BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Struktur ekonomi yang seimbang dapat menjadi tumpuan adanya kekuatan industri yang maju dan dapat menciptakan pembangunan ekonomi yang tangguh. Sektor industri merupakan sektor yang banyak mendapatkan perhatian dalam setiap pelaksanaan pembangunan di negara maju maupun negara berkembang. Sektor industri ini memang mendapatkan urutan pertama dalam pembangunan ekonomi yang diarahkan pada peningkatan kemajuan dan kemandirian. Latar belakang penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian yang terdiri dari latar belakang formal dan latar belakang material. Latar belakang formal lebih menekankan kepada bidang keilmuan beserta pendekatan penelitian yang digunakan, sedangkan latar belakang material ini lebih menekankan kepada penerapan teori yang berkaitan dengan penelitian beserta penerapannya dengan kondisi daerah penelitian.
1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi Industri merupakan penggabungan dua hal berbeda namun memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Dari segi pengertian Geografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari segala fenomena yang ada dipermukaan bumi serta perbedaan dan persamaan gejala permukaan bumi melalui pendekatan kelingkungan, pendekatan kewilayahan dan keruangan. Jika dua hal yang berbeda ini dikaitkan maka akan terdefinisikan bahwa geografi industri adalah mempelajari fenomena kegiatan perekonomian dalam pengolahan bahan baku menjadi barang sehingga memiliki nilai ekonomis yang dilihat dari segi pendekatan kewilayahan, keruangan dan ekologis. Dimana dalam geografi industri memiliki dua hal yang saling terkait yaitu alam dan manusia. Dari alam biasanya dapat diperoleh bahan - bahan baku untuk proses kegiatan industri. Manusia berperan sebagai pengelola dan pelaksana suatu industri. Hal ini saling
1
mempengaruhi sehingga dapat memproduksi bahan baku menjadi barang jadi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, serta turut mempengaruhi dalam perekonomian. Nursid (1988 ) mendefinisikan geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangan-komunikasi-transportasi dan lain sebagainya. Selain itu geografi itu sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri ( UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian ). Selain pengertian industri di atas ada juga pengertian yang lain yaitu pengertian dari proses produksi yaitu pengubahan (transformasi) dari bahan atau komponen menjadi produk lain yang mempunyai nilai lebih tinggi atau dalam prosesnya terjadi penambahan nilai (Yamit, 1998). Ilmu geografi mempunyai landasan yang kuat untuk mempelajari setiap fenomena secara utuh dan menyeluruh demi kepentingan manusia. Fenomenafenomena geosfer dipelajari untuk perencanaan, proses, dan keberhasilan pembangunan. Ilmu geografi dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar gejala di permukaan bumi dari berbagai aspek kehidupan, contohnya dalam bidang industri. Tinjauan geografi terhadap aspek industri terutama pada hubungan antara aspek fisik dan aspek manusia. Aspek fisik antara lain meliputi lahan, bahan baku, dan sumber daya energi. Lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi ( FAO dalam Arsyad, 1989 ). Aspek manusia antara lain meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen, dan pasar. Hasil analisis hubungan antara aspek fisik
2
dan aspek manusia tersebut digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan industri. Sebagai contoh, dalam rangka mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata, lokasi industri sebaiknya diarahkan ke daerah yang masih jarang penduduknya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan pendekatan kompleks wilayah.
a. Pendekatan Keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 2005). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemenelemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features). Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang. Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemenelemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
3
b. Pendekatan Kelingkungan Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan variabel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan. Lokasi penelitian yang dilakukan ini memang berkaitan dengan lingkungan sekitar karena bahan bakunya diambil langsung dari alam dan dapat dicari dengan mudah. Selain itu keterlibatan manusia didalamnya menambah pengaruh besar terhadap lingkungan karena dengan keterlibatan manusia dalam suatu kegiatan itu menambah beban lingkungan yang semakin berat. Bahan baku yang didapat dari alam sekitar ini seperti jahe, kunyit, kunir dan lain sebagainya ini memang banyak dijumpai dilahan-lahan sekitar rumah penduduk di Desa Giripeni tersebut, sehingga bahan baku yang didapatkan juga lebih mudah dan terjangkau. Lingkungan yang baik dimungkinkan bahan baku yang ada dapat tumbuh dengan baik dan berbuah banyak. Selain itu dengan bahan baku yang ada memungkinkan penduduk untuk membuat usaha yang dapat menambah pendapatan keluarga yang ada di Desa Giripeni.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula. Pendekatan ini merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua.
4
Pendekatan-pendekatan di atas tersebut berkaitan erat dengan adanya industri yang ada di suatu wilayah. Industri yang ada di suatu wilayah memang sering memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Industri yang di teliti ini yaitu industri rumah tangga yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kelingkungan/ekologi karena wilayah yang dikaji didekati dengan prinsip perbedaan lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan juga menjadi salah satu faktor penting dalam hal interelasi. Selain itu interaksi wilayah akan berkembang karena suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Aplikasi pendekatan kelingkungan/ekologi pada umumnya yaitu menaruh interelasi yang bersifat negatif menjadi positif yang didasarkan pada perbedaan kondisi geografis setiap wilayah. Wilayah pada suatu Kabupaten/Kota pada umumnya terdiri dari beberapa wilayah yang secara garis besar memiliki karakteristik tersendiri. Sehubungan dengan itu, maka model solusi yang dipilih tentu akan berbeda antara wilayah satu dengan lainnya. Selain itu juga pendekatan yang digunakan memang berhubungan erat antara manusia, lingkungan dan lokasi atau keruangan itu sendiri, kesemuanya itu sangat penting untuk sebuah industri yang sudah berdiri maupun belum berdiri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kelingkungan.
