BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia baik itu anak-anak, remaja, orang tua dan sebagainya. Karena dengan adanya pendidikan manusia dapat merubah hidupnya. Pendidikan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal saja (sekolah) akan tetapi pendidikan dapat diperoleh melalui orang-orang yang ada disekitar mereka. Baik itu guru, kyai, adik, kakak dan lain-lain. Akan tetapi orang tualah yang pertama kali mendidik mereka. Jadi, orang tua adalah pendidik pertama dan paling utama dalam keluarga.1 Anak biasanya paling dekat dengan orang tuanya sehingga bagi anak orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Oleh karena itu, maka orang tua hendaknya memperhatikan sikap dan perilaku yang mencerminkan akhlak mulia. Sebagai dasar pertama, maka keluarga merupakan pondasi yang akan sangat berpengaruh bagi pembinaan selanjutnya.2 Jika pembinaan tersebut dapat
1
Saiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang tua dan Anak Dalam Keluarga.(Jakarta : Rineka Cipta, 2006),29. 2 Said Agil Husni Al-Munandar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat : Ciputat Pers, 2005), 10.
1
2
dilaksanakan dengan baik maka dapat diasumsikan bahwa pembinaan telah dapat meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam hal mendidik anak, orang tua memberikan arahan dan bimbingan secara kontinue dan konsisten. Karena dengan pendidikan yang dilakukan dengan kontinue dan konsisten diharapkan anak dapat terlatih dan terbiasa sehingga anak akan menjadi disiplin.3 Sedangkan disiplin itu perlu untuk ditanamkan dalam pribadi anak sejak dini.4 Seorang anak yang disiplin memerlukan adanya bimbingan dan arahan dari orang yang ada disekitarnya terutama yaitu orang tua. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 12-17 yang menerangkan arahan dan nasehat Luqman terhadap anaknya.
¨βÎ) ( y7t/$|¹r& !$tΒ 4’n?tã ÷É9ô¹$#uρ Ìs3Ζßϑø9$# Çtã tµ÷Ρ$#uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ öãΒù&uρ nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r& o_ç6≈tƒ ∩⊇∠∪ Í‘θãΒW{$# ÇΠ÷“tã ôÏΒ y7Ï9≡sŒ Artinya : “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”5 Untuk menjadikan pribadi anak yang utuh maka tugas dan tanggung jawab orang tua adalah menciptakan situasi dan keadaan yang dapat dihayati anak untuk mempelajari, mengamalkannya dan memperdalamnya.
3
24.
4
A.Tafsir, et.al, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung : Mimbar Pustaka, 2004),
Conny R. Semiawan, Pendidikan Keluarga Dalam Era Globalisasi (Jakarta : Pres Hallindo, 2002), 27. 5 Q.S Al-Luqman : 17.
3
Anak yang dilahirkan menurut fitrahnya telah memiliki daya atau potensi yang meliputi potensi positif dan negatif. Untuk mewujudkan anak yang memiliki potensi yang positif, maka sebagai orang tua berkewajiban untuk terus mengarahkan dan mendidik anak mereka dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses pendidikan pada anak harus diekspoused sedini mungkin dan terus menerus6 mengenai agama dan budaya bangsanya. Agar anak tersebut mampu menjadi orang yang beragama dan berbudaya sesuai bangsanya tidak hanya sekedar tahu saja akan tetapi anak tersebut dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pribadi yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral.7 Anak tersebut akan memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, budaya, pergaulan dan sebagainya. Dalam hal ini orang tua berupaya untuk mendisiplinkan diri anak tersebut yang berhubungan dengan sesama manusia lingkungan dan dirinya sendiri. Sesuai dengan kenyatan yang diperoleh di lapangan yang diamati oleh peneliti, ditemukan adanya pola asuh orang tua antara lain : mengajak anak untuk ikut acara kerohanian (pengajian), mengantarkan anak pergi ketempat mengaji. Akan tetapi begitu anak memasuki usia remaja awal, anak menjadi malas tidak mau pergi ketempat ngaji dan lebih suka untuk menonton TV.
6 7
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesatren (Jakarta : INIS, 1994), 42. Moch. Sochib, Pola Asuh Orang Tua (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 2.
4
Berdasarkan penjajakan awal tersebut peneliti ingin lebih lanjut meneliti tentang bentuk asuhan orang tua terhadap anaknya di Desa Josari Jetis Ponorogo dan mengkajinya secara mendalam dalam bentuk skripsi yang berjudul “POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDISIPLINKAN DISIPLIN ANAK” (Study Kasus Tentang Pendidikan Dalam Keluarga di Desa Josari Jetis Ponorogo)
B. Fokus Penelitian Dalam kaitannya dengan masalah diatas, peneliti memfokuskan penelitian pada pola asuh orang tua dalam mendidik anak upaya yang dilakukan orang tua untuk mendisplinkan anak.
C. Rumusan Masalah Untuk menjabarkan pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan anak maka rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pola asuh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak di Desa Josari Jetis Ponorogo ? 2.
Bagaimanakah upaya orang tua dalam mendisiplinkan anak di Desa Josari Jetis Ponorogo ?
5
D. Tujuan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut : 1.
Untuk menjelaskan pola asuh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak di Desa Josari Jetis Ponorogo.
2.
Untuk menjelaskan upaya yang dilakukan orang tua dalam mendisiplinkan anak di Desa Josari Jetis Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Secara umum Dapat menambah bahan pustaka serta sebagai bahan pertimbangan ilmu pengetahuan. 2. Secara khusus a. Dapat meningkatkan pendidikan kedisiplinan dirumah. b. Dapat memberikan sumbangan kepada para orang tua untuk selalu mengajak berdisiplin pada anak-anaknya c. Memberikan wawasan pada penulis dan bagi para pembaca yang lain.
6
F. Landasan Teori Disiplin adalah kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu.8 Pribadi yang memiliki dasar dan mampu mengembangkan disiplin berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral.9 Disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabung nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik sebagai dasar untuk mengarahkan perilaku anak. Menurut Conny R Semiawan, disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungannya. Karena disiplin timbul dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu dengan pembatasan atau peraturan yang dilakukan oleh lingkungan terhadap dirinya.10 Anak yang berdisiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan pergaulan, dan sebagainya.11 Berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya,dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orang yang mampu berperilaku seperti diatas berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakan.
8
31.
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta : Gramedia , 2004),
9
Moch. Sochib, Pola Asuh Orang Tua, 2. Conny R. Semiawan, Pendidikan Keluarga Dalam Era Global. 9 11 Moch. Sochib, Pola Asuh Orang Tua, 3. 10
7
Dengan
bantuan
orang
tua
dalam
meletakkan
dasar-dasar
dan
pengembangan anak adalah menciptakan situasi dn kondisi yang mendorong anak memiliki dasar-dasar disiplin diri. Dalam hal ini orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anak mereka dengan baik. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam terselenggaranya pendidikan. Bahkan ditangan orang tualah pendidikan anak dapat diselenggarakan. Menurut Nur Uhbiyati, pendidikan yang harus dipikul oleh orang tua antara lain :12 1. Memberi pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan yang luas dan setinggi mungkin yang dicapainya. 2. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.
G. Metode Penelitian 1. Pendekaan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitaif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis/ lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.13
12
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Badung : Pustaka Setia, 2005 ), 221.
8
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu deskriptif intensif dan analisis fenominal tertentu/ satuan sosial seperti individu, kelompok, instansi atau masyarakat. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 2. Kehadiran Peneliti Ciri penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.14
3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa Josari Jetis Kabupaten Ponorogo. Di Desa Josari Jetis Ponorogo ini walaupun letak desanya sangat strategis sarana-sarana pendidikan yang dirasa cukup, baik tempat ibadah (mushola atau masjid) yang tiap-tiap RT memilikinya, adanya TPA atau madrasah diniyah, beberapa tempat ngaji yang ada dirumah-rumah penduduk. Peneliti mengambil lokasi ini dengan alasan bahwa pada awalnya para orang tua begitu antusias mengajak anak-anaknya untuk mengikuti sholat berjama'ah di masjid atau mushola, mengantarkan dan menjemput mereka dari sekolah dan tempat ngaji. Namun begitu anak mulai beranjak dewasa peranan orang
13
1995), 3.
14
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda Karya, Ibid, 117.
9
tua itu tidak seperti sebelumnya sehingga anak dibiarkan saja untuk melakukan kegiatan yang lain. 4. Sumber Data Sumber data yang paling utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sedangkan yang lainnya adalah sebagai pelengkap. Dengan demikian sumber data penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama. Sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistic adalah sebagai data tambahan.15 Sumber data diperoleh dari tokoh masyarakat dan orang tua, selain itu terdapat pula data tertulis diperoleh dari Kantor Balai Desa Josari. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan metode : a. Observasi Dalam pengertian psikologik, observasi/ pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.16 Observasi dilakukan pada rumah-rumah penduduk tentang kegiatan orang tua dalam mendidik anak dan beberapa kegiatan yang ada dibeberapa tempat seperti mushola, tempat ngaji ataupun rumah penduduk yang mengadakan acara keagamaan.
15
Ibid., 112 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 148 16
10
b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.17 Metode ini digunakan penulis untuk memperoleh data yang menyangkut tentang peranan orang tua dalam mendidik anak dan upaya orang tua untuk mendisiplinkan anak di Desa Josari Jetis Ponorgo. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada : 1) Kepala desa, untuk mendapatkan informasi mengenai letak geografis desa Josari Jetis Ponorogo. 2) Tokoh masyarakat yaitu untuk mendapatkan informasi tentang pola pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dalam mendisiplinkan anak. 3) Orang tua, untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan terhadap anak dan upaya orang tua dalam mendisiplinkan anak. 4) Anak, untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal/variabel berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, 17
Lexy J.Moloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, 135.
