BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada saluran empedu atau bisa pada keduanya. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa faktor risiko penyakit batu empedu adalah multifaktorial. Faktor risiko yang mempengaruhi terbentuknya penyakit batu empedu adalah usia, jenis kelamin, faktor genetik, kegemukan, diet tinggi lemak rendah serat, kehamilan, peningkatan kadar lemak darah, penurunan berat badan yang cepat, penyakit kencing manis. Selama ini dinyakini penyakit batu empedu terjadi pada kelompok risiko tinggi yang disebut sebagai â4 Fâ: forty (usia diatas 40 tahun lebih berisiko), female (perempuan lebih berisiko), fertile (paritas), fatty (orang gemuk lebih berisiko). Namun dewasa ini kecenderungan kelompok risiko tinggi mulai berubah. Dalam beberapa penelitian didapatkan fakta yang berbeda. Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian secara klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas (Lesmana, 2014). Di Amerika
Serikat
setiap
tahunnya
tercatat
700.000
dilakukan
prosedur
kolesistektomi dengan biaya hingga 6,5 milyar dolar (Shaffer, 2006; Chen, 2014). Insiden batu empedu di negara Barat adalah 20% dan kebanyakan menyerang orang dewasa dan lanjut usia (Sjamsuhidayat, 2010). Sedangkan di Taiwan batu 1
2
empedu menjadi masalah kesehatan utama dengan peningkatan prevalensi 4,3% pada tahun 1989 hingga 10,7% pada tahun 1995 (Hung SC, 2011). Sampai saat ini di Indonesia belum ada data yang valid mengenai angka kejadian penyakit batu empedu. Sebagian besar pasien dengan batu empedu seringkali tidak menimbulkan keluhan. Walaupun gejala dan komplikasi risiko penyakit batu empedu relatif kecil akan tetapi dapat menjadi ancaman yang serius jika tidak ditangani dengan benar. Hal ini akan menimbulkan dampak medis dan biaya kesehatan yang tinggi (Lesmana, 2014; Chen, 2014). Di Indonesia seiring dengan dilaksanakan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS, upaya preventif dan deteksi dini batu empedu sangatlah krusial dalam menekan tingginya biaya kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Lien dan Huang menemukan bahwa kelompok usia 40 tahun hingga usia 80 tahun merupakan kelompok yang paling banyak menderita penyakit batu empedu (Huang J, 2009). Hal ini didukung penelitian Chen et al yang menyimpulkan bahwa umur adalah faktor risiko yang sangat penting dan berguna untuk meramalkan kejadian penyakit batu empedu, dimana seiring bertambahnya usia maka semakin meningkat pula risiko seseorang terkena penyakit batu empedu (Chen, 2014). Sedangkan penelitian yang dilakukan Bass dkk menemukan hal yang berbeda yakni umur lebih dari 40 tahun bukanlah faktor prediktor terjadinya batu empedu (bass, 2013). Penelitian lain yang dilakukan di Taiwan didapatkan peningkatan penderita batu empedu pada kelompok umur 20-39 tahun walaupun demikian tidak dijumpai perbedaan risiko
3
batu empedu antara pria dan wanita. Keadaan ini menunjukkan adanya perubahan risiko tinggi dari kelompok umur pada kejadian batu empedu (Park, 2009). Terdapat beberapa kontroversi mengenai jenis kelamin sebagai faktor risiko dari penyakit batu empedu. Pada mayoritas penelitian yang dilakukan negara barat menyimpulkan bahwa wanita lebih sering terkena penyakit batu empedu, sedangkan beberapa studi yang dilakukan di Asia belum menemukan hubungan antara penyakit batu empedu dengan jenis kelamin (Hung et al, 2011). Liu et al dan chen et al menemukan bahwa kelompok usia dibawah 50 tahun yaitu laki-laki memiliki insiden penyakit batu empedu lebih tinggi dibandingkan wanita, sedangkan pada kelompok usia diatas 50 tahun yaitu wanita memiliki insiden yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Liu, 