1.1.2. Latar Belakang Material Industri yang berada di Indonesia ini memang banyak dijumpai dari kota hingga desa, baik itu industri kecil, sedang, besar serta rumah tangga. Industri yang ada ini dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang ada di sekitar industri-industri tersebut, karena dengan adanya industri tersebut pendapatan masyarakat dapat mengalami peningkatan. Industri yang berdiri memberikan kepentingan tersendiri bagi pendiri industri tersebut karena dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya, sehigga keberadaan industri dianggap sangat penting. Selain itu keberadaan suatu industri dapat memberikan suatu lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang belum memperoleh
5
pekerjaan yang tetap. Industri rumah tangga minuman tradisional di Desa Giripeni ini memiliki bahan dasar yang beranekaragam diantaranya yaitu kunyit, temulawak, kencur, jahe, dan lain sebagainya. Potensi-potensi yang ada di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo ini memang banyak dari sektor industri. Selain hal di atas juga jumlah penduduk dapat mempengaruhi sebaran dari industri-industri yang berada di Kabupaten Kulon Progo tersebut. Lokasi penelitian di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo ini dipilih karena memang industri rumah tangga yang ada di Kabupaten tersebut sudah cukup banyak dan lokasi penelitian ini terjangkau dengan adanya transportasi yang memadai. Selain itu industri yang ada di wilayah tersebut tidak hanya industri rumah tangga saja tetapi ada juga industri kecil dan menegah.
Tabel 1.1 Data Lapangan Usaha Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013 Kontribusi Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian 24,11 23,16 23,68 23,48 22,87 Penggalian 1,05 0,70 0,82 0,87 0,94 Industri Pengolahan 15,10 15,52 14,31 13,96 14,01 Listrik, Gas, & Air 0,86 0,88 0,87 0,85 0,86 Kontruksi 5,77 5,90 6,19 6,43 6,70 Perdagangan, Hotel & 16,40 16,56 16,97 17,05 17,27 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 10,55 10,13 9,92 8,95 8,46 8 Keuangan, Housting & Jasa 6,24 6,36 6,15 6,09 6,25 Persewaan 9 Jasa-jasa 19,92 20,77 21,10 22,31 22,64 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumner : BPS Kabupaten Kulon Progo N o 1 2 3 4 5 6
Tabel 1.1 di atas dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor lapangan usaha dan dapat diketahui lapangan usaha mana saja yang mempunyai peran cukup besar dalam perekonomian suatu wilayah. Sembilan sektor lapangan usaha tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu : primer, sekunder, dan tersier. Disebut sektor primer, bila outputnya masih tergantung pada sumber daya alam. Sektor yang inputnya berasal dari sektor primer disebut sektor sekunder. Lapangan usaha pada Tabel 1.1 di Kabupaten Kulon Progo
6
tersebut dapat dikembangkan oleh masyarakatnya. Lapangan usaha yang ada memungkinkan usaha tersebut dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Lapangan usaha yang ada dapat juga memiliki nilai jual yang baik. Nilai jual yang baik ini harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Lapangan usaha seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan lain sebagainya itu memang banyak diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu lapangan usaha tersebut sangat mungkin dikembangkan karena dari kontribusinya memiliki kontribusi yang positif. Kontribusi dari lapangan usaha dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Tetapi ada juga yang megalami penurunan. Berdasarkan lapangan usaha ini difokuskan pada industri pengolahan. Industri pengolahan walaupun hanya menempati urutan ke empat namun banyak diminati oleh masyarakat. Selain itu industri yang lain dapat juga dikembangkan dan juga berpotensi untuk bersaing dengan industri-industri yang lainnya. Potensi industri rumah tangga yang diteliti termasuk kedalam jenis industri pengolahan. Industri rumah tangga yang dimaksud yaitu industri minuman tradisional. Minuman tradisional yang dimaksud yaitu berbahan dasar tanaman obat seperti kunyit, kencur, jahe dan temulawak. Potensi industri jamu atau minuman tradisional ini sangat mungkin berkembang. Ada beberapa daerah di Kabupaten Kulon Progo yang berpotensi mengembangkan industri jamu ini. Daerah tersebut yaitu Kecamatan Galur, Girimulyo, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Samigaluh, Wates, Sentolo dan lain sebagainya. Daerah-daerah tersebut banyak yang memproduksi minuman tradisional. Lapangan usaha di wilayah Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2013 terdiri dari 9 lapangan usaha, dengan kontribusi pada setiap tahunnya mengalami kenaikan dan ada juga mengalami penurunan. Kenaikan pada lapangan usaha rata-rata pertahunnya yaitu 0,18% sedangkan penurunan rata-rata pertahun 0,38%. Peningkatan lapangan usaha yang signifikan terjadi pada lapangan usaha yaitu jasa-jasa. Penurunan lapangan usaha terjadi pada lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi. Kabupaten Kulon Progo mempunyai
lapangan usaha yang
terdiri dari pertanian, penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air, kontruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,
7
keuangan, housting dan jasa persewaan serta jasa-jasa. Lapangan usaha industri pengolahan dapat diartikan juga ke dalam industri rumah tangga karena setiap industri pasti melakukan sebuah pengolahan bahan baku menjadi bahan yang bernilai. Industri minuman tradisional di Desa Giripeni ini masuk dalam jenis industri pengolahan karena dilihat dari usahanya yang tenaga kerjanya sedikit dan industri tersebut dikerjakan oleh anggota keluarga dan warga sekitar, sehingga industri minuman ini disebut juga industri rumah tangga ( home industry ). Industri rumah tangga yang dalam termasuk pengolahan pangan bermacammacam tidak hanya minuman tradisional saja, salah satunya yaitu gula semut dan nata de coco. Selain pengolahan minuman juga ada pengolahan yang lainnya yaitu enting-enting jahe, emping mlinjo, agribisnis buah naga, wingko, geplak, dan lain sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah Setiap pengusaha pasti akan menjalankan usahanya demi mendapatkan sebuah laba sebesar-besarnya dengan jalan memaksimumkan pendapatan dan meminimumkan biaya. Industri minuman tradisional yang bahan dasarnya menggunakan tanaman obat, pada akhirnya nanti dijadikan sebuah produk minuman di Kabupaten Kulon Progo yang pada umumnya merupakan industri berskala rumah tangga dan juga memperhatikan hal-hal tersebut. Industri rumah tangga sering kali kurang memperhatikan besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, resiko dan efisiensi usahanya. Industri rumah tangga minuman tradisional ini menjalankan usaha industrinya sering menghadapi beberapa masalah antara lain tanaman yang ditanam sebagai bahan dasar tidak tumbuh atau tidak berbuah. Lahan yang sempit dan tidak ada ketersediaan lahan menjadi permasalahan. Hal ini merupakan masalah utama yang dihadapi pengusaha minuman tradisional di Kabupaten Kulon Progo. Selain itu, teknologinya masih sederhana dan pendapatan keluarga di desa tersebut belum mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Adanya masalah tersebut akan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup usaha minuman tradisional di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.
