1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat (2), yang menegaskan bahwa Pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan umum melalui pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam rangka mewujudkan cita- cita bangsa mencerdaskan kehidupan bangsa yang sejalan dengan visi dan misi pendidikan nasional. Kemendiknas (Renstra Kemdiknas 2010- 2014) mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/ Insan Paripurna). Dimana insan cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan pendidikan prima pendidikan nasional dalam membentuk Indonesia yang cerdas komprehensif. Layanan prima pendidikan nasional meliputi berbagai pendidikan yang merata di seluruh pelosok nusantara, terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, berkualitas dengan kebutuhan masyarakat baik dunia usaha maupun industri, setara dengan warga Negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan berbagai keragamannya, menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam pendidikan dan mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang sesuai dengan dunia usaha dan dunia industri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Pendidikan karakter merupakan salah satu langkah tepat yang harus dikombinasikan dengan implementasi pendidikan kurikulum 2013 hal ini dapat kita ketahui dari berbagai perilaku sehari- hari yang tampak dalam setiap kegiatan dan aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Beberapa perilaku tersebut antara lain diwujidkan dalam bentuk: kesadaran, kebebasan dalam bertindak, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kecermatan, ketelitian, keuletan, keteladanan dan kepimimpinan. Dalam hal ini pendidikan karakter dapat digunakan sebagai landasan awal dalam upaya pelaksanaan kurikulum 2013 yang sedang terlaksana untuk saat ini di sebagai kalangan pendidikan tertentu yang pada akhirnya dapat dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan di seluruh tanah air Indonesia. Sumber daya manusia adalah kunci peletak keberhasilan dalam mencapai tujuan nasional hal ini ditegaskan oleh Marcus Tullius Cicero, pakar hukum dan negara dari Romawi (106-43M) adalah peletak dasar dari pendidikan karakter, mengatakan bahwa "within the character of the citizen, lies the welfare of the nation" (Suparma Santosa, 2004: iii). Pendapat tersebut diartikan bahwa akhlak mulia setiap warga negara terdapat di dalam negara yang sejahtera. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam setiap pikiran dan tindakannya akan memberikan manfaat dan nilai tambah pada lingkungannya. Sebaliknya, pikiran dan tindakan manusia yang berkarakter buruk akan banyak membawa kerusakan dan mala petaka di muka bumi. Moleong (2007: 6) menegaskan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk “memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”. Penelitian deskriptif kualitatif hendaknya bisa melukiskan secara sistematik fakta atau bidang tertentu menetapkan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Kemdiknas (2011: 64-66) menjelaskan bahawa “Sebuah manajemen sekolah yang baik akan mengelola lembaga pendidikannya dengan fokus pada pembentukan karakter individu dan anggotanya melalui sistem manajemen sekolah berbasis pendidikan karakter”. Beberapa nilai yang mengandung karakter didalamnya terdapat pemanfaatan dan pemberdayaan seluruh sumber daya. Sehingga sumber daya yang dimiliki diperoleh melalui proses dan pendekatan ralam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien berdasarkan cerminan nilai dan norma yang luhur baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, bangsa maupun lingkungannya. Kemdiknas (2010: 8) menegaskan bahwa “Manajemen berbasis pendidikan karakter memuat tiga tujuan yang pertama merencanakan, mengawasi, dan mengolah evaluasi; Kedua memadukan nilai- nilai dalam manajemen berbasis sekolah; Ketiga membiasakan tingkah laku yang berkarakter”. Dari penjelasan tersebut
dikandung maksud bahwa pertama
merencanakan, mengawasi,
mengekolah evaluasi seluruh komponen sekolah. Kedua memadukan nilai- nilai dalam manajemen berbasis sekolah seperti kejujuran, kerja sama, partisipasi, commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
transparansi, dan akuntabilitas dengan nilai- nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan nilai kebangsaan. Ketiga membiasakan tingkah laku yang berkarakter dalam proses pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupan sehari- hari malalui manajemen berbasis sekolah. Menekankan unsur sistem berpikir, nilai, moral, keyakinan dan komunikasi antar anggota masyarakat yang mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang disesuaikan dengan Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dan PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah dilakukan penataan kembali dalam PP No 32 tahun 2013. Visi dan misi pendidikan nasional terbagi menjadi dua yaitu visi makro dan mikro. Tujuan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. “Beberapa pendekatan tematik dan kontekstual digunakan untuk meningkatkan kemampuan secara mandiri peserta didik dalam menggunakan pengetahuannya” (Mulyasa, 2013: 9). Penyelanggaraan Pendidikan karakter baik di sekolah negeri atau swasta haruslah ditingkatkan karena beberapa pakar pendidikan Indonesia mengakui bahwa sistem pendidikan yang telah ada khususnya atitude dan sikap nasionalisme
karakter
gagal
dilakukan.
Gagalnya
pendidikan
karakter
menghasilkan manusia berkakter yang masih bisa diperdebatkan. Kegagalan ini commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setidaknya diperkuat oleh pendapat pakar pendidikan Mustari (2011: xii) bahwa: “pada hakekatnya manusia secara filosofis ada tiga yaitu manusia sebagai makhluk bermoral, makhluk individual, dan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat bekerjasama dan tolong menolong”. Seharusnya manusia mendapatkan pendidikan karakter sebagai landasan pokok yang harus ditanamkan terhadap peserta didik untuk mempelajari semua ilmu pengetahuan yang akan diberikan disekolah. Perlunya menyamakan persepsi dari kalangan orang tua wali murid akan pentingnya pendidikan karakter dikarenakan peserta didik kita berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Motivasi dari para guru untuk semua peserta didik tentang manfaat pendidikan karakter. Peranan sekolah dalam memfasilitasi pendidikan karakter yang diimbangi dengan lingkungan dan masyarakat yang kondusif. Berbagai ranah dalam pendidikan yang dapat menumbuhkan karakter dapat diciptakan dari pihak keluarga, diri sendiri, pemerintah, sekolah, lingkungan dan masyarakat. Detiknews.com mengupas beberapa penjelasan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Sekolah Menengah Atas (SMA) baik umum maupun yang berbasis keagamaan. Sekolah berkewajiban menjadikan lulusannya tidak hanya memiliki kemampuan akademik melainkan juga kemampuan karakter yang baik. Berbagai bentuk kesenjangan yang berasal dari tawuran antar pelajar sepanjang tahun 2012, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat terdapat 147 kasus tawuran antar pelajar. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2011 dengan kasus 128. Dari 147 kasus tahun 2012 sudah memakan korban jiwa sebanyak 82 anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Koran Solo Pos XVI/ No. 160 menampilkan headline yang membuat miris yaitu “terjadinya perkelahian antara guru dan siswa Madrasah Aliah Negeri (MAN) 2 Surakarta yang mengakibatkan sang guru dilarikan ke rumah sakit hal itu disebabkan karena teguran keras sang guru terhadap siswa bermain sepeda di ruang kelas”. Peristiwa tsb menunjukkan terkikisnya rasa hormat seorang murid kepada gurunya. Sementara itu sekolah berbasis agama tersebut pasti juga sering mengajarkan rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya. Solopos.com memuat kenakalan siswa SD kelas V di SD N I Klumprit Mojolaban Sukoharja pada Senin 26 Mei 2014 yang meliput tentang kejadian yang diawali dari iseng dengan cara berantem- beranteman yang terjadi pada korbannya bernama Fajar dan pelakunya. Menurut keterangan dari beberapa temannya fajar dipukul dengan tangan kosong oleh pelaku dikarenakan tidak mau memberikan contekan PR. Mereka yang kesehariannya duduk satu bangku itu merupakan teman akrab dimana keduanya saling berkunjung main kerumah pada saat pulang sekolah. Sebelum kejadian berlangsung pelaku bilang: “Jar, tanganku gatel banget, pengen jotos kowe” artinya [Jar tanganku gatal sekali, ingin memukul kamu]. Meski sudah menolaknya pelaku tetap langsung memukul Fajar. Dari kejadian tersebut akirnya Fajar jatuh merasakan matanya kabur, dan telinganya terasa tuli kemudian dilarikan kerumah sakit dan masuk ICU beberapa hari sampai pada akhirnya Fajar menderita pembekuan otak sehingga akhirnya korban bernama Fajar meninggal dunia. Furqon Hidayatullah (2010: 12) berpendapat bahwa beberapa “penyebab rendahnya pendidikan karakter yaitu sistem pendidikan yang lebih menekankan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
intelektual dari pada sistem yang menekankan pendidikan karakter dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembangunan karakter”. Apabila pendidikan karakter tidak ditanamkan maka tidak akan terbentuk nilai- nilai karakter dalam diri anak dan nantinya akan berpengaruh terhadap kehidupan anak dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan karakter akan menunjang prestasi akademis siswa secara rasional, menciptakan moral yang baik, meningkatkan kepercayaan diri siswa dan optimisme serta sikap yang mencerminkan kepribadian yang suka bekerja keras. Pendidikan karakter di SMA N I Boyolali juga dilaksanakan dengan basis budaya dan lingkungan sekolah. Program Adiwiyata merupakan salah satu contoh penanaman sikap dalam pendidikan karakter dalam salah satu tema kepedulian lingkungan yang sekaligus mendapatkan penghargaan dari BLH provinsi Jawa Tengah. Lingkungan adalah salah satu faktor pendukung utama untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) diselenggarakan oleh SMA N I Boyolali selama 2 tahun terakhir merupakan contoh pendidikan karakter berupa kepedulian sosial, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, dan menghargai prestasi. Faktor pendukung dilihat dari sarana dan prasarana, kualitas guru dan peran orang tua murid serta kesiapan peserta didik secara intelektual, fisik dan mental dalam pendidikan karakter. SKL kurikulum 2013 yang telah menuangkan nilai karakter sebagai dasar pembuatan RPP. Penggunaan waktu yang sangat terbatas untuk memonitor kegiatan secara spesifik dalam pelaksanaan pendidikan karakter, keteladanan dari lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
rumah/ domisili peserta didik di masyarakat yang belum kondusif, pemerataan buku kurikulum 2013 dan pemanfaatan sarana prasarana yang belum maksimal merupakan faktor penghambat. Penelitian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 digunakan sebagai pedoman untuk menanamkan nilai- nilai karakter kepada peserta didik berkaitan dengan kehidupan sehari- hari dalam mata pelajaran PPKn sekaligus merupakan bentuk nyata pembelajaran yang diterapkan dengan scientific learning dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. (SKL) kurikulum 2013 dijabarkan kedalam kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RPP. Pendidikan karakter sudah dilaksanakan sebelum kurikulum 2013 melalui program akademik, non akademik dan gerakan sosial. Pendidikan karakter yang terintegrasi ke semua mata pelajaran salah satunya mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 akan tetapi kenyataan di lapangan masih ada sejumlah perilaku yang belum mencerminkan pendidikan karakter. Perilaku tersebut antara lain dapat dilihat masih ada beberapa peserta didik dan Pendidik Tenaga Kependidikan PTK yang datang selebihnya pukul 07.05 sehingga pintu gerbang telah ditutup dan mereka harus menunggu pintu gerbang dibuka setelah pukul 07.30, masih ada beberapa peserta didik dan PTK yang belum menerapkan 5S. Berdasarkan fenomena dan fakta diatas maka, penelitian tentang: “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA N I BOYOLALI” penting dilakukan. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah perencanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali?
2.
Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali?
3.
Bagaimanakah hasil pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali?
