BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting dalam pergaulan hidup, dan salah satu alat yang digunakan sebagai media berkomunikasi adalah bahasa. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi dan pendukung dalam pergaulan manusia dalam sehari-hari, baik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, maupun dengan bangsa tertentu. Pengajaran bahasa Indonesia adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan serta membina kemampuan berbahasa, baik secara aktif maupun pasif serta menumbuhkan sikap positif. Adapun yang dimaksud dengan berbahasa Indonesia aktif yaitu kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar secara lisan, yaitu dalam berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain maupun secara tertulis seperti membuat karangan. Sedangkan kemampuan berbahasa pasif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan kemampuan memahami isi bacaan. Sasaran pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah keterampilan berbahasa baik lisan maupun tertulis. Keterampilan berbahasa yang dimaksud mencakup keterampilan mendengarkan, berkomunikasi membaca, dan menulis. Keterampilan berkomunikasi merupakan aktivitas berbahasa keberkomunikasi yang dilakukan manusia dalam kehidupan 1
berbahasa.
Yaitu
setelah
aktivitas
mendengarkan.
Keterampilan
berkomunikasi merupakan terampilan berbahasa yang paling sulit dikuasai siswa dibandingkan ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya, terutama bagi siswa yang berada di wilayah pedesaan (pegunungan). Hal tersebut dikarenakan keterbatasan sarana pendukung dan lingkungan tempat tinggal siswa. Oleh karena itu dalam pembelajaran keterampilan berkomunikasi seorang guru harus mampu menggunakan pendekatan, metode, dan teknik serta setrategi tertentu yang tepat atau sesuai agar pembelajaran betul-betul efektif dan menyenangkan. Banyak siswa masih belum mampu berkomunikasimenggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar mengindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan berkomunikasidi sekolah juga kurang berhasil kalau tidak mau dikatakan gagal. Nampak pada hasil belajar pada pembelajaran bahasa indonesia khususnya komponen keterampilan berkomunikasibelum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 61. Dari 30 siswa yang mengikuti UUS I hanya 14 siswa (46%) yang memperoleh nilai di atas 61, sedangkan 16 siswa (54%) masih memperoleh nilai di bawah 61.hal ini dikarenakan banyak faktor, antara lain faktor dari guru, siswa, dan lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Faktor dari guru ada kecenderungan guru dalam proses belajar mengajar (PBM) hanya memberikan keterampilan berkomunikasisecara teoritis kurang pada praktik. Kalaupun memberikan kegiatan praktik berbicara hanya terpaku pada percakapan yang ada pada buku, guru hanya memberi nilai Tidak membahas kesalahan yang dilakukan 2
siswa dalam berkomunikasifaktor lingkungan sangat bcrpengaruh terhadap keterampilan berkomunikasisiswa dalam bahasa indonesia karena siswa terbiasa berkomunikasidalam bahasa ibu atau bahasa daerah. Siswa kurang memiliki kosa kata dalam bahasa indonesia sehingga siswa mengalami kesulitan pada saat diminta mengungkapkan ide, gagasan, dan pikiran siswa dalam bahasa indonesia secara lisan. Kondisi siswa yang demikian dengan model pembelajaran guru yang kurang variatif dan inovatif menjadikan proses belajar mengajar keterampilan berkomunikasi menjadi beban yang memberatkan bagi siswa sebagai akibatnya keterampilan berkomunikasisiswa rendah. Untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa, peneliti akan menggunakan pendekatan kontekstual dengan metode bermain peran. Pendekatan kontekstual ini dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pratik pembelajaran kontekstual (Zahorik,1995: 14-22),yaitu: 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, 2. Pemerolehan pengetahuan baru, 3. Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan cara (a) menyusun konsep sementara, (b) melakukan sharing kepada orang lain, dan (c) merevisi konsep dan mengembangkannya. 4. Mempratikan pengetahuan dan pengalaman tersebut, dan 5. Melakukan refleksi 3
Belajar akan lebih bermakna apabila "anak mengalami" sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi "mengingat" jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal itulah yang teijadi di kelas-kelas kita,termasuk dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya keterampilan berkomunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelajaran keterampilan berbicara sudah semestinya dikemas menjadi pembelajaran yang berbasis kentekstual dengan berbagai teknik atau metode jang merupakan alternative untuk membantu siswa mengalami apa yang ia pelajarinya. Dengan demikian diharapkan siswa tidak hanya mampu mengingat jangka lama melainkan dapat menginternalisasi konsep-konsep teori yang ia pelajari. Dari uraian diatas maka peneliti mengajukan penelitian tindakan kelas
dengan
judul
BERKOMUNIKASI
“
DENGAN
PENINGKATAN
KETERAMPILAN
PENDEKATAN
KONTEKSTUAL
DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI NURUL HUDA SAWAHAN”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
rumusan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
4
1. Bagaimanakah
penerapan
pendekatan
Kontekstual
dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada siswa kelas V MI Nurul Huda Sawahan Gresik Tahun Pelajaran 2014/2015 2. Bagaimanakah kemampuan berkomunikasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V MI Nurul Huda Sawahan Gresik
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Meningkatkan
kemampuan
berbahasa
siswa
khususnya
keterampilan berkomunikasi 2. Memperbaiki proses pembelajaran bahasa Indonesia dari yang menjenuhkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan D. Manfaat hasil penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi siswa Dapat
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi
siswa
pada
pembelajaran bahasa indonesia. 2. Manfaat bagi guru A. Hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran keterampilan berkomunikasidi kelas yang menjadi tanggungjawabnya. B. Dapat menambah wawasan dan pemahaman guru mengenai pembelajaran
berkomunikasi
dengan
penerapan
pendekatan 5
kontekstual dan implementasinya dalam pembelajaran keterampilan berkomunikasidi kelas. 3. Manfaat bagi sekolah A. Membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah baik secara mikro maupun makro. B. Meningkatkan profesionalisme dan kineija guru secara umum. C. Meningkatkan kompetensi lulusan sehingga kredibilitas sekolah meningkat.
6