8
Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perawatan tanaman industri minuman tradisional dilakukan agar tumbuh dengan subur? 2. Teknologi yang digunakan seperti apakah yang ada di industri tersebut? 3. Bagaimana efisiensi usaha industri minuman di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo?
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perawatan tanaman yang dilakukan oleh pengusaha industri minuman tersebut. 2. Mengetahui teknologi apa saja yang digunakan dalam industri minuman tersebut. 3. Mengetahui tingkat efisiensi industri terhadap pendapatan pengusaha.
1.4.
Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis, berguna sebagai salah satu manfaat keilmuan yang dapat mengembangkan ilmu geografi industri dan menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan serta bahan penerapan ilmu tentang industri rumah tangga. 2. Secara Praktis, penelitian ini dapat menambah referensi yang ada dan dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan baik itu instansi, lembaga-lembaga negeri maupun swasta. Selain itu Memperkaya kajian sosial ekonomi keluarga melalui sektor industri, khususnya industri rumah tangga, sebagai sumbangan pemikiran terutama dalam kaitannya dengan industri rumah tangga dan diharapkan memberikan sumbangan kepustakaan yang merupakan informasi tambahan yang berguna bagi pembaca.
9
1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang industri rumah tangga minuman tradisional telah banyak dilakukan, seiring dengan bertambahnya populasi yang ada di Indonesia pada umunya. Industri rumah tangga memerlukan sebuah pendapatan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan akan sandang, papan, dan pangan keluarga sangat memungkinkan industri rumah tangga di suatu daerah dapat berdiri. Uraian singkat mengenai penelitian terdahulu dapat disajikan di bawah ini : 1. Vivi Rusviani ( 2007 ), dalam skripsinya yang berjudul “Reformasi Produk Minuaman Tradisional Berbasis Jahe Berdasarkan Kajian Penerimaan dan Preferensi Konsumen di Kota Bogor”. Bertujuan untuk mengetahui penerimaan dan preferensi konsumen, mengidentifikasi karakteristik aroma, rasa dan warna minuman, dan mengembangkan produk minuman tradisional. Hasilnya yaitu preferensi minuman tradisional bajigur merupakan minuman tradisional berbasis jahe yang paling disukai konsumen dibandingkan bandrek, sekoteng dan lain sebagainya, skor kesukaan respon warna, rasa dan aroma yang disukai konsumen yaitu penggunaan gula merah, jahe dan kopi serta formula optimum yang digunakan, dan preferensi konsumen menilai perbedaan kesukaan kedua jenis MTJ dari masing-masing etnis. Perbedaan penelitian saya yaitu dari segi bahan baku dan pendapatan.
2. Shaiful Habib ( 2008 ), dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe Merah”. Tujuan untuk menganalisis
faktor-faktor
eksternal
dan
internal
perusahaan
dan
merekomendasi strategi yang paling tepat untuk perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Isi dari penelitian terebut yaitu faktor-faktor yang menjadi kekuatan utama perusahaan adalah keterampilan dan keuletan. Selain itu wilayah yang strategis mampu membangkitkan usaha industri minuman tersebut. Strategi yang digunakan yaitu strategi tumbuh dan bina serta mempertahankan jaringan distributor yang telah ada. Perbedaan penelitian
10
saya dengan penelitian ini yaitu dari segi pemasaran produk dan strategi pemasarannya dan menitik beratkan pada pendapatan. 3. Yulianto ( 2009 ), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Preferensi Konsumen Jamu Serbuk Kemasan di Kota Bogor, Jawa Barat”. Bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu serbuk, mendeskripsikan proses keputusan konsumen dalam pembelian jamu, dan menganalisis sikap konsumen terhadap produk. Hasilnya yaitu karakteristik konsumen jamu serbuk sebagain besar berjenis kelamin laki-laki, pembelian jamu serbuk meyakini konsumen bahwa jamu serbuk masih merupakan pilihan untuk mengobati penyakit. Perbedaan dengan penelitian saya yaitu dari segi bahan baku yang digunakan.
4. Widayat Arifin ( 2010 ), dalam skripsinya yang berjudul “Keberlangsungan Industri Jamu Serbuk dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya di Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo”. Bertujuan untuk mengetahui keberlangsungan industri jamu serbuk, faktor yang mempengaruhi keberlangsungan, usaha yang dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan dan jangkauan pemasaran yang dilakukan oleh industri. Hasil dari penelitian tersebut adalah keberlangsungan industri jamu serbuk sangat bermanfaat. Faktor yang paling penting yaitu bahan baku. Pemasaran industi jamu serbuk untuk memperoleh suatu jaringan yang luas. Penelitian saya dengan penelitian di atas hampir sama tetapi ada sedikit perbedaan pada pendapatan.
5. Denny Indra K ( 2015 ), dalam skripsinya berjudul “Tingkat Efisiensi Industri Rumah Tangga Terhadap Pendapatan Di Desa Giripeni Kabupaten Kulon Progo D.I.Y”. Bertujuan untuk mengetahui perawatan tanaman yang dilakukan oleh pengusaha, teknologi yang digunakan industri dan tingkat efisiensi industri rumah tangga. Hasil dari penelitian ini adalah perawatan tanaman yang dilakukan dirawat secara sederhana, teknologi yang digunakan tradisional dan semi modern, efisiensi usaha dari industri tersebut sudah optimum dengan nilai > 1.
11
Tabel 1.2 Penelitian sebelumnya No 1
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Vivi Rusviani ( 2007 ) Reformulasi Produk Minuman Tradisional Berbasis Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Berdasarkan Kajian Penerimaan Dan Preferensi Konsumen Di Kota Bogor Terhadap Citarasa
Tujuan 1.
2.
3.
2
Shaiful Habib ( 2008 ) Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe Merah ( Zigeriber Officinale Linn. Var. rubrum )
1.
2.
Metode
Hasil
Mengetahui penerimaan dan preferensi konsumen terhadap minuman tradisional berbasis jahe Mengidentifikasi karakteristik aroma, rasa dan warna minuman tradisional berbasis jahe yang diharapkan konsumen. Mengembangkan produk minuman tradisional berbasis jahe sesuai dengan preferensi konsumen.
