BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal higiene adalah perawatan kaki, tangan, dan kuku (Perry & Potter, 2005). Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan kebersihan diri seseorang karena rentan terhadap infeksi. Setiap kondisi
yang mengenai
tangan dan
kaki
secara otomatis
akan
mempengaruhi kemampuan dalam hal perawatan kebersihan diri seseorang. Kuku merupakan salah satu anggota badan yang terdapat pada ujung jarijari tangan dan kaki yang mengandung lapisan tanduk (Isro’in & Andarmoyo, 2012). Kebersihan kaki, tangan, dan kuku menjadi hal yang penting untuk diperhatikan kebersihannya terutama ketika sedang sakit, perawatannya menjadi semakin penting untuk diperhatikan. Kuku yang tidak terawatt juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Beberapa masalah akibat tidak terawatnya kuku misalnya kuku yang panjang dapat mengakibatkan kuku menjadi mudah robek dan dapat melukai kulit sekitar, kuku yang tumbuh ke dalam menuju jaringan lunak sekitar kuku karena pemotongan kuku yang salah
(Isro’in & Andarmoyo, 2012). Dampak yang dapat terjadi
apabila kuku tidak dirawat diantaranya kecacingan dan diare (Siswanto, 2010). Pengetahuan masyarakat yang kurang mengakibatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat menjadi sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah personal higiene dianggap kurang penting karena kurangnya pengetahuan mereka terhadap pentingnya PHBS. Penelitian dari Kusumawati, dkk (2008) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
1
2
pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (Kusumawati,dkk, 2008). Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang baik. Masa-masa ini, anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap kesehatannya karena usia sekolah adalah masa dimana anak-anak mempunyai banyak aktivitas, dan aktivitas tersebut seringkali berhubungan langsung dengan lingkungan yang kotor dan menyebabkan anak-anak mudah terserang penyakit. Perawatan kuku pada anak-anak juga seringkali terabaikan oleh orang tua. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua dalam memperhatikan personal higiene anak menyebabkan anak juga tidak memperhatikan kebersihan dirinya sendiri. Meskipun terlihat sepele, tetapi perawatan kuku juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan (Wong, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2011) didapatkan data tentang tingkat pengetahuan anak usia Sekolah Dasar tentang kecacingan dalam kategori baik 13,1%, sedang 48,2%, dan rendah 38,7%. Sedangkan sikap baik 48,2% dan cukup baik 51,8%. Hasil penelitian juga didapatkan data bahwa perilaku merawat kuku seminggu sekali pada siswa SD sebanyak 64,2%. Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2012 mendapatkan hasil bahwa kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian kecacingan pada siswa SD. Siswa SD yang mempunyai kuku kotor dan panjang mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kecacingan. Sebanyak 60% siswa positif terkena kecacingan dan 40% lainnya negatif (Fitri,dkk, 2012). Penelitian Texanto & Hendratno (2008) menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terinfeksi soil transmitted helminthes dimana dari hasil kuesioner didapatkan 7,1% anak dengan higiene kurang. Survei yang pernah dilakukan oleh Depkes RI tahun 2003 didapatkan data 85,8% anak usia sekolah di kabupaten pesisir selatan mengalami kecacingan (Depkes RI, 2003).
3
Tahun 2010 ditemukan angka kejadian diare sebanyak 24 per 1000 penduduk di Kota Semarang (DKK Semarang, 2010). Pada tahun 20062010, ditemukan case fatality rate diare sebesar 2,16%, 1,79%, 2,34%, 1,74%, dan 1,74% (Depkes RI, 2011). Usaha Kesehatan Sekolah perlu didirikan dalam rangka untuk meningkatkan perilaku personal higiene pada anak usia sekolah dasar. Usaha kesehatan sekolah mempunyai peranan penting terhadap pemantauan kesehatan anak-anak di sekolah. Selain itu, usaha kesehatan sekolah juga berfungsi memberikan pengetahuan tentang kesehatan, seperti cara menjaga kebersihan diri, mengobati luka dengan benar, perawatan kuku, serta penerapan perilaku kesehatan yang lainnya (Wong, 2009). Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2009 didapatkan hasil bahwa selain perawatan rambut, telinga, dan gigi, perawatan kuku merupakan salah satu materi kesehatan yang dipilih oleh guru PAUD untuk dapat disampaikan pada murid-muridnya (Adiwiryono, 2009). Adanya program UKS di sekolah juga perlu didukung dengan upaya penyuluhan kesehatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun orang-orang yang berpengalaman di bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentang kesehatan, demonstrasi perawatan kesehatan, maupun dengan cara diskusi. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pada seseorang agar mampu mengubah perilaku kesehatannya yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2012). Penelitian yang dilakukan Rachmayanti (2009) menunjukkan bahwa pemberian edukasi melalui media boneka di panggung lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa SD dibandingkan dengan siswa yang diberikan edukasi hanya melalui ceramah saja. Penelitian lain pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa pemberian edukasi dengan penggunaan modul dan presentasi yang disertai leaflet juga meningkatkan pengetahuan pada siswa SMA Bantul (Hastuti & Mahaningsih, 2009).