11
agenda dan sebagainya.18Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani yang berupa dokumen dan rekaman. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini agak sedikit begitu sulit, artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum berubah. Dokumen yang digunakan adalah dokumen umum mengenai jumlah penduduk, kepala keluarga dan lain-lain. 6. Analisa Data Teknik analisa data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif19, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi data reduction20, data display 21
18
dan conclution22. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 236. Analisis is the proces of sistematically searcoing and arranging the interview transcipts, field and other materials that you accumulate to increase your our understanding of their and to enable you nto present what you have discovered to other. (Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memiliki mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain ) lihat dalam Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alpha Beta, 2005), 88. 20 Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. 21 Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data/ menyajikan data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan 19
12
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data Kesimpulankesimpulan: penarikan/verivikasi
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisa data disesuaikan dengan tahapan
dalam
penelitian.
Pada
tahap
penjelajahan
dengan
teknik
pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema. 7. Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas)23. Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan maksudnya chart. Bila pola-pola yang baku yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. 22 Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. 23 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171.
13
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.24 Cara yang digunakan peneliti (1) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang berhubungan dengan pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan anak di Desa Josari Jetis Ponorogo, (2) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tanpa salah satu atau seluruh faktor yang ditelaahnya sudah dipahami dengan cara yang biasa. Sedangkan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.25 Dalam hal ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Teknik ini dapat dicapai dengan jalan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa
24 25
Ibid, 177. Ibid, 178.
14
yang dilakukan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti orang biasa, orang yang berpendidikan menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap penelitian ada 3 yaitu : a. Pralapangan yang meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus penelitian, menjajaki dan memulai keadaan lapangan,
memilih
dan
mempersiapkan
informasi
menyiapkan
perlengkapan penelitian, dan etika penelitian. b. Pekerjaan lapangan, dibagi menjadi 3 bahasan yaitu memahami latar penelitian, persiapan diri memasuki lapangan, berperanan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap analisis data Yaitu proses mengukur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. dan ditambah tahapan yang terakhir. d. Tahap penulisan laporan
15
H. Sistematika Pembahasan Adapun sistematikan pembahasan dan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, pada bab ini diberikan penjelasan secara umum dan gambaran tentang isi dari skripsi ini, sedangkan penyusunannya terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, sistematika pembahasan. BAB II Landasan Teori. Pada bab ini membahas tentang teori meliputi pengertian pola asuh, macam-macam pola asuh, pendidikan dalam keluarga, pengertian disiplin, fungsi disiplin, macam-macam disiplin, unsur-unsur disiplin, proses penanaman disiplin dan uapaya mendisiplinkan anak. BAB III Penyajian Data. Pada bab ini menguraikan gambaran secara umum tentang latar belakang objek di Desa Josari Jetis Ponorogo. BAB IV Analisa Data, yang meliputi analisis tentang pola asuh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak dan upaya orang tua dalam mendisiplinkan anak. BAB V Kesimpulan dan Saran, yang meliputi kesimpulan, saran-saran serta penutup guna mencapai kelengkapan skripsi ini.
16
BAB II POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK MENGEMBANGKAN DISIPLIN DIRI
A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai sistem yang berarti adalah cara bekerja.26 Sedangkan kata asuh adalah kata yang sudah tidak asing lagi. Asuh adalah menjaga, membimbing anak supaya dapat berdiri dan memimpin.27 Kata asih, asah dan asuh adalah dalam satu rangkaian yang tidak terpisah. Asih mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kasih sayang. Asah, berkaitan dengan pengembangan kepribadian, dan asuh mencakup tentang pemeliharaan dan perawatan, dukungan dan bantuan sehingga orang tetap tegak berdiri untuk menjalani hidupnya secara sehat. Oleh sebab itu, mengasah-asih- asuh adalah upaya membina pendidikan dan perkembangan yang sifatnya serupa dengan membantu seseorang menjadi lebih baik, dewasa dan lebih sehat.28
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Departemen Pendidikan Nasional(Jakarta, : Balai Pustaka, 2005), 884. 27 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), 54. 28 Eline Danolson, Asih Asah Asuh (Yogyakarta : Kanisius, 2001), 5.
17
Dalam hal ini, tujuan yang hendak ingin dicapai oleh asih, asah, asuh adalah sama dengan tujuan pendidikan. Karena pendidikan mengembangkan potensi bawaan dan membentuk karakter seseorang. Sedangkan kata pendidikan dalam bahasa Inggris "Education", berasal dari bahasa latin "educare" yang berarti adalah mengantar keluar. Oleh karena itu, pola asuh adalah cara terbaik orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya.29 Dalam hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab yang disebut dengan tanggung jawab primer, yaitu tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Kalau tidak maka anak-anak akan mengalami kebodohan dan kelemahan dalam menghadapi hidupnya. Dengan demikian, pola asuh yang dilakukan orang tua sama halnya dengan seorang yang memimpin sebuah kelompok maupun individu. Seorang pemimpin dalam hal ini orang tua membimbing dan mendidik anak-anaknya dengan pola asuh yang baik dan memberikan motivasi pada anak untuk mencapai tujuan akhir. Semua perbuatan anak yang dijadikan tali pengendali adalah bersumber dari orang tuanya. Oleh karena itu, proses penerapan pola asuh orang tua terhadap anak harus berdasarkan pada nila-nilai keislaman dan juga orang tua mensosialisasikan ketauhidan tersebut dalam perbuatan nyata. Dalam hal ini orang tua menjadi faktor dasar dalam pembentukan kepribadian
29
350.
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),
18
anak sehingga perbuatan yang dilakukan anak adalah mencerminkan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.
2. Macam-macam Pola Asuh Dalam Keluarga Dalam mendidik anak dalam keluarga, diharapkan agar anak mampu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi manusia yang dewasa yang berpikir
positif terhadap agama, berkepribadian kuat dan mandiri dan
berperilaku baik. Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut diperlukan suatu cara. Menurut Mansur,30 pola asuh yang dilakukan oleh orang tua adalah : a. Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang ketat. Sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Pola asuh otoriter ditandai juga dengan adanya hukuman yang dilakukan dengan keras dan mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan. b. Pola asuh yang demokratis Pola asuh yang demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya dan kemudian anak diberi kesempatan untuk selalu tidak bergantung kepada orang tua. 30
Ibid., 354.
19
c. Pola asuh laisses faire Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya. Apa yang dikehendaki dan kontrol dari orang tua sangat lemah dan tidak memberi bimbingan pada anak-anaknya. Sedangkan menurut Singgih D.Gunarsa31, pola pengasuhan orang tua mencakup antara lain : a. Pengasuhan otoriter (authoritarian) Yaitu pola pengasuhan pada anak yang mana orang tua memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan anak tanpa mempedulikan pendapat dari anak. Orang tua menerapkan gaya hukuman pada setiap tindakan anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua dan anak diajarkan mengikuti tuntutan orang tua dan keputusan orang tua tanpa bertanya. b. Pengasuhan otoritatif (authoritative) Dalam pengasuhan ini, orang tua melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan dengan anak itu sendiri dan dengan keluarga. Orang tua yang otoritatif menekankan pentingnya peraturan, norma, dan nilai-nilai, akan tetapi mereka bersedia untuk mendengarkan, menjelaskan dan bernegosiasi dengan anak.
31
Singgih D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut (Jakarta : Gunung Mulia, 2006), 279.
20
c. Pengasuhan permisif (Permissive) Dalam pengasuhan yang permesif dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Pengasuhan yang mengabaikan (neglectful) Pada pengasuhan yang mengabaikan, orang tua tidak mempedulikan anak, memberikan izin bagi anak untuk bertindak semau mereka. Dan hal ini menyebabkan anak kurang memiliki kontrol diri. 2) Pengasuhan yang memanjakan (indulgent) Pada pengasuhan yang memanjakan, orang tua sangat menunjukkan dukungan emosional kepada anak tetapi kurang menerapkan kontrol pada anak mereka. Dan orang tua memberikan izin kepada anak untuk melakukan apa yang diinginkan, bahkan dalam hal ini tampak anak lebih berkuasa dari orang tua. Sehingga menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri. Dari uraian diatas, pola asuh yang dilakukan orang tua dapat dilakukan dengan adanya paksaan dari orang tua, ataupun dengan mengadakan diskusi dengan anak yang dianggap perlu untuk dipecahkan bersama, dan juga ada pula orang tua yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anaknya tanpa memberikan batasan sedikitpun.
21
3. Pendidikan Dalam Keluarga Keluarga pada hakekatnya adalah unit terkecil dari masyarakat. Didalamnya ada suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak yang hidup bersama-sama saling tolong menolong dan saling membantu satu dan yang lain. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga yaitu berlangsung dan dilangsungkan secara mandiri oleh keluarga.32 Pendidikan keluarga disebut juga dengan pendidikan informal. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh anggota keluarga untuk keluarga. Dalam hal ini orang tua atau bapak dan ibu bertindak sebagai guru bagi anak-anaknya. Dalam Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam BAB IV pasal 7 ayat 2 berbunyi : "Orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya"33. Orang tua memiliki peranan yang penting dan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anaknya. Terutama ketika anak belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak pada kedewasaan, maka orang harus memberi teladan yang baik.34 Dengan adanya teladan yang baik anak
32
Musaheri, Pengantar Pendidikan (Yogyakarta : Ircisad, 2007), 126. Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. , Jakarta : Depag, 2006. 34 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), 115. 33
22
merasa tidak akan dipaksa, tidak dengan otoriter melainkan dengan sistem pergaulan sehingga dengan senang hati anak akan menerimanya tanpa beban. Apa yang dilihat anak, apa yang diketahui, dan yang dilakukan oleh orang tuanya itu akan dilakukan oleh anak. Dan keluarga adalah sebagai tempat yang paling baik untuk melakukan pendidikan seseorang (individu). Untuk itu, peranan orang tua dalam keluarga adalah sebagai penuntun, pengajar, dan pemberi contoh yang baik. Hal ini diperjelaskan dalam undang-undang Republik Indonesia no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, dalam BAB X pasal 45 :35 "Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya". Kunci dari pada pendidikan dalam keluarga adalah terletak pada pendidikan rohani atau kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama.36 Dalam hal ini pendidikan agama berperan dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Orang tua memiliki peran yang strategis dalam menanamkan nilai agama dengan membiasakan anak-anak sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan kedalam jiwa anak. Selain itu juga diperlukan adanya rasa kasih sayang untuk memelihara pembiasaan tersebut dari orang tua. Untuk menjadikan anak yang cerdas, berakhlak mulia ataupun yang diharapkan oleh orang tua, diperlukan adanya proses. Dan berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan tergantung pada lingkungan yang 35
Undang-undang Republik Indonesia no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Surabaya : Arkola, tt. 19. 36 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung : Rosda Karya, 2007), 157.
