BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Modal manusia memiliki peran sentral dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka peran modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penelitian mengenai modal manusia menjadi salah satu topik penting dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Cohen dan Soto (2007: 51-52), ide bahwa modal manusia dapat menyebabkan pertumbuhan berkelanjutan merupakan salah satu kritik yang dimunculkan dari literatur “new growth” yang dinisiasi oleh Lucas (1988) dan Romer (1990). Konsep modal manusia secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan dan keahlian yang dimiliki manusia. Menurut beberapa ekonom seperti Becker (2002: 01), modal manusia didefinisikan sebagi pengetahuan, informasi, ide, keahlian dan kesehatan dari seorang individu. Keberhasilan ekonomi individu serta keseluruhan ekonomi tergantung pada seberapa luas dan efektif orang berinvestasi dalam diri mereka sendiri. Sementara itu Acemoglu dan Autor (2005: 03), mendefinisikan modal manusia sebagai suatu hal yang berhubungan dengan bekal pengetahuan atau karakteristik pekerja yang dimiliki (baik bawaan atau diperoleh) yang memberikan kontribusi yaitu “produktifitas”. Faktor utama pembentuk modal manusia seperti pendidikan dan kesehatan telah memberikan bukti untuk mendorong pembangunan ekonomi. Implikasi dari
1
akumulasi modal manusia lebih baik akan berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Menurut Kuncoro (2002), sejalan dengan pergerakan waktu, tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah serta antar sektor. Secara teoritis pendekatan awal untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi menurut teori pertumbuhan ekonomi neo-klasik oleh Solow (1956) dan Swan (1956), dimaknai sebagai fungsi dari tenaga kerja, modal fisik dan adanya faktor eksogen dari teknologi. Menurut Barro dan Martin (2004: 17), kontribusi penting dari Solow (1956) dan Swan (1956) adalah aspek kunci dari model ini yaitu bentuk fungsi produksi neoklasik, spesifikasi yang mengasumsikan skala hasil konstan, diminishing returns setiap masukan, dan beberapa elastisitas positif dan substitusi antara input. Peran modal manusia dalam memahami pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah dalam suatu negara merupakan pengembangan dari adanya teori ekonomi modern yaitu model pertumbuhan endogen (endogenous growth model). Salah satu teori pertumbuhan endogen yang fokus membahas peran modal manusia yaitu Lucas (1988) dan Romer (1990), dalam model ini penambahan modal fisik dan tenaga kerja (yang tidak terdidik) serta adanya modal manusia sebagai input dalam fungsi produksi. Model dari Lucas (1988), menunjukkan bahwa modal manusia mempunyai efek produktifitas internal (internal productivity effect) dan efek produktifitas eksternal (external productivity effect). Peningkatan modal manusia pada individu tidak hanya berasal dari produktifitas
2
dirinya sendiri tetapi merupakan bagian dari produktifitas pekerja lain pada level keahlian tertentu. Menurut Mathur (1999: 206), adanya efek eksternal dikarenakan tingkat
pertumbuhan
akan
menjadi
lebih
tinggi
pada
daerah
yang
menginvestasikan lebih besar untuk akumulasi modal manusia. Konvergensi merupakan salah satu kajian lanjutan dari teori pertumbuhan ekonomi. Implikasi dari adanya teori pertumbuhan ekonomi adalah perbedaan kecepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Menurut Islam (2003), bagaimana tingkat pendapatan negara-negara miskin akan konvergen terhadap negara-negara kaya dengan sendirinya sehingga memiliki implikasi pada kesejahteraan manusia. Menurut Barro dan Martin (2004: 17), salah satu prediksi dari model Solow (1956) dan Swan (1956), yang telah dimanfaatkan secara serius sebagai hipotesis empiris hanya dalam beberapa tahun terakhir adalah terjadinya konvergensi kondisional. Semakin rendahnya tingkat PDB per kapita awal yang relatif terhadap jangka panjang atau posisi steady-state-nya maka semakin cepat tingkat pertumbuhan. Pentingnya anlisis pada level regional dalam suatu negara untuk melihat pembangunan daerah dan efektifitas kebijakan yang telah dilakukan pemerintah pada pengembangan sektor-sektor utama pertumbuhan. Aspek keruangan atau kebertetanggaan pada analisis perekonomian regional merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan karena interaksi antar daerah pasti terjadi. Maka, aspek geografi dalam analisis ekonomi menjadi penting karena adanya konsentrasi industri, konsentrasi modal manusia mobilitas faktorfaktor produksi yang dapat menjadikan perekonomian suatu daerah menjadi berkembang. Ide dasar mengenai hal tersebut berawal dari Tobler (1970) dikenal
3
