1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pembangunan ekonomi yang ditempuh pada masa lalu ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam arti yang seluasluasnya. Kemajuan dalam kegiatan perekonomian pada masa lalu telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% per tahun. Namun keberhasilan tersebut tidak berlangsung lama, hal ini terjadi akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang terjadi pada tahun 1997. Resesi akbar yang berlangsung sejak tahun 2007 serta tetap tersisa hingga
saat
ini
bikin
banyak
negara
mengalami
kemunduran
perekonomiannya. Banyak pemain besar perekonomian dunia terkena imbasnya, perkembangan ekonomi mereka melambat. Resesi ini juga meruntuhkan banyak institusi finansial besar di beragam negara, bank-bank terpaksa menggelontorkan dana talangan ( bailout ) serta merosotnya pasar saham. Beberapa negara mengalami peningkatan jumlah pengangguran dan daya beli masyarakat turun akibat dari merosotnya berbagai macam sektor usaha perekonomian. Negara adidaya Amerika Serikat dan China juga mengalami imbas dari turunnya perekonomian di negara tersebut. Negara– negara Eropa wajib berjuang menutupi utang mereka, memberlakukan pengetatan biaya yang berujung pada kesengsaraan rakyat dan terjadi kerusuhan di mana-mana. Akan tetapi, ditengah carut marut ekonomi global, 1
2
ada lebih dari satu negara yang stabil, apalagi meningkat perekonomiannya. Jurnal ekonomi politik Amerika Serikat, foreign policy, pada saat itu merangkum tujuh negara yang selamat dari krisis tahun 2007, satu diantaranya tercatat adalah negara Indonesia. Negara yang lebih cepat bangkit dari krisis ekonomi diantaranya Korea Selatan. Kemajuan Korea Selatan ditengah krisis ekonomi dunia tidak lepas dari mimpi presiden Lee Myung Bak untuk menjadikan negara Korea Selatan sebagai negara kelas satu. Ketika mewujudkan mimpinya, Lee menaikkan riset, pengembangan dan inovasi dari 3,4% menjadi 5% dengan perlindungan subsidi pemerintah. Korea Selatan merupakan negara pertama yang bangkit dari resesi pada tahun 2009. Negara selanjutnya adalah, Polandia, Kanada, Swedia, Turki, Meksiko serta Indonesia. Negara Indonesia tertolong oleh rasa yakin diri pemerintah serta rakyatnya yang luar biasa tinggi. Indonesia juga melampaui India sebagai negara dengan customer amat optimis sedunia. Perkembangan tahunan Indonesia stabil, 4,5% sementara resesi menduduki perkembangan kedua paling tinggi di G-20 sesudah China. Perkembangan ini berkat komoditi layaknya batu bara, minyak kelapa sawit, serta timah. Tingkat customer kelas menengah Indonesia juga meningkat sangat cepat. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya penjualan mobil sebesar 15% per tahun dan meningkatnya banyak perusahaan otomotif yang berinvestasi. Salah satu perusahaan otomotif yang menaikkan investasinya adalah Nissan. Perusahaan tersebut menaikkan produksinya hingga 200%
3
atau senilai US $400 juta. ( http/:bp.blogspot.com// diunduh tanggal 2 Mei 2014 jam 12.40 WIB ) Setelah krisis ekonomi berlalu, maka setiap negara khususnya Indonesia terus berbenah agar pertumbuhan ekonomi menjadi lebih bagus. Hal ini dibuktikan setiap propinsi yang ada di Indonesia untuk melakukan pembenahan khusunya disektor perekonomian. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) propinsi Jawa Tengah atas dasar harga konstan mencapai Rp.444,4 triliun pada tahun 2010. Angka ini meningkat di banding Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tahun 2009 sebesar Rp.397,9 triliun. Jika dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp.187 triliun, sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp.176,7 triliun. Dengan demikian pada tahun 2010 perekonomian Jawa Tengah secara kumulatif mengalami pertumbuhan sebesar 5,8% dibanding tahun 2009. ( BPS Jawa Tengah,2010 ) Selama tahun 2010, semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih yang mencapai 8,4 persen diikuti oleh sektor jasa sebesar 7,4 persen, sektor pertambangan dan penggalian 7,1 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,7 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,1 persen, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 5,0 persen serta sektor pertanian 2,5 persen. Berdasarkan angka sementara proyeksi sensus tahun 2011, jumlah penduduk Propinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 32,64 juta jiwa atau sekitar
4
13,54 persen dari penduduk Indonesia. Hal ini menempatkan propinsi Jawa Tengah sebagai propinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, yang ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin ( rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan ) sebesar 99,42 Penduduk Jawa Tengah belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Jawa Tengah. Umumnya penduduk banyak menumpuk di daerah kota dibandingkan didaerah kabupaten. Secara rata-rata kepadatan penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 1.003 jiwa setiap kilometer persegi dan wilayah terpadat adalah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sekitar 11 ribu jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah rumah tangga di Jawa Tengah sebesar 8,9 juta pada tahun 2011 sedangkan rat-rata penduduk per rumah tangga di Jawa Tengah tercatat sebesar 3,7 jiwa. Pertumbuhan penduduk semakin cepat sejalan dengan meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi kesehatan, mendorong angka kematian yang semakin menurun sedangkan angka kelahiran tetap tinggi. Hal ini menyebabkan perbedaan angka kematian dan kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin cepat. Beberapa pakar menjelaskan bahwa jumlah penduduk suatu negara tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu besar, yaitu harus seimbang dengan jumlah sumbersumber ekonomi atau dikenal dengan teori penduduk optimum. Pengaruh pertumbuhan populasi terhadap pertumbuhan ekonomi masih menjadi
5
perdebatan. Hal ini didasarkan adanya beberapa negara pertumbuhan ekonominya didorong oleh pertumbuhan penduduknya seperti negara-negara di eropa barat, beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin dimana pertumbuhan
penduduknya
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
dan
pembangunan. Pada tahun 2009, jumlah penduduk di Jawa Tengah mencapai 32.864.563 jiwa. Pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah sebesar 32,38 juta jiwa. Dari tahun 2009 ke tahun 2010 jumlah penduduk mengalami penurunan, hal ini disebabkan angka kematian lebih tinggi daripada angka kelahiran. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Tengah sebesar 6,01 dengan pertumbuhan penduduk sebanyak 32.643.612 jiwa atau sekitar 13,51% dari total jumlah penduduk di Indonesia ( www.ekon.go.id ). Dari data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan penduduk setiap tahunnya bertambah. Dari latar belakang tersebut, maka dalam kesempatan ini penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Analisi Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk Jawa Tengah Tahun 2011”
B. Perumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi penting bagi pertumbuhan penduduk. Apabila pertumbuhan ekonomi naik, maka akan dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Berdasarkan latar belakang maka permaslahan dalam penelitian
6
ini adalah, apakah terdapat keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Jawa Tengah tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah Daerah Memberi masukan dalam menentukan kebijakan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara merata diseluruh wilayah. 2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Memberi masukan dalam menentukan kebijakan dibidangnya dalam pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat mensejahterakan penduduk. 3. Referensi penelitian yang terkait dimasa yang akan datang.
E. Metode Analisis Data Guna menganalisis keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah tahun 2011 dipakai uji Chi Square dengan rumus sebagai berikut :
7
=
Keterangan : nij
: adalah frekuensi pengamatan dari baris i dan kolom j
eij
: adalah frekuensi harapan dari baris i dan kolom j