K Reza Lia Dita Tita Lala Umi Yeni Leni Amrin Anis Dyah Rangga Dina Fahmi Lambang Zandra Nanda Nandita Nisa Eny Siti Febri Wisnu Edo Joda Rizki. N Sentagi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
HASIL DISKUSI KELOMPOK SIKLUS II
Kerja sama kelompok 80
Memperhatikan dengan serius
Kritik dan saran 75
Jumlah skor
75
Bertanya atau menanggapi pertanyaan 80
80
78
78
75
311
80
80
85
75
320
80
80
80
80
320
80
75
70
75
300
85
80
75
80
320
80
75
75
70
300
85
80
85
80
330
310
232
Lampiran 19
HASIL DISKUSI KELOMPOK SIKLUS III
No
Nama Kelompok
1.
Dena Lune Safira Indi Rizki. K Reza Lia Dita Tita Lala Umi Yeni Leni Amrin Anis Dyah Rangga Dina Fahmi Lambang Zandra Nanda Nandita Nisa Eny Siti Febri Wisnu Edo Joda Rizki. N Sentagi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kerja sama Memperhatikan Bertanya atau kelompok dengan serius menanggapi pertanyaan 78 75 70
Kritik dan saran
Jumlah skor
68
291
78
75
70
65
288
80
78
70
70
298
80
78
75
70
303
78
75
68
65
286
80
78
75
70
303
78
75
70
68
291
80
78
75
75
308
233
Lampiran 20 (Angket Kemandirian Belajar Siswa)
Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dalam MataPelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Bantul Instrumen Penelitian Nama Responden : No. Absen
:
Kelas
:
Petunjuk Pengisian 1. Tulislah Nama, No. Absen, dan Kelas Anda 2. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pandapat Anda dengan memberikan tanda check list ( ) 3. Mohon diisi semua pernyataan dan terima kasih atas bantuannya. Pilihlah Jawaban Pernyataan: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
234
No
Pernyataan
1.
Belajar adalah kewajiban seorang siswa.
2.
Saya belajar PKn atas kemauan sendiri.
3.
Saya memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku PKn.
4.
Apabila guru berhalangan hadir ke kelas saat pelajaran PKn, saya akan pergi keluar kelas bersama teman-teman.
5
Jika karena suatu hal saya tidak bisa belajar PKn, maka saya akan mengerjakannya pada waktu lain.
6.
Saya belajar PKn agar dapat mengikuti pelajaran PKn tersebut dengan baik.
7.
Saya giat belajar PKn ketika akan ulangan saja.
8.
Saya malas mengerjakan soal-soal PKn apabila sulit.
9.
Saya belajar PKn sungguh-sungguh.
10.
Ketika bapak/ibu guru memberikan kesempatan untuk bertanya maka kesempatan itu saya biarkan saja, meskipun ada materi pelajaran yang belum saya pahami.
11.
Jika sudah berusaha tetapi mengalami kesulitan dalam belajar, saya bertanya kepada teman yang lebih menguasai materi.
12.
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang PKn, saya berusaha membaca buku yang menunjang selain buku yang diwajibkan oleh guru.
SS
S
TS
STS
235
13.
Saya yakin dengan belajar tekun akan membuat prestasi yang saya raih tinggi.
14.
Setiap ada ulangan harian PKn saya merasa mampu mengerjakannya.
15.
Saya merasa ragu-ragu dapat menjawab dengan benar soalsoal PKn yang diberikan oleh guru.
16.
Meskipun sulit, saya percaya bahwa saya dapat menyelesaikan tugas PKn dengan baik.
17.
Setelah saya mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran PKn, saya yakin dapat menguasai pelajaran PKn.
18.
Saya lebih percaya mengambil pendapat orang lain daripada pendapat saya.
19.
Saya optimis nilai mata pelajaran PKn saya baik.
20.
Setiap ada PR maka saya akan kerjakan sendiri walaupun belum tentu benar.
21.
Saat ujian saya menyontek pekerjaan teman.
22.
Dalam setiap tugas saya tidak meniru pekerjaan teman.
23.
Saya tidak pernah membuat contekan saat ujian.
24.