23
menumbuhkan
dan
mengembangkan
anak
tersebut
dalam
hal
ini
lingkungannya dalam lingkungan keluarga dan tentu saja hal ini berkaitan dengan memberikan teladan yang baik bagi anak. Sebab keteladanan lebih efektif dibandingkan dengan nasehat dalam bentuk ucapan.37 Islam memerintahkan pada orang tua agar berlaku sebagai kepala atau pemimpin dalam keluarganya dan juga berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api nereka, sebagaimana firman Allah.38
$pκš‰r'‾≈tƒ tÏ%©!$# (#θãΖtΒ#u (#þθè% ö/ä3|¡àΡr& ö/ä3‹Î=÷δr&uρ #Y‘$tΡ $yδߊθè%uρ â¨$¨Ζ9$# äοu‘$yfÏtø:$#uρ $pκön=tæ îπs3Í×‾≈n=tΒ ÔâŸξÏî ׊#y‰Ï© āω tβθÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tΒ öΝèδttΒr& tβθè=yèøtƒuρ $tΒ tβρâ÷s∆÷σãƒT٦
: LMNOPQاK
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Dari ayat Al-Qur'an ini dapat diambil pemahaman bahwa orang tua berkewajiban
menyelenggarakan
pendidikan
untuk
anaknya.
Dengan
demikian orang tua memikul tanggung jawab yang tidak ringan. Orang tua tidak dapat melepaskan begitu saja dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain, meskipun seseorang telah menerima limpahan tugas dari orang tua anak, akan tetapi orang tua masih tetap memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anaknya, antara lain : 37 38
Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak (Bandung : Mizan, 2005), 57 Q.S At-Tahrim : 6.
24
1. Contoh teladan Keteladanan dalam proses pendidikan merupakan cara yang dianggap penting untuk membina anak dalam melaksanakan pendidikan , siapapun pendidiknya seharusnya dapat memberikan contoh terbaik untuk diikuti anaknya. Jangan diharapkan anak akan berperilaku baik jika orang tuanya tidak dapat memberikan keteladanan yang baik bagi putranya. 2. Pembiasaan Perbuatan yang sering diulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Membiasakan anak mengucapkan basmalah, hamdalah dan ucapan lain pada tempatnya adalah suatu kebiasaan yang akan membentuk ciri seseorang. Semuanya hendaknya diatur sesuai dengan cara hidup seorang muslim.39 Adat dan kebiasaan yang sifatnya edukatif yang telah biasa dilakukan oleh anak sejak dari kecil sangat mempengaruhi perkembangan pribadi seorang anak yang dibiarkan melakukan sesuatu yang tidak benar (hal-hal yang kurang baik) dan telah menjadi kebiasaan nanti akan sukar untuk mengembalikan kejalan yang benar. 3. Nasehat Nesehat yang diberikan orang tua memiliki nilai yang sangat berharga. Dengan nesehat dapat membukakan mata anak-anak pada
39
tt), 160.
Umar Hasyim, Anak Shaleh (Cara Mendidik Anak Dalam Islam) 2, (Surabaya :Bina Ilmu,
25
hakekat sesuatu. Oleh karena itu dalam Q.S Al-Luqman dijelaskan, salah satunya adalah :
¢o_ç6≈tƒ !$pκ¨ΞÎ) βÎ) à7s? tΑ$s)÷WÏΒ 7π¬6ym ôÏiΒ 5ΑyŠöyz ä3tFsù ’Îû >οt÷‚|¹ ÷ρr& ’Îû ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÷ρr& ’Îû ÇÚö‘F{$# ÏNù'tƒ $pκÍ5 ª!$# 4 ¨βÎ) ©!$# ì#‹ÏÜs9 ×Î7yz ∩⊇∉∪ ¢o_ç6≈tƒ ÉΟÏ%r& nο4θn=¢Á9$# öãΒù&uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tµ÷Ρ$#uρ Çtã Ìs3Ζßϑø9$# ÷É9ô¹$#uρ 4’n?tã !$tΒ y7t/$|¹r& ( ¨βÎ) y7Ï9≡sŒ ôÏΒ ÇΠ÷“tã Í‘θãΒW{$# ∩⊇∠∪ Artinya : “(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui (16).Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (17).”40 4. Perhatian Perhatian atau pengawasan sangat diperlukan anak yang berfungsi membimbing, pengarah dan sekaligus sebagai pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukannya.41
ْVrَ : Lَ kjb َ َوmِ nْ kَ^ َ o ُ اpjkq َ o ِ لا َ ْ`b ُ َرc ُ dْ eِ b َ ب ٍ [َhi ِ V ِ Xْ ق ِ ْ ]َ[ ِرV^ َ ْLQَ [ِنuَ mِ }ِ [َ~kِِ uَ ْ ِ Pَ ~ ْ Mَ ْLQَ ِْنuَ {ِ ِ nَ Xِ {ُ ْNnِّ tَ nُ kْ uَ ًاNwَ xْ rُ ْLwُ xْ rِ َْرَأى T Lk~r { رواK ن ِ [َeMْ ِْ ا ُ dَ ْ َا َ Qِ َو َذmِ ِ kْ َ ِ uَ ْ ِ Pَ ~ ْ Mَ
40 41
334.
Q.S Al-Luqman : 16-17. A.Tafsir, et al, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung : Mimbar Pustaka, 2004),
26
Artinya : “Dari Thoriq bin Shihab , aku pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda : Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah dia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemahlemahnya iman” (HR. Muslim)42 Dalam Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam pasal 26 ayat 1 dinyatakan :43 "Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak. b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak"
Menurut Nur Uhbiyati tanggung jawab yang harus dipikul oleh orang tua adalah : a. Memelihara dan membesarkan anak b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya. c. Memberi pelajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin. d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.44 Dengan adanya tanggung jawab diatas, sungguh berat tanggung jawab yang harus dipikul orang tua. Walaupun demikian, orang tua tidak akan dapat mengelak dari tanggung jawab itu. Meskipun orang tua memiliki keterbatasan 42
Imam Abi Husein Muslim Ibnu Hajjaj Al-Qusyairy Annaisaburi, Shohih Muslim Jilid I, Terj. Adib Bisri Al-Mustofa, (Semarang : CV. Assyifa’, 1992), 60. 43 Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, tt : pesona, tt. 13. 44 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1 (Bandung : Pustaka Setia, 2005), 221.
27
dan bagaimanapun tanggung jawab itu berada dan akan kembali kepada orang tua juga.
B. Konsep-konsep Dalam Mendisiplinkan Anak 1. Pengertian disiplin Istilah disiplin berasal dari bahasa latin "diciplina" yang menunjuk pada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris "disciple" yang berarti mengikuti orang untuk belajar dibawah pengawasan seorang pemimpin.45 Oleh karena itu, seseorang dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang dibuat pemimpin. Menurut M. Sastrapraja, disiplin adalah bimbingan kearah perbaikan melalui pengarahan, penerapan dan paksaan.46 Dalam hal ini, anak yang berada pada tahap bimbingan memerlukan arahan dari orang yang ada disekitar mereka terutama orang tua. Dengan adanya bimbingan tersebut menuntut anak untuk melaksanakan bimbingan dan arahan serta pada akhirnya anak yang tidak mau mengikuti akan dipaksa untuk melaksanakan arahan tersebut. Istilah disiplin berkaitan dengan istilah tata tertib dan ketertiban.47 Ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan
30. 117.
45
Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta : Grasindo, 2004),
46
M. Sastrapraja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum (Surabaya : Usaha Nasional, 1981),
47
Tulus Tu'u, Peran Displin, 31.
28
atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sedangkan disiplin adalah sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dari dalam orang itu. Dan tata terib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur. Dari pengertian-pengertian diatas, dapat dirumuskan mengenai disiplin, yaitu : a. Mengikuti dan menaati peraturan , nilai dan hukum yang berlaku. b. Pengikutan dan ketaatan muncul karena adanya kesadaran diri. Kesadaran diri mengikuti dan mentaati berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya dan juga muncul karena adanya tekanan, rasa takut, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. c. Sebagai alat pendidikan Dalam hal ini disiplin bersifat mempengaruhi, merubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan . d. Hukuman Hukuman diberikan bagi yang melanggar, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. e. Peraturan-peraturan Dalam hal ini, peraturan yang ada berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
29
Dari rumusan-rumusan tersebut dapat dipahami bahwa disiplin adalah mengikuti dan mentaati peraturan yang berlaku yang muncul dari dalam atau kesadaran diri dan digunakan sebagai alat pendidikan yang didalamnya mencakup hukuman dan peraturan yang mana hukuman dan peraturan itu digunakan sebagai pedoman untuk mengukur perilaku seseorang.
2. Fungsi disiplin Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal ini karena disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, tata kehidupan yang akan mengantarkan seseorang menunju kesuksesan. Dimanapun seseorang berada selalu ada peraturan dan tata tertib. Jika manusia mengabaikan disiplin, maka manusia tersebut akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Untuk itu, disiplin memiliki beberapa fungsi sebagai berikut : a. Menata kehidupan bersama Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang untuk menghargai orang lain dengan cara menataati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan adanya ketaatan dan kepatuhan dapat membatasi dirinya merugikan orang lain. Sehingga hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. b. Membangun kepribadian Manusia lingkungan.
mengalami
Lingkungan
perubahan
tersebut
akan
karena
dipengaruhi
membawa
dampak
oleh pada
30
kepribadiannya.