4.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mendeskripsikan perencanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. 2. mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. 3. mendeskripsikan hasil pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. 4. mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan masukan bagi pelaksanaan pendidikan karakter melalui mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas (SMA). b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan teoritis mengenai pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas (SMA). c. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar teoritis untuk penelitian sejenis lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberi manfaat diantaranya sebagai berikut: a. Menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas. b. Menjadi bahan evaluasi untuk SMA N I Boyolali agar pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 bisa optimal dilaksanakan. c. Memberi informasi kepada pembaca mengenai pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan dan pelaksanaan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan sebuah pendidikan proses. Pendidikan karakter dilaksanakan secara alamiah, natural dan informal. Pendidikan karakter yang diterapkan disekolah melalui kegiatan kurikulum pembelajaran atau kegiatan akademis, kegiatan non akademis melalui kegiatan ekstrakurikuler dan melalui gerakan sosial. Pendidikan karakter yang akan kita pelajari meliputi pengertian, definisi konsep antropologi pendidikan karakter, arti dan visi transformasi sosial pendidikan karakter, metode pengembangan pendidikan, matra yang terdapat didalam pendidikan karakter, basis pengembangan pendidikan karakter secara utuh menyeluruh, langkah rasional dan nilai pendidikan karakter, strategi kebijakan pendidikan karakter, dan karakter yang diupayakan dalam RPJP Nasional 2025.
a. Pengertian Pendidikan Karakter Albertus (2010: 63) menegaskan pendidikan Karakter utuh dan menyeluruh dapat diartikan sebagai “usaha sadar yang ditunjukkan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya”. Pengembangan diri manusia dapat dilakukan secara (religius, moral, personal, sosial, kultural, temporal, institusional, relasional, dan lain- lain). Proses commit to user penyempurnaan diri secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarah di
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dunia ini dalam kehidupan dan kebersamaannya dengan orang lain merupakan salah satu upaya manusia dalam mengembangkan potensi dirinya. “Character education with the totality psykologis” (Lickona, 2006: 64). Pendidikan karakter di sekolah merupakan sebuah usaha yang dilakukan mengubah budaya sekolah menjadi sekolah berkarakter yang bisa menciptakan totalitas pendidikan secara psikologis yang menekankan pembelajaran sekolah melalui afektif, kognitif dan psikomotor. Secara umum sekolah dapat mengajarkan berbicara, berbahasa etika dengan komitmen bersama. Pendidikan karakter
yang
digunakan
untuk
menciptakan
budaya
karakter
dengan
menunjukkan semangat menjiwai. Kesimpulannya bahwa pendidikan karakter di sekolah adalah usaha yang dilakukan pihak sekolah untuk menanamkan karakter dengan proses totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi manusia untuk menciptakan fungsi sosio kultural sehingga mereka dapat berinteraksi dengan keluarga, satuan pendidikan dan kehidupan masyarakat. Doni Koesoema (2012: 4) menegaskan pendidikan karakter merupakan “sebuah proses pendidikan yang terjadi dengan alamiah dan dilakukan secara natural serta informal, sesuai dengan formulasi tujuan pendidikan nasional”. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses pendidikan yang terjadi secara alamiah hal ini dapat kita terapkan didalam kehidupan sebelum peserta didik mengenal bangku sekolah dengan cara menanamkan nilai- nilai kehidupan budi pekerti dan akhlak mulia yang dapat kita terapkan dalam kehidupan keluarga. Beberapa pendapat tentang pendidikan karakter diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha manusia secara sadar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
melalui berbagai macam dimensi religiusitas, moral, personal, sosial, kultural, temporal, institusional, relasional, dll. Penerapan dalam sebuah proses pendidikan langsung bertujuan mengembangkan kemampuan dan watak serta peradapan bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
b. Definisi Konsep Antropologi Pendidikan Karakter Donie Koesoema (2012: 46) berpendapat bahwa “definisi konsep antropologi pendidikan karakter ada empat yaitu definisi manusia itu sendiri, manusia penghayat nilai, manusia sebagai pelaku sejarah, dan tiga panggilan hidup manusia”. Konsep antropologi pendidikan karakter yang sesuai dengan penelitian ini dan berkaitan dengan keadaan manusia antara lain: 1) Definisi Manusia Donie Koesoema (2012: 47) “Manusia adalah subjek sekaligus objek bagi pendidikan untuk itu hal yang paling fundamental”. Sebelum persoalan teknis tentang bagaimana membantu mengembangkan potensi manusia itu kita jabarkan terlebih dahulu. Antropologi pendidikan adalah pemahaman dan keyakinan tentang siapa manusia yang sedang coba kita bantu untuk berkembang dan bertumbuh dalam kinerja lembaga pendidikan kita. Menurut Plotinos dan Plato manusia adalah makhluk ilahi. Rousseau hakikatnya manusia baik tapi masyarakatnya yang membelenggu. Manusia juga mendapat sebutan makhluk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
bermain (homo ludens), manusia bekerja (homo laborans), makhluk politik (zoon politicon), manusia yang berziarah (homo viator) dll. 2). Manusia sebagai penghayat nilai Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain adalah manusia sesuai tahap perkembangannya dianugerahi kemampuan akal budi untuk menyadari dan mengerti tentang siapa dirinya berhadapan dengan sesama, alam, dan Tuhan. Kesadaran manusia bukan terbatas akan diri dan keberadaan fisik tubuhnya melainkan kesadaran dan kemampuan transendental untuk mengatasi keterbatasan fisik tsb. Penghayatan nilai diartikan sebagai kemampuan manusia untuk membaktikan diri pada nilai transsindental, pendidikan karakter merupakan jawaban atas tanggung jawab moral manusia sebagai individu dan makhluk sosial. 3). Manusia sebagai pelaku sejarah Manusia menulis sejarah diri dan masyarakatnya melalui penghayatan nilai dalam kehidupannya, dalam kebersamaan dengan orang lain. Keyakinan akan nilai menjadi sarana bagi transformasi sosial di dalam masyarakat. Oleh karena itu pendidikan karakter bukan sekedar mencapai sasaran bagi pembentukan diri individu sebagai manusia yang baik dan cerdas. Pendidikan karakter diharapkan mendorong individu untuk dapat terlibat dalam memperbarui tatanan sosial masyarakat menjadi lebih bermartabat dan manusiawi. 4). Tiga panggilan hidup manusia Donie Koesoema (2012: 50-51) menegaskan “tiga panggilan hidup manusia dalam konteks pengembangan karakter, antropologi pendidikan hendaknya memperhatikan dimensi yang ada dalam diri manusia” antara lain a) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
keberadaan manusia sebagai makhluk yang tumbuh dan berkembang secara fisik; b) memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan diri, dalam relasi dengan diri sendiri dan sesama; c) memiliki kemampuan transcendental untuk mengatasi kelemahan diri dalam proses penyempurnaan terus- menerus sebagai ciptaan. Penelitian ini berhubungan langsung dengan definisi konsep antropologi pendidikan karakter hal ini dapat kita ketahui dalam keberadaan manusia dalam penelitian ini berperan sebagai peserta didik, semua warga sekolah beserta guru, semua walimurid di SMA yang memiliki kemampuan yang berbeda- beda dan selalu menginginginkan kemajuan akan peserta didik baik dalam hal prestasi, perilaku maupun bakat dan minatnya untuk menunjukkan kepada orang lain sebagai sesama, guru, dan orangtua mengenai perubahan akan proses penyempurnaan dirinya dalam pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter merupakan usaha secara sadar untuk menciptakan sebuah pembentukan individu yang cerdas, berakhlak mulia, tanggungjawab, dalam mencintai sesama.
c. Arti dan Visi Transformasi Sosial Pendidikan Karakter Albertus (2010: 79) Pengertian pendidikan karakter di Indonesia dikenal dengan “sebuah usaha sadar untuk mengembangkan keseluruhan dinamika relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi”. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan kemampuan yang bertanggungjawab atas pertumbuhan pribadinya sebagai pribadi dan perkembangan orang lain berdasarkan nilai- nilai yang menghargai kemartabatan manusia. Character Iducation Partnership (CEP) sebuah program pendidikan di Amerika Serikat mendefinisikan pendidikan commit to user karakter sebagai “gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah dalam
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
memelihara nilai- nilai etis, tanggungjawab, kemauan untuk menjaga satu sama lain dalam diri anak muda melalui pengajaran dan keteladanan tentang karakter yang baik dengan penekanan nilai- nilai universal yang dapat diterima semua kalangan yang bersifat perhatian dan perawatan (caring), kejujuran dan keadilan (fairness), tanggungjawab dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain. River (2004: 248) mendefinisikan pendidikan karakter adalah “sebuah proses pengajaran kepada anak- anak tentang nilai kemanusiaan yang mengandung kejujuran, keramatamahan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, persamaan, dan rasa hormat”. Tujuannya untuk menumbuhkan diri siswa sebagai warga Negara yang bertanggungjawab secara moral dan memiliki disiplin diri. Visi transformasi sosial pendidikan karakter memiliki tujuan mencerdaskan generasi muda. Kecerdasan selalu berkaitan dengan kepemilikian pengetahuan serta kemampuan dalam menerapkan pengetahuannya itu dalam kehidupan seharihari. Pendidikan karakter bertujuan membentuk anak didik menjadi semakin cerdas dan dapat mengembangkannya dalam konteks pengembangan diri sebagai makhluk pembelajar. Menumbuhkan keutamaan akademik sebagai pembelajar merupakan salah satu hal esensial dalam pendidikan karakter.
d. Metode Pengembangan Pendidikan Karakter Metode Pengembangan pendidikan karakter dalam Doni Koesoema (2012: 73) utuh dan menyeluruh diikuti dengan metode pengembangan yang utuh menyeluruh terhadap penjiwaan setiap kegiatan yang ada di lingkungan pendidikan. Penelitian ini mengarah pada pelaksanaan pendidikan karakter secara commit to user umum yang kemudian mengarah pada mata pelajaran PPKn utuh dan menyeluruh
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kaitannya dengan kurikulum 2013. Pengembangan dimensi tersebut memiliki tiga peranan diantaranya satu terkait dengan bagaimana lembaga pendidikan mengembangkan kualitas individu yang terlibat didalamnya. Kedua terkait dengan mendesain program sesuai tanggungjawab individu. Ketiga bagaimana membangun sebuah lingkungan yang ramah dan nyaman bagi pertumbuhan individu (carring community) sesuai dengan tahap perkembangan pribadinya. Licona (2006: 59) berpendapat bahwa “pengembangan pendidikan karakter memiliki tigabelas peranan”. Akan tetapi yang paling erat hubungannya dengan penelitian ini adalah: bahwa pendidikan karakter harus melibatkan seluruh warga sekolah; mengutamakan prioritas nilai; pengembangan organisasi dan manajemen;
menumbuhkan
komunitas;
direncanakan
secara
terpadu;
menumbuhkan motivasi individu; kerjasama dengan banyak pihak; terintegrasi didalam kurikulum; kepemimpinan yang berkarakter.
e. Tiga Matra Pendidikan Karakter Doni Koesoema (2012: 89) menjelaskan “Pentingnya tiga matra dalam pendidikan karakter yaitu matra individual; matra sosial atau komunitas; dan matra moral”. Dari ketiga matra pendidikan karakter tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Matra Individual; 2) Matra sosial atau komunitas; dan 3) Matra moral. Berkaitan dengan teori tersebut maka penelitian ini selalu berhubungan dengan beberapa faktor yang menjadi pengaruh diantaranya: nilai kebebasan dan commit to user tanggungjawab dihargai. Nilai kebebasan menjadi prasarat utama sebuah tindakan
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang bermoral. Yang menjadi subjek moral dan subjek bertindak adalah manusia itu sendiri. Kebebasan seseorang diwujudkan melalui kemampuannya mengambil keputusan. Selain itu matra individual mencakup dimensi fisik, psikologis dan kepribadian yang merupakan ciri khas sebagai manusia yang bertubuh, memiliki dinamika psikologis, emosi dan perasaan yang membentuk pribadi dengan kualifikasi tertentu. Hakekat manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang termasuk dalam matra sosial. Manusia membutuhkan komunitas sebagai tempat individu untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk sosial yang bebas dan bertanggungjawab. Matra sosial mengacu pada corak relasional antara individu satu dengan individu lain yang menjadi cerminan kebebasan individu dalam mengorganisir dirinya sendiri. Hubungan penelitian yang terakhir berkaitan dengan matra moral menekankan pada kemampuan diri manusia untuk tidak sekedar tunduk pada katerbatasan fisiknya atau takhluk pada desakan komunitas. Matra moral menjadi jiwa yang menghidupi gerak dan dinamika masyarakat. Tanpa adanya matra moral maka manusia akan hidup dalam suatu tirani kekuasaan yang melecehkan individu dan menghalangi kebebasan.
f. Basis Pengembangan Pendidikan Karakter Utuh Menyeluruh Donie Koesoema (2012: 105) “Basis pengembangan pendidikan karakter utuh menyeluruh dapat dilakukan dengan 1) berbasis kelas, 2) berbasis sekolah dan
3)
berbasis
komunitas”.