Say harus mampu untuk menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik tanpa petunjuk orang lain.
25.
Dengan mencoba menyelesaikan sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru membuat saya merasa bangga.
26.
Saya mengerjakan tugas PKn dibantu orang lain.
236
27.
Saya berusaha mengerjakan tugas sampai bisa.
237
Lampiran 21 (Angket Respon Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran Kontekstual)
Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dalam Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Bantul Instrumen Penelitian Nama Responden : No. Absen
:
Kelas
:
Petunjuk Pengisian 1. Tulislah Nama, No. Absen, dan Kelas Anda 2. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pandapat Anda dengan memberikan tanda check list ( ) 3. Mohon diisi semua pernyataan dan terima kasih atas bantuannya. Pilihlah Jawaban Pernyataan: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
238
No 1
Pernyataan Saya tidak senang jika guru mengulas materi sebelumnya.
2
Saya senang jika guru dalam menyampaikan materi disertai contoh-contoh nyata.
3
Saya senang jika guru dalam menerangkan memberikan gambaran-gambaran nyata.
4
Saya tidak senang jika guru memberikan tugas dari LKS.
5
Saya senang jika tugas PKn yang diberikan guru berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
6
Saya senang membuat kelompok diskusi dalam mengerjakan tugas daripada mengerjakan sendiri.
7
Saya memilih teman yang pandai dalam membuat kelompok diskusi.
8
Saat berdiskusi saya lebih mengedepankan kemampuan sendiri.
9
Saya paham dengan materi yang didiskusikan.
10
Saya akan bertanya pada anggota kelompok jika saya kurang menguasai materi.
11
Saya mengerti hasil diskusi kelompok saya.
SS
S
TS
STS
239
12
Saya menyelesaikan tugas kelompok dengan benar.
13
Saya malas memperbaiki hasil diskusi jika hasil diskusi saya salah.
14
Saya bertanya dengan kelompok lain jika kelompok saya tidak dapat mengerjakan tugas.
15
Saya senang memberikan tanggapan kepada kelompok lain.
16
Saya tidak mau memberikan ucapan selamat kepada kelompok lain jika hasil diskusi kelompok lain lebih bagus daripada kelompok saya.
17
Saya menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.
18
Model pembelajaran kontekstual lebih meningkatakan semangat belajar.
19
Model pembelajaran kontekstual membingungkan pemahaman saya.
20
Saya suka belajar menggunakan model pembelajaran kontekstual daripada ceramah.
240
Uji Validitas dan Reliabilitas Pemahaman Kemandirian Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N 32 0 32
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,720
N of Items 27
% 100,0 ,0 100,0
241
Item-Total Statistics
Mandiri1 Mandiri2 Mandiri3 Mandiri4 Mandiri5 Mandiri6 Mandiri7 Mandiri8 Mandiri9 Mandiri10 Mandiri11 Mandiri12 Mandiri13 Mandiri14 Mandiri15 Mandiri16 Mandiri17 Mandiri18 Mandiri19 Mandiri20 Mandiri21 Mandiri22 Mandiri23 Mandiri24 Mandiri25 Mandiri26 Mandiri27
Scale Mean if Item Deleted 74,5938 75,0313 75,9063 75,1250 75,0625 74,6563 76,0313 75,3750 75,2500 75,3438 74,5625 75,5625 74,2188 75,1563 75,3750 74,8750 75,1875 75,0938 74,7813 75,1563 75,2500 75,4063 74,8750 74,7500 74,6875 75,7500 74,9375
Scale Variance if Item Deleted 28,184 25,515 26,281 24,565 29,609 26,491 24,934 25,855 25,355 24,814 26,706 24,060 28,499 25,555 26,306 26,306 25,835 26,797 27,725 25,491 23,806 25,926 29,339 29,484 26,802 27,097 29,415
Corrected Item-Total Correlation -,054 ,539 ,382 ,561 -,312 ,322 ,419 ,445 ,462 ,432 ,223 ,581 -,079 ,567 ,352 ,426 ,405 ,271 ,069 ,494 ,620 ,288 -,194 -,215 ,223 ,225 -,231
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,740 ,695 ,705 ,688 ,741 ,708 ,698 ,700 ,697 ,696 ,714 ,684 ,729 ,695 ,706 ,703 ,702 ,711 ,723 ,696 ,680 ,709 ,752 ,752 ,714 ,714 ,744
Uji Validitas dan Reliabilitas Pemahaman Respon Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N 32 0 32
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
% 100,0 ,0 100,0
242
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,704
N of Items 20
Item-Total Statistics
respon1 respon2 respon3 respon4 respon5 respon6 respon7 respon8 respon9 respon10 respon11 respon12 respon13 respon14 respon15 respon16 respon17 respon18 respon19 respon20
Scale Mean if Item Deleted 57,5625 56,5938 56,6250 57,7813 57,1250 57,2813 57,9375 58,2813 57,3750 57,0938 57,2188 57,5000 57,2813 57,2500 57,6563 57,0625 57,5625 57,2813 57,4375 57,2188
Scale Variance if Item Deleted 13,286 13,023 12,887 13,660 13,274 12,596 11,931 14,725 12,500 13,184 13,273 13,097 12,918 12,323 13,007 11,996 12,899 12,854 12,835 12,434
Corrected Item-Total Correlation ,176 ,301 ,327 -,010 ,201 ,328 ,375 -,219 ,584 ,173 ,262 ,371 ,372 ,448 ,221 ,430 ,371 ,312 ,455 ,468
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,702 ,691 ,689 ,734 ,699 ,688 ,682 ,741 ,672 ,703 ,695 ,688 ,686 ,676 ,699 ,675 ,686 ,690 ,682 ,676
243
Deskripsi Pemahaman Kemandirian dan Respon Statistics
N
Valid Missing
Pemahaman Kemandirian 32 0
Pemahaman Respon 32 0
Aktivitas Siswa Siklus I 32 0
Aktivitas Siswa Siklus II 32 0
Pemahaman Kemandirian
Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
Frequency 6 24 2 32
Percent 18,8 75,0 6,3 100,0
Valid Percent 18,8 75,0 6,3 100,0
Cumulative Percent 18,8 93,8 100,0
Pemahaman Respon
Valid
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total
Frequency 2 28 2 32
Percent 6,3 87,5 6,3 100,0
Valid Percent 6,3 87,5 6,3 100,0
Cumulative Percent 6,3 93,8 100,0
Aktivitas Siswa Siklus III 32 0
244
Frequencies Awal Aktivitas Siswa Siklus I Frequency Valid
Sedang
Percent 28,1
Valid Percent 28,1
31,2
Tinggi
9 10
Sangat Tinggi
13
40,7
31,2 40,7
Total
32
100,0
100,0
Cumulative Percent 50,0 96,9 100,0
Aktivitas Siswa Siklus II
Valid
Cumulative Percent 50,0
Frequency 6
Percent 18,7
Valid Percent 18,7
Tinggi
11
34,3
34,3
96,9
Sangat Tinggi
15
47
100,0
Total
32
100,0
47 100,0
Sedang
Aktivitas Siswa Siklus III
Valid
Sedang
Frequency 2
Percent
Tinggi
13
6,2 40,7
Sangat Tinggi
17
53,1
Total
32
100,0
Valid Percent 6,2 40,7 53,1 100,0
Cumulative Percent 50,0 96,9 100,0
245
Data Hasil Uji Coba Angket Kemandirian Belajar Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3
3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2
4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3
7 4 1 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 1 3
8 5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3
9 6 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 3
10 7 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 4 3 2 2 3 4 3 2 1 3 2 2 3 3 3 2 3
12 8 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 4 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3
14 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
15 10 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3
16 11 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3
17 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3
20 13 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4
21 14 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 1 3 4 3 2 3 3 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3
Jumlah 33 41 39 42 40 40 38 36 39 42 36 31 39 25 40 46 46 35 37 35 41 40 25 30 34 39 36 39 39 35 36 42
Persen 58.9% 73.2% 69.6% 75.0% 71.4% 71.4% 67.9% 64.3% 69.6% 75.0% 64.3% 55.4% 69.6% 44.6% 71.4% 82.1% 82.1% 62.5% 66.1% 62.5% 73.2% 71.4% 44.6% 53.6% 60.7% 69.6% 64.3% 69.6% 69.6% 62.5% 64.3% 75.0%
Code 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
Total
95
67
92
63
84
80
85
78
91
84
100
90
91
88
1188
2121.4%
3
Sangat Rendah 0-20% Rendah 21-40% Sedang 41-60 Tinggi 61-80% Sangat Tinggi 81-100%
Kategori Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
246
Data Hasil Uji Coba Angket Respon Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
7 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 1 2
9 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
13 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 5 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
16 6 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 2 3
17 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3
19 8 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 9 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
Jumlah 25 27 28 27 27 28 28 33 25 31 28 21 27 26 28 29 26 25 27 26 28 26 27 28 24 26 28 28 28 24 21 26
Persen 69.4% 75.0% 77.8% 75.0% 75.0% 77.8% 77.8% 91.7% 69.4% 86.1% 77.8% 58.3% 75.0% 72.2% 77.8% 80.6% 72.2% 69.4% 75.0% 72.2% 77.8% 72.2% 75.0% 77.8% 66.7% 72.2% 77.8% 77.8% 77.8% 66.7% 58.3% 72.2%
Code 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
Total
78
96
92
99
100
106
90
94
101
856
2377.8%
3
Sangat Rendah 0-20% Rendah 21-40% Sedang 41-60% Tinggi 61-80% Sangat Tinggi 81-100%
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
247
Lampiran 22 HASIL POST TES BELAJAR SISWA KELAS X5 SMA NEGERI 1 BANTUL KKM 75 No
Nama Siswa
Post Tes I
Post Tes II
Post Tes III
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
ALDINO HISYAM AMRIN SURYANI ANNISA FITRI SHOLIKHAH DIAH AYU RINI EDO RIZKIA SAPUTRA EMMALYSA PITASARI WIBAWA ENY WAHYU LESTARI FAHMI NUR RAKHMAN FAHREZA MAHFUDZ NURHUTAMA FARRADIENA RAUSAN FIKRI FEBRI EKA SETYAWAN INDHIRA PUTRI RAMADHANI INDHIRA YENI JODA SAHFA RAMADHAN LAMBANG SEPTIAWAN LENY DESKRIANA LIA FATIKA NOR RAHMAN LUNE AYU PINANDHITA NANDA RENI FERA RAMADHAN NANDITA RISA RAMADHANI NISA ROMADHONI NUR INDAH KUMALARATRI RANGGA INDRA PRATAMA RIANA WULAN PRADIPTA RIZKI KHIKMAWANTO PAMUNGKAS RIZKI NUR AMANDA SAFLIA FEBRI DANARTI SENTAGI SESOTYA PUTRI SITI MUNAWAROH UMI LATIFAH WISNU HARICOYO ZANDRA FAWSIA
7,5 7 8 8 7,5 7,5 7 6,5 7 7 6,5 6,5 7 7 7,5 7 7,5 7,5 8 7,5 7,5 6,5 7 7,5 7 7,5 6,5 7,5 7,5 6,5 7 7,5 7
9,5 10 10 10 10 9,5 9,5 9 9,5 9,5 10 10 10 10 10 10 10 10 8,5 10 9,5 10 9 9,5 8 10 9 9,5 9 9,5 9,5 9,5 9
10 10 10 10 10 9,5 9,5 6 10 10 10 10 10 10 8,5 10 10 10 10 10 10 10 7 10 9 10 10 10 10 9,5 10 10 10
Nilai rata-rata
248
Lampiran 23 Foto Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kontekstual Mata Pelajaran PKn Menyampaikan SK, KD, dan tujuan pembelajaran
Memotivasi
Menyampaikan materi pelajaran
Menyimpulkan
249
Lampiran 24 Foto Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn Siklus I Mendengarkan dengan aktif
Mencatat
Membaca
Bertanya
Mengerjakan perintah guru
250
Lampiran 25 Foto Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn Siklus II Mendengarkan dengan aktif
Membaca
Mencatat
Bertanya
Mengerjakan perintah guru
251
Lampiran 26 Foto Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn Siklus III Mendengarkan dengan aktif
Membaca
Mencatat
Bertanya
Mengerjakan perintah guru
252