BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya, termasuk ekonomi, fisik dan biologis yang bersifat dinamis dan kompleks. Dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal di Indonesia diperlukan pemberdayaan masyarakat terutama para penyandang cacat, supaya mampu mandiri dalam memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Untuk itu diperlukan tenaga kesehatan yang menunjang dalam pelaksanaannya, salah satunya yaitu Ortotis Prostetis (RI, 1992). Ortotis prostetis sebagai salah satu profesi kesehatan yang tergabung dalam unit tim rehabilitasi medik di Indonesia mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi medis serta saling bekerja sama antar tim rehabilitasi medik. Tim rehabilitasi tersebut antara lain meliputi : dokter, fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, psikolog, petugas sosial medis, perawat rehabilitasi ( Kurniawan, 2000).
1
Ortotik prostetik sendiri di Indonesia untuk saat ini masih dalam tahap pengembangan guna meningkatkan mutu pelayanan Ortotik prostetik yang saat ini dirasa masih belum maksimal. Secara singkat peran dan fungsi ortotis prostetis adalah membuat dan memodifikasi ortosis atau prostesis, merekomendasikan komponen-komponen ortosis maupun prostesis, dan juga mengelompokkan data guna pengembangan pelayanan ortosis dan prostesis yang lebih baru. Selain fungsi tersebut seorang ortotis prostetis juga punya fungsi lain yaitu memberikan edukasi dan nasehat medis kepada pasien yang mengarah pada perbaikan (Iopi, 2010). Untuk pembuatan ortosis prostesis tak luput dari proses pengukuran, suatu kegiatan pengambilan contoh/model dari pasien, berupa ukuran atau negatif model sebagai pedoman utama dalam proses pembuatan ortosis maupun próstesis proses pengukuran ini merupakan proses yang sangat vital dalam pembutan dimana harus cermat dan teliti saat melakukan pengukuran dan pencatatan didalam formulir pembuatan ortosis prostesis yang harus diisi secara lengkap agar waktu pengerjaannya tidak ada yang keliru. Jika ada bebarapa item komponen pada formulir pembuatan ortosis prostesis tidak diisi oleh petugas pengukuran dan pencatatan maka akan berdampak pada petugas yang mendapat tugas pengerjaan dibengkel, sehingga dalam pencatatan pengukuran didalam formulir pembuatan ortosis prostesis harus diisi secara lengkap agar ortosis prostesis yang dibuat sesuai ukuran bentuk yang aslinya dan nantinya setelah jadi bisa terpakai sesuai ukuran anggota tubuh pasien .
2
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK bahwa 44% pencatatan hasil pengukuran pada 30 formulir pembuatan ortosis prostesis belum diisi secara lengkap. Dilain sisi, pencatatan pada formulir untuk ukuran anggota tubuh pasien baru diisi 73%, pencatatan data umur pasien hanya diisi 10% dan untuk catatan penting hanya sebesar 7%. Selain itu juga beban kerja petugas di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK dapat diketahui bahwa beban kerjanya tinggi, dilihat dari jam kerja pokok sebanyak 8 jam kerja dan juga ada tambahan jam lembur karena pasien yang datang lumayan banyak, selain itu dari informasi para petugas diketahui bahwa pasien-pasien di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK berasal dari luar kota sehingga menginginkan pengerjaan pembuatan ortosis prostesis supaya lebih cepat jadi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masingmasing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi ’overstress’, bosan dan kejenuhan (Tawarka, 2011). Faktor yang mempengaruhi beban kerja ada dua yaitu: 1) Beban kerja karena faktor eksternal: Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti pekerjaan itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. 2) Beban kerja karena faktor internal: Faktor
internal
beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh pekerja itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal.
3
Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, masuk kerja dan insentif dapat berpengaruh terhadap produktivitas, baik langsung maupun tidak langsung. Jam kerja berlebihan, jam kerja lembur di luar batas kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja (Tawarka, 2011). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang hubungan beban kerja petugas dengan
kelengkapan pencatatan hasil pengukuran pada formulir pembuatan ortosis prostesis di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK.
B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan beban kerja petugas dengan kelengkapan pencatatan hasil pengukuran pada formulir pembuatan ortosis prostesis di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan beban kerja petugas dengan kelengkapan pencatatan hasil pengukuran pada formulir pembuatan ortosis prostesis di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui
tingkat
beban
kerja
petugas
di
CV.KUSPITO
PROSTHETIK ORTHOTIK.
4
b. Mengetahui tingkat kelengkapan pencatatan hasil pengukuran pada formulir pembuatan ortosis prostesis di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK. c. Mengetahui hubungan beban kerja petugas dengan kelengkapan pencatatan hasil pengukuran pada formulir pembuatan ortosis prostesis di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa feedback (umpan balik) dalam menyikapi masalah beban kerja petugas
yang dapat mempengaruhi kelengkapan pencatatan hasil
pengukuran pada formulir pembuatan ortosis prostesis di CV.KUSPITO PROSTHETIK ORTHOTIK. 2. Manfaat institusi pendidikan Hasil penelitian
ini diharapkan dapat
menjadi
sumber
pembelajaran dan sebagai bahan referensi bagi proses pembelajaran di Prodi
Kesehatan
Masyarakat
peminatan
Manajemen
Informasi
Kesehatan. 3. Bagi Ortotis Prostetis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi dalam pencatatan pengukuran pada lembar formulir pembuatan ortosis prostesis.
5