Penelitian ini commit to user
menekankan
ketiga
basis
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
pengembangan pendidikan karakter utuh menyeluruh sehingga dalam pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. Penulis dapat mengambil data penelitian berdasarkan basis- basis yang ada ditempat penelitian seperti: pendidikan karakter berbasis kelas: meliputi kelas menjadi komunitas belajar yang saling menumbuhkan dan mengembangkan, baik secara akademis, moral, kepribadian dan kerohanian yang terbagi menjadi: pendidikan kelas dan dengan ranah instruksional/ instruksional baik secara tematis/ non tematis; Ranah non instruksional dalam Manajemen kelas; pendampingan perwalian; membangun konsensus kelas. Pendidikan karakter berbasis kelas dapat kita lihat dengan beberapa ciriciri: guru sebagai fasilitator pembelajaran; guru sebagai motivator pembelajaran; guru sebagai designer program; guru sebagai pembimbing dan sumber keteladanan; isi kurikulum sebagai sumber pembentukan karakter; metode pengajaran dialog bukan monolog; mempergunakan metode pembelajaran (collaborative learning); partisipasi komunitas kelas dalam pembelajaran; menciptaan kelas sebagai komunitas moral; penegakkan disiplin moral; penciptaan lingkungan kelas yang demokratis; membangun sebuah rasa tanggungjawab pembentukan diri; pengelolaan konflik moral melalui pelajaran; solusi konflik secara adil tanpa kekerasan. Pendidikan karakter berbasis sekolah merupakan idealisme dari pengintegrasian antara visi dan misi sekolah dengan berbagai macam struktur yang mendefinisikan kinerja individu melalui peranan tanggungjawabnya. Kultur sekolah yang berjiwa pembentukan karakter membantu individu bertumbuh secara commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dewasa dan sehat secara psikologis, moral dan spiritual yang terbagi menjadi: sekolah sebagai komunitas moral; menumbuhkan kultur demokratis. Momen pendidikan karakter berbasis kultur sekolah terlihat dari: momen pengembangan diri; momen perayaan dan kekeluargaan; apresiasi dan pengakuan akan prestasi orang lain; masa orientasi siswa (MOS); pemilihan pengurus OSIS, dewan kelas, presidium; kebijakan pendidikan (educational policy); kolegalitas antar guru (teacher collegiality); pengembangan professional guru (teacher professional development); merawat tradisi sekolah. Pendidikan karakter berbasis komunitas merupakan lembaga pendidikan yang memiliki ikatan yang erat dengan komunitas yang menjadi bagian dari keluarga besar sebuah lembaga pendidikan. Banyaknya komunitas tsb antar lain adalah sbb: a) komunitas orang tua/ wali karena peranan orang tua sebagai model peran; sumber pengetahuan; pintu masuk ke kebudayaan lain; rekan belajar; pemilik harapan dan cita- cita bagi anak- anak mereka. b) komunitas masyarakat; dan c) komunitas konflik.
g. Langkah Rasional dan nilai Pengembangan Pendidikan Karakter 1) Nilai pengembangan pendidikan karakter Doni
Koesoema
(2012:
155)
menegaskan
pendidikan karakter terletak pada “rasional”.
nilai
pengembangan
Rasional adalah alasan- alasan
fundamental yang menjadi alasan bagi sesuatu, baik tindakan maupun kegiatan serta penjelasan tentang prinsip- prinsip tertentu yang akan diterapkan dalam membuat sebuah program. Program pendidikan karakter yang dirancang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
diharuskan menyertakan rasional ini untuk mencapai orientasi dan landasan kokoh secara teoritis dan sistematis. Komponen yang dibutuhkan bagi pengembangan pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh dalam pembentukan karakter sebuah individu yang relevan menurut Doni Koesoema (2012: 156) meliputi: unsur pengetahuan, pemahaman tentang kebaikan, adil, benar dan keindahan sesuai dengan subjek dan objek penelitian; unsur motivasi individu dalam melaksanakan sebuah tindakan sebagai bentuk nyata kegiatan dari proses penanaman nilai pribadi merupakan bentuk nyata antara karakter individu peserta didik melalui pembelajaran yang ada di SMA N I Boyolali; Kehadiran oranglain yang menjadi rekan dalam rangka menjernihkan niai sesuai dengan partisipasi bersama untuk mewujudkan pendidikan karakter yang ada di SMA N I Boyolali; Menjadi teman untuk memperkaya wawasan sekaligus membantu individu mengukuhkan identitasnya peranan guru dalam mengadakan pendekatan terhadap peserta didik dimana guru berperan sebagai teman agar siswa merasa tenang dan bersahabat; Sarana prasarana yang paling efektif dalam kegiatan belajar mengajar; Pendekatan praktis yang relevan bagi pembentukan karakter melalui berbagai bidang pengembangan yang dilakukan di SMA N I Boyolali; Tata cara evaluasi yang kuat agar individu dapat senantiasa memonitor perkembangan mereka sendiri dalam membentuk diri menjadi pribadi yang berkarakter. Menurut Licona (2006: 134) ada hal penting pendidikan karakter yaitu: “unsur pengetahuan yang baik (knowing the good), tindakan yang baik (doing the good), dan unsur motivasi internal dalam melakukan yang baik (loving the good)”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Dari ketiga poin penting tersebut dapat dijabarkan bahwa: pendidikan karakter selalu mengembangkan otak manusia sabagai salah satu cara untuk mengolah informasi, mamahami, memaknai, realitas di dalam diri dan di luar dirinya. Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat memaksimalkan fungsi tangan dan kaki sebagai sebuah tindakan bermakna. Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan rasa indah, nyaman dan mantap dalam hati karena apa yang dilakukannya itu bermakna dan bisa menciptakan kebahagiaan. Tuana (2007: 370) menegaskan pendidikan karakter secara lebih integral yaitu dengan pengertiannya sebagai berikut: “Character education is integrated component”. Pendekatan terintegrasi untuk pertimbangan etis meliputi komponen dasar dari masing-masing pendekatan tradisional untuk mewujudkan etika. Ini membantu siswa memahami relevansi konsekuensi dari tindakan, sifat tugas dan hak-hak yang sesuai, pentingnya memperhatikan kepentingan dan kebutuhan individu serta impor etis dari beberapa jenis hubungan. Hal ini juga terus perhatian kepada kebajikan dan nilai-nilai dimulai pada kurikulum pada sensitivitas etis. 2) Langkah dalam Rational Pendidikan berbasis karakter Doni Koesoema (2012: 170) menegaskan secara sistematis rational program pendidikan karakter terdiri dari enam langkah. Keenam langkah tersebut yakni a) Mengutamakan nilai moral knowledge dalam terminology Licona; b) Tujuan program sekolah menanamkan nilai- nilai yang telah dipilih memiliki tujuan yang berbeda tergantung bagaimana mereka mendesain pola perilaku nilai tersebut; c) Perilaku yang diharapkan tentang salah satu kejujuran terlihat dari commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman intelektual, ketajaman refleksi, meningkatnya kesadaran, dan praksis nyata dari penanaman nilai yang diharapkan; d) Ruang bagi tindakan yang dapat memberikan kesempatan individu untuk mempraktikkan dan melaksanakan nilainilai yang mencoba ditanamkan, dihayati melalui kegiatan ataupun proyek bersama komunitas ruang tindakan merupakan katalisator bagi praksis; e) Penilaian dan evaluasi program yang didesign sesuai dengan rencana atau tidak. Jika ada ketidaktepatan maka perlu diadakan evaluasi kembali dengan tujuan mencapai keberhasilan; dan f) Refleksi yang mengarahkan pada pengembangan kemampuan
interpersonal
individu
dalam
mengahayati
dan
memahami
pengalamannya dalam mempraktikkan nilai. Rational program pendidikan karakter yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali ada enam usulan. Usulan pertama rational berawal dari nilai secara fokus, deskripsi dan relevansi yang disesuaikan terhadap penelitian; usulan kedua berupa tujuan program usulan ketiga berupa perilaku yang diharapkan baik dalam tindakan maupun pengertiannya; usulan keempat ruang bagi tindakan berupa bentuk, langkah, metode, dan sarana; usulan kelima berupa penilaian atau evaluasi yang dapat dilakukan oleh lembaga tingkat sekolah dalam program pendidikan karakter secara individual; dan usulan keenam berupa refleksi merupakan internalisasi nilai secara emosi dan perasaan masing- masing individu peserta didik. Rational pendidikan karakter yang dikembangkan sesuai tindakan yang bermakna bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan bangsa dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PRIORITAS KEUTAMAAN NILAI Fokus
Deskripsi
Relevansi
TUJUAN PERILAKU YANG DIHARAPKAN Tindakan
Pengertian
RUANG BAGI TINDAKAN Bentuk
Langkah
Metode
Sarana
EVALUASI Lembaga
Program
Individual
REFLEKSI Internalisasi Nilai
Emosi dan Perasaan
Gambar 1: Skema Design Program Pendidikan Karakter Sumber: (Donie Koesoema, 2012: 173) 3) Proyek Kerja dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Marvin dan Melinda (2005: 2-11) menegaskan bahwa “Working of character education in the schools are three domains”. Proyek kerja dalam Pendidikan Karakter meliputi tiga tahap diantaranya dengan mendefinisikan domain, mengumpulkan data kemudian mengkaji penelitian dan menarik kesimpulan. Penelitian ini memiliki prosedur kerja yang sama dengan pendapat diatas dikarenakan oleh beberapa hal dimana pendidikan karakter diterapkan di commit to user sekolah secara nasional untuk menciptakan gerakan menumbuhkan etika, nilai-
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap diri dan orang lain (karakter kemitraan pendidikan). Pendidikan karakter berfungsi mengajar anak- anak seputar nilai dasar, termasuk kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan rasa hormat. Pendidikan karakter merupakan upaya yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan kebajikan inti yang baik bagi individu dan baik untuk masyarakat. Pendidikan karakter selalu membebaskan pendekatan dimana sekolah induk, sering mengadakan interaksi dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu anak-anak dan remaja menjadi perhatian, berprinsip, dan bertanggung jawab. Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan berbagai macam strategi yang berbeda dalam pembuatan laporan ilmiah berikutnya. Penelitian ini pada akhirnya bertujuan menarik kesimpulan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam mewujudkan pendidikan karakter yang efektif yang menunjukkan efektivitas mereka, mengidentifikasi karakteristik program, pendidikan karakter yang generik dan melihat penelitian ke dalam praktek yang spesifik, bukan sebagai bagian dari program pendidikan karakter penuh. Bidang isi pendidikan karakter di sekolah meliputi keterampilan sosial dan kesadaran; perbaikan pribadi atau manajemen diri dan kesadaran; masalah;
membuat pemecahan
mengidentifikasi diri; secara explisit terfokus pada nilai- nilai atau
etika; integrasi kurikulum akademik yang diterapkan secara strategi pedagogik dan praktek individu yang efektif. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h. Strategi Kebijakan Pendidikan Karakter Kemendiknas
(2011:
11)
menegaskan
bahwa:
“Pengembangan
pendidikan karakter meliputi tiga alur yaitu melalui stream top down; stream bottom up; dan melalui stream revitalisasi program”. Strategi pendidikan karakter melalui Kemendiknas merupakan upaya pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah. Penelitian yang dilakukan di SMA N I Boyolali juga menerapkan strategi kebijakan pendidikan karakter yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang dimana intervensi yang dilakukan berdasarkan kebijakan pemerintah ke sekolah bersifat (top- down) melalui dapat dijelaskan melalui sosialisasi; pengembangan regulasi; pengembangan kapasitas; implementasi dan kerjasama; monitoring dan evaluasi. Pengalaman praktisi (bottom- up) dari pemerintah dalam memberikan bantuan teknis kepada sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas di lingkungan sekolah. Revitalisasi program yang merupakan langkah lanjutan dengan pendekatan sistematik dan integrative dengan melibatkan beberapa pihak keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislative, media masa, dunia usaha dan industri serta komponen lainnya. Strategi kebijakan yang dilaksanakan di SMA N I Boyolali dilakukan secara seimbang baik dalam intervensi, pengalaman dan revitalisasi program dengan mengintegrasikan 4 program yaitu: KBM, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko kurikuler, dan kegiatan pembiasaan baik dirumah maupun di masyarakat. Strategi kebijakan pendidikan karakter dapat digambarkan sebagai berikut: commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
STRATEGI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER
1. INTERVENSI TOP- DOWN
2.PENGALAMAN BOTTOM- UP
3.REVITALISASI PROGRAM
SOSIALISASI PENGEMBANGAN REGULASI PENGEMBANGAN KAPASITAS IMPLEMENTASI DAN KERJASAMA MONITORING DAN EVALUASI ILUSTRASI BEST PRACTICE Talent scouting; satuan pendidikan; IHF; YPI AlHikmah; The ESQ Way 165; MHMMD; dll
1. 2.
3.
4.