Metode analisis scoring, Hunter, Ekstraksi soxhlet
1. Preferensi MTJ menunjukkan bahwa bandrek dan sekoteng adalah MTJ yang disukai. 2. Skor kesukaan respon warna, rasa dan aroma disukai konsumen karena penggunaan gula merah, jahe dan kopi 3. Perbedaan penilaian kesukaan kedua jenis MTJ dari masingmasing etnis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara skor kesukaan terhadap etnis yang dimiliki responden.
Menganalisis faktorfaktor eksternal dan internal perusahaan yang dapat digunakan untuk melihat peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan Merekomendasikan prioritas dan alternatif strategi yang paling tepat untuk perusahaan dala mengembangkan usahanya.
Metode analisis matriks dan swot
12
1.
Identifikasi terhadap lingkungan internal menunjukkan bahwa faktorfaktor yang menjadi kekuatan utama perusahaan adalah keterampilan serta keuletan pemilik perusahaan dalam mengelola perusahaan. 2. Identifikasi terhadap lingkungan eksternal menunjukkan bahwa faktor yang menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah wilayah kota Bogor yang sangat strategis dan merupakan daerah tujuan wisata 3. Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, dapat terlihat bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor.
Lanjutan tabel 1.2 No 3
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Yulianto ( 2009 ) Analisis Preferensi Konsumen Jamu Serbuk Kemasan Di Kota Bogor , Jawa Barat
Tujuan 1.
Widayat Arifin ( 2010 ) Keberlangsungan Industri Jamu Serbuk dan Faktor-faktor Yang mempengaruhinya di Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo
Hasil
Mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu serbuk kemasan di Kota Bogor Mendeskripsikan proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian jamu serbuk kemasan. Menganalisis sikap konsumen terhadap produk jamu serbuk kemasan.
Metode analisis deskriptif dan sikap angka ideal
1.
1. Mengetahui bagaimanakah keberlangsungan industri jamu serbuk di daerah penelitian? 2. Mengetahui Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keberlangsungan industri jamu serbuk di daerah penelitian? 3. Mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan oleh pengusaha industri jamu serbuk dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya? 4. Mengetahui luas jangkauan pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha industri jamu serbuk di daerah penelitian.
Metode analisis tabel frekuensi, scoring dan regeresi ganda
1. Keberlangsungan industri jamu
2.
3.
4
Metode
13
Karakteristik konsumen jamu serbuk kemasan sebagian besar berjenis kelamin lakilaki. 2. Konsumen masih meyakini bahwa jamu serbuk masih merupakan pilihan untuk mengobati penyakit yang diderita responden. 3. Sikap para konsumen lenih banyak memilih produk jamu kemasan tolak angina tau produk dari sido muncul
sernbuk didaerah penelitian sangat bermanfaat. 2. Faktor yang paling penting yaitu bahan baku karena keberlangsungan industri jamu tetap ada. 3. usaha yang terus menerus dilakukan akan membuahkan hasil yang maksimal dan dapat mempertahankan keberlangsungan usaha. 4. Pemasaran industri serbuk jamu dilakukan untuk memperoleh suatu jaringan atau jangkauan yang luas.
Lanjutan Tabel 1.2 No 5
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Denny Indra K (2015) Tingkat Efisiensi Industri Rumah Tangga Minuman Tradisional Terhadap Pendapatan Di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Prrogo
Tujuan 1.
2.
3.
Mengetahui perawatan tanaman yang dilakukan oleh pengusaha industri minuman tersebut. Mengetahui teknologi apa saja yang digunakan dalam industri minuman tersebut. Mengetahui tingkat efisiensi industri minuman tradisional
Metode
Hasil
Metode analisis deskriptif kuantitatif
1. Perawatan tanaman cukup sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang banyak dan murah serta didapatkan dari lingkungan sekitar tempat tinggal pengusaha. 2. Teknologi yang digunakan berupa teknologi sederhana dan semi modern yang dapat memproses bahan baku minuman tradisional. 3. Tingkat efisiensi sudah tercapai yaitu > 1 terhadap pendapatan
Keempat penelitian terdahulu pada Tabel 1.2 menggunakan konsep penelitian dan metode analisis yang berbeda dengan penelitian ini. Walaupun penelitian terdahulu mengenai minuman tradisional berbahan baku jahe dan hasil dari usaha tersebut berupa serbuk disetiap skala produksi sudah banyak dilakukan, namun penelitian yang dilakukan ini berbeda dan dilakukan pada tempat yang berbeda. Pada akhirnya manfaat yang diberikan juga akan berbeda. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui perawatan tanaman yang dilakukan oleh pengusaha minuman, teknologi yang digunakan oleh pengusaha dan mengetahui pendapatan setiap pengusaha minuman. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
1.6.
Tinjauan Pustaka Untuk mendukung suatu penelitian hal yang harus dilakukan penulis yaitu
menggunakan bahan-bahan pustaka yang berkaitan erat dengan tema penelitian yaitu “ Tingkat Efisiensi Industri Rumah Tangga Minuman Tradisional Terhadap Pendapatan Di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo”. Pada sub bab tinjauan pustaka ini penulis akan memaparkan beberapa sumber mengenai industri rumah tangga.
14
1.6.1. Industri Kartasapoetra (2000), Pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Menurut Hasibuan (2000) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara Mikro Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan
barang-barang
yang
homogen,
atau
barang-barang
yang
mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Menurut Badan Perencanaan Permbangunan Sumatera Utara (2008) Industri adalah suatu aktivitas untuk mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi dengan tujuan untuk dijual. Pearce dan Robinson (1997), setiap industri memiliki struktur yang mendasarinya yaitu sekumpulan karakteristik ekonomis dan teknis yang memunculkan
kekuatan-kekuatan
persaingan.
Lima
faktor
yang
harus
diperhatikan yaitu ancaman pendatang baru, daya tawar menawar pembeli, daya tawar menawar pemasok, ancaman produk subtitusi dan persaingan antar anggota industri. Pertumbuhan industri rakyat sangat menarik karena uniknya, yaitu industri yang tumbuh dari bawah, bersumber pada kreatifitas dan inisiatif rakyat, walaupun dengan dorongan motivasi dari segelintir pimpinan. Pada umumnya kegiatan industri skala rumah tangga didasarkan industri yang berbasis keterampilan lokal.
