BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah periode yang dimulai dari usia 6-12 tahun atau disebut juga sebagai masa intelektual, dimana anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional serta sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar (Yusuf, 2011). Anak merupakan amanah bagi kedua orang tua yang harus dibekali dengan cara mendidik dan mengajarkan akhlak-akhlak yang baik (Imam Al-Ghazali). Salah satu hal yang perlu dipersiapkan oleh orang tua adalah tentang menstruasi. Menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam endometrium yang keluar melalui vagina (Prawirohardjo, 2007). Menstruasi merupakan tanda bahwa seorang perempuan telah matang dalam alat reproduksinya. Usia saat seorang anak mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi, menurut penelitian Aryati (2008), usia rata-rata menarke adalah umur 9-15 tahun. Saat ini, anakanak cenderung mendapatkan menstruasi pertama kali pada usia yang lebih muda. Usia untuk mencapai fase terjadinya menstruasi pertama kali dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan lain-lain. (Proverawati dan Misaroh, 2009).Pada usia ini anak berada dalam masa tumbuh kembang sehingga memiliki kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. 1
Secara spiritual, sehat tercermin dari praktek keagamaan, kepercayaan, dan perbuatan yang baik sesuai norma dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Menstruasi adalah salah satu najis yang menghalangi wanita untuk melaksanakan ibadah seperti solat dan puasa, maka setelah selesai menstruasi harus bersuci dengan cara yang dikenal dengan sebutan mandi wajib. Melaksanakan mandi wajib haruslah disesuaikan dengan tuntunan Rasulullah SAW (Munandar dalam Damaranti, 2009). Seorang muslimah diharuskan membersihkan tempat berlalunya darah ketika habis masa menstruasi, sehingga sisa-sisa darah tidak menjadi sarang berkembangnya bakteri dan tidak menimbulkan infeksi (Fanjari, 2005). Menurut Harits dan Supandi (2009), dalam mandi wajib terdapat aturan, rukun, dan ada pula sunnah-sunnahnya. Apabila rukunnya tidak disesuaikan dengan tuntunan Rasulullah SAW, maka mandi wajib dikatakan tidak sah dan harus mengulang mandinya lagi. Menurut Badriah Z.M. (2007), masa pubertas dalam Islam diistilahkan masa baligh, yaitu usia yang telah sampai pada masa taklif „pembebanan syariat Islam‟. Ciri khas bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah dan bagi wanita ditandai dengan menstruasi. Apabila telah mendapat tanda seperti itu, maka ia telah berkewajiban menjalankan perintah agama. Semua perilakunya yang baik dan yang buruk akan dicatat oleh malaikat dan kelak akan dimintai tanggung jawab disisi Allah. Edukasi Islam dapat memberikan informasi baru guna menambah pengetahuan anak untuk memasuki masa pubertas bagi siswi yang sudah menstruasi. Menanamkan edukasi Islam tentang menstruasi sangat penting diterapakan kepada anak usia sekolah guna memenuhi kebutuhan spiritualnya. Keutamaan pendidikan juga diterangkan dalam Al-Qur‟an:
١١ يزٞ ِيَ ۡزفَعِ هٱَّللُ ٱلهذِيهَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َوٱلهذِيهَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم دَ َر َٰ َج ٖۚت َو هٱَّللُ بِ َما تَعۡ َملُونَ َخب “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah: 11). Ayat tersebut menjelaskan tentang betapa tingginya derajat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan di hadapan Allah. Pada usia sekolah, anak mudah sekali terpapar dengan bermacam-macam informasi yang berasal dari berbagai sumber. Orang tua seringkali menganggap pemberian edukasi tentang menstruasi merupakan hal tabu untuk dibahas dengan sang anak, karena mereka menganggap hal yang berkaitan dengan seksualitas adalah hal yang kotor (Agustini dkk, 2012). Ulwan (2012), menjelaskan bahwa mengajarkan anak saat memasuki usia masa kanak-kanak akhir mengenai hukumhukum yang berkaitan dengan usia baligh dan ciri-ciri pubertas adalah sangat penting. Sehingga ketika tampak pada dirinya ciri-ciri tersebut, ia sudah tahu apa yang wajib ia lakukan dan apa yang wajib ia tinggalkan. Pengetahuan ini diharapkan dapat menghindarkan anak dari perilaku yang menyimpang dalam pergaulannya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Orangtua, guru, maupun petugas kesehatan harus berperan dalam hal meningkatkan pengetahuan atau kognitif anak usia-sekolah tentang mestruasi. Anak-anak cenderung penasaran dan memilih mencari tau dari teman sebayanya ketimbang terbuka dengan orang tuanya. Bingung, gelisah, tidak nyaman adalah beberapa hal yang dialami oleh anak usia-sekolah saat mengalami menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009). Walaupun sudah mendengar tentang masalah mentruasi sebelumnya, pengetahuan tentang menstruasi kebanyakan baru didapatkan dari teman sebaya sedangkan orang tua dan guru walaupun sudah pernah membicarakan tentang menstruasi tapi masih terbatas pada hal yang konseptual
saja (Vania, 2005). Hal ini menyebabkan anak-anak tidak mengetahui pemahaman tentang menstruasi dengan baik. Ketidaktahuan dapat menyebabkan mereka memiliki penafsiran yang
keliru dengan