dengan Tobler‟s first law of geography yaitu “Everything is related to everything else, but near things are more related than distant things” (Anselin, 1988). Mobilitas faktor produksi, hubungan perdagangan dan limpahan geografis (seperti penyebaran teknologi) dapat menjadi acuan bagaimana memahami pembangunan ekonomi suatu daerah yang dipengaruhi daerah tetangganya (Agha dan Vedrine, 2010: 02). Perbedaan modal manusia pada satu daerah dengan daerah lain sering terjadi. Kecenderungannya adalah pengelompokan modal manusia secara kuantitas dan kualitas pada daerah-daerah tertentu. Individu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih baik dan keahlian cenderung memiliki mobilitas yang lebih baik dan lebih terkonsentrasi pada daerah perkotaan dikarenakan arus urbanisasi. Menurut Shihe Fu (2006: 02), konsentrasi tinggi dari pekerja terampil dapat mempromosikan inovasi, difusi, akuisisi, dan akumulasi pengetahuan di seluruh pekerja baik secara individual, ruang geografis, dan waktu. Selain itu, menurut Karlsson et al., (2009), dapat diamati bahwa modal manusia yang diukur dengan individu yang memiliki pendidikan tingkat universitas cenderung terkelompok secara substansial pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan keseluruhan populasi. Eksternalitas tanpa kompensasi dari stok modal manusia secara agregat telah lama dianggap sebagai salah satu kekuatan penting dari pertumbuhan ekonomi (Romer, 1986 dan Lucas, 1988 dalam Shihe Fu, 2006: 02). Analisis dinamika pertumbuhan ekonomi dan konvergensi regional pada level daerah dengan memperthatikan aspek spasial menjadi penting sebagai kesatuan analisis karena adanya interaksi antar daerah. Studi awal mengenai
4
pengembangan modal manusia dan produktivitas daerah dilakukan dengan perbedaan cakupan dari level wilayah yang digunakan. Studi pada level individu dan perkotaan misalnya dilakukan oleh Rauch (1993), Moretti (2004), dan Baeur dan Vorell (2010), menunjukkan bahwa terjadi konsentrasi modal manusia dan terjadinya efek limpahan modal manusia pada kota-kota tertentu yang menyebabkan peningkatan produktivitas pada kota lain dengan adanya efek dari pendidikan dan pengalaman. Studi pada level daerah dengan menggunakan pendekatan spasial ditunjukkan pada penelitian Ramos et al. (2010) dan Fischer et al. (2009) yang menunjukkan adanya efek limpahan modal manusia terhadap tingkat produktivitas regional. Penelitian Brunow dan Hirte (2009), dengan mempertimbangkan komposisi populasi di Jerman menunjukkan adanya efek limpahan modal manusia dan transisi demografi dari pekerja. Selain itu penelitian lebih lanjut juga dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi konvergensi pada daerah dengan mempertimbangkan aspek spasial pada level regional di Uni Eropa dan Spanyol (Fingleton dan López-Bazo, 2006; Ramos et al., 2010). Penelitian di
Indonesia mengenai hubungan modal manusia dan
pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan tetapi tidak memperhatikan aspek spasial. Penelitian Firdaus dan Yusop (2009), menunjukkan mengenai hubungan antara modal manusia dengan menggunakan level pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sementara Sodik (2006) mencoba menganalisis konvergensi regional pada provinsi di Indonesia tanpa menganalisis aspek spasial. Penelitian yang dilakukan Vidyattama (2013) di Indonesia pada level provinsi
5
menunjukkan hubungan antara adanya desentralisasi dengan konvergensi regional dan ketimpangan regional. Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia dengan memperhatikan aspek spasial telah dilakukan tetapi tidak secara spesifik menganalisis hubungan antara modal manusia dan pertumbuhan ekonomi regional. Penelitian Kuncoro (2001), menganalisis konsentrasi industri di Indonesia, sementara penelitian Kuncoro (2003) menganalisis konsentrasi Industri di Pulau Jawa. Sakti (2007), menganalisis konsentrasi spasial lembaga pendidikan tinggi di Pulau Jawa. Penelitian Rumayya et al. (2005), menunjukkan terjadinya efek limpahan pertumbuhan pendapatan pada kabupaten di Jawa Timur dimana level awal pendapatan regional dan teknologi pada daerah tetangga memiliki peranan sebagai salah satu faktor pertumbuhan bagi wilayah lainnya. Analisis lain digunakan oleh Vidyattama (2012) menggunakan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) menunjukkan konsentrasi dan hubungan spasial antara PDRB perkapita dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hasilnya yaitu terjadinya konsentrasi PDRB perkapita dan IPM pada daerah tertentu. Pembangunan ekonomi di Indonesia menunjukkan kondisi yang timpang, antar provinsi maupun antar kabupaten dan kota dalam satu provinsi. Selain itu, pusat aktivitas ekonomi dan penduduk Indonesia cenderung terpusat di Pulau Jawa sehingga mengindikasikan bahwa Jawa memiliki peran sentral dalam perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut dapat ditunjukkan pada beberapa indikator sebagai berikut.
