BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada seorang anak pada usia prasekolah. Pada masa tersebut, anak mulai berpikir kritis dalam memecahkan suatu hal. Selain itu juga, pada masa usia dini tersebut merupakan waktu yang sangat tepat bagi anak untuk mengembangkan potensi serta kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak yang terarah pada usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya, apabila pengembangan potensi anak tidak terarah atau semaunya maka akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan.
Pelaksanaan program kegiatan yang dilakukan secara menyeluruh agar membentuk suatu strategi, karena strategi kegiatan tersebut merupakan suatu penggabungan dari berbagai macam tindakan untuk mencapai tujuan kegiatan. Kegiatan di Taman Kanak-Kanak (TK) dapat dilakukan dalam bentuk belajar sambil bermain dan strategi kegiatan sebaiknya lebih banyak menekankan pada aktivitas anak daripada aktivitas guru. Kebanyakan pendidikan yang diberikan
2
pada anak usia dini selalu bersifat akademik dan monoton, padahal anak pada usia Taman Kanak-Kanak (TK) tidak dapat disuruh untuk diam lebih lama saat kegiatan pembelajaran. Anak membutuhkan dan menuntut untuk terus bergerak yang melibatkan koordinasi otot kasar seperti : merayap, merangkak, berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar dan sebagainya.
Pada masa dimana anak memasuki pendidikan yang formal, banyak sekolah dasar yang mengadakan tes membaca serta menulis, sehingga pendidikan yang terjadi pada anak usia dini sekarang tidak sesuai dengan usia prasekolah. Selain itu juga, dorongan orang tua yang selalu menuntut agar anak sudah bisa membaca, menulis serta berhitung saat memasuki pendidikan formal kelak.
Pendidikan anak usia dini tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran semestinya. Sebagaimana yang terdapat dalam standar Pendidikan Anak Usia Dini menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan
itu
sendiri
berfungsi
untuk
membina,
menumbuhkan,
dan
mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam diri anak sehingga terbentuklah perilaku serta kemampuan untuk perkembangan pada anak, sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang selanjutnya untuk mencapai suatu tujuan pendidikan nasional.
3
Pembelajaran yang dilakukan di TK. Tut Wuri Handayani belum sesuai dengan perkembangan anak usia dini karena anak belum tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal itu dikarenakan pembelajaran yang dilakukan masih bersifat akademik, kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak menggunakan metode bermain, kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan perkembangan anak usia dini sehingga kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan pada anak belum berkembang dengan baik. Hal itu dapat dilihat pada saat
melaksanakan kegiatan pembelajaran berhitung anak masih belum
mampu menyebutkan jumlah benda 1-10 secara urut, anak masih menyebutkan urutannya dengan lompat-lompat, misalnya dari urutan 3 anak langsung menyebutkan urutan 5. Selain itu juga, pada saat anak diminta untuk menunjukkan angka/simbolnya anak belum mampu menunjukkannya dengan benar dan anak belum mampu membuat urutan bilangan menggunakan benda dengan benar. Oleh karena itu, semangat anak dalam melakukan suatu kegiatan berkurang saat melaksanakan pembelajaran kognitif, dari 12 orang anak didik hanya 3 orang yang sudah mampu dalam pembelajaran kognitif, sedangkan sisanya masih memerlukan bimbingan dari guru.
Peningkatan perkembangan kemampuan kognitif anak dapat dilakukan dengan cara membuat suatu permainan yang dapat memacu semangat anak untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan salah satu permainan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak yaitu dengan permainan tradisional. Melalui suatu permainan anak dapat menemukan suatu ide kreatif, sehingga anak mampu
4
berfikir secara logis dan anak mendapatkan suatu pengalaman pembelajaran langsung dari permainan itu sendiri.
Pembelajaran yang dilakukan di Taman Kanak- Kanak (TK) haruslah dengan menggunakan prinsip belajar sambil bermain. Menurut Gordon & Browne (1985) dalam Moeslichatoen (2004:24), bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Dworetsky (1990) dalam Moeslichatoen (2004:24), bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu.
Berdasarkan uraian di atas Moeslichatoen (2004:24), mengatakan bahwa bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa. Begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, oleh karena itu penulis mengangkat judul peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan melalui permainan tradisional di TK. Tut Wuri Handayani Bandar Lampung.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang didapat sebagai berikut : 1. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih bersifat akademik. 2. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum menggunakan permainan.
5
3. Kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan
belum
sesuai
dengan
perkembangan anak usia dini. 4. Anak belum mampu mengenal konsep bilangan. 5. Kemampuan kognitif anak belum berkembang dengan baik.
1.3. Rumusan Masalah dan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah, dengan melihat identifikasi masalah yang ada maka rumusan masalahnya adalah rendahnya kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan. Dengan demikian maka permasalahan yang diambil oleh penulis untuk memperbaiki pembelajaran tersebut adalah “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan melalui permainan tradisional di TK. Tut Wuri Handayani Bandar Lampung”. Atas dasar permasalahan di atas, maka judul penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Mengenal Konsep Bilangan Melalui Permainan Tradisional di TK. Tut Wuri Handayani Bandar Lampung”.
1.4. Tujuan Penelitian Melalui penelitian ini, maka penulis mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan melalui permainan tradisional di TK. Tut Wuri Handayani.
6
1.5. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan dari penelitian maka manfaat yang dapat diperoleh adalah : 1. Manfaat Bagi Anak a. Mengembangkan cara berpikir anak secara logis melalui suatu pengalaman. b. Dapat mengembangkan kreatifitas dan imajinasi anak pada saat melakukan suatu kegiatan.
2. Manfaat Bagi Guru a. Meningkatkan kreatifitas guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan kinerja guru dengan memberikan refleksi / perbaikan dalam pembelajaran.
3. Manfaat Bagi Sekolah : a. Dapat memberikan refleksi bagi guru dan sekolah untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik dan berkualitas sesuai dengan perkembangan anak usia dini.