BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu komunitas tidak pernah lepas dari jalinan hubungan satu dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi. Komunikasi itu sendiri merupakan salah satu fungsi bahasa sebagai proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Dalam suatu komunikasi, penggunaan bahasa disesuaikan dengan komunitas yang ada, seperti bahasa daerah di Indonesia yang harus disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat dari daerah tersebut baik secara sosial maupun kebudayaan; secara sosial penggunaan bahasanya dapat dilihat dari percakapan yang terjalin, begitu pula terdapat dalam masyarakat Jepang yang dalam interaksi sosialnya ada yang menggunakan keigo ( 敬語-けいご). Hubungan antara bahasa dan pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat Jepang itulah yang harus diperhatikan dalam sebuah percakapan yang menggunakan keigo. Keigo merupakan ciri khas bahasa Jepang, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan ‘Bahasa Hormat’. Bahasa
1
Universitas Kristen Maranatha
Indonesia sendiri tidak memiliki bahasa hormat, namun bahasa hormat terdapat pada bahasa daerah saja. Kegunaan keigo itu sendiri merupakan bentuk ungkapan rasa hormat atau menghargai seseorang terhadap pihak lain. Pemakaian keigo harus disesuaikan dengan tingkatannya (sonkeigo, kenjōgo, atau teineigo) yang memperhatikan lawan bicara, status sosial dan usia seseorang. Contoh: 先生はもうお帰りになりましたか。 Sensei wa mō okaeri ni narimashitaka. Apakah (ibu) guru sudah pulang ? Pada contoh di atas, hubungan yang terjalin antara pembicara yang adalah seorang terhadap murid lainnya tentang gurunya. Pemakaian kata sensei dan bukan menggunakan nama orang sebagai pihak yang dibicarakan oleh pembicara dikarenakan pembicara sebagai murid menghormati sensei (orang ketiga) dan bukan menghormati pihak kedua atau lawan bicaranya sebagai pihak yang ditanyakan, rasa hormat pembicara ditunjukkan dengan menggunakan masu, sedangkan kata okaeri ni narimashita menunjukan rasa hormat pembicara terhadap orang ketiga tersebut. Dengan demikian dapat dipahami, ungkapan sensei dan okaeri ni narimashita berfungsi untuk menunjukkan derajat orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Pada kalimat, hubungan yang terjalin antara
2
Universitas Kristen Maranatha
pembicara dan lawan bicara terhadap pokok pembicaraan menyebabkan percakapan di atas menggunakan bahasa yang sopan atau sonkei. Hal ini juga disebabkan status guru dalam masyarakat mempunyai posisi penting karena guru dianggap mempunyai peranan dalam mendidik seseorang baik dalam dunia pendidikan di sekolah maupun dalam pendidikan perilaku, sehingga dapat dipahami bahwa status sosial secara profesi yang terjalin dalam pertanyaan di atas sangat diperhatikan oleh pembicara.
Dari pemahaman tersebut menyebabkan peneliti mendalami keigo dalam cerpen Akairōsoku to Ningyo, diantaranya dilihat dari segi kalimat yang digunakan dalam percakapan, bentuk kalimat yang ada, serta status dari pengguna bahasa yang sangat memperhatikan hubungan sosial baik status atau kedudukan maupun usia seseorang. Hubungan antara bahasa dan pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat itulah yang akan diteliti oleh peneliti untuk mengungkap hubungan antara penggunaan keigo dalam percakapan dengan hubungan sosial dalam masyarakat Jepang.