Dengan
berdisiplin,
seseorang
dibiasakan
untuk
mengikuti, mentaati, dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku, dan kebiasaan yang ada itu, akan masuk kedalam kesadaran dirinya sehingga akan menjadi milik pribadinya dan pada akhirnya akan menjadi bagian dalam hidupnya.48 c. Melatih kepribadian Sikap dan perilaku yang baik tidak terbentuk dengan sendirinya dan dalam waktu yang singkat. Akan tetapi memerlukan suatu proses waktu yang panjang dan latihan. Diperlukan adanya usaha yang tertib, teratur, taat dapat dilatih. d. Pemaksaan Dikatakan pemaksaan karena melakukannya bukan karena kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman akan sanksi disiplin. e. Hukuman Hukuman yang diberikan kepada seseorang tidak boleh digunakan sebagai cara untuk menakut-nakuti ataupun untuk mengancam supaya tidak berani berbuat salah. Akan tetapi sanksi yang diberikan itu sebagai alat pendidikan dan mengandung unsur mendidik. Hukuman dikatakan berhasil, jika dapat membangkitkan perasaan bertobat, penyesalan akan perbuatannya. Selain itu, hukuman dapat pula menimbulkan hal-hal : 48
Tulus, Peran Disiplin, 48.
31
1) Karena hukuman itu, anak akan merasa hubungannya dengan orang dewasa terputus. Karena anak merasa dirinya sudah tidak dicintai lagi oleh pendidiknya. 2) Dengan diterimanya hukuman itu, anak akan merasa harga dirinya atau martabat pribadinya terlanggar. Anak merasa mendapatkan penilian yang tidak wajar.49 Dalam memberikan hukuman orang tua harus melihat terlebih dahulu kepada usia anak. Karena dalam hadis dijelaskan
: Lَ kj b َ َوmِ nْ kَ^ َ o ُ اpjk q َ o ِ لا ُ ْ` b ُ َل ر َ [َ Nٍ ْ ُ V ِ Xْ kِ^ َ [َxَ َ َ V َ Xْ [ اhَ nْ kَ^ َ {ُ ْ`Xُ Nِ ْ َواV َ nْ xِ b ِ ِ ْ b َ V َ Xْ َة ا َ j Q اp j ِ j Q `ْا اeُ kِّ^ َ (ىrNPQ َة )روا{ اNَ ْ^ َ Artinya : “Ali bin Hujr menceritakan kepada kami : Ajarkanlah anak kecil melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun dan pukulah dia karena meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun” (H.R : Tirmidzi)50 f. Menciptakan lingkungan yang kondusif Dengan adanya peraturan-peraturan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen, maka lingkungan pendidikan akan menjadi aman, tentram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan.
49
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), 151. Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi Juz I, Terj. Moh. Zuhri, Dipl, Tafl, (Semarang : CV. As-Syifa’ : 1992), 504. 50
32
3. Macam-macam Disiplin Mengenai macam-macam disiplin, disiplin itu dapat dibagi menjadi 2 yaitu teknik disiplin dan disiplin individu dan sosial.51 a. Teknik disiplin Teknik disiplin dibagi lagi menjadi 3 sebagai berikut : 1) Disiplin otoritarian Dalam disiplin ini peraturan dibuat sangat ketat orang yang berada pada disiplin ini diminta mematuhi peraturan yang telah disusun dan berlaku. Jika ada yang gagal menaati peraturan yang berlaku, maka akan menerima sanksi yang berat, dan apabila berhasil akan dianggap biasa saja atau hanya sebatas melaksanakan kewajiban. 2) Disiplin permesif Dalam disiplin ini, seseorang dibiarkan bertindak sesuai keinginannya, anak
dibiarkan
mengambil
keputusan
sendiri
dan
kemudian
melaksanakannya. Dan jika ada yang melanggar norma atau aturan yang berlaku, maka tidak diberi sanksi. 3) Disiplin demokratis Yaitu disiplin yang dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan untuk mematuhi dan mentaati perauran yang ada.
51
Tulus, Peran Disiplin, 44.
33
b. Disiplin individu Yaitu disiplin yang dikembangkan dan dimiliki seseorang. Displin diri adalah dari dalam dirinya, karena adanya kesadaran diri bahwa mengikuti dan mentaati aturan-aturan yang berlaku bagi dirinya membawa manfaat yang baik.
4. Unsur-unsur disiplin Dengan adanya disiplin, diharapkan anak dapat dididik untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan. Adapun unsur-unsur pokok berdisiplin adalah : 52 a. Peraturan Dengan adanya peraturan diharapkan dapat membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Demikian juga ketika dirumah, peraturan dirumah mengajarkan apa yang harus dan apa yang boleh dilakukan di rumah atau dalam hubungannya dengan anggota keluarga. b. Hukuman Hukuman diajukan kepada seseorang, dapat dibenarkan jika mempunyai nilai pendidikan sehingga hukuman tidak dapat langsung diberikan tanpa mengetahui penyebabnya atau suatu perbuatan yang melatar belakangi perbuatan itu. 52
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 1999), 84.
34
c. Penghargaan Penghargaan tidak harus berupa materi, bisa juga dengan kata-kata pujian, senyuman, dan sebagainya. Dengan hal itu anak sudah merasa senang. d. Konsistensi Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas. Dari unsur disiplin diatas, baik itu peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi haruslah berjalan berimbang. Jika salah satu dari unsur tersebut hilang, akan merugikan bagi anak. Dan perilaku yang ditimbulkan nanti bisa saja adalah perilaku yang tidak disetujui atau yang tidak diharapkan.
C. Proses Penanaman Disiplin dan Upaya Mendisiplinkan Anak Menurut
Semiawan,
disiplin
tumbuh
dari
kebutuhan
menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diberlakukan oleh lingkungan terhadap dirinya.53 Seorang individu yang taat terhadap peraturan, tidak dapat diperoleh dengan sendirinya, individu tersebut memerlukan proses yang panjang dan tidak langsung siap saji, akan tetapi memerlukan latihan-latihan dan sebagainya.
53
2002), 27.
Conny R. Semiawan, Pendidikan Keluarga Dalam Era Global (Jakarta : Prenhallindo,
35
Disiplin diproses melalui pembinaan yang dimulai sejak kecil dan dimulai dari keluarga dan akan terus berlanjut. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak terutama yang dapat berpengaruh dalam pembentukan disiplin, antara lain :54 1. Teladan 2.
Lingkungan yang berdisiplin
3. Latihan Pada awalnya disiplin memang sulit untuk dilakukan dan dirasa begitu mengekang kebebasan seseorang akan tetapi, bila aturan tersebut dirasa sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan untuk kebaikan, maka kemudian akan menjadi kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri. Sehingga disiplin bukan aturan yang datang dari luar dirinya, akan tetapi adalah aturan yang datang dari dalam dirinya. Menurut Hurlock, dari adanya 3 macam disiplin yaitu otoriter, permisif, dan demokratis, masing-masing ada cara untuk menanamkan disiplin tersebut : 55 a. Cara menanamkan disiplin otoriter Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksa suatu perilaku adalah ciri dari disiplin yang otoriter. Teknik yang digunakan adalah dengan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar, terutama hukuman badan. Cakupan disiplin ini adalah pengendalian perilaku yang wajar hingga yang
54 55
Tulus Tu’u, Peran Disiplin, 49. Elizabeht B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 1999), 93.
36
kaku, sehingga tidak akan memberikan kebebasan pada anak untuk bertindak kecuali dengan standar yang ditentukan. Oleh karena itu, ketika anak bertambah besar, para orang tua yang menggunakan pengendalian otoriter yang kaku jarang mengendurkan pengendalian mereka ataupun menghilangkan hukuman badan, dan juga tidak mendorong anak untuk mandiri dan mengambil keputusan-keputusan. Orang tua akan mengatakan apa yang harus dilakukan anak dan tidak ada penjelasan mengapa harus dilakukan. b. Cara mendisiplin yang permesif Disiplin permesif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak adanya hukuman. Anak dibiarkan merabaraba dalam situasi yang sulit dan kemudian ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa adanya bimbingan ataupun pengendalian. Anak tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan. c. Cara mendisiplin demokratis Cara demokratis ini menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran guna membantu anak mengerti tentang perilaku tertentu yang diharapkan. Disiplin ini menekankan aspek pendidikan. Dan juga disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan. Hukuman diberikan jika terdapat bukti bahwa anak melakukan pelanggaran ataupun menolak apa yang diharapkan oleh mereka.
37
Dari cara-cara untuk mendisiplinkan anak diatas, diperlukan adanya tindakan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara : a. Melatih b. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral. c. Adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.56 Dengan adanya bantuan dari orang tua dalam meletakkan dasar-dasar dan pengembangan anak adalah menciptakan situasi dan kondisi yang mendorong anak memiliki dasar-dasar disiplin diri. Dalam hal ini orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam terselenggaranya pendidikan. Bahkan ditangan orang tualah pendidikan anak dapat diselenggarakan. Pribadi yang memiliki dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri berarti memiliki kesadaran acuan nilai moral.
57
Disiplin dibangun dari asimilasi
dan penggabungan nilai-nilai moral untuk di internalisasikan oleh subjek sidik sebagai dasar
dalam mengarahkan perilaku anak. Ada beberapa tahap
perkembangan moral pada anak yaitu :58 a. Tahap pra moral Pada tahap ini, anak lebih berorientasi pada hukuman. Anak akan taat pada aturan dan mau menyesuaikan diri supaya tidak dihukum. 56 57 58
M. Sochid, Pola Asuh Orang Tua (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 21. Moch, Sochib, Pola ASuh Orang Tua (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 2. Abdul Mustaqim, Menjadi Tua Bijak (Bandung : Mizan, 2005)
38
b. Tahap konvensional Dalam tahap ini, anak akan menyesuaikan diri dengan maksud untuk menyenangkan orang lain atau pertimbangan orang lain. c. Tahap prinsipil Anak mudah menyesuaikan diri untuk memperoleh penghargaan dari orang lain dan membuat penilaian selalu dari sudut kesejahteraan masyarakat. Pada tahap ini bisa dikatakan bahwa anak mulai berorientasi pada prinsip etika universal. Anak akan berusaha menyesuaikan diri, tidak menyakiti diri sendiri dan hidup sesuai dengan prinsip etika yang universal ataupun anak akan sadar bahwa kepentingan umum harus didahulukan. Seorang anak yang berdisiplin diri memiliki keteraturan berdasarkan agama, nilai budaya, aturan pergaulan dan sebagainya. Sehingga disiplin diri berkaitan untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, lingkungan dan sebagainya. Dalam hal ini orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Oleh karena itu, bantuan dari orang tua sangatlah diperlukan untuk meletakkan dasar-dasar dan pengembangan anak. Tindakan yang dapat dilakukan orang tua adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk berdisiplin. Keteladanan yang bermula dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin dirumah, seperti tepat pada waktu belajar, berangkat ke sekolah. Ini memerlukan keteladanan dari orang tua. Keteladanan dapat berupa ketrampilan penampilan
39
lahir dan batin serta ketaatan kepada berbagai peraturan sejak dari hal-hal yang kecil. Sedangkan pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini lingkungan rumah. Dan berarti memadukan (match) kondisi yang menstimulasikan setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu lingkungan dunia yang terus berubah.59 Oleh karena itu, disiplin diri perlu untuk ditanamankan pada anak tersebut dalam proses pendidikan dirumah dan dimulai dari hal-hal yang kecil agar hal tersebut menjadi kebiasaan yang baik, begitu juga dengan keteladanan dari orang tua yang konsisten akan sangat membantu dalam perkembangan disiplin diri. Dalam mendidik anak, orang tua tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya sehingga mengabaikan nilai-nilai disiplin, yang akan berdampak negatif terhadap pribadi anak, dan akhirnya anak tidak terpacu untuk mengembangkan ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi cita-citanya. Menurut Mustaqim, ada kiat-kita yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anak memiliki kedisiplinan :60 1. Mengarahkan tujuan hidup 2. Melatih kebiasaan yang positif 3. Memberikan contoh atau teladan (qudwah)
59 60
Conny R. Semiawan, Pendidikan Keluarga Dalam Era Global, 95. Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak, 133.