INTEGRASI 4 STRATEGI KBM Pengembangan Budaya Satuan Pendidikan Kegiatan ko Kurikuler/ Ekstrakurikuler Kegiatan keseharian dirumah dan di masyarakat
SOSIO PEDAGOGIS Pramuka; kantin kejujuran; UKS;PMR; Perlombaan/ Olimpiade sains dan OR; revitalisasi gugus sekolah
Gambar 2: Strategi Kebijakan Pendidikan Karakter Sumber: (Kemdiknas, 2011: 12)
i). Karakter yang diupayakan dalam RPJP Nasional 2025 Bagus Mustakim (2011: 72) menegaskan bahwa: “delapan karakter yang dikembangkan dalam praktik pendidikan dan pembelajaran di Indonesia”. Delapan karakter diantaranya adalah etos spriritual berkaitan dengan nilai- nilai keagamaan, etos mutu berkaitan dengan kemampuan SDM dan IPTEK, keterbukaan, multikultural, kecerdasan kritis, peduli lingkungan, berwawasan commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maritime, dan tanggungjawab global. Berdasarkan rumusan visi dan misi RPJP Nasional 2025 diatas maka yang dijadikan dokumen perencanaan pembangunan nasional penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
2. Mata Pelajaran PPKn Mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan PPKn merupakan salah satu mata pelajaran penting yang didalamnya mengajarkan nilainilai pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dikenal pertama kali dengan sebutan dengan pendidikan budi pekerti dan akhlak mulia berkaitan erat dengan mata pelajaran PPKn. Secara substansi bahwa pengajaran pendidikan karakter dalam lingkup mata pelajaran PPKn terbagi menjadi tiga bagian penting. Tiga bagian itu diantaranya PPKn mengajarkan pendidikan karakter melalui bidang politik, hukum, dan moral.
a. Pengertian Mata Pelajaran PPKn Bakry (2009: 3) menegaskan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta berjiwa demokratis yang berkeadaban”. Pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa dasar diantaranya ada yang berdasarkan filsafati, berdasarkan sejarah, berdasarkan sosial budaya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan nasionalisme pelajar melalui aplikasi sikap dan kebiasaan hidup di lingkungan masyarakat dan budaya sekolah. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aunillah (2011: 5) menegaskan bahwa didalam “Nasionalisme terimplikasikan melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan”. Kegiatan yang telah diterapkan dalam kehidupan sehari- hari sejak proklamasi kemerdekaan baik dalam upacara bendera dapat dilakukan dengan cara menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca teks pancasila, menyanyikan lagu garuda pancasila yang pada dasarnya membentuk tujuan karakter bangsa sesuai dengan pidato presiden Susilo Bambang Yudoyono terdapat lima tujuan pendidikan karakter: yang membentuk manusia bermoral, cerdas rasional, suka bekerja keras, optimis dan percaya diri, Sapriya (2007: 56) menegaskan bahwa secara fungsional “Pendidikan kewarganegaraan memiliki dua tugas yaitu tugas dalam bidang telaah untuk membangun body of knowledge dan tugas dalam bidang pengembangan untuk transformasi konsep, nilai, dan keterampilan hidup kewarganegaraan”. Fungsifungsi itu dikembangkan dari aspkek epistimologis yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kajian sistematis dalam membangun pengetahuan bidang pendidikan kewarganegaraan dengan objek studi perilaku warga Negara yang multidimensional yang bersifat interdisipliner. Sedangkan aspek aksiologi menegaskan
adanya
model
pembelajaran
sikap
yang
bermanfaat
bagi
pengembangan nilai atau karakter warga Negara. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran multidimensional yang mengandung aspek epistemologis dan aspek aksiologis yang memberikan gambaran langsung warga Negara terhadap jati diri sebuah bangsa dimana kita commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus tau apa tujuan Negara terhadap bangsanya dan upaya apa yang harus dilakukannya sebagai warga Negara demi keamanan dan kenyamanan dalam menciptakan kehidupan yang bermoral ditengah masyarakat yang dapat kita tanamkan sejak dini di dalam lingkungan sekolah sehingga dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang bermoral sesuai dengan nilai dan sikap karakter warga Negara Indonesia.
b. Landasan Mata Pelajaran PPKn Bakry
(2009:
15)
menegaskan
bahwa
“Landasan
pendidikan
kewarganegraan dapat dijabarkan dalam 3 landasan diantaranya landasan ilmiah; landasan hukum; dan landasan ideal” Dari landasan mengenai pendidikan kewarganegaraan tsb dapat dijabarkan sbb: 1) Landasan ilmiah berupa dasar pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan bahwa Setiap warga negara dituntut untuk hidup berguna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik); Objek material dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang empirik maupun yang non empirik, yang berupa wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
Rumpun
Keilmuan
yang
merupakan
Pendidikan
Kewarganegaraan (Kewiraan) disejajarkan Civics Education yang dikenal di berbagai Negara. 2) Landasan hukum sesuai dengan UUD 1945 pembukaan alinea dua, Pasal 30 ayat 1: Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta alam usaha pembelaan negara dan Pasal 31 ayat 1: Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran; 3) Landasan ideal adalah Pancasila sebagai sistem commit to user filsafat menjiwai semua konsep ajaran Kewarganegaraan, yang dalam
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sistematikanya dibedakan atas tiga hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar Negara; Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa; Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal ini hanya dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan sebagai kesatuan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Pancasila sebagai Dasar Negara Pembukaan UUD 1945 Alenia IV menegaskan pancasila sebagai dasar negara yang bertujuan menciptakan keamanan dan kesejahteraan yang berhubungan dengan segi ketertiban dunia. b) Pancasila sebagai Pandangan Hidup Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya. Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila terdapat dalam wawasan nusantara yang sekaligus pandangan dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia. c)
Pancasila sebagai Ideologi Negara Kesatuan konsep- konsep dasar yang memberikan arah dan tujuan
menuju pencapaian cita-cita bangsa dan negara. “Cita-cita bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila itu terpancar melalui alinea ke dua Pembukaan UUD 1945, merupakan cita-cita untuk mengisi kemerdekaan, yaitu: bersatu, berdaulat, adil, dan makmur” (Kaelan, 2007: 3). Penelitian
ini
menyimpulkan
bahwa
pendidikan
karakter
yang
dilaksanakan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni (IPTEK) yang berlandaskan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai- nilai budaya bangsa tersebut berperan sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
panduan dan pegangan hidup bagi setiap warga negara terutama calon generasi bangsa yang sesuai dengan penelitian ini adalah seluruh peserta didik di SMA N I Boyolali. Mata pelajaran PPKn bersifat interdisipliner yang merupakan kumpulan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Winarno (2012: 16) menegaskan tentang hakekat dan status pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah “sebagai mata pelajaran, mata kuliah, cabang disiplin ilmu, pendidikan politik dalam P4, kerangka konseptual yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka pikir dalam status satu, dua, tiga, dan empat”. Kewarganegaraan adalah Pancasila yang mengandung sila- sila yang melekat keberadaannya dalam kehidupan dan kepribadian dalam menciptakan pendidikan karakter baik didalam keluarga, masyarakat, dan negara.
c. Hakikat dan Status PPKn di Indonesia Berdasarkan Pendahuluan Standar Isi Pendidikan Kewarganegraan paragraph terakhir dalam Permendiknas (No 22 Tahun 2006) menegaskan bahwa: “... Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggungjawab sosial, ketaataan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme”. Hakekat dan status pendidikan kewarganegaraan di Indonesia yang sesuai dengan penelitian ini adalah bahwa pendidikan kewarganegaraan yang diterapkan di sekolah sebagai mata pelajaran pada salah satu jenjang pendidikan menengah yaitu di SMA N I Boyolali. Penelitian ini menjelaskan bagaimanakah commit to user pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2013 yang menekankan kompetensi inti sesuai dengan pemahaman kompetensi yang berhubungan dengan capaian mata pelajaran, pemahaman materi pelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
d. Komponen Pembelajaran PPKn Materi pembelajaran atau bahan ajar (instructional materials) secara garis besar terdiri atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci materi pembelajaran berisi tentang pengetahuan yang bersifat (fakta, konsep, proposisi, prinsip, dan teori). Sedangkan materi keterampilan berisi (tatacara, prosedur) dan materi yang bersifat nilai. Pemetaan ruang lingkup dan materi belajar PPKn SMA/ MA dapat digambarkan dalam daftar Lampiran 1.
e. Karakteristik Guru Untuk Pembelajaran PPKn Guru sebagai pendidik dipandang suatu profesi diawali dengan pengakuannya pada Undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menetapkan tentang kewajiban yang harus dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan menurut Winarno (2012: 39-40) diantaranya “guru profesional minimal S1 PPKn dengan menekankan prinsip dan komitmen yang kuat”. 1) Guru sebagai tenaga professional yang mampu menciptakan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Memberikan teladan untuk menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan 2) Kompetensi Guru sebagai profesi yang menekankan sembilan prinsip tetapi peneliti akan mengambil beberapa yang sesuai dengan penelitian ini yaitu profesi yang menekankan bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism; berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; bertanggungjawab; Memiliki kesempatan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan cara belajar sepanjang hayat.
f. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PPKn Peneliti mengambil salah satu tema dalam penelitian ini yaitu pendidikan karakter dalam pembelajaran PPKn yang dilaksanakan di SMA N I Boyolali. Pada dasarnya pendidikan karakter adalah salah satu pondasi awal dalam sebuah pembelajaran. Pendidikan karakter digunakan sebagai dasar konsep dalam membentuk kepribadian peserta didik. Penelitian ini menetapkan dasar- dasar etika, moral, kepedulian, kejujuran, tanggungjawab dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan nilai karakter yang ada. Mata pelajaran PPKn mengajarkan berbagai bentuk nilai kehidupan juga mengajarkan sila- sila pancasila di sekolah. Mata pelajaran PPKn adalah salah satu mata pelajaran multidemensional yang merupakan kumpulan berbagai ilmu sosial yang didalamnya mengandung aspek epistimologis dan aksiologis dalam menyadari diri sepenuhnya sebagai peserta didik. Retno Listyarti (2012: 6) menegaskan bahwa: “pendidikan karakter commit to user dalam mata pelajaran PPKn mengandung 18 nilai”. Religius dalam mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
PPKn mengandung Sikap dan perilaku patuh, toleransi, hormat menghormati dalam melaksanakan ajaran agama di SMA N I Boyolali kegiatan religius ditanamkan sejak pertama kali para siswa mengikuti kegiatan masa orientasi peserta didik baru (MOSPDB). Nilai religius ini ditanamkan dengan cara bimbingan terhadap para siswa sesuai dengan agamanya masing- masing dalam ruang tertentu, contoh: peserta didik beragama islam masuk kedalam mushola untuk mendapatkan wasilah/ pengajian/ pesantren kilat pada saat jam isoma dan siswa non masuk ruangan sesuai dengan agama masing- masing untuk diberikan siraman rohani. Jujur dalam mata pelajaran PPKn mengajarkan kejujuran dalam bentuk tutur kata sikap, perkataan, tindakan dan pekerjaan yang sesuai dengan kenyataan yang dilakukan. Nilai kejujuran ditanamkan di SMA N I Boyolali dengan cara dibentuk kantin kejujuran. Toleransi dalam mata pelajaran PPKn terkandung sikap toleransi baik dalam beragama maupun bermusyawarah ataupun berkomunitas tanpa adanya SARA. Nilai toleransi dapat dilakukan melalui perayaan hari besar agama di sekolah, pembagian daging kurban pada saat Idul Adha. Disiplin dalam mata pelajaran PPKn dapat ditunjukkan dengan adanya perilaku tertib, sopan dalam berbagai ketentuan dan peraturan. SMA N I Boyolali menyelenggarakan latihan dasar kepemimpinan (LDK) ke Akademi Militer untuk setiap angkatan. Pasukan pengibar bendera (PASKIBRA) yang digunakan sebagai salah satu cara untuk melatih kedisiplinan. Satuan Pelacakan dan Penanggulangan Kerawanan Siswa (STPKS) salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kedisiplinan siswa dengan pantaun kinerja seminggu sekali pada hari commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sabtu pagi. Kerja keras dalam pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn dapat ditunjukkan dengan sikap bersungguh- sungguh dalam mengatasi hambatan belajar dan menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik- baiknya. Nilai kerja keras selalu ditanamkan di SMA N I Boyolali ke dalam semua kegiatan baik kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun kegiatan pembelajaran, kegiatan sosial di luar kelas. Kreatif merupakan nilai dalam berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil dari sesuatu yang dimiliki. Nilai kreatif di SMA N I Boyolali dapat ditunjukkan dengan adanya beberapa kejuaraan baik yang bersifat science maupun sosial melalui berbagai perlombaan. Mandiri merupakan nilai pendidikan karakter yang dapat ditunjukkan dengan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung terhadap orang lain dalam melaksanakan tugas- tugas. Mandiri dapat diwujudkan di SMA N I Boyolali melalui berbagai tugas mandiri dari semua mata pelajaran maupun kegiatan ko korikuler, ekstrakurikuler yang sifatnya individu yang dapat dilaksanakan oleh para peserta didik. Demokratis merupakan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam mata pelajaran PPKn yang merupakan cara yang dimiliki peserta didik di SMA N I Boyolali dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dengan memposisikan antara hak dan kewajiban yang sama dengan orang lain. Semangat kebangsaan dapat diajarkan dalam mata pelajaran PPKn melalui wawasan yang menempatkan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Kegiatan ini dapat diwujudkan melalui kemah berkarakter yang dilakukan oleh peserta didik di SMA commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
N I Boyolali dalam setiap tahun. Kegiatan penyelenggaraan ini dilakukan dengan melibatkan kemah lintas jenjang pendidikan antar SD, SMP, SMA dan umum. Cinta tanah air diajarkan dalam mata pelajaran PPKn melalui cara berpikir, bersikap, berbuat dengan kesetiaan terhadap bangsa dan negara. Nilai cinta tanah air di wujudkan di SMA N I Boyolali melalui kegiatan seminar nasionalisme yang diadakan sekolah bekerja sama dengan lembaga pendidikan setempat seperti Primagama, Neutron dan Ganesha Operation secara bergantian dalam setiap tahun. Menghargai prestasi dilakukan untuk menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/ komunikatif ditanamkan untuk menciptakan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya. Peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab merupakan keempat komponen yang keberadaannya merupakan sebuah tindakan atau cara untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, mau membantu sesama yang membutuhkan dan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya, didukung dengan upaya Pemerintah Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus dalam Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yaitu sebuah pemerataan pendidikan bagi semua eduacation for all tanpa adanya diskriminasi maka SMA N I Boyolali diberikan kepercayaan untuk mendidik putra/ putri dari Papua dan Papua Timur. Tahun 2014 ini di SMA N I Boyolali mendapatkan jatah 4 orang untuk mengikuti pendidikan selama 2 tahun terakhir ini. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendidikan karakter yang mengandung delapanbelas nilai karakter merupakan nilai- nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Pewarganegaraan (PPKn). Nilai nilai karakter merupakan nilainilai pembiasaan dalam kehidupan sehari- hari baik saat pembelajaran di dalam kelas maupun kehidupan diluar kelas. Pendidikan karakter dan mata pelajaran PPKn merupakan pembelajaran yang saling mendukung dan tidak terpisahkan sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral yang merupakan ciri khusus pembelajaran PPKn.