6
7%
7%
21%
6%
Pulau Sumatera Pulau Jawa dan Bali Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi
59%
Maluku, NT dan Papua
Sumber: BPS, 2014 (diolah)
Gambar 1.1 Persentase Persebaran Penduduk pada 5 Pulau Besar di Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010
Data distribusi penduduk Indonesia ditunjukkan gambar 1.1 di atas menunjukkan bahwa 59 persen dari total penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Persebaran lain ditunjukkan bahwa 41 persen terbagi pada daerah lain di luar pulau Jawa dan 21 persen berada di Pulau Sumatera. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Indonesia juga terpusat di Pulau Jawa. Kondisi tersebut juga relevan dengan data distribusi kontribusi PDRB yaitu aktivitas perekonomian yang ditunjukkan gambar 1.2 dibawah ini bahwa persentase tersebut menunjukkan hal yang sejalan yaitu 59 persen kontribusi aktivitas perekonomian berada di Pulau Jawa sementara 24 persen di Sumatera, 9 persen di Kalimantan dan 8 persen di timur Indonesia. 5%
3% 24%
9%
Pulau Sumatera Pulau Jawa dan Bali Pulau Kalimantan
59%
Pulau Sulawesi Maluku, NT dan Papua
Sumber: BPS, 2014 (diolah)
Gambar 1.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku pada 5 Pulau Besar di Indonesia Tahun 2012
7
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara nasional dan level provinsi di Indonesia ditunjukkan oleh gambar 1.3 bahwa nilai IPM di Pulau Jawa dan Sumatera selalu berada pada rata-rata nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa 2 pulau tersebut memiliki tingkat pembangunan manusia yang tinggi dibandingkan pulau lain di Indonesia. Pembangunan ekonomi dan pengembangan modal manusia di Indonesia cenderung terfokus di Pulau Jawa, karena itu penting untuk menganalisis tingkat pertumbuhan ekonomi serta beberapa indikator utama pendorongnya khususnya di Pulau Jawa. 76,00 74,00 72,00
Sumatera Jawa dan Bali
Nilai IPM
70,00
Kalimantan 68,00 Sulawesi 66,00
NT, Maluku dan Papua Indonesia
64,00 62,00 60,00 58,00 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Sumber: BPS, 2014 (diolah)
Gambar 1.3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 5 Pulau Besar di Indonesia Tahun 2004-2012
Kondisi yang terjadi adalah secara agregat indikator utama yaitu PDRB dan IPM pada level provinsi di beberapa daerah menunjukkan kondisi yang baik. Pada level yang lebih kecil yaitu kabupaten dan kota indikator tersebut tidak merepresentasikan kondisi pada level provinsi. Ketidakmerataan pembangunan di pulau Jawa juga terjadi, hal tersebut dapat ditunjukkan pada beberapa indikator di
8
level kabupaten dan kota yang memiliki kecenderungan terpusat pada daerah kota besar. Indikator pertama adalah tingkat modal manusia dapat dianalisis melalui indikator utama yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dibagi menjadi dua indikator yaitu Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Harapan Hidup (AHH) pada kabupaten dan kota di Pulau Jawa.
Sumber: BPS, 2014 (Diolah)
Gambar 1.4 Distribusi Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Harapan Hidup Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa Tahun 2004 dan 2012
Kondisi kualitas modal manusia di Indonesia khususnya kabupaten dan kota di pulau Jawa dapat dianalisis dari gambar 1.4. Dua Indikator utama yang merupakan bagian dari IPM menunjukkan terjadinya konsentrasi RLS dan AHH pada beberapa wilayah tertentu di sekitar kota besar di pulau Jawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa persebaran modal manusia di Jawa tidak menyebar secara merata tetapi mengikuti pola dan terkonsentrasi pada wilayah tertentu. Ketimpangan RLS dan AHH sebagai indikator IPM menunjukkan bahwa pembangunan perekonomian di Jawa hanya terpusat pada daerah tertentu dan
9
mengindikasikan adanya konsentrasi spasial yang kemungkinan menunjukkan terjadi efek-efek limpahan dari daerah yang bertetangga.