40
4. Menetapkan aturan yang tegas. 5. Melibatkan anak untuk menilai suatu aturan 6. Memerintah anak sesuai dengan kemampuannya. Orang tua berkewajiban untuk mengarahkan tingkah laku untuk selalu bersikap disiplin. Orang tua juga perlu mengambil langkah-langkah untuk mendisiplinkan anak ketika anak tersebut melakukan tindakan yang tidak baik atau kesalahan, dan sanksi yang diberikan kepada anak sebaiknya dikompromikan dengan anak. Hal ini akan dapat mengajarkan kepada anak tentang konsisten dalam bertindak.
41
BAB III POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDISIPLINKAN ANAK DI DESA JOSARI JETIS PONOROGO
A. Data Umum 1. Letak geografis Desa Josari, Jetis, Ponorogo Secara umum letak desa Josari Jetis Ponorogo sangat strategis. Hal ini dikarenakan berada pada jalur persimpangan antar kota yaitu PonorogoTrenggalek. Dan merupakan pusat dari kecamatan Jetis. Desa Josari secara keseluruhan memiliki luas 205 ha yang terdiri atas permukiman, perusahaan industri kecil, kantor-kantor, toko dan persawahan. Dari keseluruhan wilayah tersebut, desa Josari terbagi menjadi 3 dusun yaitu Josari Wetan, Josari Kulon, dan Keben.61 Adapun mengenai batas-batas wilayan desa yaitu : a. Batas wilayah sebelah utara : desa Demangan Siman b. Batas wilayah sebelah selatan : desa Turi, desa Bajang Balong. c. Batas wilayah sebelah barat : desa Turi. d. Batas wilayah sebelah timur :desa Wonoketro Sedangkan jarak dari pusat pemerintahan desa/ kelurahan :
61
Lihat Transkrip Dokumentasi no. 01/D/F-1/27-IX-2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
42
a. Jarak dari kecamatan : 0 km b. Jarak dari kabupaten : 10 km c. Jarak dari propinsi : 210 km d. Jarak dari ibu kota negara : 799 km 2. Tata Pemerintahan Desa Josari Desa Josari Kecamatan Jetis Ponorogo ini dipimpin oleh seorang kepala desa. Adapun struktur organisasi pemerintahan desa Josari kecamatan Jetis Ponorogo dapat dilihat pada gambar berikut :
Kepala Desa Drs. Suprapto
BPD
Sekretaris Desa Misnianto
Kamituwo Sumartono
Kaur. Keuangan Sumadi F.
Kamituwo Darmadi
Kaur. Pemerintahan Mujanat
Kamituwo Tukimun
Kaur. Pembangunan Suprayitno
Kaur. Umum Waluyo
Kaur. Kesra Marjuki
43
3. Keadaan Penduduk Desa Josari memiliki penduduk 2.924 jiwa yang tersebar diseluruh wilayah desa. Dalam desa Josari yang luasnya 205 ha terbagi menjadi 3 dukuh.
Yang masing-masing dukuh dikepalai oleh seorang kamituwo.
Adapun jumlah kepala keluarga adalah 611 kepala keluarga (KK).62 Mengenai jumlah kepala keluarga dan anggotanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga No
Dukuh
1.
Josari Kulon
2.
Josari Wetan
3.
Keben
Jumlah 62
ini.
RT/ RW
Jumlah KK
01/01 02/01 03/01 01/02 02/02 03/03 04/02 01/01 02/01 03/01 01/02 02/02 01/01 02/01 03/01 15
39 47 27 23 30 40 42 39 47 51 40 51 46 42 46 611
Jumlah Anggota Keluarga 210 220 139 94 120 230 215 177 114 242 192 194 224 214 239 2924
Lihat Transkrip dokumentasi no. 02/ 07/F-1/ 27-IX-2007 dalam Laporan Hasil Penelitian
44
a. Sosial Masyarakat
desa
Josari
memiliki
rasa
kekeluargaan
dan
kebersamaan yang sangat erat. Hal ini terlihat dalam keseharian mereka. Sebagai buktinya adalah ketika ada orang yang meninggal begitu ada berita kematian, orang-orang langsung berhambur meninggalkan kegiatan mereka dan langsung menuju ke tempat orang yang berduka. Tua, muda, laki-laki maupun perempuan mereka langsung pergi ketempat tersebut tanpa dikomando. Tidak hanya itu para warga masyarakat desa Josari tidak menerapkan adanya perbedaan antara satu warga dengan warga yang lain baik itu kaya maupun miskin ataupun orang terpandang atau bukan. Mereka menganggap semua orang itu sama dan tidak hanya ketika berduka saja terlihat adanya kebersamaan akan tetapi dapat diketahui juga ketika ada acara walimahan semua saling tolong menolong dan membantu. Dan ketika ada sebagian masyarakat yang dikucilkan, hal itu dikarenakan oleh perbuatannya sendiri. Karena masyarakat desa Josari masih begitu kuat kebersamaannya, kalau ada warga yang tidak begitu mendapat perhatian hal itu dikarenakan oleh perbuatannya sendiri. Warga menganggap barang siapa yang menanam dia juga yang akan mendapatkan hasilnya. Sebagai contoh adalah ketika ada pihak
45
keluarganya yang meninggal, warga ikut membantu juga akan tetapi yang membantu itu hanya sedikit begitu juga ketika ada yang takjiah b. Ekonomi Di desa Josari Jetis Ponorogo terdapat 2 perusahaan jenang dan roti yang dapat menopang perekonomian masyarakat sekitar. 2 (dua) perusahaan itu adalah perusahaan Jenang “MIRAH” dan “SULAS”. Karyawan yang ada didalamnya sebagian adalah diambil dari masyarakat sekitar perusahaan itu beroperasi. Walaupun begitu dengan adanya perusahaan tersebut dapat membantu perekonomian warga sekitar. Adapun mata pencaharian penduduk Josari Jetis selain ada perusahan tersebut, sebagian besar adalah bergerak dalam bidang pertanian. Walaupun juga ada sebagian penduduk yang menjadi tukang, karyawan, pensiunan, dan jasa. Adapun mata pencaharian penduduk desa Josari adalah : Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk No Mata Pencaharian 1. Karyawan a. PNS b. TNI c. Polri d. Swasta 2. Wiraswasta 3. Tani 4. Tukang 5. Buruh Tani 6. Pensiunan
Jumlah 59 19 2 26 71 245 28 490 25
46
7.
Jasa
7 972
Jumlah c. Pendidikan
Mengenai lembaga pendidikan yang ada di desa Josari Jetis Ponorogo terlihat hampir sempurna. Hal ini dikarenakan, hampir semua jenjang pendidikan formal terdapat di desa ini, mulai dari play group, TK, SD, dan SLTP. Di desa Josari Jetis merupakan pusat pemerintahan ibu kota kecamatan sehingga semua fasilitas terutama lembaga pendidikan formal bergerombol menjadi satu. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada kolom dibawah ini. Tabel 3.3 Lembaga Pendidikan Umum No
Kembaga Pendidikan
1. 2. 3. 4.
Play group TK SD SLTP Jumlah
Jumlah 1 2 2 2 7
Jumlah Guru 4 4 19 95 122
Jumlah Murid 14 48 347 1615 2024
Selain lembaga pendidikan tersebut diatas, di desa Josari terdapat pula lembaga pendidikan agama, baik itu madrasah diniyah, ataupun TPA. Adapun mengenai lembaga pendidikan agama adalah sebagai berikut : Tabel 3.4 Lembaga Pendidikan Agama No 1.
Lembaga Pendidikan Madrasah diniyah
Jumlah 3
47
2.
TPA
1 4
Jumlah
Mengenai kelompok pendidikan, hal ini dilihat berdasarkan umurnya. Dan hal ini dibagi menjadi 6 kelompok usia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kolom dibawah ini.
Tabel 3.5 Kelompok Pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia 00 – 03 tahun 04 - 06 tahun 07 – 12 tahun 13-15 tahun 16 – 18 tahun 19 tahun keatas Jumlah
Jumlah 73 193 401 270 271 275 1483
d. Agama Apabila berbicara mengenai masalah agama, penduduk desa Josari Jetis Ponorogo, sebagian besar beragama Islam. Namun demikian ada sebagian warga yang beragama non Islam. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut No
Agama
Jumlah
48
1. 2.
Islam Kristen
2923 1 2924
Jumlah
Sedangkan mengenai tempat ibadah ataupun sarana keagamaan di desa Josari Jetis terdapat 3 buah masjid dan 12 buah musholla. Selain dari pada itu, terdapat juga tempat untuk mengaji anak-anak yang ada dirumahrumah, yaitu dirumah Bapak Muh. Basir , Bapak Husnudin dan Bapak Munandar. Adapun tempat ibadah yang ada di desa Josari, Jetis, Ponorogo adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Jumlah Tempat Ibadah No 1. 2.
