BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap orang mengalami infeksi Staphylococcus aureus, dengan keparahan yang bervariasi, mulai dari keracunan makanan, infeksi kulit ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, yang terdapat pada kulit, hidung, mulut, selaput lendir, bisul dan luka (Jawetz, 2006). Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri utama yang ditemukan pada pulpa nekrosis disamping bakteri Osenella uli, Eikenella corrodens, Porphyromonas endodontalis, Peptostreptococcus, Bakterioides, Eubacterium, dan Fusobakterium nucleatum (Siqueira dkk, 2002). Natsir (2012) menemukan tujuh jenis bakteri bakteri dari saluran akar gigi yang nekrosis yaitu Acinetobacter calcoaceticus, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris, Klebsiella pneumoniae, Actinomyces spp., dan Streptococcus spp. Salah satu tahap perawatan saluran akar pada gigi nekrosis adalah sterilisasi saluran akar. Sterilisasi saluran akar dilakukan dengan irigasi dan pemberian bahan medikamen. Bahan medikamen berfungsi untuk menghambat atau membunuh bakteri patogen di dalam saluran akar. Pemberian medikamen saluran akar bertujuan untuk mengeliminasi bakteri yang tidak dapat dihancurkan dengan proses instrumentasi dan irigasi (Walton dan Torabinejad, 1998).
Bahan medikamen yang sering digunakan adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan Cresophene. Penggunaan Ca (OH)2 dalam bidang kedokteran gigi telah dilakukan selama hampir satu abad. Kalsium hidroksida pertama kali digunakan untuk perawatan endodontik oleh Hermann pada tahun 1920 sebagai bahan pulpcapping . Kalsium hidroksida terbukti memiliki sifat antimikroba dan mengurangi inflamasi periapical, sehingga semakin sering digunakan. Pasta Ca(OH)2 memiliki pH yang tinggi yaitu sekitar 12,5 - 12,8 (Zehnder, 2006). Kalsium hidroksida memiliki sifat antibakteri, yaitu mampu membunuh bakteri (bakterisid) terutama bacteriodes dan bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan bakteri. Akibat sifat basa yang tinggi tersebut Ca(OH)2 mampu menetralkan asam (buffer) sehingga mereduksi reaksi inflamasi. Kalsium hidroksida tidak mengiritasi jaringan pulpa vital, sehingga berfungsi sebagai bahan proteksi yang baik untuk pulpa vital (Williams dan elliot, 1989). Cresophene merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang banyak digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar sebelum obturasi. Cresophen mengandung
parachlorophenol,
dexamethasone,
thymol
dan
camphor.
Parachlorophenol memiliki sifat bakterisid kuat; Dexamethasone sebagai antiinflamasi; thymol dan camphor berfungsi sebagai antiseptik. Disamping sebagai bahan sterilisasi saluran akar, cresophene digunakan pula untuk sterilisasi kavitas yang dalam (Harty, 1993). Pemanfaatan bahan alami sebagai obat (herbal) banyak dilakukan. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai anti bakteri adalah jintan hitam (Nigella sativa). Jintan hitam telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat
untuk meningkatkan kesehatan dan melawan penyakit. Khasiat jintan hitam menurut Direja (2007) antara lain sebagai anti bakteri, anti jamur, anti kanker, antioksidan, antiparasit, analgesik, anti koagulan dan juga agen hipoglikemik. Kandungan kimia jintan hitam terdiri atas asam amino, protein, karbohidrat, minyak atsiri, alkaloid, saponin, dan berbagai kandungan lain. Kandungan utama minyak jintan hitam yang telah diketahui dan terbukti memiliki peran secara farmakologi sebagai anti bakteri adalah thymoquinone (Direja, 2007). Thymoquinone mempunyai aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri gram positif. Aktivitas anti bakteri thymoquinone telah terbukti efektif menghambat bakteri streptococcus mutans dan streptococcus mitis (Najah dan Mohammed, 2012).
B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Sejauh mana daya hambat minyak jintan hitam, Cresophen dan Ca(OH)2 terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus isolat pulpa nekrosis gigi desidui pada hari ke-1 sampai hari ke-7 2. Bagaimana perbedaan antara minyak jintan hitam, Cresophen dan Ca(OH)2 dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus isolat pulpa nekrosis gigi desidui
C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh jintan hitam (Nigella sativa) terhadap efektivitas daya hambat pertumbuhan bakteri secara in vitro sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Najah dan Mohammed (2012). Rochyani (2006) meneliti Sitotoksisitas Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa) Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar. Serta penelitian yang dilakukan oleh Sasongkowati dkk (2008) Pengaruh Pemberian Infusan Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan jamur Candida Albicans. Tondrang (2011) meneliti Evaluasi frekuensi pemakaian bahan dressing CHKM dan Cresophene pada perawatan saluran akar gigi molar desidui gangrene di klinik IKGA RSGM Prof. Soedomo. Jonathan (2012) meneliti tentang pengaruh dressing kalsium hidroksida terhadap jenis dan jumlah koloni bakteri aerob yang ditemukan pada saluran akar gigi desidui nekrotik. Pada penelitian ini diteliti tentang perbandingan daya hambat antara minyak jintan hitam, Cresophene dan Ca(OH)2 terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus.
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan daya hambat antara minyak jintan hitam (Nigella
sativa) , Cresophene dan Ca(OH)2 terhadap pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus aureus isolat pulpa nekrosis gigi desidui. 2. Untuk mengetahui sejauh mana daya hambat minyak jintan hitam (Nigella
sativa),
Cresophene
dan
Ca(OH)2
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus aureus isolat pulpa nekrosis gigi desidui pada hari ke-1 sampai hari ke-7
E. Manfaat Penelitian a. Sebagai salah satu bentuk pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan serta
diharapkan
memberikan
sumbangan
informasi
ilmiah
dan
pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak mengenai pulpa nekrosis pada anak.
b. Memberikan informasi pada masyarakat tentang daya hambat minyak jintan hitam (Nigella sativa), Cresophene dan Ca(OH)2 terhadap pertumbuhan bakteri saluran akar Staphylococcus aureus. c. Memberikan informasi ilmiah sebagai acuan penelitian selanjutnya.