BAB I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Jalan adalah sebagai salah satu prasarana transportasi sangat penting pada kemajuan pembangunan kehidupan masyarakan dalam memajukan kehidupan masyarakat. Struktur perkerasan jalan mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan yang optimal agar masyarakat dapat menikmati jalan dengan nyaman dan cepat sampai tujuan agar dapat tercipta pemerataan pembangunan. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yag berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, kemudian diharapkan agar waktu yang telah ditentukan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Bahan dan material yang digunakan sangat berpengaruh untuk pembentukan lapisan perkerasan jalan adalah agregat sebagai bahan material utama yang berpengaruhterhadap daya dukung lapisan permukaan jalan dan aspal sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air. Pada peningkatan mutu untuk jalan darat, maka tentunya perkerasan jalan adalah suatu hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan secara terus-menerus diperbaiki mutunya dari waktu ke waktu. Perkerasan jalan memiliki fungsi yaitu sebagai pelayan bagi transportasi darat yang ada, dan selama masa pelayanan diharapkan yang tidak terjadi kerusakan atau kegagalan yang fatal. Perkerasan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Perkerasan lentur adalah suatu lapisan perkerasan yang bersifat lentur dan elastis saat menerima beban dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Pada pekerjaan jalan raya lapisan permukaan dibuat berlapis-lapis, mulai dari lapisan permukaan yang I-1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
berhubungan langsung dengan roda kendaraan ataupun dengan sarana-sarana transportasi lainya, hingga lapis pondasi yang berada dibawah tanah dasar. Perkerasan lentur sering terjadi kerusakan yang disebabkan oleh aspal yang memliki kelemahan yaitu kadar viskositas yang dan tidak memiliki daya tahan terhadap panas. oksidari dan radiasi. Selaim itu kerusakan pada jalan disebabkan oleh masuknya air kedalam pori-pori agregat pada saat cuaca hujan. Perkerasan dilanjutkan sebelum aspal benar-benar
kuat karena kurang ratanya aspal yang menyelimuti batuan dapat
mengakibatkan kerusakan pada tekstur yang dapat terjadi berangsur-angsur dari lapir permukaan kebawah.Perkerasan nampak pecah dan menjadi bagian kecil-kecil, seperti pengelupasan terbakar matahari. Butiran yang terlepas dapat terjadi diseluruh permukaan karna lokasi yang buruk. Dalam kontek lain pertumbuhan volume lalu lintas yang maningkat pesat yang akan memberikan dampak kebutuhan pembangunan struktur perkerasan jalan dan pemakaian material yang digunakan. Terutama untuk kondisi struktur perkerasan di indonesia. beban lalu lintas yang melewati batas syarat batas sering terjadi sehingga perlu adanya pertimbangan khusus dalam melakukan perencanaan campuran aspal termasuk meningkatkan mutu aspal. Pemikiran untuk memodifikasi bahan aspal dengan aditif yang diharapkan dapat memperbesar energi perlekatan aspal terhadap batuan. Zat aditif biasanya dapat mengurangi kerusakan pengelupasan akibat terbakar oleh sinar matahari salah satunya adalah menggunakan abu eceng gondok yang sudah bakar yang. Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi jalan umumnya menghendaki bahan filler yang mudah didapat, namun dalam rangka mencari inovasi dan mencoba bahan dari yang lain akhirnya menggunkan bahan serat eceng gondok yang terdapat pada rawa-rawa dan mudah dicari dan biasanya cuma menjadi tumbuhan hama yang I-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
merusak pemandangan saja oleh karna itu abu eceng gondok tersebut kita gunakan untuk campurannya. Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis mengambil judul Tugas Akhir ini "PEMANFAATAN
ABU
ECENG
GONDOK
SEBAGAI
FILLER
PADA
CAMPURAN ASPAL AC-WC (ASPHALT CONCRETE - WEARING COURSE) DENGAN METODE UJI MARSHAL" 1.2.
Identifikasi Masalah
Abu eceng gondok atau dengan bahasa latin yaitu Eichhornia crassipes adalah jenis tumbehan air yang mengapung. Eceng gondok memang hidup di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tinggi eceng gondok biasanya 0,4 - 0,8 meter. Daunya berbentuk oval dan ujung pangkalnya meruncing, pangkal tangkainya daun menggelmbung. Permukaan daunya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Eceng gondok biasanya hidup dikolam-kolam dangkal, tanah basah, rawa-rawa, aliran air yang lambar, danau, dan tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan cepat dan perubahan cuaca ekstim dari ketinggian air, arus air, dan berubahan air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat, dan potasium. Eceng gondok akan sulit tumbuh di air asin karna kandungan garam yang dapat menghambatkan pertumbuhan eceng gondok.
I-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
Pertumbuhan eceng gondok mempunyai dampak negatif diantaranya sebagai berikut :
Meningkatnya Evapotranspirsai Adalah penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman, karena daun-daun yang lebar pada tanaman ini serta pertumbuhan yang cepat.
Menurunnya Jumlah Cahaya Cahaya yang menyinari seluruh permukaan seluruh permukaan bumi baik didarat dan diair, khususnya daidaerah air jika terhalang oleh daun-daun eceng gondok akan menyebabkan penurunan tingkat kelarutan oksigen dalam air.
Pendakalan semakin cepat Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun kedasar perairan sehingga akan terjadinya pendangkalan.
