1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, diperkirakan pada 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh dunia 781.000 diantaranya berakhir dengan kematian. Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Amerika Selatan, Sub-Sahara Afrika dan Asia. Indonesia merupakan salah satu daerah tropis pada 2008 terdapat 2,47 per 1000 penduduk kasus malaria, turun menjadi 1,85 per 1000 penduduk pada 2009 (Depkes RI, 2011).
Penduduk Indonesia sebagian besar berada di daerah pedesaan di mana pelayanan kesehatan masih kurang, sehingga kemungkinan angka kejadian malaria akan lebih tinggi. Akibat pelayanan kesehatan masih kurang dan letak geografis yang mendukung untuk berkembang biaknya nyamuk, menyebabkan penyakit malaria di daerah pesisir pantai, daerah rawa, hutan, masih tinggi, ditambah beberapa perilaku masyarakat yang tidak mendukung dalam upaya pengendalian malaria, seperti membeli obat di toko dan mengkonsumsi obat tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, kebiasaan berada diluar rumah atau beraktifitas pada malam hari tanpa perlindungan dari gigitan nyamuk, penebangan hutan bakau oleh masyarakat yang dapat terbentuknya tempat perindukan baru vektor malaria (Laikad, 2011).
Salah satu target pembangunan millennium (MDGs) di Indonesia adalah menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian malaria pada 2015, sebagai indikator dengan penurunan angka kesakitan malaria dari 2 menjadi 1 per 1000 penduduk, pengendalian malaria oleh pemerintah dilakukan secara bertahap sampai terwujudnya masyarakat hidup sehat yang terbebas dari
1
2
penularan malaria sampai 2030, program ini tertuang dalam keputusan mentri kesehatan RI No. 293/MENKES/SK/IV/2009 (Depkes RI, 2011).
Pada daerah-daerah tertentu masih terlihat peningkatan angka kejadian malaria seperti Kalimantan Barat, dengan daerah stratifikasi malaria sedang. Angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat pada 2010 mencapai 16,4 per 1.000 penduduk, dapat diartikan dari 1.000 penduduk terdapat 16,4 orang terjangkit malaria. Bila dibandingkan dengan rencana strategis Kementrian Kesehatan 2010-2011, penderita positif malaria (API) pada tahun 2014 harus diturunkan menjadi 1 per 1.000 penduduk, maka angka kesakitan disebabkan nyamuk malaria di Kalimantan Barat masih sangat tinggi. Kabupaten Ketapang pada 2009 menempati urutan pertama dengan 24.203 penderita malaria klinis, 14.863 orang yang diperiksa sedian darahnya terdapat 12.368 orang positif malaria (Dinkes. Prop. Kalbar, 2010).
Kecamatan Kendawangan merupakan kecamatan terluas dari 20 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Ketapang, dengan jumlah penduduk mencapai 34,618 jiwa, mempunyai luas wilayah 5.899,10 Km , atau sekitar 18,55 % dari luas wilayah kabupaten ketapang. Demografi wilayah berbukit, rawa, tanah datar, kepulauan, mempunyai 19 desa, dengan jarak tempuh desa yang terjauh melalui jalan darat dua hari perjalanan, sedangkan menggunakan transportasi air delapan jam perjalanan.
Kasus malaria di wilayah Kecamatan Kendawangan mengalami peningkatan 48,25 persen dari 2008 sampai 2010. Tahun 2011 mengalami penurunan 76.7% dari tahun 2010, dari 19 desa yang ada, Desa Kendawangan Kiri dengan jumlah penduduk 7.314 jiwa pada 2011, menempati urutan pertama dengan angka kesakitan malaria klinis 413 kasus, tingkat kejadian Annual Parasite Incident (API) 139 kasus, penderita malaria 19 per 1000 penduduk (Puskesmas Kendawangan, 2011).
2
3
Upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian karena malaria dan dampak yang ditimbulkan cukup besar, selain menemukan penderita dan melakukan pengobatan secara tuntas, pengendalian vector merupakan salah satu metode berbasis masyarakat yang efektif dilakukan. Masyarakat mengendalikan tingkat penularan dalam hal ini dengan meningkatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dengan
cara memberantas tempat berkembang
biaknya nyamuk, melakukan penyemprotan tempat-tempat malaria sehingga dapat mengurangi penularan.
