BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pendidikan yang bermutu akan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Dengan perhatian dan kesadaran terhadap pendidikan anak maka membawa dampak yang positif bagi perkembangan anak selajutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk pendidikan yang dapat di laksanakan melalui jalur formal berbentuk (TK, RA), anak usia 4–6 tahun, pendidikan nonformal berbentuk (KB, TPA) anak usia 2-4 tahun dan informal berbentuk pendidikan keluarga (lingkungan).
PAUD
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar memiliki kelompok sasaran anak usia 0–6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas perkembangan. Masa ini anak-anak masih rentan yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri. Oleh karena itu di dalam penyelenggaraan PAUD
harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan
anak. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan anak untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Wijana, 2010: 2.5). Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan Nasional, pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan percakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri. Pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan serta yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara. Dengan demikian penguasaan kompetensi di sekolah harus dipahami sebagai alat dan bukan sebagai tujuan. Artinya sebagai alat untuk mengembangkan potensi peserta didik agar pada saatnya nanti berguna bagi kehidupan yang akan dijalankannya di masa yang akan datang. Pengenalan dini kemampuan berhitung dapat diberikan pada anak untuk menjaga terjadinya masalah kesulitan belajar, karena anak belum menguasai konsep berhitung. Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri atau rangsangan dari luar (Depdikas, 2007:12).
Giesset dan Amatruda (Sujiono dkk, 2008:2.8) mengatakan bahwa usia 3-4 tahun mulai berbicara secara jelas dan berarti. Ia menanamkan masa ini sebagai masa perkembangan fungsi bicara. Sedangkan usia 4-5 tahun yaitu masa belajar matematika sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menyebut urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda. Kemampuan berhitung adalah kemampuan anak tentang sesuatu yang berkaitan dengan konsep bilangan yang penguasaannya memerlukan proses. Pembelajaran berhitung di TK merupakan bagian matematika yang sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-hari terutama konsep bilangan atau angka. Maka di dalam pembelajarannya dilakukan secara menarik bervariasi dan menyenangkan. Di lingkungan sekitar kehidupan berbagai bentuk angka sering di temui di mana-mana seperti pada jam dinding, mata uang dan kalender. Tetapi kemampuan anak belum dipahami oleh para pendidik. Di dalam konteks pembelajaran ini yang dimaksud Media Pohon hitung adalah suatu alat yang berbentuk pohon yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada anak didik yang berisi tentang gambar atau angka-angka agar anak didik lebih cepat meningkat pengetahuannya dalam berhitung. Pembelajaran berhitung di TK Pertiwi Karangasem 2 banyak kelemahan dan kekurangan di tandai dengan belum optimalnya pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan berhitung anak, alat dan media yang digunakan sangat terbatas dan metode yang digunakan belum mampu memberikan pengaruh terhadap minat berhitung anak. Maka untuk meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10 di TK akan dilakukan seperti
pengenalan lambang bilangan, menghitung benda, membilang/menyebut urutan bilangan 1-10 yang ada pada pohon hitung. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, sarana TK memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses yang sistematis dan terdiri dari berbagai komponen seperti bahan kegiatan, prosedur dikdaktik (penggunaan metode), pengelompokan anak didik dan media pengajaran yang berupa sarana/alat peraga yang digunakan. Setiap komponen tersebut tidak bersifat terpisah atau berdiri sendiri akan tetapi saling bergantung, berjalan secara teratur, berkesinambungan dan saling menunjang. Setelah terjadi proses belajar mengajar tersebut diharapkan ada perubahan, baik dari segi kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap anak didik. Di samping itu, seperti diketahui bersama bahwa dalam menuju kedewasaan setiap anak memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri. Untuk menunjang kesempatan tersebut di perlukan fasilitas dan sarana pendukungnya dalam berbagai bentuk dan jenisnya, antara lain alat peraga dan alat bermain. Oleh sebab itu Taman Kanak-kanak tanpa sarana yang memadai tidak dapat berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang baik.Karena kegiatan belajar mengajar di TK dapat dilakukan melalui prinsip “Bermain sambil belajar atau Belajar sambil bermain”. Berdasarkan dari uraian di atas peneliti mengadakan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi di TK Pertiwi Karangasem 2 bahwa salah satu kemampuan yang harus ditingkatkan oleh anak TK yaitu kemampuan
berhitung. Kemampuan berhitung anak kelompok B yang berjumlah 14 anak masih sangat rendah, ini dapat dilihat dari setiap anak disuruh menghitung angka 1-10 baru 5 anak yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan 5 anak mampu tapi belum sempurna sedangkan yang lainnya masih menunggu bantuan guru yang mengajar. Keadaan tersebut dikarenakan didalam penyampaian kegiatan pembelajaran di sekolah kami kurang tepat sasaran, alat dan media yang digunakan sangat terbatas, sehingga saat kegiatan belajar mengajar berlangsung anak-anak banyak yang tidak memperhatikan. Dari penyebab permasalahan di atas peneliti mencoba memberikan penawaran solusi dengan menggunakan media pohon hitung, karena media pohon hitung mempunyai kelebihan yaitu dapat memudahkan pembelajaran bagi anak, melatih anak berpikir logis dan dapat meningkatkan hasil belajar anak. Tetapi, mengingat masih banyak ditemui anak didik yang masih rendah keterampilan dalam menghitung maka perlu peningkatan kemampuan berhitung dengan salah satu cara yang penulis tempuh dengan media pohon hitung. Melihat adanya realita dan pemikiran, maka penulis melakukan penelitian. Dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Angka 1-10 Melalui Media Pohon Hitung”.
B.
Pembatasan Masalah Kemampuan berhitung dibatasi pada kemampuan memahami konsep bilangan angka 1-10 untuk meningkatkan penjumlahan dan pengurangan di TK Pertiwi Karangasem 2 Tahun 2011/2012.
C.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah melalui media pohon hitung dapat meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10 pada anak di TK Pertiwi Karangsem 2 Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten Tahun 2011/2012?
D.
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian: 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10. b. Anak mampu berpikir logis dan matematis sejak dini. c. Anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung pada saatnya nanti anak siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang berikutnya yang lebih komplek. d. Anak mampu berhitung angka 1-20. 2. Tujuan Khusus Untuk meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10 melalui media pohon hitung di TK Pertiwi Karangasem 2 Tahun 2011/2012.
E.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai dasar bagi pengembangan kemampuan berhitung.
2.
Manfaat secara praktis a.
b.
Manfaat bagi guru 1)
Dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak.
2)
Meningkatkan professional guru.
3)
Menambah pengetahuan tentang pembelajaran berhitung.
Manfaat bagi siswa 1)
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung di TK Pertiwi 2 Karangasem.
2) c.
Anak mampu berpikir secara logis.
Manfaat bagi sekolah. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar dan kompetensi siswa dalam berhitung, sehingga di harapkan kemampuan berhitung siswa dapat di tingkatkan.