BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dunia pendidikan memiliki peranan penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan dalam menjamin pertumbuhan, perkembangan serta kelangsungan hidup suatu bangsa. Peranan pendidikan diutamakan untuk membina manusia menjadi kader pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari proses belajar bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa dan sastra Indonesia baik secara tulisan maupun lisan. Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang mampu membangkitkan gairah yang dapat tersalurkan dengan alat bahasa. Dengan melihat dan mendengarkan karya sastra yang indah, maka keindahan tersebut dapat menggetarkan sukma, dapat menimbulkan keharuan, kebencian atau pandangan hati, gemas dan dendam bagi penikmatnya. Hasil dari karya sastra yang baik yang berupa puisi, prosa maupun drama telah diajarkan melalui bangku sekolah pada pengajaran bahasa Indonesia yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman, tetapi
juga kemampuan untuk mengapresiasi dari hasil karya sastra tersebut. Salah satu hasil dari karya sastra ialah drama, di mana drama adalah salah satu genre sastra yang hidup dalam dua dunia, yaitu seni sastra dan seni pertunjukkan atau teater. Drama dalam pembelajarannya di Sekolah Menengah Atas telah diajarkan di kelas XI semester II dengan Standar Kompetensi (SK) Berbicara : Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama. Di mana salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang diharapkan yaitu 14.2 “Penggunaan gerakgerik, mimik, serta intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama.” Berdasarkan KD tersebut, maka pembelajaran drama tidak sekedar pada penyampaian materi melainkan lebih kepada kemampuan siswa dalam melakukan pementasan drama. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian khusus dalam pengajarannya agar tercapai kompetensi dasar sesuai apa yang diharapkan. Disamping itu dalam Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia Kelas XI Semester genap tahun pembelajaran 2014/2015. Jumlah kompetensi dasar yang berkaitan dengan kesusasteraan di kelas XI semester genap sebanyak 7 KD dari jumlah keseluruhannya, yaitu 17 KD. Perbandingan ini menunjukkan alokasi waktu untuk materi sastra lebih sedikit dibanding dengan keterampilan berbahasa, termasuk pembelajaran drama yang hanya berjumlah 2 KD dari 7 KD materi sastra, dengan alokasi waktu 4x45 menit. Menurut penelitian yang dilakukan Siregar ( 2013:2) dengan judul “Efektifitas Teknik Akting Stanislavisky dalam Meningkatkan kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI MAN 1 Medan Tahun Pembelajaran 2008/29” mengatakan bahwa rendahnya kemampuan bermain drama siswa, khususnya
dalam memerankan watak tokoh disebabkan oleh keterbatasan alokasi waktu dalam pembelajaran di kelas. Selain itu, siswa juga kurang berminat dalam pembelajaran
drama
dikarenakan
guru
yang
mengajar
menggunakan
metode/model konvensional. Guru beranggapan bahwa untuk bermain drama di atas pentas cukup dengan memberikan naskah drama saja kepada siswa tanpa menindaklanjutinya. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam bermain drama. Dan hasilnya siswa hanya mampu mendapat nilai 68.00. Dengan demikian, hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran bermain drama adalah bahwa pembelajaran drama harus dirancang sebaik-baiknya agar dapat menumbuhkan kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran drama. Menumbuhkan kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran drama perlu pemilihan metode atau model pengajaran sebagai salah satu solusi yang tepat guna mengatasi permasalahan dalam pembelajaran drama di sekolah. Syafaruddin ( 2013: 3) dalam Efektivitas Metode Hipnosis Terhadap Kemampuan Bermain Drama Oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang 2012/2013 penggunaan metode hipnosis mampu meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran drama. Dalam hal ini apresiasi nilai rata-rata kepada siswa dengan model Hipnosis terhadap kemampuan bermain drama sekitar 75.00. Berangkat dari penelitian tersebut, penelitian kali ini akan menerapkan model Quantum Teaching dalam pembelajaran drama terkhususnya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan watak tokoh. Hal ini didasarkan pada fenomena dilapangan, untuk dapat mementaskan sebuah drama dibutuhkan persiapan yang lama (minimal satu bulan), namun hal ini bertolak belakang dengan pembelajaran drama di sekolah yang hanya menyediakana alokasi waktu 2X45 menit, tentunya Kompetensi Dasar dalam pembelajaran drama di sekolah akan sulit terealisasi. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyelesaian masalah tersebut. Model Quantum Teaching merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Menurut De Porter (2010:9), Quantum teaching adalah model yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental dan emosionalnya dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif tercapainya Kompetensi Dasar pelajaran drama khususnya memerankan watak tokoh di Sekolah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
pemaparan
pada
latar
belakang
masalah,
peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Alokasi waktu 2 X 45 menit dirasa kurang kurang cukup untuk melaksanakan pembelajaran drama secara maksimal. 2. Penggunaan model masih bersifat konvensional, guru hanya memberi naskah dan siswa langsung bermain drama sehingga siswa merasa bosan 3. Pembelajaran drama kurang diminati oleh siswa 4. Hasil pembelajaran drama rendah
C. Batasan Masalah Berdasarkan keseluruhan identifikasi masalah yang ditemukan, untuk membatasi masalah maka dipilihlah identifikasi masalah nomor 2 dimana Penggunaan Model yang masih bersifat konvensional,
Peneliti memilih
menggunakan Model Quantum Teaching, alasan peneliti menggunakan Model Quantum Teaching karena Model ini berusaha untuk meningkatkan bakat siswa, membangkitkan motivasi dan menambah rasa percaya diri pada siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan watak tokoh. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan memerankan watak tokoh siswa sebelum menggunakan model Quantum Teaching di SMA Negeri 1 Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara? 2. Bagaimana kemampuan memerankan watak tokoh siswa sesudah menggunakan model Quantum Teaching SMA Negeri 1 Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara? 3. Apakah Model Quantum Teaching berpengaruh terhadap kemampuan memerankan watak tokoh ? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui Kemampuan memerankan watak tokoh sebelum menggunakan model Quantum Teaching
2. Untuk mengetahui Kemampuan memerankan watak tokoh sesudah menggunakan model Quantum Teaching 3. Untuk mengetahui Pengaruh model Quantum teaching terhadap kemampuan memerankan watak tokoh. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi konkret dalam pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pijakan untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada penelitian selanjutnya. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi Penulis Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berarti bagi penulis sebagai calon pendidik. Selain itu melatih penulis agar dapat menemukan dan menerapkan teknik yang inovatif dalam pembelajaran. b. Bagi Guru Dapat menambah referensi dan alternatif penerapan teknik yang digunakan dalam pembelajaran sastra, khususnya memerankan watak tokoh. Hal ini tentunya akan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan upaya meningkatkan kualitas pengajaran.
c. Bagi siswa Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga diharapkan dapat memunculkan minat terhadap siswa. Selain itu adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memerankan watak tokoh. d. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai model Quantum Teaching yang dapat digunakan dalam pembelajaran memerankan watak tokoh.