1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Menyapih adalah proses berhentinya masa menyusui berangsur-angsur atau sekaligus. Proses itu dapat disebabkan oleh si anak itu sendiri untuk berhenti menyusui atau bisa juga dari sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya, atau keduanya dengan berbagai alasan. Menyapih merupakan proses bertahap yaitu mula-mula dengan mengurangi pemberian ASI (Air Susu Ibu), sampai dengan berhentinya proses pemberian ASI (Nugroho, 2011:79). Tidak pernah ada waktu yang pasti kapan sebaiknya anak disapih dari ibunya. Banyak orang tua menyapih anaknya pada usia 1-2 tahun. Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan berdampingan dengan makanan tambahan hingga usia 2 tahun atau lebih (Pujianto, 2004: 103). Proses penyapihan adalah proses bertahap yang dilakukan secara perlahan, namun terkadang ibu memilih melakukan cara-cara pintas agar bayi berhenti menyusui dengan tenggang waktu yang singkat tanpa mengetahui efek yang mungkin ditimbulkan. Sampai sekarang banyak ibu yang menyapih anaknya dengan cara yang buruk, yaitu dengan mengoleskan obat merah pada putting, memberi perban atau plester pada putting, dioleskan jamu, brotowali, atau kopi supaya pahit; menitipkan anak ke rumah kakek-neneknya, selalu mengalihkan perhatian anak setiap menginginkan ASI, dan selalu bersikap cuek setiap anak menginginkan ASI (Melindacare, 2013)
1
2
Menurut data dari Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 bahwa di Indonesia ibu yang memberi ASI ekslusif pada bayi 45 bulan yaitu 27,1%. Sedangkan anak yang bisa mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun hanya sebanyak 59,7%. Bahkan masih ada 3,9% bayi di bawah 2 bulan yang sudah tidak mendapat ASI. Sedangkan menurut laporan Riskesdas tahun 2010, di Jawa Timur terdapat 88,8% balita umur 0-23 bulan yang pernah disusui dan 79,8% balita umur 0-23 bulan masih disusui. Dan dari data Jatim Dalam Angka Terkini 2012 diperoleh data bahwa di Ponorogo, bayi yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 6.792 bayi dari 9.760 bayi yang diperiksa (69,59%). Menurut data dari Puskesmas Sawoo tahun 2013 diperoleh data bahwa di Kecamatan Sawoo, jumlah ibu menyusui sebanyak 655 orang, sedangkan bayi mendapat ASI eksklusif sebanyak 585 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara pada bulan November 2013 tentang sikap ibu dalam menyapih balita di Posyandu Desa Pangkal Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Dari 15 responden, terdapat 8 responden yang menyapih anaknya secara mendadak dan langsung (53.33%), 2 responden yang menyapih dengan cara mengoleskan obat merah pada putting susu (13,33%), 5 responden yang menyapih dengan cara mengolesi payudara dengan jamu, brotowali, atau kopi supaya pahit (33,33%). Jika ibu melakukan penyapihan dengan cara yang salah akan mengakibatkan bonding attachment yang telah terjalin antara ibu dan anak selama menyusui akan terganggu sehingga anak akan merasa ditolak oleh ibunya. Selain itu cara menyapih dengan mengoleskan obat merah pada
3
puting susu akan menyebabkan anak mengalami keracunan (Nugroho, 2011:81). Keputusan penyapihan yang dilakukan oleh ibu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesibukan ibu yang bekerja, pengetahuan ibu, status kesehatan ibu dan bayi, status gizi anak, anak dalam keadaan sakit, sedang tumbuh gigi atau feeling saat yang tepat untuk penyapihan. Kadangkala proses penyapihan dilakukan dalam keadaan terpaksa, misalnya ibu mendadak jatuh sakit atau harus pergi jauh sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui bayi. Hal ini menyebabkan ibu melakukan penyapihan secara mendadak dan dengan cara yang salah. Kesiapan ibu atau bayi juga menjadi faktor penyebab penyapihan tidak berlangsung lancar. Ketidaktahuan ibu tentang cara penyapihan yang benar bisa membuat anak menjadi tertekan (Uci, 2007: 56). Penyapihan adalah masa berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Telah diketahui bahwa terdapat resiko infeksi yang lebih tinggi, terutama penyakit diare. Selama proses penyapihan ini dibandingkan dengan masa sebelumnya dalam kehidupan bayi. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan konsumsi ASI yang bersih dan mengandung faktor anti infeksi menjadi makanan yang seringkali disiapkan, disimpan dan diberikan pada anak dengan cara tidak higienis. Masalah yang lebih serius akan terjadi bila bayi dipisahkan dari ibunya dan dikirim untuk dipelihara oleh kakek neneknya atau saudara orang tuanya. Pengaruh psikologi dan gizi dan praktik semacam ini dapat sangat berbahaya bagi anak yang masih sangat muda (Muchtadi, 2009:157).
4
Sebaiknya dalam memutuskan penyapihan dapat dilakukan secara perlahan, hindari penyapihan di saat anak menyusu digantikan ke benda lain seperti empeng. Cara menyapih yang paling tepat adalah dengan strategi “do and don’t” yaitu jangan menolak jika anak ingin menyusu, tapi jangan tawarkan jika anak tidak ingin menyusu. Hal yang penting tapi sering terlupakan adalah komunikasi. Ajaklah anak untuk diskusi tentang rencana menyapih dan sebagainya, dengan bahasa yang dimengerti si anak, berapapun kecil usia si anak (Lely, 2005). Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Sikap Ibu Balita Usia 2-5 Tahun Tentang Cara Menyapih yang Benar di Posyandu Desa Pangkal, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo”.
B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian adalah: “Bagaimanakah sikap ibu balita usia 2-5 tahun tentang cara menyapih yang benar di Posyandu Desa Pangkal, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo?”
C. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui sikap ibu balita usia 2-5 tahun tentang cara menyapih yang benar di Posyandu Desa Pangkal, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.
5
D. MANFAAT PENELITIAN Setelah peneliti melakukan penelitian nanti, diharapkan hasil dari penelitian tersebut dapat mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi IPTEK Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi khususnya bidang kesehatan. b. Bagi Institusi Kebidanan Sebagai tambahan referensi kajian pustaka dan bahan masukan serta dapat dijadikan bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan teori yang didapat secara langsung dan mendapat informasi sikap ibu balita usia 2-5 tahun tentang cara menyapih yang benar di posyandu Desa Pangkal, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. b. Bagi Masyarakat Untuk masyarakat khususnya ibu menyusui, diperlukan untuk menambah wawasan dan informasi sikap ibu balita usia 2-5 tahun tentang cara menyapih yang benar. c. Bagi Tempat Penelitian Memberi masukan tentang informasi yang berkaitan dengan sikap ibu balita usia 2-5 tahun tentang cara menyapih yang benar.