BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dimana
pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan tarif hidup masyarakat dengan melalui pembangunan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Hasil dari pembangunan di bidang perekonomian dapat dilihat dari semakin banyaknya kawasan industri yang didirikan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta. Pesatnya pembangunan pada dunia industri mendorong terjadinya persaingan antar perusahaan terutama dalam menghasilkan produk dengan harga dan kualitas yang cukup bersaing. Dengan tajamnya persaingan perusahaan dituntut untuk mampu menghadapi persaingan yang ada, perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat sehingga produknya dapat bersaing dan dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Aktivitas utama dalam perusahaan industri adalah mengolah bahan baku mentah menjadi bahan jadi yang siap diolah lebih lanjut untuk dapat dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam proses ini diperlukan sumber ekonomi yang disebut biaya dalam proses produksi yaitu biaya produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Proses produksi yang maksimal merupakan kunci sukses sebuah industri. Begitu pula, upaya penekanan biaya produksi, menjadi perhatian utama pelaku industri untuk dapat bertahan di era kompetisi saat ini. Salah satu masalah yang
1
2
terjadi pada masa sekarang ini juga merupakan indicator yang harus diperhatikan perusahaan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien, seperti masalah kenaikan harga bahan bakar minyak. Untuk itu perusahaan harus bisa mengelola fungsifungsi operasional dengan baik, seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi personalia maupun fungsi pembelanjaan. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan, rencana penaikan harga BBM bersubsidi 22-44% tidak akan menekan industri manufaktur di dalam negeri. Sebab, dampaknya ke peningkatan biaya produksi manufaktur nasional rata-rata hanya 0,6-1,2%. Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari mengatakan, rencana penaikan harga BBM bersubsidi premium 44% dan solar 22% masing-masing dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 dan Rp 5.500 per liter pada pertengahan Juni 2013 tidak akan berdampak signifikan terhadap struktur biaya produksi industri manufaktur nasional. Peristiwa kenaikan bahan bakar minyak yang terjadi pada tanggal 22 Juni 2013 akan berdampak pada perusahaan salah satunya adalah perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia hal ini dikarenakan pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak pada perusahaan tersebut mencapai 10-20% per tahun. (www.kemenperin.go.id) Selain itu kenaikan harga BBM akan mempengaruhi semua lini ekonomi di Indonesia. Bagi dunia usaha, kenaikan harga BBM memberikan dampak cukup besar terhadap biaya produksi barang dan jasa. Biaya bahan baku akan turut mengalami kenaikan, ongkos angkut melonjak, ditambah dengan tuntutan karyawan untuk kenaikan upah yang pada akhirnya membuat marjin perusahaan mengecil. Pada akhirnya perusahaan akan menaikan harga produk akhir. Di lain
3
pihak, daya beli masyarakat juga menurun karena beban kenaikan harga BBM. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi perusahaan, sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang
pada
akhirnya
juga
akan
menurunkan
laba
perusahaan.
(thepresidentpostindonesia.com) Kenaikan BBM subsidi akan berpengaruh pada peningkatan biaya distribusi tambang. Karena selama ini kendaraan operasional pengangkutan menggunakan BBM subsidi, dampak langsung kenaikan BBM subsidi berpengaruh terhadap distribusi tambang. (www.kemenperin.go.id) Terdapat keadaan yang tidak sesuai dengan pernyataan Kementerian Perindustrian Indonesia, bahwa rencana penaikan harga BBM bersubsidi 22-44% tidak akan menekan industri manufaktur di dalam negeri. Tetapi pada kenyataannya terjadi peningkatan inflasi. menaikkan harga BBM bersubsidi 22 Juni 2013. Saat itu, harga premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter dan harga solar naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.500 per liter. Inflasi pada bulan berikutnya langsung melambung 3,29 persen dan akhirnya inflasi tahun kalender 2013 meroket jadi 8,38 persen. Inflasi ini bahkan jauh di atas suku bunga acuan Bank
Indonesia,
BI
(www.beritasatu.com).
rate,
yakni
7,5
persen
pada
akhir
tahun
lalu
4
Gambar 1.1 Tingkat Inflasi Month-on-Month (MoM) Tahun 2
Dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang mengakibatkan melambungnya inflasi memberikan dampak menurunnya daya beli masyarakat, menjadikan harga-harga barang meningkat, dunia usaha lesu karena bahan baku dan biaya produksi melonjak naik sehingga PHK terjadi dimana-mana dan selain itu berdampak pada menurunnya kinerja perusahaan. Perusahaan harus menetapkan biaya produksi dengan sangat cermat dan penuh pertimbangan. Dengan kecematan dalam penentuan biaya produksi, maka akan didapat biaya produksi yang efisien. Biaya produksi dapat dikatakan efisien apabila biaya produksi yang dikeluarkan tetap terkendali, artinya tidak melebihi biaya produksi yang dianggarkan sebelumnya. Atau bisa juga dengan menekan biaya produksi yang telah dianggarkan sebelumnya. Dengan begitu, laba yang dihasilkan dapat meningkat. Kinerja perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan perusahaan tersebut dan juga untuk mengetahui tingkat profitabilitas yang telah dicapai. Selain untuk kepentingan stakeholders, salah satu
5
kepentingan perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal, karena dengan adanya laba maka perusahaan dipastikan dapat menjaga kelangsungan aktivitas usaha dan juga berarti kinerja perusahaan berjalan dengan baik. Pengukuran kinerja keuangan digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterpresatasikan, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisi. Salah satunya yaitu analisis rasio keuangan, rasio keuangan merupakan teknik analisi keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi (Jumingan, 2011:240). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rasio profitabilitas sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Salah satunya Net Profit Margin. Masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah masalah pada biaya produksi dan kinerja perusahaan serta bahan bakar minyak. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Bahan Bakar Minyak sebagai Variabel Moderating ” (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)
6
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
tersebut,
maka
dapat
di
identifikasikan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana
pengaruh
biaya
produksi
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan. 2. Bagaimana pengaruh bahan bakar minyak terhadap hubungan antara biaya produksi dan kinerja keuangan perusahaan. 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan
mendapatkan data yang dapat memberikan informasi tentang pengaruh biaya produksi terhadap kinerja keuangan perusahaan serta pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap hubungan keduanya. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh biaya produksi terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Mengetahui pengaruh bahan bakar minyak terhadap hubungan antara biaya produksi dan kinerja keuangan perusahaan. 1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Memberikan pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai biaya produksi dan kinerja perusahaan. 2. Bagi Perusahaan
7
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbaikan khususnya mengenai biaya produksi dan kinerja perusahaan, 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian
ini
diharapkan
menjadi
referensi
bagi
pihak
yang
memerlukannya dan menjadi bahan perbandingan untuk melaksanakan penelitian yang lebih lanjut. 1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas
dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada perusahaan industri manufaktur sub sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015. 1.6
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode eksplanatori. Menurut Sugiyono (2011:10) Penelitian explanatory adalah suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabelvariabel yang doteliti serta hubungan kausal antara variabel satu dengan yang lain melalui pengujian hipotesis.