4
Sekolah Dasar Negeri Kalikayen 02 terletak di desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur. Lokasi SD N Kalikayen 02 ada di daerah pedesaan, dikelilingi oleh persawahan, dan lapangan yang digunakan untuk bermain sehari-hari masih lapangan tanah. Program UKS tidak berjalan dengan lancar karena sekolah ini tidak memiliki ruang khusus untuk UKS. Keterangan guru setempat mengatakan hanya tersedia kotak P3K yang ada di ruang guru. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 didapatkan data jumlah adalah 45 anak. Hasil observasi kebersihan kuku yang dilakukan pada siswa kelas 5 didapatkan data 7 dari 10 siswa kelas mempunyai kuku yang panjang dan kotor dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui cara merawat kuku yang benar. Hasil wawancara dengan wali kelas didapatkan informasi bahwa siswa kelas 5 SD N Kalikayen 02 belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perawatan kuku. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait personal higiene perawatan kuku tangan dan kaki pada siswa kelas 5 SD N Kalikayen 02, Ungaran Timur.
B.
Rumusan Masalah Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang baik. Masa-masa ini, anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap kesehatannya karena usia sekolah adalah masa dimana anak-anak mempunyai
banyak
aktivitas,
dan
aktivitas
tersebut
seringkali
berhubungan langsung dengan lingkungan yang kotor dan menyebabkan anak-anak mudah terserang penyakit. Perawatan kuku pada anak-anak juga seringkali terabaikan oleh orang tua. Meskipun terlihat sepele, tetapi perawatan kuku juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 didapatkan data jumlah siswa kelas 5 adalah 45 anak. Hasil observasi kebersihan kuku yang dilakukan pada siswa kelas 5
5
didapatkan data 7 dari 10 siswa mempunyai kuku yang panjang dan kotor dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui cara merawat kuku yang benar. Hasil wawancara dengan wali kelas didapatkan informasi bahwa siswa kelas 5 SD N Kalikayen 02 belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perawatan kuku. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini “Adakah perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan perawatan kesehatan kuku pada siswa kelas 5 di SD Negeri Kalikayen 02?”
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan perawatan kesehatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan tentang perawatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. b. Mendeskripsikan sikap tentang perawatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. c. Mendeskripsikan praktik perawatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. d. Menganalisis perbedaan pengetahuan pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan.
6
e. Menganalisis perbedaan sikap pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. f. Menganalisis perbedaan praktik pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. g. Menganalisis perbedaan pengetahuan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. h. Menganalisis perbedaan sikap antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. i. Menganalisis perbedaan praktik antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan.
D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan program pendidikan keperawatan terhadap masalah personal hygiene, terutama yang berkaitan dengan kebersihan dan perawatan kuku. 2. Bagi Guru Memberikan masukan pada guru untuk lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini memberikan sebuah pengalaman pembelajaran sesuai dengan praktik keperawatan.
7
4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan lebih lanjut mengenai perilaku hidup bersih dan sehat khususnya dalam item perawatan personal hygiene yang lainnya.
E.
Bidang Ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu keperawatan komunitas.
F.
Originalitas Penelitian Judul penelitian Hubungan Antara Status Hygiene Individu Dengan Angka Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminthes di SDN 3 Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Peneliti : Andray Hadi Texanto, Sri Hendratno Analisis Faktorfaktor Resiko Infeksi Kecacingan Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 Peneliti : Juni Fitri, Zulfan Saam, M. Yulis Hamidy
Variabel Variabel independen : status hygiene. Variabel dependen : kejadian infeksi STH.
Desain Observasional analitik dengan rancangan cross sectional.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terinfeksi STH dimana dari hasil kuesioner didapatkan 7,1% anak dengan hygiene kurang.
Faktor-faktor resiko kecacingan.
Deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional.
Kebersihan kuku memberikan pengaruh bermakna terhadap kejadian infeksi kecacingan dengan nilai p value=0,000, dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan.
Higienitas Kuku Tangan dan Infestasi Ascaris Lumbricoides dan Trichuris Tichiura pada Murid SDN 40 Meranti Andak Kecamatan Rumbai
Variabel independen : higienitas kuku tangan. Variabel dependen: infestasi Ascaris Lumbricoides dan Trichuris Tichiur.
Analitik dengan pendekatan cross sectional.
Dari analisis data ditemukan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara hygiene kuku dengan infestasi Ascaris
8
Pesisir Pekanbaru Peneliti : Deliyus Irman, Suri Dwi Lesmana, Lilly Haslinda Hubungan Higiene dan Sanitasi Dengan Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminthes pada Anak-anak (Studi di Masyarakat Dusun Bunut Desa Sumber Makmur Kecamatan Mentaya Hilir Utara Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah) Peneliti : Nurul Huda Gambaran Faktorfaktor Penyebab Infeksi Cacingan Pada Anak di SD N 01 Pasirlangu Cisarua Peneliti : Adisti Andaruni, Sari Fatimah, Bangun Simangunsong
Lumbricoides dan Trichuris Tichiura, p value=0, 245.
Variabel independen : hygiene dan sanitasi. Variabel dependen: kejadian infeksi Soil Transmitted Helminthes.
Survey dengan pendekatan cross sectional.
Ada hubungan dan ada resiko antara mencuci tangan (p value=0,039), memotong dan merawat kuku (p value=0,020), dan keberadaan telur STH pada tanah di belakang rumah (p value=0,026) dengan kejadian infeksi STH.
Faktor-faktor penyebab infeksi cacingan.
Deskriptif.
Hasil penelitian didapatkan infeksi cacingan dapat disebabkan dari 50,98% faktor personal hygiene, 52,95% mencuci tangan, 56,90% kebersihan kuku, dan 50,90% faktor sanitasi makanan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah desain penelitiannya menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-posttest with control group. Sedangkan untuk variabel dependen dan independennya juga berbeda, pada penelitian ini variabel independennya adalah penyuluhan kesehatan dan variabel dependennya adalah pengetahuan, sikap, serta praktik dalam perawatan kuku.