2006; Chen, 2014). Liu dkk mengkaji kasus pada sukarelawan yang sehat dan dibayar untuk diperiksa di rumah sakit dan mendapatkan prevalensi 5,3%, studi ini menemukan hubungan antara umur, obesitas, dan diabetes tipe II tetapi bukan jenis kelamin (Liu CM, 2006; Hung SC, 2011). Berat badan lebih dan obesitas merupakan faktor risiko penting dari kolelitiasis (Ko, 2006). Pada obesitas terjadi kondisi peradangan kronis dan sangat terkait dengan faktor pro-inflamasi. Hal ini akan meningkatkan sekresi hati dari kolesterol dan membuat empedu menjadi jenuh dengan meningkatkan sekresi empedu dari kolesterol dan menyebabkan pembentukan batu empedu (Lin, 2014). Kehamilan juga berkontribusi terhadap pembentukan batu di kandung empedu (Ko, 2006; Shaffer, 2006). Kolelitiasis adalah sangat umum pada multipara (paritas 4 atau lebih). Studi lain melaporkan
4
bahwa wanita multipara memiliki prevalensi lebih tinggi dari GSD dari yang nulipara (Ko, 2006; Chen, 2014). Mengingat besarnya masalah, strategi untuk mengurangi kejadian penyakit batu empedu sangat penting, serta masih ada beberapa variabel yang masih kontroversi maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit batu empedu. Penulis menganggap dengan berfokus pada upaya pencegahan faktor-faktor risiko penyakit batu empedu akan dapat mencegah tingginya pengeluaran biaya kesehatan akibat komplikasi dari penyakit batu empedu. Dari kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya disimpulkan bahwa dijumpai perubahan kecenderungan distribusi epidemiologi faktor risiko dibandingkan konsep yang sudah baku mengenai hubungan antara jenis umur, jenis kelamin, obesitas dan paritas dengan risiko terjadinya batu empedu. Untuk itu diperlukan penelitian yang dapat mengkonfirmasi apakah hubungan antara faktor risiko yang sudah baku seperti jenis kelamin, umur, obesitas, dan multiparitas dengan terjadinya risiko batu empedu.
1.2
Rumusan Masalah 1. Apakah umur merupakan faktor risiko terjadinya batu empedu ? 2. Apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya batu empedu ? 3. Apakah obesitas merupakan faktor risiko terjadinya batu empedu ? 4. Apakah paritas merupakan faktor risiko terjadinya batu empedu ? 5. Apakah riwayat keluarga merupakan faktor risiko terjadinya batu empedu?
5
6. Apakah diabetes mellitus merupakan faktor risiko terjadinya batu empedu?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui faktor risiko batu empedu di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Risiko faktor umur terhadap terjadinya batu empedu di RSUP Sanglah Denpasar Bali. 2. Risiko faktor jenis kelamin terhadap terjadinya batu empedu di RSUP Sanglah Denpasar Bali. 3. Risiko faktor obesitas terhadap terjadinya batu empedu di RSUP Sanglah Denpasar Bali. 4. Risiko faktor paritas terhadap terjadinya batu empedu di RSUP Sanglah Denpasar Bali. 5. Risiko faktor riwayat keluarga terhadap terjadinya batu empedu di RSUP Sanglah Denpasar Bali. 6. Risiko faktor diabetes mellitus terhadap terjadinya batu empedu di RSUP Sanglah Denpasar Bali.
6
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Ilmiah 1.
Menambah wawasan ilmiah dan memberikan informasi baru insiden dan faktor risiko yang berpengaruh pada terbentuknya batu empedu.
2.
Sebagai data dasar penelitian â penelitian tentang batu empedu selanjutnya.
1.4.2
Manfaat Klinis Dengan mengetahui bahwa faktor risiko usia, jenis kelamin, obesitas,
paritas, riwayat keluarga, diabetes mellitus, dislipidemia terhadap terbentuknya batu empedu, kita dapat mengontrol sebagian faktor risiko diatas (obesitas, diabetes mellitus, dislipidemia) sehingga dapat mencegah terjadinya batu empedu.