3. Kurikulum 2013
a. Latar Belakang Kurikulum 2013 Mendikbud (2013) menegaskan bahwa kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan berbasis karakter terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi kita berharap menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value) dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain didunia. Implementasi kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2012: 9) bahwa: “menuntut kerjasama yang optimal di antara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut kerjasama yang kompak di antara para anggota tim (team work)”. Implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas dan bertahap mulai tahun pelajaran 2013/ 2014 pada jenjang pendidikan commit dasar dan menengah mulai di kelas I dan to IVuser untuk SD, kelas VII SMP, dan kelas
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X SMA. Semula kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada 30% SD, dan 100% untuk SMP, SMA, dan SMK, sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah menggunakan dan mengembangkan kurikulum baru, baik negeri maupun swasta. Tahun 2013 dilakukan pilot projek pada beberapa sekolah unggulan yang dipandang siap mengimplementasikan kurikulum 2013 seperti di sekolah unggulan atau favorit yang dulu dikenal dengan sebutan RSBI. Keberhasilan kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari- hari yang tampak dalam setiap aktifitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tsb diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan, dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen. The success of the character education curriculum” (James Broad, 2006: 121). Keberhasilan dalam kurikulum adalah upaya kemandirian dari para siswa dan pelajar dalam menciptakan belajar mandiri. Kurikulum 2013 hendaknya menciptakan pembelajaran proses mengarah pada keterampilan vokasional dan praktek, pembelajaran saintifik yang menekankan sumber belajar diluar kelas. Sumber belajar selain teeks book dan guru sehingga anak diajarkan sesuatu dari yang kongkrit ke yang abstrak. Istilah yang terkait dapat mengacu pada satu sisi, kecenderungan mendorong mode lebih independen studi pada bagian dari pelajar (learner otonomi) dan di sisi lain, penyediaan bahan dan sumber daya yang bertujuan untuk memfasilitasi kemerdekaan ini sebagai (pusat akses diri). commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Dibalik Kurikulum 2013 Mulyasa (2012: 11) menegaskan tentang “keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dapat dijabarkan sembilan proses indikator”. Indikator yang sesuai dengan penelitian ini diantaranya adalah: adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan mandiri; Adanya peningkatan mutu pembelajaran; Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar; Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat; Adanya peningkatan tanggungjawab sekolah; Tumbuhnya sikap keterampilan, dan pengetahuan secara utuh di kalangan peserta didik; Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM); Terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning); Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continous quality improvement). Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik yang diharapkan, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek baik dalam real curriculum maupun hidden curriculum. Untuk mengefektifkan program pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi dalam kurikulum 2013 diperlukan koordinasi, komunikasi dan jalinan kerja sama antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pengawasan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Visi dan misi pendidikan nasional terbagi menjadi dua yaitu visi makro dan mikro. Visi makro pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru. Visi mikro pendidikan nasional adalah terwujudnya individu manusia baru yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, saling pengertian dan berwawasan global. Misi pendidikan nasional menjangkau rentang jangka pendek, menengah, dan panjang sebagai berikut. Misi makro pendidikan nasional jangka panjang adalah menuju masyarakat madani. Misi makro pendidikan nasional jangka menengah adalah pemberdayaan organisasi maupun proses pendidikan. Misi makro pendidikan nasional jangka pendek adalah mengatasi krisis nasional. Misi mikro pendidikan jangka panjang adalah mempersiapkan individu masyarakat Indonesia menuju masyarakat madani. Misi mikro pendidikan nasional jangka menengah adalah pemberdayaan individu peserta didik maupun institusi. Misi mikro pendidikan nasional jangka pendek adalah menghasilkan manusia Indonesia yang mampu mengatasi krisis.
c. Kunci Sukses Kurikulum 2013 Keberhasilan kurikulum 2013 tergantung dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inofatif dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradapan yang bermartabat kaitannya dengan hal berikut: 1) Kepemimpinan Kepala Sekolah Mulyasa (2009: 45) berpendapat bahwa: “kepala sekolah yang mandiri, commit to user demokratis, dan profesional harus berusaha menanamkan, memajukan dan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yakni pembinaan mental berupa: moral, fisik, dan artistik”. 2) Kreatifitas Guru Mulyasa (2012: 41) menegaskan bahwa “upaya pemerintah dalam mewujudkan pendidikan dalam pembelajaran semua mata pelajaran khususnya PPKn haruslah menekankan kretaifitas guru didalam kelas maupun diluar kelas sebagai sumber belajar”. Guru sebagai fasilitator yang dapat menciptakan kreatifitas
dan
memiliki
tujuh
sikap”.
Sikap
guru
tidak
berlebihan
mempertahankan pendapat dan keyakinan; Dapat lebih mendengarkan peserta didik tentang aspirasi dan perasaan; Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, kreatif; Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap bahan pembelajaran; Feedback yang positif atau negatif sebagai konstruktif siswa; Toleransi terhadap kesalahan peserta didik selama proses pembelajaran; dan Menghargai prestasi peserta didik meskipun tau prestasinya. 3) Aktifitas Peserta didik Reisman and Payne (2007: 239) mengemukakan “adanya sembilan strategi dalam mendisiplinkan peserta didik”. Beberapa aktifitas peserta didik yang sesuai dengan penelitian ini diantaranya: Konsep diri; Keterampilan berkomunikasi; Konsekuensi alami dan logis; Klarifikasi nilai; Analisis transaksional; Terapi realitas; Disiplin yang terintegrasi; Modifikasi perilaku; dan Tantangan bagi disiplin.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Sosialisasi Kurikulum 2013 Mulyasa
(2012:
47)
menegaskan
bahwa:
“pemerintah
harus
mengembangkan grand design yang jelas dan menyeluruh, agar konsep kurikulum yang diimplementasikan dapat dipahami oleh para pelaksana secara utuh dan menyeluruh didalam praktisi pendidikan”. 5) Fasilitas dan Sumber Belajar Mulyasa (2012: 49) menegaskan “fasilitas dan sumber belajar didalam menyukseskan imlementasi kurikulum 2013 memiliki enam kegunaan”. Fasilitas dan sumber belajar yang sesuai dengan penelitian ini adalah: pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran; pemandu teknis dengan langkah
operasional
untuk
membentuk
kompetensi
secara
tuntas;
mengembangkan ilustasi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran; memberikan petunjuk yang akan dikembangkan dalam KD; menginformasikan penemuan baru yang diperoleh seseorang terhadap mata pelajaran tertentu; menunjukkan permasalahan yang logis dalam pengembangan KD yang menuntut pemecahan dari peserta didik yang sedang belajar. 6) Lingkungan akademik yang kondusif Mulyasa (2012: 53) menegaskan bahwa “tatanan warna secara langsung yang mempengaruhi suasana jiwa, warna cerah cenderung menyiratkan keceriaan dan suasana yang optimistik, sedangkan penggunaan warna suram memberikan pengaruh yang sebaliknya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
7) Partisipasi warga sekolah Mulyasa (2012: 55) berpendapat bahwa: “dua strategi yang merupakan wujud partisipasi warga sekolah yaitu strategi umum dan khusus”. Strategi umum berkaitan dengan educational planning based on manpower recruitement. Dan strategi khusus berkaitan dengan peningkatan manajemen tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tsb berkaitan dengan kesejahteraan, prajabatan dan calon tenaga kerja, rekrutmen dan penempatan, pembinaan dan pengembangan karier tenaga kependidikan.
d. Pengembangan Kurikulum 2013 1) Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 Mulyasa (2012: 59) menegaskan tentang “perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 didorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik dalam kancah internasional”. Hasil survey “ Trends in International Math and Science” tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute menegaskan perubahan dan pengembangan kurikulum dimulai dari penataan terhadap delapan elemen standar nasional yaitu: SKL, SI, Standar Proses, dan Standar Pendidik dan tenaga kependidikan, Standar saranan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, Standar penilaian pendidikan dengan penataan terhadap empat mata pelajaran yaitu: Agama, PPKn, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Perubahan dan pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena ditemukan adanya kesenjangan didalam KTSP 2006 sbb (diadaptasi dari materi sosialisasi Kurikulm 2013). Beberapa perubahan dan pengembangan commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kurikulum pada kondisi saat ini dengan konsep ideal lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan kondisi diatas dilakukan beberapa penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum 2013 dimana pelaksanaan kurikulum 2004 menuju kurikulum 2006 KTSP dan pelaksanaan kurikulum 2013. Apabila kurikulum 2004 dan KTSP 2006 pelaksanaan SKL diturunkan dari SI. Pelaksanaan dalam kurikulum 2013 SKL diturunkan sesuai dengan kebutuhan dimana SKL akan dijabarkan menjadi SI melalui KI yang diintegrasikan bebas terhadap mata pelajaran yang akan dikehendaki untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3: Penyempurnaan Kurikulum 2013. 2) Landasan Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, dan konseptual. Landasan Filosofis berupa Pancasila dan pendidikan berbasis nilainilai luhur dan akademik sesuai kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Landasan Yuridis berupa: RPJMM 2010- 2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum; PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; INPRES No 1 Tahun 2010 tentang penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai budaya dan karakter bangsa. Landasan Konseptual berupa: Relevansi pendidikan (link and match); Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter; Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning); Pembelajaran aktif (student aktif learning); Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013 Sesuai dengan penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum menjelaskan bahwa “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undangundang meliputi dua pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,...”. Penjelasan pada Pasal 35 bahwa: “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati”, maka perlu diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan “melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara integrated” a) Kurikulum 2013 Berbasis Kompetensi Mulyasa (2012: 66) menegaskan bahwa: “kurikulum 2013 mengandung lima aspek dan ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi”. Beberapa konsep kompetensi dalam kurikulum 2013 dapat diuraikan sbb: Pengetahuan (knowledge) dimana kesadaran bidang kognitif dalam melakukan pembelajaran; Pemahaman (understanding) kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu; Kemampuan (skill) sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya; Nilai (value) yang merupakan standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis menyatu dalam diri seseorang; Sikap (attitude) yang merupakan reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar (senang/ tidak senang).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
b) Tingkat Pengembangan Kurikulum Mulyasa (2012: 77) menegaskan bahwa: “dalam rangka pengembangan kurikulum 2013 tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 dengan elemen perubahan”. Perubahan tsb bertujuan untuk mengembangkan elemen penting dalam pembelajaran dalam segala tingkat pendidikan baik dari jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK yang diawali dengan kompetensi lulusan, standar isi dalam mata pelajaran, struktur kurikulum mata pelajaran dan alokasi waktunya, proses pembelajaran, penilaian, dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler untuk lebih jelasnya dari penjabaran ini akan diperjelas melalui Elemen perubahan Kurikulum pada lampiran 4. c) Prinsip pengembangan kurikulum Mulyasa (2012: 81) “terdapat tigabelas prinsip pengembangan kurikulum akan tetapi hanya sepuluh prinsip yang sesuai dengan penelitian ini diantaranya: Mengacu pada standar nasional pendidikan; Dikembangkan dengan prinsip verifikasi sesuai satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik; SKL dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional; SI dijabarkan dari SKL; Standar proses dijabarkan dari SI; Standar penilaian dijabarkan dari SKL, SI, dan Standar Proses; SKL dijabarkan ke dalam KI; KI dijabarkan ke dalam KD yang dikontekstualisasikan dalam suatu mapel; Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk; Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Dari beberapa pengembangan kompetensi diatas maka setidaknya ada lima karakteristik kurikulum berbasis kompetensi yang dapat kita kembangkan commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu: mendayagunakan keseluruhan sumber belajar; pengalaman lapangan; strategi belajar individual personal; kemudahan belajar; belajar tuntas. Kreativitas guru dalam pembelajaran kurikulum 2013 harus disesuaikan dengan konteks peserta
didik
bervariasi
dengan
menekankan
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan yang disesuaikan dengan kompetensi lulusan melalui pemahaman kompetensi, pemahaman materi pembelajaran, pemahaman proses pembelajaran, dan pemahaman terhadap penilaian yang akan dilakukan terhadap peserta didik.