Mengganggu Lalu Lintas Transportasi Air Untuk masyarakat yang selalu menggunakan transportasi air sangat penggangu karna sulitnya medan yang mereka lalui seperti pedalam kalimantan dan lain lain
Merusak Pemandangan Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Dalam penulisan ini saya akan memperkenalkan solusi untuk eceng gondok untuk dimanfaatkan. Eceng gondok di potong daun dan akarnya lalu di abil batangnya karna mengandung serat dalam kondisi kering lalu dibakar selama 1 hari agar terbakar semupura. Setelah semua bahan sudah memenuhi persyaratan yang sudah dibutuhkan sebagai bahan material campuran aspal, abu eceng gondok akan dimasukan kedalam campuran AC-WC sedikit demi sedikit sampai teraduk rata. I-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
Pertumbuhan tanaman eceng gondok sangat melimpah di daerah cipondoh kota Tangerang dan belum di manfaatkan dengan baik dalam duni konstruksi, serta tanaman tersebut dapat tumbuh dan merambat dengan hitungan hari. Untuk itu penulis ingin membuat campuran aspal dengan menggunakan tanaman eceng gondok dengan menjadikan tanaman tersebut bahan campuran dengan membuat abu terlebih dahulu, disamping memanfaatkan sampah tersebut dan mudah didapat serta membantu pendangkalan rawa-rawa yang diakibatkan tenggelamnya eceng gondok jika sudah mati dan menjadi lumpur. 1.3.
Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang akan diangkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a
Bagaimana peranan filler semen dan abu eceng gondok yang diberikan terhadap perkerasan jalan raya khususnya campuran AC-WC.
b
Berapa nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) dan didapat perbandingan antara campuran semen dan abu eceng gondok dengan 5 perbandingan 25%, 50%, 75% dan 100%.
1.4.
Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian Tugas Akhir ini untuk mengetahui pengaruh serat eceng gondok pada uji durabilitas campuran AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course) dengan varias lama perendaman (30 menit, 24 menit, 48 jam ) disimpulkan sebagai berikut : 1. Menentukan karakteristik fisik aspal, agregat, dan abu eceng gondok. 2. Mencari kadar aspal optimum untuk campuran AC WC dengan tambahan abu eceng gondok. I-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
3. Membandingkan karakteristik mashall pada campuran yang menggunakan abu eceng gondok sebagai dengan syarat spesifikasi baru beton aspal campuran panas untuk campuran AC-WC. adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan karakteristik bahan perkerasan. 2. Menentukan karakteristik campuran AC-WC dengan filler semen dengan abu eceng gondok. 3. Menentukan KAO pada campuran AC-WC dengan filler semen dengan abu eceng gondok. 4. Mentukan kadar optimum AC-WC dengan filler semen dengan abu eceng gondok. 5. Menentukan indeks kekuatan sisa AC-WC dengan filler semen dengan abu eceng gondok. 6. Mengetahui pengarus variasi waktu (30 menit). 1.5.
Manfaat Penelitian
Untuk mengurangi volume sampah tumbuhan eceng gondok di kota Tangerang karna tumbuhan eceng gondok dapat membuat rawa-rawa menjadi dangkal dan merusak pemandangan daerah rawa-rawa. Sehingga dapat menghemat penggunaan bahan atau material-material yang diambil dari alam untuk membuat perkerasan jalan raya karena material bahan yanga digunakan merupakan material rycycle.
I-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
1.6.
Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Dari penjelasan diatas maka dapat dijelaskan bahwa lingkup pembahasan atau batas masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dapat dilakukan di labolatorium. 2. Analisis biaya tidak dilakukan. 3. Perencanaan campuran menggunakan campuran untuk lapisan permukaan ACWC mengacu pada spesifikasi baru beton aspal campuran panas. 4. Aspal yang digunakan adalah aspal minyak penetrasi 60/70 5. Agregat dan filler semen. 6. Agregat dan filler abu eceng gondok. 7. Variasi kadar aspal untuk mencari kadar aspal optimum pada campuran AC-WC adalah 5%, 6%, dan 6,5%, dari berat campuran. 8. Presentasi lolos filler (saringan no.200) sebesar 7%. 9. Variasi perbandingan pengujian filler abu eceng gondok dan filler semen (25%, 50%, 75%, 100%) 10. Spesifikasi yang digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas berat (> 1 juta ESA). Karakteristik yang digunakan, yaitu: VMA (≥ 18 % ), VIM (3-6%), VFA (≥65%), stabilitas (≥800%), flow (≥2$), Marshall quotient (≥200 kg/mm), density dan IRS (≥85). 11. Uji yang dilakukan uji Marshall.
I-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB I Pendahuluan
12. Tidak dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai rongga dalam campuran pada kepadatan material (refusal) 1.7.
Sistematik Penulisan
Secara garis besar sistematik penulisan dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, pembatasan masalah metode pembahasan dan sistematik penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Berisi uraian singkat dasar teori tentang agregat,semen, aspal penetrasi 60/70, abu eceng gondok.
BAB III
METODE PENELITIAN Membahas megenai alur pelaksanaan dan pengujian campuran lataston AC-WC mulai dari persiapan bahan sampai dengan pengujian MarshallI.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA Pembahasan
mengenai
data-data
yang
diperoleh
pengujian
dilabolatorium dan dilakukan analisa pembahasan. BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan pada hasil penelitian bab sebelumnya dan yang telah diperoleh beserta saran mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian.
I-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/z