Metode lain berbasis individu yaitu dilakukan dengan cara perlindungan diri dari gigitan nyamuk, diharapkan setiap individu menutup ventilasi dan jendela rumah menggunakan kasa, menyemprot rumah dengan anti nyamuk semprot, menggunakan anti nyamuk bakar atau oles, menggunakan pakaian pelindung atau menggunakan baju lengan panjang, menggunakan kelambu pada saat tidur (Depkes RI, 2008b). Penelitian dilakukan di Kecamatan Sungai Serut Bengkulu diketahui bila seorang responden tinggal dirumah dengan ventilasi tidak terpasang kasa nyamuk, sewaktu tidur tidak menggunakan kelambu dan tidak menggunakan obat anti nyamuk memiliki kemungkinan terkena risiko malaria sebesar 10 persen, faktor tidak menggunakan kelambu saat tidur pada malam hari merupakan faktor yang dominan terhadap kejadian malaria (Husin, 2007).
B. Rumusan Masalah Banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian malaria diantaranya adalah faktor lingkungan, pengetahuan, pekerjaan, serta perilaku masyarakat. Selain menemukan penderita dan melakukan pengobatan secara dini, pencegahan tertularnya penyakit malaria sangat penting, salah satu pencegahannya adalah menghindari gigitan nyamuk, dalam hal ini peran masyarakat atau individu sangat di perlukan. Desa Kendawangan Kiri 2011 menempati urutan pertama denga penderita malaria 19 per 1000 penduduk, sehingga peneliti perlu
3
4
mengetahui : Perilaku apa saja yang dapat mencegah penularan penyakit malaria di Desa Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
C. Tujuan Penelitian : 1. Tujuan Umum Mengetahui perilaku pencegahan penularan penyakit malaria di Desa Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. 2. Tujuan Khusus a) Mendiskripsikan pengetahuan pencegahan penularan penyakit malaria di Desa Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang. b) Mendiskripsikan sikap pencegahan penularan penyakit malaria di Desa Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang. c) Mendiskripsikan tindakan pencegahan penularan penyakit malaria di Desa Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang.
D. Manfaat : 1. Masyarakat : Diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu bagi masyarakat tentang perilaku yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit malaria dan mampu melaksanakan hal yang dapat mencegahnya. 2. Puskesmas : Mengevaluasi program kerja puskesmas khususnya konseling dan promosi kesehatan dan mengetahui perilaku masyarakat dalam pencegahan penularan penularan penyakit malaria. 3. Dinas kesehatan : Mengevaluasi kebutuhan kelambu di masyarakat dan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan program pemberantasan malaria. 4. Pendidikan dan Peneliti : Bahan bacaan dan pengembangan pengetahuan tentang penyakit malaria.
4
5
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 1.
Nama/Judul Penelitian/Tahun Ernawati, K., dkk / Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah Dengan Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia/2010
Variabel Housing environment, Individual, Malaria, faktor resiko
Desain penelitian Cross sectional
Hasil Faktor risiko individu : Pemakaian repellent, pemakaian obat anti nyamuk dan pekerjaan Individu yang tinggal di rumah dengan kondisi yang tidak baik memiliki peluang untuk terinfeksi malaria di banding dengan individu yang tinggal di rumah dengan kondisi baik.
2.
Husin, H. /Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Puskesmas Sukamerindu Kec. Sungai Serut Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu /2007
Malaria, Faktor risiko, vektor
Case Kontrol atau Retrospective Study
Hasil analisis bivariate yang menjadi factor risiko adalah : Ventilasi rumah, Kebiasaan menggunakan kelambu Kebiasaan enggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. Faktor resiko yang yang paling dominan yang kemungkinan berperan terhadap kejadian malaria adalah kebiasaan mengunakan kelambu waktu tidur.
3.
Erdinal dkk/Faktorfaktor yang Berhubngan Dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kab. Kampar/2005-2006
Malaria, Annual malaria incidence, Multivariate analysis
Case Control
Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah pemeliharaan ternak besar, dan diikuti oleh tempat perkembangbiakan nyamuk, dan pemakaian obat anti nyamuk.
4.
Suharjo dkk./Perlaku Masyarakat Dalam Menggunakan Kelambu Celup di Daerah Endemik Malaria, Mimika Timur, Irin Jaya/1994
Perilaku, Malaria, Kelambu
Observasional
Setelah dilakukan penyuluhan, adanya peningkatan yang cukup berarti dalam penggunaan kelambu.
5
6
Peneliti akan meihat perilaku pencegahan penularan penyakit malaria di Desa Kendawangan Kiri Kabupaten Ketapang. Orisinilitas pada penelitian ini yaitu sampel penelitian di Desa Kendawangan Kiri. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan secara retrospektif. Berbeda dengan penelitian yang terdahulu bersifat menghubungkan dan menganalisa factor resiko penyakit, jadi penelitian ini merupakan penelitian baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya.
6