BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinas kesehatan, 2009).
Pembangunan
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan nasional. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat (Syafrudin, 2009) Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis lingkungan yang secara epidimiologis masih tinggi di Indonesia(Tursilowati
dkk.,
2007).
Data
Departemen
Kesehatan
menyebutkan, sedikitnya 30 ribu desa di 440 kabupaten di Tanah Air
1
2
memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Ini berarti banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat. Akibatnya,angka kesakitan masyarakat sangat tinggi. (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya
anggota
rumah
tangga
perlu
diberdayakan
untuk
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Departemen kesehatan RI, 2009). Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu
3
tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat Sehat IV (Depkes RI, 2006). Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,38 %. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.(Profil Dinas Kesehatan Kota Padang ,2011). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya perilaku sesesorang (over behavior), karena prilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007). Menurut hasil penelitian Putri (2009) tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap keluarga terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pengetahuan ternyata memiliki pengaruh terhadap penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di daerah tersebut.
4
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika
tingkat
pendidikan
seseorang
rendah,
akan
menghambat
perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai) (Mubarak dkk., 2007). Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.(Dinas Kesehatan Kota Padang, 2010) Pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat sulit memahami akan pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular. Dengan sulit memahami arti penting PHBS menyebabkan masyarakat tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Amalia,2009). Hal diatas akan berbeda dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi karena memiliki PHBS lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Goodman bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya dari pada seseorang yang berpendidikan lebih
5
rendah, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mudah untuk menjaga kesehatan lingkungannya (Amalia,2009) Tingkat pendidikan kepala keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan kepala keluarga yang rendah akan mempengaruhi keluarga dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian Hermawan (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin baik perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Diantaranya, yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Hermawan,2007). Jenjang pendidikan dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dan berperan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberitahu mengenai pentingnya kesehatan diri dan lingkungan untuk mencegah terjangkitnya suatu penyakit (Sander, 2005). Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dapat mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Widyastuti, 2005). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada kepala keluarga menjadikan
keluarga
lebih
berorientasi
pada
tindakan
preventif,
6
mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki 45 status kesehatan yang lebih baik (Widyastuti, 2005). Hasil penelitian Amalia (2009) menemukan adanya hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Kusumawati (2004) mengemukakan bahwa ada hubungan antara pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan ini juga diperkuat dari hasil penelitian Pratiwi Simanungkalit (2011) bahwa kepala keluarga yang berpendidikan tinggi lebih memiliki perilaku lebih sehat dari pada kepala keluarga yang berpendidikan menengah dan sekolah dasar, dan kepala keluarga yang berpendidikan menengah memiliki perilaku lebih sehat dari pada kepala keluarga berpendidikan sekolah dasar. Pada tahun 2010
Rumah Tangga yang di pantau ber Perilaku
Hidup Bersih (PHBS) dan Sehat berjumlah 23.227 Rumah tangga dan yang ber PHBS berjumlah 11.468 Rumah Tangga, ini menunjukan 49,37% rumah tangga yang di pantau sudah melaksanakan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tahun 2010 jumlah rumah tangga seluruhnya 138.647, rumah tangga yang diperiksa 83.188 dan dari yang diperiksa ditemukan rumah tangga yang sehat berjumlah 59.713. Disini terlihat bahwa 71,78% rumah tangga yang diperiksa adalah sehat. (BAPPEDA Kota Padang , 2010) Derajat kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan
7
mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Di Kota Padang berdasarkan tingkat pendidikan jumlah terbanyak adalah pada tingkat SMU yaitu 12.847 jiwa (BPS Kota Padang 2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang, didapatkan bahwa di Kecamatan Pauh ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masih kurang, ini terlihat dari data yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sekitar 99,68%, Asi ekslusif 37,71% , penimbangan balita 71,96%, menggunakan air bersih 81,07%, cuci tangan pakai sabun 58,52%, menggunakan jamban sehat 59,55%, memberantas jentik nyamuk dirumah 39,79%, konsumsi sayur dan buah tiap hari 38,87%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 30,13% dan tidak merokok di dalam rumah 35,47%. ( Dinas Kesehatan Kota Padang, 2012) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 20 februari 2012 dipuskesmas Pauh di dapatkan bahwa di Kecamatan Pauh ini terdapat 9 kelurahan, dari 9 kelurahan tersebut , Kelurahan Limau Manis Selatan lah yang paling rendah berperilaku hidup bersih dan sehatnya, ini terlihat dari data yaitu pemberian asi ekslusif 25,71%, menimbang balita setiap bulan 61,90%, menggunakan air bersih 76,19%, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 59,05%, menggunakan jamban yang sehat 61,90%, memberantas jentik nyamuk di dalam rumah 22,86%, mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari 33,33%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 29,70%, dan tidak meroko di dalam rumah 38,10%. Pada kelurahan Limau Manis Selatan ini memiliki penduduk yang padat,
8
ekonomi rendah, SDM nya lemah, pendidikan yang rendah, dan daerah ini jauh dari pusat Kecamatan (Profil Puskesmas Pauh Padang,2012) Berdasarkan wawancara dan observasi pada tanggal 20 februari 2012 pada 7 KK di Kelurahan Limau Manis Selatan didapatkan bahwa 5 dari 7 KK memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tapi mereka tidak mengerti tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan belum menerapkan 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat ini dalam kehidupan sehari – hari dengan 7 KK, di dapatkan 5 KK tidak mengerti apa itu perilaku hidup bersih dan sehat,
ini terlihat dari kebiasaan mereka yang tidak
memberikan asi ekslusif , tidak memiliki jamban sehat, menggunakan air sungai untuk MCK (mandi , cuci, kakus ), tidak memberantas jentik nyamuk di dalam rumah, ini terlihat dengan kebiasaan anggota keluarga menggantung pakaian, dan kebiasaan kepala keluarga merokok di dalam rumah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, karena seharusnya seseorang yang memilki latar belakang pendidikan yang tinggi dapat memelihara tingkat kesehatannya dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga.
9
B. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih sehat keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan Tahun 2012. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih sehat pada keluarga. 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan kepala keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kelurahan Limau Manis Selatan. b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan. c) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan. d) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan.
10
e) Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengalaman serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah, khususnya mengenai perilaku hidup bersih sehat dalam keluarga serta menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk penyusunan tugas akhir di masa yang akan datang dan bahan masukan untuk mata kuliah riset keperawatan. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menerapkan perilaku hidup bersh dan sehat dalam kehidupan sehari – hari.