BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar merupakan fondasi dari semua jenjang pendidikan yang
ditempuh selanjutnya. Diungkapkan Ali (dalam Prastowo, 2013:13) bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang bermoral, menjadi warga negara yang mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dan menjadi orang dewasa yang mampu memperoleh pekerjaan. Secara operasional, tujuan pokok pendidikan dasar adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan mentalnya, proses perkembangan sebagai individu yang mandiri, proses perkembangan sebagai makhluk sosial, belajar hidup menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan, dan meningkatkan kreativitas. Sekolah Dasar (SD) adalah pendidikan dasar awal sebelum memasuki pendidikan dasar menengah, yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pendidikan di sekolah dasar dititikberatkan pada pembentukan kepribadian dan mental peserta didik (Prastowo, 2013:14). Menurut Depdiknas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum pada pembelajaran kelas I, II, III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV, V, dan VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Pada kurikulum 2013 pembelajaran tematik akan diberlakukan mulai kelas I sampai IV. Hal tersebut cocok digunakan karena peserta didik SD
1
2
termasuk pada rentangan usia dini yang seluruh aspek perkembangan kecerdasan intelektual Question, Emosional Question dan Spiritual Question (IQ, EQ, dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangannya tersebut masih memandang bahwa segala sesuatu itu sebagai keutuhan (holistik) dan mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajarannya masih tergantung pada objek-objek kongkret dan pengalaman yang dialami peserta didik secara langsung. Berkaitan dengan hal tersebut dipandang perlu penggunaan pembelajaran yang holistik juga. Pembelajaran yang holistik dapat dilaksanakan dengan pembelajaran tematik. Menurut Danim (dalam Prastowo, 2013:17) persoalan utama yang dihadapi dalam pengelolaan SD saat ini terletak pada masalah mutu, akses, dan peluang pengembangan. Salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan alat bantu visual, misalnya gambar, model objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik. Alat bantu visual saat ini terlalu memusatkan perhatian karena yang dipakai guru kurang memperhatikan aspek desain dari media pembelajaran tersebut. Dalam sistem pembelajaran saat ini, peserta didik tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja peserta didik bertindak sebagai komunikator atau penyampaian pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi komunikasi dua arah dan komunikasi banyak arah. Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan
3
sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaaan saluran dalam komunikasi tersebut. Saluran yang dimaksud adalah media, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka media yang dimaksud adalah media pembelajaran (Susilana, 2007:4). Media tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih menarik dan membuat konkret konsep-konsep yang bersifat abstrak, konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada peserta didik bisa dikonkretkan atau disederhanakan. Dengan menggunakan media, peserta didik dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan dan lain sebagainya. Salah satu contoh media pembelajaran tematik yang dapat digunakan sebagai alat bantu di dalam kegiatan komunikasi adalah PATAYA. Menggunakan PATAYA ini disajikan dalam bentuk tiga dimensi. Media pembelajaran tiga dimensi yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar, dan tinggi/tebal. Media tiga dimensi juga dapat diartikan sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensi. Media PATAYA ini berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Media asli ketika digunakan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau peserta didik sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak
4
mungkin dihadapkan langsung ke tempat benda itu berada, maka benda tiruan dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif. PATAYA ini benda tiruan dari rumah adat, pakaian adat dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia yang berasal dari kayu. Anak akan belajar langsung dan mengetahui bentuk rumah adat seperti keadaan sebenarnya. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan di beberapa SD yang ada di Kecamatan Mojosari pada bulan Desember 2013 mengenai proses pembelajaran tematik diperoleh hasil bahwa dari segi metode yang digunakan, guru menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam menjelaskan materi kepada peserta didik. Guru juga menggunakan sistem pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara langsung. Proses pembelajaran tematik berlangsung dengan menyenangkan dan mengakibatkan peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Selain itu, komunikasi antara guru dengan peserta didik juga berlangsung dengan baik karena guru menggunakan bahasa yang komunikatif dengan menggunakan media sebagai salurannya. Media pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah tersebut, bentuk medianya masih dalam satuan mata pelajaran. Sehingga menyebabkan pelajaran PPKn dan Bahasa Indonesia yang membosankan dan peserta didik sering kurang memahami materi sedangkan pelajaran Matematika menjadi pelajaran yang menakutkan bagi peserta didik. Serta belum adanya media tematik yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan guru di dalam menyediakan dan membuat media pembelajaran per
5
satuan mata pelajaran pada umumnya dan media pembelajaran tematik pada khususnya. Hasil analisis kebutuhan diatas menjelaskan bahwa sangat dibutuhkan sebuah media pembelajaran tematik yang dapat digunakan sebagai alat didalam sebuah komunikasi. Sehingga peneliti dapat mengembangkan sebuah media pembelajaran tematik untuk kelas IV SD. Penggunaan media PATAYA, memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mengenal berbagai rumah adat, pakaian adat yang ada di berbagai suku bangsa Indonesia ini dan bisa menceritakan ciri-ciri dari berbagai suku bangsa secara individu. Selain itu, peserta didik juga bisa membedakan dan mengukur jenis besar sudut dari media rumah adat yang sudah disediakan. Agar permasalahan atau kesulitan yang dihadapi peserta didik dan guru dapat diselesaikan maka penelitian yang berkaitan dengan “Pengembangan Media PATAYA (replika peta budaya) dalam Pembelajaran Tematik untuk Kelas IV SD” ini dilaksanakan. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumusan
masalah dalam pengembangan ini adalah bagaimana pengembangan media PATAYA dalam pembelajaran tematik untuk kelas IV SD? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menghasilkan produk berupa
media PATAYA dalam pembelajaran tematik kelas IV SD agar tercipta proses pembelajaran tematik yang bermakna dan menyenangkan.