1.6.2. Jenis-Jenis Industri a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya:
15
industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan. c. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen. d. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya:industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan. e. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman. f. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubel, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
1.6.3. Industri Rumah Tangga Biro Pusat Statistik ( BPS ) Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. Industri rumah tangga pada umumnya berawal dari usaha keluarga yang secara turun temurun diwariskan dan pada akhirnya meluas secara otomatis yang dapat bermanfaat sebagai mata pencaharian penduduk. Industri rumah tangga ini biasanya menggunakan teknologi yang sederhana atau tradisional dengan beranggotakan keluarga sendiri ataupun warga sekitar dan berorintasikan pada pasar lokal.
16
Biro Pusat Statistik ( BPS ), definisi yang digunakan lebih pada skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Usaha kecil menggunakan kurang dari lima orang karyawan, sedangkan usaha skala menengah menyerap antara 5-19 tenaga kerja. Industri-industri yang berdiri pada umumnya banyak permasalahan yang dihadapi khusunya industri kecil dan menengah yang berhubungan dengan karakteristik yang dimilikinya. Untuk menciptakan industri rumah tangga, seorang pengusaha harus memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil, betapapun banyaknya halangan yang muncul. Disisi lain, ada banyak aturan dan ketetapan yang mengatur industri ini. Pengusaha diminta untuk memenuhi semua perijinan yang dipersyaratkan, apakah oleh pemerintah atau pejabat lokal yang berwenang. Hampir semua Negara, usaha kecil merupakan area ekonomi yang melibatkan kepentingan rakyat banyak. Usaha kecil menjadi pilihan bagi kebanyakan masyarakat untuk terlihat secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka. Sebagian besar usaha kecil berada di daerah pedesaan yang terkonsentrasi di sektor makanan, minuman, tekstil dan pakaian, serta kayu lapis ( Haryadi, dkk, 1998 ). 1.6.4. Faktor Produksi dan Produsen Industri Rumah Tangga Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources) (Griffin R: 2006). Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah (raw material). Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan
17
yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya. Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produk. Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual atau dipasarkan. Orang yang memakai atau memanfaatkan barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebetuhan adalah konsumen. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.( hertadipramayudha.blogspot.com Tahun 2012) Proses produksi merupakan proses mengolah bahan mentah untuk menghasilkan suatu produk. Jumlah output akan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya input dan teknologi yang digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output yang dihasilkan, dengan tingkat teknologi tertentu disebut fungsi produksi. Input dalam kegiatan produksi dapat dikelompokkan menjadi input tetap atau fixed input dan input variabel atau variable input. Input tetap adalah faktor produksi yang jumlahnya selalu tetap meskipun jumlah outputnya berubah, misalnya peralatan dan mesin-mesin. Input variabel merupakan faktor produksi yang jumlahnya selalu berubah apabila output berubah, misalnya tenaga kerja dan bahan baku.( id.shvoong.com/socialsciences/economics Tahun 2012)
18
1.6.5. Proses Produksi Minuman Proses produksi jamu dibagi menjadi 3 yaitu proses persiapan bahan baku, pengolahan bahan baku dan pengemasan. 1. Persiapan bahan baku a. Sortasi Sortasi dibedakan menjadi 2 yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan pada saat bahan baku masih segar yang bertujuan untuk memisahkan bahan dari kotoran-kotoran yang berupa bahan-bahan yang mencemari hasil tanaman tersebut. Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang diinginkan dan pengotor lainnya yang masih ada dan teringgal pada bahan baku kering. b. Pencucian Pencucian bahan baku dilakukan untuk membersihkan kotoran yang masih melekat pada bahan baku. Kotoran-kotoran tersebut terutama bahanbahan yang bersasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian bertujuan agar bahan bebas dari kotoran dan bahanbahan yang tidak dikehendaki. Pencucian dapat dilakukan dengan perendaman
air
(kalau
perlu
menggunakan
air
panas),
dengan
penyemprotan ataupun menggunakan alat pencuci dengan segala perlengkapannya dan lain-lain. Sebelum digunakan sebagai wadah, sebaiknya diadakan pencucian agar terhindar dari adanya kotoran-kotoran serta untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak dikehendaki baik logam halus pelapis dan sebagainya. Biasanya yang dipergunakan sebagai pencuci adalah air panas ataupun pencuci lainnya. c. Pengeringan Pengeringan dapat dilakukan dibawah terik sinar matahari , dianginanginkan atau dipanaskan pada suhu tertentu dalam ruang pengeringan. Pengeringan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dan untuk hasil berupa cair tidak melalui proses pengeringan. Pengeringan dengan manfaat cahaya matahari langsung yang umum dilakukan.
19
2. Pengolahan Bahan Baku a. Penggilingan dan Pemarutan Penggilingan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mesin dan parutan. Penggilingan dengan mesin yaitu dengan memasukkan bahan baku kedalam mesin penggiling dan hasilnya akan menjadi serbuk. Selain itu, dengan menggunakan alat parut hasilnya nanti akan berupa cair. b. Pengayakan Pengayakan untuk hasil berupa serbuk ini penting dilakukan agar kotoran tidak tercampur kedalam wadah. Kotoran yang dimaksud yaitu dapat berupa kerikil, daun kering maupun sisa dari rimpang tersebut. Pengayakan untuk hasil berupa cair juga penting untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang terdapat pada ayakan. c. Pencampuran Pencampuran merupakan suatu proses untuk mendapatkan campuran yang seragam dari dua atau lebih komponen. Hal ini banyak dilakukan pada industri makanan untuk mengkombinasikan bahan sehingga didapatkan sesuatu secara fungsional yang berbeda. Tingkat pencampuran yang didapatkan bergantung pada hasilnya.
3. Pengemasan Pengemasan di dalam industri bahan makanan dan minuman merupakan suatu proses akhir yang sangat menentukan kelancaran distribusi atau pemasaran produk. Macam-macam fungsi pengemas antara lain : a. Sebagai tempat atau wadah, sehingga dapat mempermudah penyimpanan, transportasi, penanganan dan lain-lain b. Sebagai pelindung, jenis bahan pengemas yang dipilih tergantung dari perlindungan apa yang diperlukan. Beberapa produk perlu dilindungi terhadap air atau uap air. c. Memperpanjang daya simpan produk, karena dapat mencegah kontaminasi mikroba.