Sumber: BPS, 2014 (diolah)
Gambar 1.5 Distribusi PDRB per Kapita kabupaten dan kota di Pulau Jawa pada Tahun 2004 dan 2012
Distribusi ketimpangan pertumbuhan ekonomi regional dapat dilihat pada gambar 1.5, adanya kesenjangan PDRB per kapita pada beberapa kabupaten dan kota di pulau Jawa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi perbedaan mendasar tentang sumber-sumber utama yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung berada pada daerah kota besar dan sekitarnya. Selain itu daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung berada pada daerah yang memiliki sektor industri yang besar. Pulau Jawa digunakan menjadi objek penelitian ini karena beberapa alasan yaitu pertama, pulau Jawa merupakan pusat dari perekonomian, pusat pemerintahan nasional dan merupakan daerah dengan populasi terbesar di 10
Indonesia. Kondisi tersebut seharusnya menjadikan pemerataan di pulau Jawa lebih baik dibandingkan wilayah lain tetapi kondisi yang terjadi tidak sesuai yaitu akses infrastruktur ekonomi dan akses pelayanan publik ternyata tidak merata antar daerah. Kedua, disparitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Jawa cukup tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari distribusi PDRB per kapita dan pencapaian IPM yang cenderung terkonsentrasi pada daerah perkotaan. Ketiga, penelitian dari Sakti (2007) menunjukkan bahwa distribusi perguruan tinggi di Jawa terkonsentrasi pada daerah-daerah kota besar. Hal tersebut menjadi salah satu acuan bahwa kuantitas dan kualitas pendidikan di pulau jawa masih cenderung terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu terutama di daerah perkotaan dan kota besar. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai peran modal manusia dan pembangunan ekonomi pada daerah di Indonesia serta kondisi yang terjadi di Indonesia, maka penelitian ini akan menganalisis kembali pengaruh dari modal manusia pada pertumbuhan ekonomi dan konvergensi yang terjadi pada kabupaten dan kota di pulau Jawa dengan mempertimbangkan aspek spasial. Permasalah yang timbul dalam analisis menggunakan analisis empiris aspatial atau tidak mempertimbangkan pengaruh lokasi dalam proses pertumbuhan dapat memberikan kesimpulan yang bias dan tidak seuai (Fingleton dan Lopez-Bazo, 2006). Aspek spasial menjadi salah satu poin penting dalam menganalisis hubungan antara modal manusia dan pertumbuhan ekonomi
regional di
Indonesia. Penelitian ini berfokus pada analisis spasial kondisi modal manusia dan
11
pertumbuhan ekonomi
regional di Jawa dengan menggunakan ekonometrika
spasial. Tiga poin utama yang ingin dianalisis pada penelitian ini merupakan satu alur yang dilakukan secara berurutan. Pertama, menganalisis kondisi adanya distribusi pertumbuhan ekonomi regional dan modal manusia, konsentrasi spasial yang terjadi menunjukkan adanya interaksi dan ketergantungan (dependence) antar daerah. Kedua, terjadinya konsentrasi dan ketergantungan spasial memberikan arahan bahwa kondisi tersebut dapat menjadikan munculnya hubungan limpahan (spillover) dari daerah satu ke daerah lain. Ketiga, dengan memperhatikan aspek spasial yaitu limpahan (spillover) dari daerah satu ke daerah lain maka bagaimana dampak hal tersebut terhadap terjadinya pertumbuhan ekonomi dan konvergensi antar daerah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pola dan hubungan spasial modal manusia dan pertumbuhan ekonomi regional pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 20042012? 2. Bagaimanakah efek limpahan modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi regional pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 2004-2012? 3. Bagaimanakah konvergensi pendapatan per kapita regional pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 2004-2012 berdasarkan model konvergensi sigma? 4. Bagaimanakah efek limpahan modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 2004-2012 dalam model konvergensi beta?
12
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan dan pola spasial pada modal manusia dan pertumbuhan ekonomi regional pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 2004-2012. 2.
Untuk mengetahui efek limpahan modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi regional pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 20042012.
3. Untuk mengetahui apakah terjadi konvergensi pendapatan per kapita regional pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 2004-2012 berdasarkan model konvergensi sigma. 4. Untuk mengetahui apakah terjadi efek spasial pada modal manusia dan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di pulau Jawa selama tahun 2004-2012 pada model konvergensi beta. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara akademis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan kajian empiris mengenai teori ekonomi pembangunan dan teori ekonomi regional Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan diharapakan dapat memotivasi penelitian yang lebih lanjut mengenai efek limpahan modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi
dan konvergensi regional di
Indonesia.
13
2. Manfaat untuk pengambil kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan modal manusia dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. 1.4 Sistematika Penulisan BAB I
merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
merupakan tinjauan pustaka yang berisi landasan teori, penelitian sebelumnya dan keaslian penelitian.
BAB III
merupakan metode penelitian yang berisi data yang dipakai, metode yang digunakan dan model penelitian.
BAB IV
merupakan hasil dan pembahasan yang berisi hasil output data, hasil analisis dan pembahasan.
BAB V
merupakan penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
14