6
1.4
Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Media pembelajaran tematik ini bernama PATAYA. Replika adalah
sebuah tiruan yang sama persis dengan bentuk dan fungsi dari alat, barang atau lainnya. Salah satu fungsi peta yaitu menunjukkan posisi dan lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi. Sedangkan budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem adat istiadat, pakaian adat, rumah adat, dan alat musik tradisional. Indonesia memiliki kekayaan dan kebaragaman budaya yang banyak sekali. Kekayaan budaya tersebut perlu diperkenalkan kepada peserta didik dalam rangka meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air. Media PATAYA ini merupakan media pembelajaran tematik yang dikembangkan dari penggabungan media dari peta, replika rumah adat, tiruan gambar yang menunjukkan pakaian adat, pengelompokkan identitas dari berbagai suku bangsa dan membedakan jenis sudut lancip, tumpul, dan siku-siku. Media pembelajaran PATAYA ini sebagai alat komunikasi antara PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika. Menghasilkan
media
PATAYA
yang
baik
dan
menarik
dalam
pembelajaran, maka memiliki spesifikasi khusus. Adapun kriteria ataupun spesifikasi khusus dari pengembangan media PATAYA pada pembelajaran tematik ini adalah: a.
Media PATAYA dalam pembelajaran tematik ini berbentuk media visual tiga dimensi karena secara fisik dibuat menyerupai aslinya rumah adat dari kayu. Media visual tiga dimensi, berupa model, seperti maket, mock up, specimen dan diodrama (Susilana, 2007:22). Media peta budaya ini berupa peta yang menunjukkan peta Indonesia (seperti peta buta) dan replika rumah adat dari
7
berbagai macam suku budaya yang ada di Indonesia ini. Serta gambar yang melekat pada kayu dan menunjukkan pakaian adat dari berbagai suku. b.
Penggunaan media peta budaya dalam pembelajaran tematik ini dapat digunakan dalam pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika, yaitu untuk mengenalkan keberagaman suku budaya yang ada di Indonesia dengan mengamati peta budaya dan menaruh rumah adat sesuai dengan letak suku yang ada pada peta tersebut, membedakan jenis sudut lancip, tumpul dan siku-siku serta anak bisa menceritakan ciri-ciri dari berbagai suku bangsa secara individu. Sehingga peserta didik juga mengetahui keanekaragaman budaya dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia.
c.
Media PATAYA ini digunakan dengan menggunakan metode diskusi. Dalam diskusi setiap kelompok mendapatkan bagian satu rumah adat dan satu bentuk tiruan yang menunjukkan pakaian adat. Pada petanya disajikan di depan kelas dengan ukuran besar sehingga semua peserta didik bisa melihatnya. Dengan diskusi peserta didik bisa meletakkan media yang sudah dibagikan di peta budaya yang sudah disediakan.
1.5
Pentingnya Pengembangan Pengembangan media PATAYA dalam pembelajaran tematik ini sebagai
salah satu upaya untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran bagi peserta didik kelas IV SD. Adapun pentingnya pengembangan media PATAYA dalam pembelajaran tematik untuk kelas IV SD adalah sebagai berikut: a.
Bagi Peserta Didik Bagi peserta didik adalah untuk memudahkan peserta didik kelas IV SD dalam memahami materi melalui pengambangan media pembelajaran dari
8
guru. Serta meningkatkan ketertarikan dan kesukaan peserta didik terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia yang dianggap membosankan dan pelajaran Matematika yang dianggap sulit. b.
Bagi Sekolah atau Guru Bagi sekolah adalah pengembangan media PATAYA dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran tematik dengan memanfaatkan media pembelajaran. Sedangkan bagi guru untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas guru di dalam mengembangkan dan menyediakan media pembelajaran tematik di SD.
c.
Bagi Peneliti Bagi pengembang adalah untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam mengembangkan media pembelajaran tematik yang berbentuk media visual tiga dimensi sebagai perantara peserta didik dengan guru berkomunikasi dan bermanfaat sebagai calon guru nantinya.
1.6
Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Dalam pengembangan ini, peneliti akan mengembangkan sebuah media
pembelajaran tematik yang bernama PATAYA yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam sebuah proses pembelajaran. Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi peserta didik untuk belajar lebih banyak. Media pembelajaran juga meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir. Oleh karena itu, dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Pengembangan ini memiliki keterbatasan agar produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini disikapi hati-hati karena media ini cocok digunakan di SD kelas IV dengan tema kebaragaman budaya bangsa. Media
9
PATAYA berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar yang digunakan dengan berdiskusi dan untuk memudahkan guru menyampaikan materi. 1.7
Definisi Istilah a.
Pengembangan Pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru, dan selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013:427)
b.
Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema-tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Dalam hal ini, pelajaran yang akan ditematikkan adalah PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika.
c.
PATAYA Replika adalah sebuah tiruan yang sama persis dengan bentuk dan fungsi dari alat, barang atau lainnya. Salah satu fungsi peta yaitu menunjukkan posisi dan lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk pakaian adat dan rumah adat, sehingga media peta budaya ini berupa peta yang menunjukkan peta Indonesia (seperti peta buta) dan tiruan rumah adat yang menyerupai bentuk aslinya dari berbagai macam suku budaya yang ada di Indonesia ini. Serta orang-orangan yang menunjukkan pakaian adat dari berbagai suku.