Penelitian terdahulu tentang keigo dalam bentuk skripsi, yaitu cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke oleh Dessy (9542009) tahun 2004,
3
Universitas Kristen Maranatha
yang menggunakan teori sintaksis yang menganalisis penggunaan keigo dilihat dari segi strukturnya, sedangkan Lani Kasim (9942031) tahun 2003 mengenai analisis honorifik yang terdapat dalam novel Sansōdayou dengan tinjauan sintaksis karya Mori Ōgai yang menganalisis hubungan keigo dan sintaksis. Pada penelitian Akairōsoku to Ningyo karya Ogawa Mimei dengan tinjauan sosiolinguistik, peneliti menganalisis hubungan antara sosiolinguistik dan keigo yang dapat menunjang penelitian. Penelitian tersebut membawa inspirasi bagi peneliti untuk meneliti keigo dalam cerpen Akairōsoku to Ningyo karya Ogawa Mimei yang dalam percakapannya cenderung menggunakan teineigo dan kenjōgo, selain itu peneliti berharap dengan penelitian ini dapat menunjukkan eksistensi penelitian yang tidak menyadur penelitian lain. Peneliti akan memanfaatkan kalimat dalam cerpen tersebut sebagai data penelitian dengan menggunakan sudut pandang sosiolinguistik. Peneliti menggunakan sudut pandang sosiolinguistik dikarenakan dalam penggunaan keigo tidak terlepas dari hubungan sosial dalam masyarakat yang menentukan status atau kedudukan serta usia seseorang, hubungan tersebut dilihat dari bahasa yang digunakan baik secara formal maupun non formal.
4
Universitas Kristen Maranatha
1.2 PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana bentuk bahasa keigo yang digunakan dalam cerpen Akairōsoku to Ningyo. 2. Bagaimana hubungan antara penggunaan keigo dengan status sosial pelaku bahasa tersebut.
1.3 PEMBATASAN MASALAH Keigo dianggap sangat banyak digunakan dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan sehingga penulis memilih cerpen tersebut menjadi sumber data dan sekaligus membatasi penelitian ini pada cerpen Akairōsoku to Ningyo karya Ogawa Mimei tersebut.
1.4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mencari bentuk bahasa keigo yang digunakan dalam cerpen Akairōsoku to Ningyo, dan mendeskripsikan pelaku bahasa keigo dalam cerpen tersebut. 2. Menjelaskan hubungan antara penggunaan keigo dengan status sosial pelaku bahasa tersebut.
5
Universitas Kristen Maranatha
1.5 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif (Djajasudarma, 1993:10,15), yaitu suatu studi yang berusaha memaparkan, menganalisis, dan mengklasifikasi data sehingga
dapat
diperoleh
kesimpulan.
Teknik
pengumpulan
datanya
menggunakan studi pustaka, yaitu mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi, dan menyimpulkan data. Yang dijelaskan sebagai berikut: (1) studi pustaka, melakukan kegiatan pustaka yang meliputi menentukan tema, buku sumber data, dan teori yang dituju, (2) mengklasifikasi data, (3) menginterpretasi data, (4) memahami, menyimpulkan, dan melaporkan.
1.6 ORGANISASI PENULISAN Skripsi ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menjelaskan masalah yang akan diteliti yang mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, serta organisasi penulisan. Bab II Landasan Teori, menjelaskan analisis sosiolinguistik dan keigo, serta macam-macam keigo. Analisis sosiolinguistik menceritakan pengertian sosiolinguistik, cakupan
6
Universitas Kristen Maranatha
sosiolinguistik, hubungan sosial dan bahasa. Keigo sendiri menjabarkan pengertian, fungsi dan penggunaan keigo dalam bahasa Jepang. Adapun macam-macam keigo menjelaskan sonkeigo, teineigo, dan kenjōgo. Bab III Analisis keigo dalam cerpen Akairōsoku to Ningyo, menjelaskan jenis keigo yang terdapat dalam cerpen Akairōsoku to Ningyo yang terdiri dari sonkeigo, teineigo dan kenjōgo. Bab IV Kesimpulan, mengemukakan kesimpulan berdasarkan hasil analisis pada bab III.
Organisasi penulisan ini dimaksudkan agar pembaca memahami cara penulis mengangkat keigo dalam percakapan yang terdapat pada cerpen Akairōsoku to Ningyo yang hubungannya dengan sosiolinguistik, sehingga pembaca dapat menelusuri pikiran-pikiran penulis dalam penelitian ini dengan mudah dan terstruktur.
7
Universitas Kristen Maranatha