e. Implementasi Kurikulum 2013 1) Struktur Kurikulum 2013 Menurut Mulyasa (2012: 85) Implementasi kurikulum 2013 sebetulnya bukan kurukulum yang semata- mata baru melainkan penyempurnaan dari berbagai kurikulum yang telah dipakai sebelumnya. Beberapa kurikulum tersebut diantaranya adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Kedua kurikulum yang digunakan sebelum kurikulum 2013 sama sama memiliki standar kompetensi lulusan yang keberadaanya dapat diturunkan dalam standar isi. Sedangkan kurikulum 2013 menggunakan standar kompetensi lulusan yang akan diturunkan sesuai dengan kebutuhan. Beberapa uraian yang dapat memperjelas tentang struktur kurikulum 2013 dapat dilihat di daftar Lampiran 5, 6, dan 7 untuk kurikulum SD, lampiran 8, dan 9 untuk kurikulum SMP, terdapat dalam Lampiran 10, 11, dan 12 untuk kurikulum SMA/ SMK. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Struktur kurikulum SD Pelaksanaan kurikulum KBK dan kurikulum KTSP 2006 berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari standar Isi. Sedangkan pelaksaanaan kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan berdasarkan dengan kebutuhan sesuai dengan komponen rancangan kurikulum di SD beserta dengan penataan kurikulum yang akan digunakan dalam kurikulum 2013 untuk siswa SD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Lampiran 5, 6, dan 7. b)Struktur Kurikulum SMP Beberapa komponen rancangan pelaksanaan kurikulum 2013 untuk SMP ditekankan dalam bentuk yang sama dengan SD, akan tetapi penyusunannya berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Lampiran 8 dan 9. c) Struktur Kurikulum SMA/ SMK Pelaksanaan kurikulum 2013 bagi SMA dan SMK diawali dari beberapa isu terkait rancangan struktur kurikulum SMA/ SMK yang diperjelas dengan struktur kurikulum 2013; Penataan Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah; dan usulan usulan struktur kurikulum untuk SMA/ SMK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Lampiran 10, 11, dan 12. 2) Penataan Penilaian Mulyasa (2012: 135) menegaskan bahwa “Point penting dalam penilaian yaitu penilaian harus disesuaikan dengan standar isi, standar kompetensi lulusan dan
standar
proses”.
Ketiganya bermuara dalam commit to user
pembelajaran.
Disini
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
pembelajaran memiliki 3 fungsi manajerial yaitu 1) perencanaan, 2) implementasi atau pelaksanaan dan 3) penilaian atau evaluasi. Penilaian ditujukan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan. Selain itu perlu juga dilakukan pembandingan antara kinerja aktual dengan kinerja standar. Jadi, penilaian harus dilakukan terus menerus untuk mengetahui dan memantau perubahan serta kemajuan yang dicapai peserta didik. 3) Penilaian Kurikulum Menurut Mulyasa (2012: 137) Penilaian kurikulum harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Penilaian penetahuan dapat dilakukan melalui a) Ujian tulis; b) Ujian lisan; dan c) daftar isian pertanyaan. Aspek keterampilan dapat dilakukan dengan a) ujian praktek; b) analisis keterampilan; c) analisis tugas; dan d) Penilaian oleh peserta didik. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan a) daftar isian sikap diri sendiri; dan b) daftar isian sikap sesuai KD. Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka perlu menilai rancangan kurikulum dan menilai pengembangan kurikulum di kelas. 4) Penilaian Proses Pembelajaran Menurut Mulyasa (2012: 143) “Penilaian proses dalam pembelajaran dapat dilakukan dari segi proses dan hasil”. Penilaian proses dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi) dan refleksi. Hasil proses dikatakan berhasil jika 80% siswa aktif dalam pembelajaran. Sedangkan hasil dari proses dikatakan berhasil jika 80% dari siswa mengalami perubahan perilaku. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Penilaian Unjuk Kerja Menurut Mulyasa (2012: 144) “Penilaian unjuk kerja di kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pengamatan dan penilaian kepada peserta didik bagaimana mereka dapat bergaul dan bagaimana mereka menerapkan pembelajaran di kelas dan dalam kehidupan sehari-hari”. Beberapa kinerja yang dapat dinilai berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan, keterampilan penggunaan alat, kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar, dan simbol sehingga bisa menyimpulkan data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1: Lembar Penilaian Unjuk Kerja No
Kinerja yang dinilai
1
Kualitas penyelesaian pekerjaan
2
Keterampilan menggunakan alat
3
Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja Kemampuan mengambil keputusan
4 5
Kemampuan menggunakan dan symbol Simpulan
Tanggapan guru
Tanggapan Simpulan orang tua
membaca, diagram, gambar,
Rambu-rambu diatas hanya sebagai contoh dan guru dapat mengubahnya sesuai situasi dan kondisi masing-masing. Titik tekan disini yaitu pelibatan orangtua, bukan sekedar guru. 6) Penilaian Karakter Menurut Mulyasa (2012: 146) “Penilaian karakter dimaksudkan agar guru dapat mengetahui dan mendeteksi commitkarakter to user yang terbentuk”. Berikut contoh
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
form penilaian karakter. Selain penilaian unjuk kerja dapat juga penilaian karakter dapat dilakukan dengan mendeteksi karakter yang terbentuk melalui KI, KD, jenis karakter, jenis penilaian, aspek yang dinilai, contoh soal, dan keterangan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2: Lembar Penilaian Pendeteksi Karakter Kompetensi Kompetensi Inti Dasar
Jenis Karakter
Jenis Aspek Contoh Keterangan penilaian yang soal dinilai
Selain menggunakan form diatas dapat juga menggunakan contoh format dalam penilaian karakter sesuai dengan jenis karakter yang ingin ditegaskan dengan beberapa indikator perilaku yang akan diharapkan data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3: Lembar Penilaian Karakter Jenis karakter Bertanggungjawab
Indikator perilaku a. Melaksanakan kewajiban b. Melaksanakan tugas sesuai kemampuan c. Menaati tatatertib sekolah d. Menjaga kebersihan lingkungan
dengan
7) Penilaian Portofolio Menurut Mulyasa (2012: 148) “Portofolio adalah kumpulan tugas- tugas yang dikerjakan oleh peserta didik”. Penilaian portofolio dalam kurikulum 2013 harus dilakukan secara utuh dan berkesinambungan serta mencakup semua kompetensi yang dikembangkan. Penilaian portofolio dapat dilakukan terhadap salah satu mata pelajaran dengan menekankan pada kompetensi dasar tentang commit to user salah satu aspek sikap dalam kehidupan dengan beberapa definisi untuk membuat
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa indikator dengan ketentuan batas capaian siswa yang selebihnya melibatkan orang tua untuk memberikan komentar, kritik dan sarana terhadap kemajuan putra- putrinya selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4: Lembar Penilaian Portofolio Kompetensi Dasar Penanamaan sikap nasionalisme dalam Nama : kehidupan sehari- hari dalam lingkungan Tanggal : masyarakat, berbangsa dan bernegara Penilaian
Keterangan
Jelek Cukup Baik Sangat Baik
1. Mendefinisikan makna nasionalisme Teori 2. Penerapan sikap nasionalisme dalam Sikap dan keterampilan kehidupan kita. 3. Bentuk nyata nasionalisme di sekolah Dicapai melalui : Komentar Guru : 1. Bantuan guru 2. Seluruh kelas 3. Kelompok besar 4. Kelompok kecil 5. Diri sendiri (V) Komentar Orang Tua : Tanggapan siswa :
8) Penilaian Ketuntasan Belajar Menurut Mulyasa (2012: 151) “Penilaian ketuntasan belajar ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan mempertimbangkan 3 komponen terkait yaitu a) kompleksitas materi dan kompetensi yang harus dikuasai; b) Daya dukung; dan c) kemampuan awal peserta didik". Penetapan KKM untuk setiap sekolah dan setiap mata pelajaran bisa berbeda-beda. Ini disesuaikan dengan karakteristik dan hasil analisis yang ada. commit to user 9) UN dalam Implementasi Kurikulum 2013
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kurikulum 2013 UN tetap akan menjadi bagian dalam implementasi dan penilaian kurikulum 2013. Ini didasarkan pada alasan bahwa UN dijadikan sebagai penjamin mutu atau kualitas dan sistem control pendidikan di Indonesia. Sebagaimana dalam PP No. 32 Tahun 2013 bahwa ada pengecualian untuk SD/MI/ sederajat yang tidak ada UN.
f. Inovasi Kurikulum 2013 1) Keunggulan Kurikulum 2013 “ada tiga keunggulan kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2012: 163) bahwa “salah satu inovasi yang digunakan dalam kurikulum 2013 diantaranya menggunakan pendekatan alamiah (kontekstual); berbasis karakter dan kompetensi yang memungkinkan membuka kompetensi lain; Ada bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang berbasis kompetensi”. 2) Asumsi kurikulum 2013 Mulyasa (2012: 164) menegaskan bahwa “kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi mengandung tujuh asumsi yang keberadaannya berkaitan dengan penelitian ini”. Asumsi kurikulum tsb antara lain yaitu: Sedikit guru professional di sekolah-sekolah, maka perlu ada peningkatan kualitas guru; Banyak sekolah yang hanya mengoleksi mata pelajaran dan pengalaman; Peserta didik bukanlah tabung kosong, namun individu yang memiliki potensi; Peserta didik memiliki potensi yang bervariasi; Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi yang di memiliki; Kurikulum harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara
sistematis;
Kurikulum
diharapkan mampu memberikan commit to user kemungkinan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya.
banyak
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa keunggulan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sesuai dengan asumsi kurikulum berdasarkan beban belajar tiap minggu yang berbeda sesuai jenjang dan tingkat kelasnya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5: Tabel Asumsi dari Beban Belajar Jenjang
Beban belajar tiap minggu
SD/MI Kls I
30 Jam Belajar (1 Jam 35 Menit)
SD/MI Kls II
32 Jam Belajar (1 Jam 35 Menit)
SD/MI Kls III
34 Jam Belajar (1 Jam 35 Menit)
SD/MI Kls, IV, V, VI
36 Jam Belajar (1 Jam 35 Menit)
SMP/MTS Kls VII, VIII, IX
38 Jam Belajar (1 Jam 40 Menit)
SMA/MA Kls X
42 Jam Belajar (1 Jam 45 Menit)
SMA/MA Kls XI, XII
44 Jam Belajar (1 Jam 45 Menit)
3) Perbandingan KTSP 2006 dengan kurikulum 2013 Berbagai pelaksanaan kurikulum antara kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dengan kurikulum 2013 memiliki tata kelola yang berbeda. Dalam hal ini bisa digambarkan dalam tabel perbandingan tata kelola KTSP 2006 dengan kurikulum 2013 yang akan diperjelas dalam Lampiran 13. Kurikulum 2013 bukanlah semata- mata kurikulum baru sehingga keberadaannya dalam dunia pendidikan merupakan pengembangan dari beberapa kurikulum yang telah dilaksanakan adapun perbandingannya dapat dilihat dalam segala proses, peran yang terlibat, pada pelaksanaan KTSP 2006 dengan kurikulum 2013 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. 4) Perbedaan esensial KTSP dengan Kurikulum 2013 Beberapa poin diatas yang menjelaskan tentang keunggulan kurikulum 2013, asumsi jam belajar dalam kurikulum 2013, perbandingan tata kelola commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
pelaksanaan kurikulum 2013 maka kita dapat menemukan adanya perbedaan secara essensial antara kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dengan kurikulum 2013 dapat dijelaskan dalam Lampiran 15.
g. Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 Sisdiknas 2003 Pasal 3 UU No 20 menegaskan bahwa “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab” Penjelasan UU diatas mengandung makna bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi sikap terbagi menjadi dua yaitu sikap spiritual berupa beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sikap sosial berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis dan tanggungjawab; Pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu; dan keterampilan yang cakap dan kreatif. Konteks berupa kesiapan peserta didik secara intelektual, fisik, dan mental dalam menciptakan kompetensi lulusan berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang akan diterapkan dalam sebuah pembelajaran dengan menekankan pemahaman kompetensi berupa capaian pembelajaran; pemahaman materi inti pembelajaran; pemahaman proses pembelajaran; dan pemahaman penilaian dalam pembelajaran PPKn yang akan diterapkan di SMA N I Boyolali Sosialisasi Kurikulum 2013 menegaskan adanya perubahan pembelajaran yang akan diterapkan dalam mata pelajaran PPKn diantaranya berupa penyajian materi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa; commit to user Materi disajikan berdasarkan kebutuhan menjadi warga negara yang
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
bertanggungjawab taat norma, asas, dan aturan; adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk melakukan tindakan sebagai warga negara yang baik; Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan tetapi berupa sikap yang harus ditunjukkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari- hari. Standar Kelulusan merupakan program sekolah dalam menentukan jenjang akhir dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan sebuah ujian sekolah atau ujian akhir nasional. Sedangkan SKL dijabarkan dalam kompetensi inti yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik dalam rangka kenaikan kelas. Kompetensi dasar yang merupakan penjabaran muatan pelajaran dalam tiap mata pelajaran, indikator untuk mencapai KD dalam menentukan penilaian. Kurikulum 2013 menurut UU Kompetensi lulusan mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Kurikulum 2013 dalam pembelajaran PPKn sama dengan yang diterapkan dalam pembelajaran lainnya. Kurikulum 2013 sebagai praksis kontekstual dalam pembalajaran PPKn yang menekankan adanya proses kegiatan pembelajaran baik yang berlangsung di kelas maupun sumber belajar lain. Sasaran pembelajaran yang berkaitan dengan konteks, perencanaan materi yang sesuai dengan yang telah ditetapkan, hasil berupa produk yang merupakan evaluasi akhir dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 seringkali dikatakan kurikulum yang menekankan adanya keterampilan. Keterampilan secara abstrak dan kongkrit yang kita kenal dengan 5m. Kegiatan 5m itu antara lain mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kreativitas guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 terlihat pada pemahaman tentang kurikulum 2013 itu sendiri. Buku siswa dan commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buku guru serta pedoman implementasi berupa empat pemahaman secara utuh merupakan sasaran konteks dalam pembelajaran PPKn. Pemahaman kurikulum 2013 dalam pembelajaran PPKn dapat dijabarkan sbb: 1) Pemahaman Kompetensi (capaian pembelajaran) Pembelajaran dalam kurikulum 2013 terbagi menjadi beberapa SKL yang tertuang kedalam KI dan KD digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan RPP setiap mata pelajaran. Mata pelajaran PPKn kelas XI mengandung materi pokok tentang kasus- kasus pelanggaran HAM. Capaian pembelajaran untuk mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA N I Boyolali yang tertuang dalam KI (3) diupayakan dengan cara memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi
inti
merupakan gambaran kompetensi
utama
yang
dikelompokkan kedalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektof, kognitif, dan psykomotor) yang harus dipelajari peserta didik melalui pembelajaran disetiap jenjang sekolah. Kompetensi dasar yang diharapkan pada capaian pembelajaran PPKn kelas XI tertuang dalam KD (3.1) berupa menganalisis kasus- kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan dan pemajuan
HAM
sesuai
dengan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. KI dan KD yang telah ditetapkan dalam commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mata pelajaran PPKn diharapkan dapat menghasilkan indikator sesuai dengan capaian pembelajaran. Capaian pembelajaran PPKn dengan materi pokok kasus- kasus pelanggaran HAM kelas X semester I diperoleh indikator pencapaian kompetensi sbb: mendeskripsikan pengertian HAM, mengkalisifikasikan macam- macam HAM dan instrument HAM Nasional, mendeskripsikan prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia, dan berbagai kasus pelanggaran HAM di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Indikator pencapaian kompetensi ditetapkan dengan tujuan agar setelah siswa mempelajari berbagai kasus- kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dapat mendeskripsikan
pengertian
HAM
dengan
benar;
Peserta
didik
dapat
mengkalisfikasikan macam- macam HAM; dan instrument HAM Nasional dengan tepat; Peserta didik dapat mendeskripsikan prinsip- prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia dengan tepat; dan Peserta didik dapat mendeskripsikan berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sesuai kehidupan sehari- hari dengan tepat. 2) Pemahaman Materi Pembelajaran Abdulah Alkaf (2014: 14) dalam sosialisasi kurikulum 2013 memaparkan bahwa: “pemahaman materi pembelajaran disesuaikan dengan konsep berupa konteks peserta didik yang bervariasi sesuai dengan kesiapannya intelektual, fisik dan mental dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual”. Pemahaman materi pembelajaran dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn menakankan adanya penyajian materi tidak berdasarkan pada pengelompokkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa. Materi pembelajaran yang disajikan dalam kurikulum 2013 disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik dalam rangka mewujudkan warga Negara yang bertanggungjawab (taat norma, asas dan aturan) sesuai dengan KI dan KD dalam RPP yang telah dibuat. Penekanan kompetensi dari setiap materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik dalam mata pelajaran PPKn berupa aplikasi nyata dalam kehidupan sebagai warga Negara yang baik sehingga Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan dan mata pelajaran saja akan tetapi merupakan sebuah keterampilan yang harus dimiliki dan dapat ditunjukkan oleh peserta didik melalui tindakan nyata dan sikap keseharian. Materi pokok dalam mata pelajaran PPKn kelas XI pada kurikulum 2013 berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM pada pertemuan pertama dibagi menjadi dua yaitu kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai media cetak dan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar. Kasus pelanggaran HAM yang berasal dari media cetak meliputi pengertian HAM, macam- macam HAM, instrument HAM Nasional, dan prinsip- prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar meliputi ruang lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penguatan materi PPKn pada kurikulum 2013 dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
didik dan mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, menambah materi yang dianggap penting harus dilakukan. Perlu adanya evaluasi tingkat kedalaman materi PPKn sesuai dengan tuntutan kebutuhan peserta didik dan menyusun RPP sesuai dengan KI dan KD yang telah ditetapkan dalam SKL. 3) Pemahaman Proses Pembelajaran Proses pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 menekankan adanya pendekatan saintifik dan kontekstual. Pembelajaran PPKn yang diterapkan di SMA N I Boyolali menekankan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah problem based learning PBL. Kemampuan peserta didik dalam sebuah pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan 5M yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan pembelajaran dalam setiap kali pertemuan. Sri Haryati (2014: 2) memaparkan bahwa “strategi pembelajaran PKn dilakukan sesuai tujuan pembelajaran yang menekankan tiga model pembelajaran yaitu model contecstual teaching learning CTL, problem based learning PBK dan model VCT ”. Berkaitan dengan pendapat tersebut maka pembelajaran PPKn yang diterapkan di SMA N I Boyolali menekankan model pembelajaran problem based learning PBK. Langkah- langkah dalam pembelajaran meliputi upaya guru dalam menjelaskan tujuan pembelajaran; Menjelaskan logistic kebutuhan; Memotivasi siswa dalam pemecahan masalah, mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berkaitan dengan masalah; Mendorong mengumpulkan informasi melalui eksperimen dalam mendapatkan penjelasan akan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Guru harus membantu commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peserta didik dalam mempersiapkan sebuah karya, refleksi, dan evaluasi terhadap proses penyelidikan yang dilakukan. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran PPKn yaitu ceramah bervariasi, penugasan, tanya jawab, dan diskusi. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan merupakan konten yang bersifat mastery sedangkan keterampilan kognitif dan psikomotor adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih dan diajarkan secara langsung direct teaching. Sikap adalah konten developmental yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan tidak langsung indirect teaching. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar keaktifan peserta didik melalui kegiatan 5M. Kegiatan mengamati meliputi: (melihat, membaca, mendengar, menyimak); Menanya meliputi: secara lisan dan tertulis; Mengeksplorasi meliputi: (penelitian berbagai kasus HAM dalam
pembelajaran
PPKn;
Mengasosiasi
meliputi:
(menghubungkan,
menentukan keterkaitan, membangun cerita atau konsep); Mengkomunikasikan meliputi: (tertulis, lisan, gambar, grafik, tabel, dll). Guru mempunyai rencana pelaksanaan pembelajaran dalam setiap mata pelajaran yang tertuang didalam RPP. Pembuatan RPP pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 sebaiknya tidak diklasifikasikan sendiri- sendiri melainkan disusun berdasarkan satu kesatuan yang utuh sesuai dengan urut- urutan penyusunan RPP dilengkapi langkah- langkah pembelajaran yang menekankan 5M disetiap pertemuan. 4) Pemahaman Penilaian Pembelajaran Abdulah Alkaf (2014: 13) berpendapat bahwa: “sistem penilaian pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilakukan oleh 4 (empat) pihak yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
penilaian guru, penilaian sekolah, penilaian siswa dan penilaian pemerintah”. Penilaian yang dilakukan oleh guru berupa: penilaian otentik yang dilakukan dalam waktu secara terus- menerus; Penilaian Projek setiap waktu: akhir bab dalam penyampaian materi pokok pembelajaran yang telah diajarkan; Ulangan yang dilakukan sesuai rencana yang telah ditetapkan; UTS/ UAS yang dilakukan pada saat semesteran. Penilaian yang dilakukan oleh sekolah berupa Ujian Tingkat Kompetensi (yang bukan UN) dilakukan setiap tingkat kompetensi; Ujian Sekolah dilakukan setiap akhir jenjang sekolah. Penilaian yang dilakukan oleh siswa berupa penilaian diri yang dilakukan sebelum ulangan. Penilaian yang dilakukan oleh pemerintah adalah Ujian Tingkat Kompetensi (UN) yang dilakukan setiap akhir jenjang sekolah; Ujian mutu Tingkat Kompetensi yang dilakukan setiap akhir tingkat kompetensi. Istiyati Catharina (2014: 14) menegaskan bahwa penilaian pembelajaran dalam kurikulum 2013 dapat berupa “nilai proses atau nilai harian diperoleh dari tes tertulis, tes lisan dan penugasan”. Skala nilai pengetahuan menggunakan skala nilai 0 sd 100. Nilai keterampilan menggunakan kuantitatif 1-4 dengan kelipatan 0.33 dengan 2 desimal dibelakang koma. Skala nilai sikap spiritual dan sosial dalam (KI1 dan KI2) menggunakan kualitatif dengan kode A artinya Sangat Baik nilai 4, kode B artinya Baik nilai 3, kode C artinya Cukup nilai 2 dan kode K artinya kurang nilai 1. Nilai akhir setiap mata pelajaran diperoleh dari 30% nilai harian, 30% nilai ulangan tengah semester dan 40% diperoleh dari nilai ujian akhir semester. Nilai pada laporan hasil belajar selalu dikomentari dari pendidik berdasarkan kompetensi yang diselenggarakan dalam satu semester. Laporan hasil commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
capaian komptensi peserta didik di SMA N I Boyolali dikenal dengan LCK atau Raport. B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Samani Muchlas (2011) yang berjudul “Kajian Moral
dan
Kewarganegaraan”
menyimpulkan
bahwa
pendidikan
kewarganegaraan sebagai pembentuk pendidikan karakter yang bersumber dari Pancasila, budaya, agama, dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui penanaman nilai Nasionalisme dan Patriotisme. Aplikasi nilai karakter yang dapat diterapkan disekolah dalam cinta budaya, toleransi, menempel gambar pahlawan, dan rasa cinta tanah air Indonesia. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pembelajaran pendidikan pancasila
dan
kewarganegaraan
yang
diterapkan
di
SMA
merupakan
pembelajaran moral yang menerapkan nilai budaya dan rasa cinta tanah air untuk menciptakan semangat nasionalisme dan patriotisme. Perbedaan terletak pada pembahasan nasionalisme dan patriotisme yang merupakan dasar dalam pembelajaran nilai moral di SMA sedangkan penelitian ini merupakan pengembangan nilai- nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari- hari yang diaplikasikan ke dalam mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. Penelitian yang dilakukan Novitasari Iriane Rowantina (2012) yang berjudul “Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan” menyimpulkan bahwa: Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan secara singkat adalah “memupuk kesadaran commit to user kewajiban asasi dalam usaha pembelaan Negara dengan perilaku cinta tanah air