Tempat Ibadah Masjid Musholla Jumlah
Jumlah 3 12 15
Sedangkan mengenai kegiatan keagamaan yang sering diadakan di desa Josari jetis Ponorogo antara lain : pengajian RT yang diadakan pada setiap 2 (dua) minggu sekali, dan ada juga yang diadakan disetiap 1 (satu) minggu sekali setiap malam Sabtu, kemudian kegiatan yasinan yang diadakan tiap satu minggu sekali dan mengenai tempatnya terus berubah dari tempat satu ketempat yang lain bergiliran.
49
Walaupun ada beberapa rumah yang dapat digunakan untuk tempat ngaji, namun kegiatan keagamaan di masjid dan musholla tetap terus berjalan seperti biasanya yaitu sebagai tempat sholat berjamaah, tempat untuk menimba ilmu agama (adanya seperti semacam kultum), dzikrul ghofilin, simaan al-Qur’an setiap Jum’at wage dan Ahab legi terus berlangsung sampai saat ini.
B. Data Khusus 1. Pola Asuh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang sempurna. Mereka menginginkan anak yang cerdas, soleh, berkepribadian baik, beriman dan pandai. Untuk mencapai tujuan tersebut orang tualah yang menjadi pendidik pertama bagi anaknya. Oleh karena itu, dalam membentuk karakter anak harus cermat dan teliti. Sejak dari kecil anak mendapatkan pendidikan dari orang-orang yang ada disekitarnya terutama adalah orang tuanya baik itu positif maupun negatif. Apa yang dilakukan anak setiap hari sebagian besar terbentuk dalam keluarga. Untuk itu, alangkah besar pengaruh keluarga dalam pendidikan bagi seseorang. Sehingga pendidikan anak tidak diabaikan dan dikesampingkan. Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dikenal oleh anak. Orang tua bertindak sebagai pendidik dan anak adalah sebagai terdidik. Sejak dari bangun tidur, melakukan aktifitas-aktifitasnya, hingga anak
50
kembali tidur lagi, anak akan memperoleh pendidikan dari orang-orang yang disekelilingnya. Dan secara kodrati orang tua diberikan anugrah oleh Allah SWT berupa naluri. Dari adanya naluri tersebut, orang tua akan mempunyai rasa sayang kepada anak-anak mereka. Dan anak akan memperoleh pendidikan dari orang tuanya. Dalam kaitannya dengan pola asuh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak-anak di lingkungan desa Josari Jetis Ponorogo, dalam hal ini memiliki peran dalam mendidik dan membina anak-anak mereka dengan baik. Dalam menghadapi anak-anak yang memiliki karakter yang berbedabeda, orang tua memperlakukan anak-anak mereka dengan berbeda-beda pula, misalnya anak yang belum berani untuk berangkat sendiri kesekolah dikarenakan masih siswa baru ataupun anak perlu untuk dididik hal-ahal yang positif sejak dari kecil. Menurut ibu Nunung pendidikan yang diberikannya dalam rangka menanamkan disiplin adalah dalam bentuk kegiatan nyata seperti mengantar dan menjemputnya sekolah setiap hari seperti yang diceritakannya berikut ini : Setiap hari saya mengantarkan anak saya sekolah di SMP 1 Siman dan pulangnya menjemputnya dan kalau saya tidak bisa, gantian dengan suami saya.63
63
ini.
Lihat transkrip wawancara No. 01/1-W/F-1/27-II/2008 dalam lampiran hasil
penelitian
51
Menurut bapak Sofian, dalam rangka menanamkan disiplin pada anak, yang perlu dilakukan oleh orang tua antara lain dengan berlatih dan membiasakan. Hal ini diceritakan oleh beliau sebagai berikut : Membiasakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan aturan yang ada, melatih diri dan pada akhirnya timbul rasa kedisiplinan pada anak. Contoh diajari do’a sebelum makan. Lama kelamaan anak akan dapat dilakukannya.
Dan inipun dalam mendidik anak beliau juga memberikan penjelasan tentang yang baik dan buruk. Pendapat beliau adalah : Memberi penjelasan atau petunjuk kebaikan supaya terus dilakukan. Tapi yang tidak baik atau maksiat orang tua memberi peringatan, arahan, nasehat, bahwa perbuatan itu tidak baik dan perbuatan itu harus ditinggalkan.64
Setiap hari dan setiap saat anak berada dirumah. Waktu terbesarnya adalah dirumah. Untuk itu, dalam penanaman sikap dan perilaku disiplin orang tua memberikan teladan yang dapat dicontoh oleh anak. Begitu pula dengan perjumpaan dan interaksi mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku. Menurut ibu Minten beliau sudah memberikan contoh dan teladan sikap dan perilaku yang baik. Menurut beliau adalah : Saya mengajari anak dengan diberi contoh misalkan cara berbicara yang baik, kalau makan tidak boleh sambil berdiri, kakinya tidak boleh jigang dan lain-lain.65
Dan hal inipun disetujui oleh ibu Nunung, yang menyatakan bahwa ia sudah mendidik anaknya dengan baik. Ia berpendapat bahwa : Saya rasa sudah karena saya selalu memberikan pengertian pada anak kalau berbohong itu tidak baik, mencuri tidak baik dan kalau berkata itu yang baik-baik saja jangan sampai keluar kata-kata yang kotor.66
ini .
64
Lihat transkrip wawancara No. 06/6-W/F-1/20-IV/2008 dalam lampiran hasil
65
Lihat transkrip wawancara No. 04/4-W/F-1/31-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini
66
Lihat transkrip wawancara No. 01/1-W/F-1/27-II/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini
penelitian
52
Dan ini pun berbeda dengan yang dijelaskan oleh ibu Tilah. Yang tidak harus memanjakan ataupun memenuhi semua keinginan anak dan orang tualah yang dapat menjadi tali pengendali bagi anak. Adapun pendapatnya adalah sebagai berikut : Anak dilatih mandiri, mengasah kemampuan sendiri, anak juga perlu dikontrol, disiplin juga kalau saya mendidik anak, saya membiasakan anak untuk tidak jajan tapi gizi dirumah dipenuhi dan semua kemauan anak tidak harus dipenuhi seperti ketika minta mainan atau makanan. Saya akan bilang orang tua punya ini dan anakpun menerima tidak harus selalu memanjakan anak setiap minta diberi semuanya tergantung dari orang tua dan kebiasaan orang tua.67
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua telah mendidik anak-anak mereka dengan baik. Orang tua mendidik serta menanamkan disiplin pada anak yaitu dengan cara memberikan contoh yang baik bagi anak, dan juga melatih anak dari hal-hal yang kecil. Seperti berdo’a sebelum makan dengan begitu anak-anak terbiasa. Dari beberapa pendapat diatas diperkuat dengan observasi pada saat orang tua mendidik anak dirumah ibu Katmatun. Hal ini diperoleh observasi pada tanggal 5 Januari 2008 sebagai berikut : Ketika anak akan berangkat sekolah pada pukul 09.00 yang bertepatan dengan waktu ujian, orang tua sang anak terus mengingatkan apa yang harus dibawa dan orang tua menyuruh anak untuk cepat berangkat dari pada nanti telat. tiada henti-hentinya orang tua mengingatkan sampai-sampai anak tersebut bosan dan ngomel-ngomel sendiri.68
Mengenai kegiatan pendisiplinan anak diluar rumah yang dilakukan oleh orang tua, orang tua juga tetap ikut campur. Hal ini dapat dilihat dalam 67 68
ini.
Lihat transkrip wawancara No. 03/3-W/F-1/15-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini Lihat transkrip observasi No. 01/OB/F-1/05-I/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
53
kegiatan keagamaan di desa Josari seperti sholat berjama’ah. Yang diperkuat dengan hasil observasi di Mushola “Baitul Al-Rohman” yang ditulis pada tanggal 15 Maret 2008 sebagai berikut : Masyarakat berduyun-duyun memehuni panggilan aszan seorang muadzin. Walaupun listrik padam, masyarakat mengikuti sholat magrib berjamaah dengan khusyuknya, tidak ketinggalan juga anak-anak dan remaja. Setelah salam, berdzikir dan dilanjutkan dengan sholat sunat rowatib.69
2. Upaya orang tua dalam mendisiplinkan anak Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak-anak mereka dan juga mengarahkan tingkah laku anak-anak supaya dapat berdisiplin. Disiplin perlu untuk dikembangkan. Dengan disiplin seseorang akan dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya misalnya disiplin ketika harus sholat mengaji, belajar dan lain-lain dan semua itu perlu untuk diajarkan pada anak sejak dini. Sebagaimana orang tua tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya dan mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan hal ini dapat berdampak negatif pada anak. Oleh karena itu orang tua perlu untuk mengembangkan disiplin pada anak. Adapun upaya orang tua yang dapat dilakukan agar anak berdisiplin dilakukan dengan pembiasaan, pengarahan, hukuman dan lain-lain . Menurut itu Tilah yang mengatakan perlu adanya pengarahan dari orang tua. Dan hukuman menurut beliau tidak perlu diberikan untuk lebih jelasnya sebagai berikut : 69
Lihat transkrip observasi No. 02/OB/F-1/15-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
54
Anak diberi pengarahan. Biasanya kalau suami saya yang memberi pengarahan, saya yang diam. Dan nantinya saya yang meredam seandainya sianak tidak menerima dengan pengarahan itu dan saya tidak pernah menghukum anak karena anak mudah drop.70
Sedangkan menurut bapak Mustajab, dalam upaya mendisiplinkan anak salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan cara membiasakan seperti diungkapkan beliau berikut ini : Anak memerlukan pembiasaan sebagai contoh ketika seseorang bangun jam 03.00 untuk melaksanakan sholat malam. Kalau itu sudah terbiasa maka hal itu akan mudah untuk dilakukan.71
Menurut bapak Tukirin anak perlu untuk diberikan kebebasan agar anak dapat mengembangkan kemampuannya dan juga perlu adanya nasehat ataupun arahan seperti yang diceritakannya berikut ini : Saya membiarkan anak dirumah untuk melakukan sesuatu. Maksudnya saya memberi kebebasan pada anak dan ketika anak melakukan hal yang tidak baik ya...anak tersebut saya ingatkan dan saya beri nasehat agar tidak melakukan seperti itu lagi.72
Dari kedua argumentasi tersebut, berbeda dengan apa yang dikatakan oleh ibu Halimah yang dilakukan dengan hukuman seperti yang diungkapkan berikut ini : Kalau anak saya nakal tidak mau mengdengarkan perkataan dari saya. Saya akan mencubitnya atau menjewernya walaupun begitu sebenarnya saya menyesal juga. 73
Dan hal ini beliau sependapat dengan ibu Sri Mesiran yang menyatakan perlu adanya teguran yang agak keras agar anak mau mengerjakan yang disuruh. Seperti yang diungkapkan berikut ini : 70
ini
71
Lihat transkrip wawancara No. 07/7-W/F-2/15-III/2008 dalam lampiran hasil
penelitian
Lihat transkrip wawancara No. 08/8-W/F-2/13-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini Lihat transkrip wawancara No. 03/3-W/F-1/14-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini 73 Lihat transkrip wawancara No. 09/9-W/F-2/1-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 72
55
Kalau mereka tidak mau melakukan hal yang saya suruh (kebaikan) saya akan mengeluarkan suara yang agak keras, tapi sebenarnya saya cuma bercanda.74
Dalah hal kedisiplinan memang perlu untuk diterapkan. Menurut Ibu Nuroini, adalah : Disiplin itu penting karena anak yang tidak berdisiplin akan keteteran untuk itu perlu diterapkan seperti membiasakan untuk membantu orang tua atau setidak-tidaknya anaknya sendiri.75
Sedangkan mengenai beberapa kegiatan yang dilakukan diluar rumah orang tua juga memantau bagaimana tingkah laku anak diluar seperti yang diungkapkan ibu Tilah berikut : Saya memantau terus, biasanya saya tanya kepada teman (Frendi) bagaimana diluar. Begitu juga sebalinya orang tua Frendi juga tanya ke saya.76
Hal ini sependapat dengan ibu Halimah yang menyatakan bahwa orang tua perlu untuk memantau kegiatan yang ada diluar rumah. Seperti yang diceritakan berikut ini : Pada usia sekolah seandainya anak dibiarkan diluar terus, akan terkena pengaruh luar. Karena pengaruh luar tidak semuanya baik.77
Perhatian orang tua dalam kegiatan anak diluar rumah juga tampak. Keterangan diperoleh dari bapak Sofian sebagai berikut : Ia....Untuk mendapatkan hal itu, saya serahkan kepada orang lain. Apabila anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma-norma agama biarkan masyarakat yang menilai. Karena ketika anak melakukan kesalahan atau kekeliruan
74
ini.
75
Lihat transkrip wawancara No. 11/11-W/F-2/20-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian
Lihat transkrip wawancara No. 14/14-W/F-2/1-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. Lihat transkrip wawancara No. 07/7-W/F-2/15-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 77 Lihat transkrip wawancara No. 09/9-W/F-2/1-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 76
56
masyarakat melaporkan ke saya dan saya tidak langsung percaya tetapi saya selidiki dulu benar apa tidak. Jadi dilihat dulu sesuai kenyataan yang ada.78
Mengenai kegiatan
keagamaan dalam upaya pendisiplinan seperti
ngaji, adanya acara pengajian rutin, dan yasinan terdapat beberapa tanggapan dari orang tua. Bahwasanya anak tidak mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan tidak adanya teman dan ada pula yang ngaji dirumah. Seperti diceritakan oleh ibu Kartini dengan alasan tidak adanya teman sebaya lagi. Berikut pendapatnya : Anak saya berhenti tidak pergi ketempat ngaji karena pada saat itu tidak ada sepantaran dengannya. Sehingga anak saya tidak mau pergi ketempat ngaji. Walaupun begitu ia juga kursus Qiroah di rumah bapak Bambang tapi kemudian ia keluar dengan alasan yang ditunjuk kok yang depan saja kemudian ia keluar. Tapi sebenarnya saya sudah menasehati dan akhirnya ia keluar juga.79
Dari kegiatan upaya orang tua dalam mendisiplinkan anak diperoleh observasi pada kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat pada tanggal 7 maret 2008 yaitu :
Tepat pukul 20.00 WIB warga RT 02 RW 01 berkumpul dirumah Ibu Hj. Wiyoto untuk menghadiri acara rutin pengajian yang diadakan 2 minggu sekali. Para orang tua berbaur dengan anak-anak mereka, duduk rapi sambil mendengarkan ceramah. Ada juga anak-anak remaja yang terdiri dari 7 orang. Bergerombol di pojok,
ini. ini.
78
Lihat transkrip wawancara No. 13/13-W/F-2/20-IV/2008 dalam lampiran hasil penelitian
79
Lihat transkrip wawancara No. 10/10-W/F-2/15-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian
57
ditengah acara ceramah anak-anak ini mulai ramai, mereka kemudian ditegur untuk diam agar tidak mengganggu jalannya cara tersebut sehingga merekapun diam.80
80
Lihat transkrip observasi No. 03/OB/F-2/07-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini
58
BAB IV ANALISIS TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDISIPLINKAN ANAK DI DESA JOSARI JETIS PONOROGO
A. Analisis Tentang Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Disiplin Pada Anak Di Desa Josari Jetis Ponorogo Tidak dapat dipungkiri akan adanya pengaruh orang tua yang begitu besar dalam mendidik anak. Setiap hari setiap saat anak akan berjumpa dengan orang tua. Waktu anak pun sebagian besar adalah berada dirumah. Untuk itu, perhatian, kasih sayang, sangat diperlukan bagi anak. Setiap saat orang tua mendidik anak mereka. Sadar ataupun tidak, semua yang ada pada orang tua akan ditiru oleh sang anak. Baik dan buruk yang orang tua lakukan akan ditiru oleh anak. Sehingga orang tua yang ingin megetahui perilaku dirinya sendiri, maka lihatlah pada anak. Karena anak adalah ibarat cermin yang dapat memperlihatkan bentuk aslinya. Untuk itu, faktor keteladanan mempunyai pengaruh yang positif bagi anak dan nantinya akan sangat berguna dimasa yang akan datang. Pada awalnyapun memang sulit untuk melakukannya. Mengingat kedisiplinan mempunyai manfaat yang begitu besar bagi anak, orang tua terus menanamkannya kedalam jiwa anak. Sikap disiplin yang diberikan orang tua telah diberikan dan ditanamkan oleh orang tua sejak anak tersebut masih kecil. Dalam hal ini terlihat dari cara orang tua mendidik anak. Sebagai contoh adalah dalam berbicara. Ketika anak
59
berbicara orang tua mendengarkannya dan begitu pula sebaliknya. Anakpun mendengarkannya. Dalam berbicara orang tua mengajarkan hal yang baik seperti kalau berbicara itu tidak dengan sembarangan tapi dengan pelan dan dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain. Dan bahasa yang digunakannyapun adalah bahasa yang baik tidak dengan kalimat–kalimat yang kotor yang tidak seharusnya diucapkan oleh seseorang. Untuk selanjutnya, bagaimanakah etika makan. Etika makan yang tanamkan orang tua adalah tidak dengan berdiri tapi dengan duduk. Ketika dudukpun kaki tidak boleh diangkat (jigang), dan ditambah lagi tidak boleh sambil bicara. Dan sebelum makanpun diajari berdo'a terlebih dahulu. Dan hal ini pun dilakukan oleh orang tua setiap saat. Seorang anak yang masih dalam tahap pertumbuhan memerlukan adanya latihan–latihan yang dapat ditanamkan sejak dini. Anak yang dilatih untuk mandiri, dia akan lebih percaya pada kemampuannya sendiri. Tidak akan mudah menggantungkan harapannya kepada siapapun. Dan sikap mandiri disini sangat diperlukan bagi anak yang dimulai dari sejak bangun tidur. Anak dilatih untuk membereskan tempat tidurnya sendiri, ini adalah salah satu bentuk latihan yang diterapkan oleh orang tua dalam sikap disiplin. Adat dan kebiasaan yang telah orang tua terapkan dirumah adalah yang baik. Kebiasaan orang tua yang mereka terapkan di rumahpun, akan diserap oleh anak. Orang tua yang membiasakan anak untuk selalu jajan diluar akan mempunyai dampak yang buruk bagi anak dan tidak semua keinginan anak harus dipenuhi orang tua. Orang tua yang bijak akan memberikan penjelasan dengan
60
bijaksana pula dengan tidak menyinggung perasaan sang anak dan hal ini pun bukan berarti gizi di rumah tidak dipenuhi, tapi orang tua berusaha untuk memenuhi gizi yang ada di rumah. Hal ini akan dapat membantu orang tua menanamkan pendidikan yang baik. Kalau anak sering jajan diluar dan tidak tanpa direm, orang tua akan dapat kehilangan kendali anak. Hal ini akan mengakibatkan kemanjaan pada anak. Dan pada akhirnya akan sulit untuk dirubah. Begitu juga ketika berada di luar rumah orang tua juga ikut memantau kegiatan anak diluar rumah dengan cara mereka sendiri. Ketika anak berada diluar rumah, orang tua tidak ada hentinya memperhatikan sikap anak. Baik itu dalam kegiatan sekolah atau kegiatan yang ada dilingkungan tempat mereka tinggal. Dalam kegiatan diluar rumah, terutama berkaitan dengan kegiatan sekolah orang tua selalu ikut campur. Hal ini terlihat ketika orang tua yang rela mengantarkan dan menjemput anak mereka ke sekolah semuanya dilakukan dengan senang hati. Dan juga dengan orang tua yang terus menerus mengingatkan pada anak ketika anak berangkat sekolah karena waktunya sudah siang. Tidak bosan–bosannya mereka mengingatkannya. Oleh karena itu, berkaitan dengan disiplin dirumah maka dapat disimpulkan bahwa disiplin dirumah salah satunya adalah disiplin waktu. Di desa Josari Jetis Ponorogo terdapat 15 tempat ibadah yang semuanya di manfaatkan untuk kegiatan rutin sholat fardhu. Baik masjid ataupun mushola yang ada sampai saat inipun masih terus dan terus untuk dimanfaatkan sebagai
61
salah satu tempat pendidikan bagi anak. Dengan adanya tempat ibadah inipun orang tua juga mendidik anak mereka untuk mau datang ke masjid, ataupun mushola untuk melaksanakan sholat berjama'ah. Dan sholat berjama’ah ini dilanjutkan dengan sholat sunnah rowatib dan inipun dilakukan rutin terutama setelah sholat magrib dan hal ini diikuti oleh anak-anak mereka. Dengan demikian pola asuh orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak akan membekas pada jiwa anak. Dari sini penulis dapat menggambarkan pola asuh orang tua yang sangat antusias adalah menanamkan kedisiplinan pada anak yaitu antara lain dengan keteladanan, pembiasaan dari hal-hal yang kecil, dan latihan yang dilakukan terus menerus. Sedangkan mengenai pola asuh yang orang tua terapkan dalam mendisiplinkan anak adalah demokratis dan otoritatif. Hal ini tampak dalam menghadapi anak yang memiliki berbagai macam karakter. Seperti anak yang belum berani untuk berangkat sekolah sendiri karena siswa baru, maka orang tua mengantarkannya ke sekolah dan sebelum mengantarkannya ditanyai lebih dahulu.