20
1.6.6. Minuman Tradisional Berbasis Jahe, Kunyit, Kencur dan Temulawak Makanan dan minuman termasuk jajanan yang banyak dikonsumsi secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masayarakat Indonesia baik dari kalangan rendah sampai kalangan yang lebih tinggi. Biasanya minuman tradisional ini diolah dari resep yang sudah dikenal oleh masyarakat setempat dengan bahan yang diperoleh dari sumber local dan memiliki cita rasa yang relative sesuai dengan masyarakat setempat. Banyak minuman tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan dan dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional. Pangan fungsional tersebut antara lain wedang jahe, wedang secang,wedang jeruk, beras kencur, kunyit asam, temulawak, ronde, sekoteng, dan lain sebagainya. Sebagai minuman fungsional ini minuman tradisional Indonesia juga memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan, antara lain dapat menghangatkan tubuh, mencegah masuk angin, melancarkan pencernaan, dan anti diare. Di Indonesia, minuman tradisional umumnya terbuat dari rempah-rempah. Rempah yang banyak digunakan yaitu jahe, kunyit, kencur dan temulawak. Berdasarkan fungsinya keempat bahan tersebut dapat memberikan rasa hangat oleh karena itu digunakan dalam beberapa minuman tradisional Indonesia. Minuman tradisional berbasis jahe,kunyit,kencur dan temulawak adalah minuman khas Indonesia yang menggunakan jahe, kunyit, kencur dan temulawak sebagai bahan utamanya. Minuman ini biasa disajikan dalam keadaan panas, hangat dan dingin. Hal ini sangat sesuai dengan fungsinya,yaitu sebagai minuman penghangat tubuh dan sebagai minuman kesehatan. Produk-produk minuman tradisional yang terdapat di Indonesia yang terbuat dari jahe antara lain wedang jahe, sekoteng dan ronde,terbuat dari kencur yaitu beras kencur, terbuat dari kunyit yaitu bisa kunyit asam dan yang terbuat dari rempah temulawak yaitu temulawak. Beberapa diantara produk-produk tersebut sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia umunya yaitu wedang jahe,beras kencur dan kunyit asam. Ketiga jenis minuman ini sudah banyak dipasarkan dalam bentuk cair maupun instan. Hal ini adalah sebagai bukti bahwa minuman tradisional tersebut sudah
21
memasyarakat. Minuman tradisional ini lebih banyak dikenal di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur serta sedikit di Jawa Barat.
1.6.6.1. Jahe (Zingiber officinale) Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan minuman atau obat. Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe termasuk ke dalam divisi Spermatophyte, sub division Angiospermae, kelas Monicotyledone ordo Zingiberales, Famili Zingiber dan spesies Officinale. Tanaman jahe terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Seluruh batang jahe ditutupi oleh kelopak daun yang melingkari batang dan bunganya berbentuk mayang kuning kehijauan. Jahe merupakan tanaman rumput-rumputan yang hidup merumpun, berbatang semu, tegak atau condong dengan ketinggian antara 30 sampai dengan 100 cm. bagian jahe yang banyak digunakan masyarakat pada umunya adalah rimpangnya. Rimpang jahe merupakan batang yang tumbuh dalam tanah dan di panen setelah berumur 9-11 bulan. rimpang jahe ini bercabang-cabang, berwarna kuning tua pada bagian luar dan kuning muda pada bagian dalam serta berserat. Bentuk rimpang jahe pada umumnya tidak beraturan dan kulitnya mudah dikelupas. Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter. Untuk bisa berproduksi optimal dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembab dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsure hara tinggi. Waktu pemanenan jahe tergantung dari tujuan penggunaannya, jahe yang akan digunakan sebagai bahan baku permen, manisan dan selai dipanen pada saat muda agar tidak terlalu keras, umunya berumur 3-4 bulan. Rimpang yang akan digunakan sebagai bumbu, olahan minuman dipanen setelah tua karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya lebih tinggi, biasanya berumur 8-10 bulan. berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang dikenal 3 jenis jahe yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah. Jahe putih besar biasanya disebut jahe gajah atau badak. Jenis jahe ini memiliki rimpang yang besar dan gemuk, potongan melintangnya berwarna putih kekuningan, serat sedikit, aroma kurang tajam dan rasa kurang pedas. Jahe gajah biasanya dikonsumsi saat
22
berumur muda maupun tua sebagai jahe segar atau jahe olahan. Jahe putih kecil memiliki potongan melintang berwarna putih kekuningan, aroma agak tajam dan rasanya pedas. Jahe merah memiliki ukuran kecil, warna rimpangnya jingga muda hingga merah, aroma sangat tajam dan rasa sangat pedas. Jenis jahe kecil dan merah mempunyai kandungan serat yang lebih tinggi dibandingkan dengan jahe gajah. Kedua jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. Rimpang jahe terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama. Untuk itu diperlukan pengilahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Jahe segar selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe, juga dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setela panen, jahe dibersihkan dan dijual kepasaran. Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran yaitu jahe kering, awetan jahe, jahe bubuk, minyak jahe dan oleoresin jahe. Jahe kering merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotomg serat irisan tipis. Awetan jahe merupakan hasl pengolahan tradisional dari jahe segar, yang paling sering ditemui di pasaran adalah tingting jahe, asinan dan jahe instan. Bubuk jahe merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang sudah ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman dan jamu. Oleoresin jahe merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak atsiri 15 hingga 35%. Tabel 1.3 Komposisi Kimia Jahe No
Komposisi Kimia
Jumlah %
1
Minyak Atsiri
1-3 %
2
Zingiberen dan zingiberole
60 %
3
Gingerol
60-85%
4
Oleoresin
4-7,5%
5
Ketokonazol
2%
Sumber : http://tanamanobat-herbal.blogspot.com/ 2013
23
Selain jahe sebagai bahan makanan dan minuman ada beberapa khasiat jahe. Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung,
dan
memperbaiki
pencernaan.
Hal
ini
dimungkinkan karena
terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat.
1.6.6.2. Kunyit ( Curcuma Longa ) Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang tumbuh di Indonesia dan asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia,Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Tanaman kunyit ini berupa semak dan tingginya sekitar 70 cm. tanaman ini mempunyai batang semu, akar serabut yang berwarna coklat muda dan membentuk rimpang. Daunnya berbentuk lanset memanjang, tulang daunnya menyirip, pangkal dan ujungnya meruncing, berwarna hijau pucat, mempunyai tangkai yang panjang dan mempunyai panjang sekitar 40 cm. rimpangnya memanjang berbentuk jari,berwarna kuning dan sedikit bersisik. Pembudiyaan kunyit berupa rimpangnya atau dapat juga menggunakan anakan tanaman kunyit yang diambil dari rumpun yang sudah ada. Kunyit dapat hidup subur di kawasan lapang dan mendapat cukup sinar matahari. Bagian tanaman
24
kunyit yang digunakan sebagai bahan bumbu adalah rimpang dan daunnya. Daun kunyit biasanya digunakan untuk memberikan aroma pada masakan dan rimpangnya digunakan untuk memberikan warna kuning kepada masakan. Selain sebagai bumbu makanan,kunyit dapat digunakan juga sebagai obat. Kunyit sebagai obat harus berumur lebih dari satu tahun, rimpang kunyit berkhasiat untuk mendinginkan badan, membersihkan, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah. Selain itu juga kunyit dapat digunakan sebagai bahan minumann yang disebut filtrat. Minuman yang berupa kunyit ini selain menyegarkan juga dapat memberikan kesehatan bagi orang yang meminumnya karena dalam kunyit tersebut mengandung beberapa kandungan kimia yang diperlukan untuk tubuh. Kandungan kimia tersebut dalam kunyit yaitu mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri
dari
kurkumin,
desmetotksiumin
sebanyak
10%
dan
bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat-zat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25 % dan lain sebagainya,untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.4
Tabel 1.4 Komposisi Kimia Kunyit No
Komposisi Kimia
Jumlah %
1
Kurkumin
10 %
2
Demetoksikurkumin
1-5%
3
Tumeon
60 %
4
Zingiberen
25%
5
Lemak
1-3%
6
Karbohidrat
3%
7
Protein
30%
8
Pati
8%
9
Vitamin
45-55%
Sumber : http://tanamanobat-herbal.blogspot.com/ 2013
25
1.6.6.3. Kencur ( Kaempferia Galanga ) Kencur adalah salah satu jenis tanaman yang tergolong dalam suku temutemuan. Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helain kencur ini lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan, tumbuh menggelatak di permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwarna lembayung dengan warna putih. Penyebaran kencur ini kemungkinan berasal dari India, di mana kencur tersebar luas. Tanaman ini dibudidayakan secara meluas di Asia Tenggara, Cina selatan, Indonesia dan kemungkinan pula diintroduksi ke Australia utara. Kencur ini sebagai tanaman yang bermanfaat. Rasanya yang khas serta aromanya yang tajam dan menyegarkan membuat kencur disukai oleh banyak orang. Berbagai masakan tradisional Indonesia dan jamu menggunakan kencur dalam resepnya. Selain itu kencur tersebut sering digunakan sebagai tonikum dengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak. Selain itu kencur ini juga berkhasiat untuk mengobati infeksi bakteri, batuk, disentri, masuk angin dan lain sebagainya. Banyak kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman kencur ini. Kandungan kimia yang terdapat dalam kencur ini yaitu pati 4,14%, mineral 13,73%, minyak atsiri 0,02% yang berupa sineol, asam metal kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol dan lain sebagainya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.5
Tabel 1.5 Komposisi Kimia Kencur No
Komposisi Kimia
Jumlah %
1
Pati
4,14%
2
Mineral
13,73%
3
Minyak Atsiri
0,02%
Sumber : http://tanamanobat-herbal.blogspot.com/ 2013
26
1.6.6.4. Temulawak ( Curcuma Xanthorrhiza ) Temulawak merupakan tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temutemuan. Temulawak berasal dari Indonesia, khususbya pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi malesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang memiliki daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk helainya 43-80 cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm. Helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah panjang 1,25 – 2 cm dan lebar 1 cm, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit. Sebagian besar wilayah Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu. Rimpang ini mengandung 48-59% zat tepung,1,6-2,2% kurkumin dan 1,48-1,63% minyak atsiri. Tanaman ini juga dapat dibudidayakan secara konvensional dalam skala kecil dengan menggunakan teknologi budidaya yang sederhana, karena itu sulit menentukan letak sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampor disetiap daerah pedesaan, terutama di dataran sedang dan tinggi dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh. Pembudidayaan bibit diperoleh dari penbanyakan secara vegetative yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahuku di tempat yang lembab dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6 hari. Temulawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar. Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam
27
25-30 sentimeter, kemudian dibuat bedengan berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase agar rimpang tidak tergenang dan membusuk. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 sentimeter x 20 sentimeter x 20 sentimeter dengan jarak tanam 100 sentimeter x 75 sentimeter, pada setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 kilogram pupuk kandang. Penanaman bibit dapat pula dilakukan pada alur tanam/ rorak sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di sepanjang alur tanam, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7,5-10 sentimeter dengan mata tunas menghadap ke atas. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2-5 kali, tergantung dari pertumbuhan gulma, sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul. Pertumbuhan tanaman temulawak secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini anatar 19-30⁰C mm/tahun. Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air. Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin.
28
Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.
Tabel 1.6 Komposisi Kimia Temulawak No
Komposisi Kimia
Jumlah %
1
Air
19,98%
2
Pati
41,45%
3
Serat
12,62%
4
Abu
4,62%
5
Abu tak larut
0,56%
6
Sari air
10,96%
7
Sari alkohol
9,48%
8
Kurkumin
2,29%
9
Minyak atsiri
3,81%
10
Zat tepung
48-59,64%
Sumber : http://tanamanobat-herbal.blogspot.com/ 2013
29
1.6.7. Pendapatan dan Pemasaran Pada hakekatnya konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Menurut Donals E. Kieso dan Jerry J. Weygandy ( 1986 ), memberikan definisi sebagai berikut : pendapatan (revenue) diartikan sebagai aliran masuk kas atau setara kasnya yang terjadi akibat adanya penjualan barang atau penyerahan jasa yang dihasilkan. Marianus Sinaga, ( 1993 ) mendefinisikan “Pendapatan adalah ekspresi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang ditransfer oleh suatu perusahaan kepada pelanggannya selama satu periode”. Zaki Baridwan ( 1992 ) mengutarakan : “Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”. Konsep pemasaran merupakan hal yang sederhana dan secara intuisi merupakan filosofi yang menarik. Konsep
ini menyatakan bahwa alasan
keberadaan sosial ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih kepada keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Marwan ( 1991 ), menjelaskan bahwa pemasaran adalah usaha yang terpadu untuk merencanakan strategi yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Selain itu Menurut Swastha dan Irawan, ( 2005 ) mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara yang terlihat didalamnya. Cara baru ini disebut konsep pemasaran. Konsep pemasaran tersebut dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar yaitu :
30
1. Saluran
perencanaan
dan
kegiatan
usaha
harus
berorientasi
pada
konsumen/pasar. 2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan usaha dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri. Seluruh
kegiatan
pemasaran
dalam
usaha
harus
dikoordinasikan
dan
diintegrasikan secara organisasi.
1.6.8. Efisiensi Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987) yaitu:“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya”Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984) yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah:“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.”Dan menurut Soekartawi (1989), mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jika : 1. Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan 2. Pemasaran dapat lebih tinggi 3. Prosentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. 4. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Adapun untuk mencari tingkat efisiensi dapat digunakan rumus sebagai berikut Efisiensi = Input Target/Input Aktual >=1 • Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan terjadi efisiensi. •
Jika input yang ditargetkan berbanding input aktual kurang daripada 1 (satu), maka efisiensi tidak tercapai.
31
1.7. Kerangka Pikir Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi) tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya. Perkembangan suatu industri akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain faktor fisik, modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi dan pemasaran. Suatu industri terutama industri rumah tangga faktor-faktor tersebut sangat berperan dan berpengaruh terhadap proses produksi. Modal yang digunakan harus didukung oleh kemampuan dan kemauan mempelajari serta menerapkan metode-metode produksi yang lebih baik. Tersedianya tenaga kerja dan transportasi akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas prooduksi. Pemasaran sangat ditentukan oleh kelancaran transportasi serta kualitas dan kuantitas barang yang diproduksi. Barang produksi yang mempunyai kualitas baik akan dipasarkann keluar daerah. Industri tersebut akan mengalami perkembangan baik dalam jumlah produksi maupun jangkauan pemasaran. Setiap usaha sangat berpengaruh
terhadap
pendapatan
pengusaha.
Tidak
semua
pengusaha
mempunyai usaha tunggal, sehingga pendapatan dari industri minuman merupakan bagian pendapatan bagi pengusaha yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarganya. Industri minuman tradisional di Desa Giripeni merupakan industri yang mengolah rimpang tanaman obat menjadi produk minuman olahan. Dari usaha tersebut akan dikaji megenai biaya, penerimaan, efisiensi usaha dan pendapatan dari industri minuman skala rumah tangga tersebut. Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1
32
Potensi Wilayah
SDA Dapat Diperbarui
SDA Tidak Dapat
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Alam
Industri Pengolahan a. Tenaga Kerja b. Pendidikan c. Umur d. Jenis kelamin
Industri Rumah Tangga
Faktor Produksi
Bahan Baku
Modal
Perawatan Tanaman 1. Tradisional 2. Sederhana
Lahan
Kegiatan Industri
Proses
1. Persiapan Sortasi,Pencucian ,penggorengan; Pengeringan; 2. Pengolahan Penggilingan; Pengayakan; Pencampuran 3. Pengemasan
Tenaga Kerja
Teknologi Yang Digunakan 1. Tradisional 2. Semi Modern Jenis olahan yaitu berupa serbuk/cair
Keluaran
Pemasaran
Sistem Pemasaran
Daerah pemasaran 1. Lokal 2. Regional
Analisis Usaha Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Industri Rumah Tangga Minuman
Efisiensi Usaha Industri
Tradisional
33
Kerangka pikir pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa industri rumah tangga membutuhkan faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi industri rumah tangga tersebut. Langkah-langkah dalam memproduksi sebuah produk industri dapat dilihat pada kerangka teori di atas. Faktor-faktor produksi yang terdapat di atas akan dapat bermanfaat jika dalam penggunaannya benar atau sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Kerangka teori di atas memberikan gambaran tentang bagaimana langkah yang baik untuk membuat suatu produk industri yang dapat memberikan nilai tambah atau pendapatan bagi keluarga yang mendirikan sebuah industri rumah tangga. Sumber daya alam dan sumber daya manusia ini adalah sebuah faktor yang dapat membentuk suatu kegiatan industri. Sumber daya manusia misalnya, dengan sumber daya manusia usaha industri akan berjalan karena mempunyai tenaga kerja, kemampuan, keterampilan dan lain-lain. Pendidikan juga tidak kalah pentingnya untuk memilih tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Modal, tenaga kerja, bahan baku dan lahan merupakan faktor yang membentuk sebuah industri yang harus ada, karena bila tidak ada sebuah industri tidak akan berjalan dengan baik. Perawatan tanaman juga tidak kalah penting untuk dijadikan salah satu tujuan utama untuk memproduksi sebuah rimpang yang baik. Jika perawatan tanaman berjalan baik hasilnya pun akan baik dan menghasilkan rimpang yang banyak dan bagus. Selain itu teknologi yang digunakan pun penting untuk menunjang hasil produksi. Teknologi yang digunakan dapat berupa teknologi yang sederhana maupun teknologi semi modern. Teknologi sederhana dapat dicontohkan menggunakan parut. Teknologi semi modern dapat menggunakan mesin giling. Selain itu, kegiatan industri yang meliputi proses dan keluaran memang harus dijalankan sesuai dengan prosedur yang sudah ada agar proses dan keluaran dapat memberikan hasil yang baik, sehingga pada nantinya akan terjadi suatu pemasaran produk yang dapat memberikan produk industri yang bermanfaat dan bernilai. Tahap-tahap proses produksi juga harus diperhatikan, karena dalam tahap proses produksi membutuhkan konsetrasi yang lebih. Pemasaran yang baik akan memberikan nilai yang positif bagi pengusaha minuman tersebut.
34