mengaitkan menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan dan kotor. Pendidikan Islam mendapatkan tempat dan porsi yang besar untuk berkiprah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya generasi penerus. Dalam hal ini salah satu pihak yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan spiritual generasi penerus dalam menghadapi menstruasi adalah perawat, dengan demikian perawat dapat turut serta membantu mencegah terjadinya penyakit sosial. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada penelitian ini, diketahui bahwa guru tidak memberikan edukasi Islam tentang mentruasi secara lengkap yang berkaitan dengan cara membersihkan diri atau mandi setelah mentruasi serta hal-hal apa saja yang di larang dan boleh dilakukan ketika mereka telah mentruasi. Berdasarkan hasil wawancara kepada 12 anak didapatkan data bahwa ternyata semua belum mengetahui cara membersihkan diri setelah mentruasi. Mereka hanya sedikit atau tidak sama sekali mendapatkan edukasi Islam terkait mentruasi. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Edukasi Islam terhadap Tingkat Pengetahuan Mentruasi pada Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian “Adakah pengaruh edukasi Islam terhadap tingkat pengetahuan mentruasi pada siswi Sekolah Dasar Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh edukasi Islam terhadap tingkat pengetahuan mentruasi pada siswa Sekolah Dasar Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahuigambaran
data
demografi
responden
penelitian
dalam
bentuk
frekuensidan presentase. b. Mengetahuitingkat pengetahuan menstruasi pada siswi sebelum dan sesudah diberikan edukasi Islam pada kelompok eksperimen. c. Mengetahui tingkat pengetahuan menstruasi pada siswi sebelum dan tanpa diberikan edukasi Islam pada kelompok kontrol. d. Mengetahui perbedaan pada tingkat pengetahuan menstruasi siswi sebelum diberikan edukasi Islam pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. e. Mengetahui pengaruh padatingkat pengetahuan menstruasi siswi sesudah diberikan edukasi Islam pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tanpa pemberian edukasi Islam. D. Manfaat Penelitian 1. Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi profesi keperawatan sebagai masukan dalam pemberian intervensi edukasi Islam tentang menstruasi pada anak Sekolah Dasar Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini juga dapat mengembangkan ilmu tentang keperawatan anak.
2. Siswi Siswi mendapatkan edukasi Islam untuk meningkatkan tingkat pengetahuan mentruasi. 3. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh edukasi Islam terhadap tingkat pengetahuan pada siswi Sekolah Dasar Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta. E. Keaslian Penelitian Penelitian Pengaruh Edukasi Islam terhadap Tingkat Pengetahuan Mentruasi belum pernah dilaksanakan di SDN 1 Padokan, SDN Ngrukeman, dan SDN Rejodadi Kasihan Bantul Yogyakarta. Adapun penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan, diantaranya: 1. Ridho Arnanda (2012), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche Terhadap Tingkat Pengetahuan Menarche Pada Siswi Kelas 4 dan 5 di SD Negeri Ngebel Tamantirto Bantul. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan pre-post test with kontrol group. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 di SD Negeri Ngebel Tamantirto Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang menarche sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen dan kontrol termasuk dalam kategori pengetahuan cukup, setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen pengetahuan siswi meningkat.Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarcheterhadap tingkat pengetahuan menarchepada siswi kelas 4 dan 5 di SD Negeri Ngebel Tamantirto Bantul. Perbedaan dengan peneliti adalah teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan tempat yang berbeda.
Persamaan dengan peneliti adalah metode penelitian yang digunakan yaitu quasi experimen dengan rancangan pre-post test with kontrol group dan meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan. 2. Titis Anggraini (2013), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Kecemasan Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas IV-V SD Negeri Sonosewu Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswi kelas IV–VI SD Negeri Sonosewu Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan pengetahuan siswi tentang mentruasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ekperimen dan kontrol pada katergori cukup dan setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ekperimen meningkat, sedangkan tingkat kecemasan siswi dalam menghadapi menarke sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ekperimen dan kontrol pada kategori sedang dan setelah diberikan pendididkan kesehatan pada kelompok ekperimen menurun. Dapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang mentruasi terhadap tingkat pengetahuan mentruasi kecemasan menghadapin menarke pada siswi IV-VI SD Negeri Sonosewu Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta. Perbedaaan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sample purposive sampling dan tempat yang berbeda. Persamaan dengan peneliti adalah metode penelitian yang digunakan quasi eksperimendengan rancangan pre-post test with kontrol group dan meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan.