BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Jumlah penduduk Indonesia sekitar 200 juta orang lebih dimana mereka tinggal dan tersebar diberbagai pulau-pulau di Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/keberagaman-budaya.html). Mereka juga mendiami wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses akulturasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat tinggi. Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan-mobilitas penduduk yang dilakukan masyarakat, memungkinkan para pedagang untuk tinggal di kota-kota pelabuhan. Mereka melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama yang dibawa oleh para pedagang mengakibatkan adanya percampuran budaya satu dengan budaya lainnya dan diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini sejalan
dengan ungkapan Suprapti (1994:3)yang menyatakan bahwa, “Faktor sosial budaya meliputi kependudukan beserta kebudayaanya. Perkembangan penduduk, terutama mobilitas penduduk, menimbulkan berbagai interaksi budaya”. Datangnya etnis diluar etnis asli dapat dalakukan dengan berbagai cara. Luasnya daerah dan jauhnya jarak yang akan ditempuh tidak menghalangi niat untuk melakukan migrasi.Demikian jugapenduduk yang tersebar di lima pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, melakukan migrasi (perpindahan) dengan menggunakan jalur darat maupun laut yang biasanya dilakukan dalam kegiatan perdagangan,sebagaimana yang diungkapkan oleh Tuti Rahayu (2013:73) yang menyebutkan bahwa: “Persilangan suatu kelompok sosial tidak terjadi begitu saja, namun dibantu dengan adanya interaksi diantara berbagai seksi. Interaksi antara satu seksi dan seksi lainnya dilakukan melalui hubungan ekonomi (perdagangan dan perindustrian), hubungan sosial (perkawinan dan pendidikan), dan hubungan politik”. Salah satu wilayah di Indonesia yang melakukan kegiatan perdagangan dan mengalami perpindahan (migrasi) penduduk adalah Pesisir Sibolga. Sibolga merupakan kota pelabuhan yang mengalami percampuran budaya yang diakibatkan karena jalur perdangan. Kota pelabuhan merupakan lingkungan budaya yang pada umumnya senantiasa mengalami perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suprapti (1994:1)yang menyatakan bahwa: "Jalur perdagangan menyebabkan pelabuhan-pelabuhan yang ada di pantai barat Sumatera mengalami perkembangan. Kota-kota yang terdapat di pantai barat Sumatera antara lain adalah Singkil, Barus, Sibolga, Natal, dan Emma Haven/ Telukbayur.”
Masuknya budaya kePesisir Sibolga bermula dari pelabuhan Kota Barus yang berjaya pada masa itu yang didukung oleh daerah-daerah yang ikut menunjang aktivitas perdagangan di pelabuhan Barus (daerah belakang (hinterland) daerah pedalaman, seperti Tanah Karo, Simalungun, dan Toba serta pulau-pulau kecil disekitarnya, seperti pulau Mursala. Produksi daerah belakang antara lain berupa damar, kemenyan, kapur barus, dan kulit binatang), yang tentunya berperan penting dalam penyebaran budaya-budaya yang masuk melalui aktivitas pelabuhan atau perdagangan. Kurangnya sarana pelabuhan di Barus menyebabkan pusat pelabuhan berpindah ke Sibolga. Sehingga seluruh aktivitas perdagangan di pelabuhan yang terjadi di Sibolga mengakibatkan masyarakat pada wilayah ini, terdiri dari berbagai etnis, yang memiliki kekayaan budaya yang beragam, sebagai bagian dari proses multikultural di Pesisir Sibolga. Sebagai wilayah yang heterogen, Pesisir Sibolga tetap memiliki adat istiadat yang dianut dan dilaksanakan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, selain itu, terdapat pula kesenian yang masih berkembang dan dilaksakan hingga saat iniyaitu kesenian Sikambang. Sikambang merupakan kesenian yang memadukan antara musik, tarian, senandung, pantun yang paling populer di wilayah ini.Kesenian Sikambang sangat erat kaitannya dengan adat penikahan atau istilah yang dikenal oleh masyarakat setempat adalah adat sumando. Adat sumando adalah perpaduan dari adat yang dimiliki oleh Minang dan Melayu, tetapi dilakukan oleh etnis lain diluar mereka sebagai sebuah rasa saling menghargai sebagai bagian dari proses multikultural.Selain dapat digunakan dalam acara adat pernikahan, kesenian ini juga dapat digunakan pada acara
penyambutan tamu, sunatan, memasuki rumah baru, penobatan, mengayun anak dan sebagainya. Dengan demikian kesenian Sikambang menjadi identitas baru bagi masyarakat Sibolga yang heterogen. Hal ini sejalan oleh Stuart Hall (1990:393) yang menjelaskan bahwa: “identitas budaya (atau juga disebut sebagai identitas etnis) sedikitnya dapat dilihat dua cara pandang, yaitu identitas budaya sebuah wujud ( identity as being) dan identitas budaya sebagai proses menjadi (identity as becoming). Melihat fenomena yang ada penulis merasa tertarik mengangkat menjadi topik penelitian dengan judul “Kesenian Sikambang: Prespektif Multikultural sebagai Identitas Budaya Pesisir Sibolga”.
B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian perlu dilakukan identifikasi masalah, agar penelitian terarah serta mencakup masalah yang akan dibahas tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Didi Atmadilag (1994:87): “Identifikasi masalah merupakan penjabaran dari tema sentral masalah menjadi beberapa submasalah yang spesifik, yang dirumuskan dalam beberapa kalimat tanya”. Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaiamana prosesmultikultural yang dilakukan oleh masyarakat Pesisir Sibolga? 2. Bagaimana Multikultural dalam kesenian Sikambangpada masyarakat Pesisir Sibolga?
3. Bagaimana bentuk Kesenian Sikambang sebagai identitaspada masyarakat Pesisir Sibolga?
C. Pembatasan Masalah Setelah diidentifikasi, ternyata banyak faktor yang dapat diteliti lebih lanjut dalam permasalahan ini maka arah penelitian harus dibatasi. Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian dalam menganalisis data nantinya pembahasan tidak meluas dan melebar sehingga penelitian ini lebih terarah. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarto Surakhman (1982:34) yaitu: “Sebuah masalah yang dirumuskan tidak terlalu luas tidak perlu dipakai sabagai masalah penyelidikan, oleh karena tidak akan jelas batas-batas masalahnya. Pembatasan ini perlu, bukan hanya untuk mempermudah atau hanya menyederhanakan masalah bagi penyidik, tetapi juga untuk menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk memecahkan masalah, tenaga, waktu, ongkos dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu.” Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana proses multikultural pada masyarakat Pesisir Sibolga? 2. Bagaimana multikultural dalam kesenian Sikambang pada masyarakat Pesisir Sibolga? 3. Bagaimana bentuk kesenian Sikambang sebagai identitaspada masyarakat Pesisir Sibolga?
D. Perumusan Masalah Rumusan masalah merupakan salah satu faktor yang menjadi pegangan yang harus diselesaikan peneliti. Karena sebuah penelitian dapat dilakukan apabila rumusan masalah telah dapat. Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan. Permusan masalah yang baik menurut Bahdin (2005:26) adalah: “Masalah harus fleksibel, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sember yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu. Masalah harus jelas, yaitu semua orang harus memberi presepsi yang sama terhadap masalah tersebut. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah dalam kehidupan manusia.” Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta batasan masalah,maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Kesenian Sikambangprespektif multikultural sebagai identitas budaya Pesisir Sibolga”.
E. Tujuan Penelitian Seorang yang melakukan sebuah penelitian harus memiliki tujuan agar penelitian tersebut ada manfaat bagi orang yang membacanya. Tujuan dalam sebuah penelitian harus terarah dan diluruskan untuk mendapatkan catatan yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali (1987: 9) yang menyatakan bahwa:
“Kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, karena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dari titik tuju yang akan dicapai sesorang dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Itu sebabnya tujuan penelitian harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas, operasional.” Dari pernyataan tersebut jelas setiap penelitian harus memiliki tujuan sabagai pusat orientasi. Dengan tujuan yang jelas maka kegiatan sebuah penelitian menjadi terarah. Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan proses multikultural yang dilakukan oleh masyarakat Pesisir Sibolga? 2. Mendeskripsikan Multikultural dalam Kesenian Sikambang pada masyarakat Pesisir Sibolga? 3. Mendeskripsikan Kesenian Sikambang sebagai identitas pada masyarakat Pesisir Sibolga?
F. Manfaat Penelitian Pada bagian ini ditunjukkan manfaat atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian sub-bab manfaat penelitian berisi kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam pembagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan segala komponen masyarakat baik untuk instansi terkait, lembaga kesenian, maupun praktisi kesenian. Manfaat penelitian ini diantaranya sabagai berikut:
1. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan dan ide-ide dalam karya tulis berbentuk Skripsi. 2. Sabagai masukan bagi penulis dalammenambah pengetahuan dan wawasan mengenai kesenian Sikambang. 3. Sabagai sumber informasi mengenai kesenian yang terdapat pada masyarakat Sibolga. 4. Sabagai bahan reverensi bagi penulis lainnya yang hendak meneliti bentuk kesenian ini lebih jauh.