B. Analisis Tentang Upaya Mendisiplinkan Anak Mengenai tindakan yang diambil oleh oran tua dalam menghadapi anak yang kurang berdisiplin, hal ini terlihat begitu jelas akan adanya upaya yang dilakukan oleh orang tua agar anak berdisiplin. Dan memang orang tua tidak
62
dianjurkan untuk membiarkan anak mereka berbuat semaunya dan sesuka hatinya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada selanjutnya. Dalam upaya mendisiplinkan anak, orang tua memberikan sumbang sih (arahan) yang dapat berguna bagi anak. Seperti yang telah dikatakan oleh ibu Tilah tentang tindakan yang diambil ketika anak tidak berdisiplin, yang mana beliau berpendapat bahwa anak perlu diberi pengarahan. Dalam memberikan pengarahan tersebut, menurut beliau sang suami memberikan arahan kepada anak, beliau juga ikut mengambil bagian di dalamnya. Akan tetapi, dia hanya mendampingi sang suami tanpa mengeluarkan komentar apapun. Tapi seandainya beliau diminta komentar tentang hal tersebut, beliaupun angkat suara. Dan tidak halnya begitu saja. Ketika anak melakukan suatu kesalahan, beliau tidak menggunakan hukuman terutama adalah hukuman badan. Karena hukuman yang diberikan orang tua terutama hukuman badan akan mempunyai pengaruh yang negatif pada kehidupan anak selanjutnya. Dalam menghadapi anak yang kurang berdisiplin orang tua tetap terus mendidik dan memberikan pengarahan pada anak. Selain adanya arahan yang paling sering digunakan oleh orang tua dalam mendisiplinkan anak, orang tua juga perlu untuk membiasakan anak pada hal-hal yang baik. Kebiasaan-kebiasaan yang ada terus dipupuk dan dikembangkan dan juga kontrol dari orang tua memang sangatlah dibutuhkan disini. Karena dengan adanya kontrol dari orang tua anak akan merasa bahwa dia diperhatikan oleh orang tua.
63
Adapun mengenai hukuman terutama hukuman badan yang telah diberikan oleh orang tua, hal itu dilakukan dengan terpaksa dan dalam keadaan mendesak. Dan itupun, terpaksa dikarenakan anak sungguh-sungguh bandel dan sulit untuk diatur. Walaupun begitu, ketika anak melakukan kekeliruan orang tua tidak langsung memberikan hukuman kepada anak. Akan tetapi orang tua melihat terlebih dahulu apakah ini masih dalam tahap yang wajar ataukah dalam ketidak wajaran. Karena hukuman yang diberikan itu adalah digunakan sebagai alat untuk mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku yang tidak diharapkan ada pada anak. Sehingga perlu untuk dirubah dan diperbaiki. Dalam hal kegiatan di luar rumah, orang tua juga membantu bagaimanakah tingkah laku anak di luar. Seandainya ada orang lain yang memberikan laporan kepada orang tua tentang perilaku anak tersebut, orang tua mengambil tindakan untuk meneliti apakah hal itu benar ataukah salah, kalau memang salah anak tersebut ditegurnya. Dan ada juga orang tua yang menanyakan perilaku anak tersebut kepada temannya. Begitu juga sebaliknya orang tua yang anak tersebut menanyakan hal itu kepada anak saya. Dengan hal seperti ini, orang tua dapat mengetahui tentang perilaku anak diluar rumah. Sehingga pengontrolan orang tua tidak hanya dirumah saja akan tetapi diluar rumahpun orang tua tetap berusaha untuk mendisiplinkan anak dengan cara yang berbeda. Dan hal ini pun harus dilakukan dengan terus menerus dan juga ajek.
64
Selain itu dalam kegiatan yang dilaksanakan di dalam lingkungan sekitar. Seperti kegiatan mengaji. Ketidak pergian anak untuk tidak mengaji ke tempat biasanya, anak diupayakan untuk mau mengaji di rumah. Walaupun itu cuma satu ayat atau beberapa. Tapi diusahakan setiap hari orang tua mengingatkannya kalau anak belum berangkat. Oleh karena itu dalam kaitan upaya orang tua dalam mendisiplinkan anak di desa Josari Jetis Ponorogo sudah diupayakan oleh orang tua secara maksimal. Dan orang tua telah betul-betul berusaha secara optimal menggunakan berbagai cara antara lain memberikan arahan yang konsisten kemudian ketika arahan tersebut tidak dilaksanakan orang tua mengambil tindakan yang keras seperti memberikan hukuman ataupun dengan adanya bentakan dari orang tua. Untuk itu dalam mendisiplinkan anak diperlukan faktor-faktor yang dapat menunjang terlaksananya disiplin. Dan faktor-faktor tersebut antara lain : arahan yang konsisten, hukuman dan lingkungan yang berdisiplin.
BAB V
65
PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Dalam menanamkan sikap kedisiplinan pada anak, pola asuh orang tua di desa Josari Jetis Ponorogo, melakukannya dengan demokratis dan otoritatif yaitu dilakukan dengan melibatkan anak dalam segala hal dan hal ini diberikan dengan keteladanan atau contoh yang baik yang dapat ditiru oleh anak-anak. Dan juga orang tua membiasakan anak-anak untuk melakukan hal-hal yang baik yang dimulai dari perbuatan yang kecil seperti berdo’a sebelum makan dan mengarjakan cara berbicara yang baik dan lain-lain. 2. Dalam menghadapi anak yang tidak berdisiplin, orang tua di desa Josari Jetis Ponorogo telah berupaya secara maksimal dan secara optimal yaitu ketika anak tidak berdisiplin, upaya orang tua yang pertama dilakukan adalah dengan memberikan arahan terus menerus. Dan kalaupun arahan tersebut tidak dilaksanakan oleh anak, maka jalan terakhir yang diberikan adalah melalui hukuman seperti menyuruh anak untuk membersihkan tempat tidurnya sendiri dan juga ada yang melalui hukuman badan seperti memukul dan menjewer anak.
B. SARAN
66
1. Untuk orang tua a. Hendaknya orang tua dapat memberikan contoh yang baik-baik saja bagi anak. b. Hendaknya tidak ada hukuman terutama hukuman badan yang akan berdampak negatif bagi anak. c. Hendaknya orang tua tidak melepaskan anak begitu saja tapi orang tua mengontrol dan mengarahkan anak di manapun dia berada. 2. Untuk anak Hendaknya anak tidak berbuat semaunya sendiri akan tapi nasihat ataupun arahan yang diberikan orang tua itu dilakukan tanpa berat hati. 3. Untuk Masyarakat Hendaknya
masyarakat
terus
dapat
membantu
orang
tua
mendisiplinkan anak-anak tidak hanya diam tanpa melakukan sesuatu.
DAFTAR RUJUKAN
dalam
67
Ahmadi, Abu, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2001. Al-Qur’an dan Terjemah. Almunandar, Said Agil Husni. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam.Ciputat : Ciputat Pers, 2005. An-Naisabury, Imam Abi Husain Muslim Ibnu Hajjaj Al-Qusyairy. Shohih Muslim Juz I. Beirut : Darul Fikr, 1994. ___________, Shohih Muslim. Terj. Adip Bisri Mustofa. Semarang : Asyifa, 1992. Ari Kunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Cipta, 1998. At-Tirmidzi, Muhammad Isa Bin Suroh. Sunan At-Tirmidzi Juz I. Beirut : Darul Fikr, 1994. ____________. Sunan At-Tirmidzi. Terj. Muh Zuhri , Dipl, tafl. Semarang : Asyifa’, 1992. Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, 2007. Danolson, Eline. Asih Asah Asuh. Yogyakarta : Kanisius, 2001. Djamarah, Saiful Bahri. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Gunarsa, Singgih D. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta : Gunung Mulia, 2006. Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001. Hasyim, Umar. Anak Soleh (Cara Mendidik Anak Dalam Islam) 2. Surabaya : Bina Ilmu, tt . Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jakarta : Gelora Aksara Pratama., 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
68
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogykarta : Pustaka Pelajar, 2005. Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta : INIS, 1994. Moelong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000. Musaheri. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta : Ircisad, 2007. Mustaqim, Abdul. Menjadi Orang Tua Bijak Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada Anak. Bandung : Mizan, 2005. Sastrapraja, M. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya : Usaha Nasional, 1981. Semiawan, Conny R. Pendidikan Keluarga Dalam Era Global. Jakarta : Rineka Cipta, 1998. Sochib, M. Pola Asuh Orang Tua.. Jakarta : Rineka Cipta, 1998. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005. Tafsir, A. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : Mimbar Pustaka , 2004 Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : Rosdakarya, 2007. Tu'u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Gramedia, 2004. Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam I. Bandung : Pustaka Setia, 2005. Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Surabaya : Arkola, tt. Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. tt : Pesona, tt. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depag, 2006.