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam usaha pertahanan keamanan Negara dengan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berpola pikir komprehensif intergral”. Visi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu memantabkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya dan memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan nilai- nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hanyat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab serta memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan penting didalam kurikulum pembelajaran. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan persamaan istilah dengan sebuah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn. Pergantian kurikulum akan mempengaruhi istilah/ nama sebuah mata kuliah atau mata pelajaran dalam sebuah institusi pendidikan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak bahwa pendidikan kewarganegaraan PKn sebagai pengantar mata kuliah sedangkan dalam penelitian ini mata pelajaran PPKn diterapkan dalam salah satu kurikulum pendidikan yang menitikberatkan pada pelaksanaan pendidikan karakter. Pergantian nama mata pelajaran merupakan wujud pelaksanaan kurikulum pembelajaran dalam sebuah institusi pendidikan di Indonesia. Penelitian dilakukan berkaitan dengan mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Penelitian yang dilakukan Furqon Hidayatullah (2010) dalam bukunya yang berjudul Guru Sejati dalam membangun Insan berkarakter kuat dan cerdas menyimpulkan bahwa “terdapat lima puluh kebiasaan kecil yang biasa kita lakukan dan dapat mengancurkan bangsa” diantaranya adalah: kebiasaan memperlakukan diri sendiri, memperlakukan lingkungan, kebiasaan merugikan ekonomi, kebiasaan dalam bersosial. Penanaman nilai karakter sangat penting dalam pembelajaran. Nilai karakter akan digunakan sebagai dasar penilaian terhadap kepribadian seseorang. Upaya yang dilakukan dalam membangun karakter seseorang dimulai dari seorang guru karena guru merupakan figur bagi peserta didiknya. Banyaknya nilai- nilai karakter yang kita tanamkan akan diaplikasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat diajarkan kepada peserta didik baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Persamaan dengan penelitian ini menegaskan beberapa sikap dalam pendidikan karakter yang dapat dicontohkan oleh seorang guru melalui aplikasi kegiatan sekolah. Guru sebagai teladan, figur yang paling berkesan bagi peserta didik mempunyai peranan besar dalam mewujudkan pendidikan karakter di sekolah. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada subjek penelitian. Penelitian relevan menegaskan pentingnya guru dalam memberikan contoh kebiasaan berkarakter dalam upaya mewujudkan pendidikan kuat dan cerdas, sedangkan penelitian ini menekankan pendidikan karakter yang diaplikasikan pada mata pelajaran PPKn yang kembangkan dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. Penelitian yang dilakukan Adisusilo (2012) yang berjudul “pembelajaran nilai- nilai karakter” menyimpulkan bahwa prinsip dalam pendidikan karakter commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
dapat dikembangkan nilai- nilai universal dan komprehensif. Cara yang digunakan untuk menciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian dapat dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan moral. Kurikulum akademik dapat dikembangkan melalui sifat- sifat positif dan motivasi peserta didik. Kegiatan sosial dalam pembelajaran bermoral dapat diaplikasikan melalui kegiatan dalam keluarga dan masyarakat sebagai mitra. Pendidikan karakter memerlukan evaluasi yang dilakukan oleh guru beserta staf pendidik sejauh peserta didik dapat memanifestasikan karakter dengan baik disekolah. Persamaan dengan penelitian ini berkaitan dengan unsur penunjang, tujuan yang akan dicapai, sasaran yang diharapkan dari peserta didik, faktor pendukung segala kegiatan yang mengandung nilai- nilai karakter dalam upaya menciptakan pendidikan karakter di sekolah. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan karakter dalam sebuah mata pelajaran PPKn di SMA yang berasal dari aplikasi kegiatan sehari- hari disekolah baik yang bersifat akademik, non akademik dan gerakan yang dapat menciptakan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali. Clark (2007: 106- 107) dalam Jurnalnya yang berjudul “Moral Education In Asia” tentang pendidikan moral di Asia yang memperhatikan 8 tema diantaranya adalah sbb: a) Keadilan sosial, b) Pendidikan Life; c) Teaching, d) Moral sebagai politik; e) Alasan dan emosi; f) konteks Moral pembelajaran didedikasikan untuk mendorong perolehan nilai, sikap; g) Profesionalisme; h) Pendidikan moral untuk saling ketergantungan sosial dan global. Persamaan dengan penelitian ini adanya moral sebagai salah satu Pendidikan hidup yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
diajarkan bagi siswa untuk mengetahui, menghargai, menghormati dan kehidupan cinta dalam rangka membangun hubungan yang harmonis dalam kehidupan dan diri yang mengarah ke identitas diri. Keadilan dan perawatan peran emosi dilakukan dalam mempersepsikan pembelajaran. Profesionalisme didedikasikan untuk mendorong perolehan nilai, sikap secara signifikan berdampak pada siswa dan guru. Pendidikan moral menciptakan adanya saling ketergantungan sosial dan global sebagai dasar membentuk pendidikan moral. Perbedaan penelitian terletak pada pengembangan nilai pendidikan moral dan pengembangan pola pendidikan karakter pada penelitian ini yang menekankan sebuah mata pelajaran yang dikembangkan dalam sebuah kurikulum pendidikan yang merupakan aplikasi dari kehidupan sehari- hari baik yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat. Pendidikan karakter yang tertuang dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. Keung Ma (2009: 293) dalam Jurnalnya berjudul Moral Development and Moral Education tentang “An integrated approach The moral education”. Konsep psykologi dalam pendidikan moral merupakan sebuah konsep dasar didalam perkembangan moral melalui pendekatan terpadu. Aspek afektif dan kognitif dalam perkembangan moral yang terintegrasi menciptakan suatu program pendidikan moral holistik untuk sekolah dasar, sekolah menengah dan mahasiswa. Empat domain dari pendidikan moral yang diusulkan yaitu: hubungan manusia dan altruism, perasaan moral dan kebutuhan psikologis, pertimbangan moral, dan kewarganegaraan. Selain itu ada sepuluh karakter moral yang utama sehingga kita commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perlu membantu anak untuk mengembangkan karakter moral tsb diantaranya adalah kemanusiaan, kecerdasan, keberanian, hati nurani, otonomi, hormat, tanggung jawab, kewajaran, loyalitas dan kerendahan hati. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pengembangan karakter moral pada anak yang diaplikasikan melalui berbagai kegiatan yang dilandasi dengan kemanusiaan, kecerdasan, keberanian, hati nurani, otonomi, hormat, tanggung jawab, kewajaran, loyalitas dan
kerendahan hati.
Perbedaan
perkembangan moral dan pendidikan moral merupakan pembelajaran terpadu yang tidak bisa dipisahkan, sedangkan dalam penelitian ini menegaskan bahwa pendidikan karakter yang terintegrasikan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn dalam kurikulum 2013 yang dapat dilaksanakan di SMA N I Boyolali. Taylor (2009: 121) dalam jurnalnya berjudul Marking Moral Education: Some Reflections and Issues tentang“Moral education in the perspective of a character adapted”. Pendidikan moral memiliki beberapa makna. Waktu yang tepat digunakan dalam pemetakan perjalanan pendidikan moral menitikberatkan pada konteks saat ini. Evaluasi dan kemajuan masalah yang dihadapi menimbulkan kekhawatiran dan kemungkinan menimbulkan isu- isu di masa yang akan datang. Keterlibatan dalam penilaian pendidikan moral disesuaikan dengan perspektif budaya timur dan barat yang menitikberatkan pada sosialitas yang mendasari kurang lebihnya moral dalam era global ini. Persamaan dengan penelitian ini diungkapkan berdasarkan tentang hasil penelitian pendidikan moral yang berkembang di era globalisasi, sama- sama commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menimbulkan kekhawatiran baik oleh tenaga pendidik ataupun pakar pendidikan bahkan moral dan karakter bisa meresahkan terhadap perkembangan kemajuan sebuah Negara dan dunia pendidikan. Perbedaan kasus yang diteliti merupakan bentuk kekhawatiran akan isu yang terjadi antara tingkat sosial Negara barat dan timur sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkaitan erat dengan pendidikan moral dalam mata pelajaran PPKn yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2013 yang sedang dilaksanakan pada saat ini.
C. Kerangka Berpikir
Program pendidikan karakter yang diimplementasikan oleh tiap- tiap lembaga pendidikan dengan berbagai cara, harapannya dapat menjadi bagian dari solusi dalam mengatasi lemahnya karakter bangsa khususnya output pendidikan dewasa ini. Hal ini merupakan upaya penyelamatan bangsa Indonesia dari sistem terpuruknya karakter bangsa. Pendidikan karakter hendaknya bisa membawa perubahan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mutu dari sumber daya manusia yang berakhlak mulia sesuai dengan visi dan misi dalam pelajaran PPKn di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran difasilitasi sarana prasarana mendapatkan tanggapan positif dari peserta didik merupakan modal awal dalam pelaksanaan pendidikan karakter disekolah. Nilainilai pendidikan karakter tertuang dalam Standar Kompetensi Lulusan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan attitude dan keterampilan yang diterapkan dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan mata pelajaran PPKn. Penelitian ini commit to user dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Visi dan Misi
Perencanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013
Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013
Hasil Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013
Gambar 3: Kerangka Berpikir Penelitian Pendidikan Karakter PPKn dalam Kurikulum 2013
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Negeri I Boyolali yang beralamat di Jalan Kates No. 8 Boyolali. Sejarahnya pada waktu tahun 1958 Bp. M. S. Handjojo membentuk panitia pendiri SMA N 1 Boyolali dengan salah satu anggotanya Bp. I. S. Siswosoebroto, Kepala SMP N 1 Boyolali pada waktu itu sampai akhirnya gagasan tersebut mendapat persetujuan dengan SK Nomor 26/S.K./B.III yang menyatakan bahwa di Boyolali dibuka SMA Negeri ABC terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1958 dan diresmikan pada tanggal 22 September 1958 dengan tiga kelas yaitu kelas A, B, C. Dalam usianya yang ke-53 tahun yang lalu, SMA N 1 Boyolali memasuki tahapan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, dan pemecahan rekor MURI “Lele Terbesar”. Pada tahun pelajaran 2011/ 2012 lalu RSMABI telah masuk tahun ketiga dan memasuki tahun 2013/ 2014 ini status RSMABI resmi dicabut oleh pemerintah. Berbagai fasilitas dimiliki SMAN 1 Boyolali untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Fasilitas tersebut antara lain: Kelas: X IPA dan IPS (sesuai kurikulum 2013), XI (IPA.1-IPA.7, dan IPS.1 - IPS.2) + Akselerasi, XII (IPA.1-IPA 7, dan IPS.1 - IPS.2) + Akselerasi. Pada awal tahun pelajaran 2014/ 2015 SMA N I Boyolali menerima peserta didik baru sekitar 360 yang terbagi menjadi 8 kelas IPA dengan istilah kelas MIA 1 kelas IPS dengan commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
istilah kelas IIS dan 1 kelas untuk kategori kelas percepatan (akselerasi). Keseluruhan jumlah kelas baik IPA, IPS, dan kelas akselerasi berjumlah 30 kelas dengan jumlah tenaga guru sebanyak 63 orang termasuk 2 orang diantaranya sebagai guru mata pelajaran PPKn dan 20 orang sebagai TU sehingga total keseluruhan tenaga pendidik dan kependidikan berjumlah 83 orang. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 16 (informan AW, CLHW-1). 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 5 bulan. Adapun jawal pelaksanaan kegiatan penelitian terlampir sebagai berikut: Tabel 6: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No
Jenis Kegiatan
Waktu Penelitian Tahun 2014 Mei
1
Penyusunan Proposal
2
Studi Pustaka
3
Pengumpulan Referensi
4
Penulisan Bab I – III
5
Pengumpulan Data
6
Analisis Data
7
Penulisan Bab IV – V
8
Penyusunan Tesis
9
Ujian Akhir
10
Publikasi Ilmiah commit to user
Juni
Juli
Agst
Sept
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematik fakta atau bidang tertentu, menetapkan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Berkaitan dengan penelitian ini, maka secara deskriptif memaparkan tentang Implementasi Pengembangan Pendidikan Karakter pada mata pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. 2. Strategi Penelitian Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal. Studi kasus merupakan cara penelitian terhadap masalah empiris dengan prosedur yang telah dispesifikasikan sebelumnya. Studi kasus memiliki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata dengan ketentuan batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dengan memanfaatkan multi sumber bukti. Studi kasus tunggal terarah pada karakteristik karena hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu subjek). commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian
ini
termasuk
penelitian
kualitatif
deskriptif
dengan
menggunakan metode penelitian studi kasus tunggal. Permasalahan dalam fokus penelitian sudah ditentukan untuk menggali permasalahan di lapangan. Permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada Implementasi pengembangan pendidikan
karakter
pada
mata
pelajaran
pendidikan
pancasila
dan
kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali.
C. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata- kata, tindakan selebihnya adalah berupa data tambahan seperti dokumen dan lain- lain. Sumber data kualitatif dapat berupa manusia, tingkah laku, dokumen, dan arsip serta berbagai benda lainnya. 1. Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Penelitian ini memperoleh informasi berupa pernyataan, kata- kata, pendapat atau pandangan mengenai objek penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, wakasek bagian kurikulum, wakasek kesiswaan, guru mata pelajaran PPKn, kepala TU dan beberapa peserta didik kelas XI-IPS di SMA N I Boyolali. 2. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa ini terdiri atas lingkungan tempat berjalannya proses pendidikan dan peristiwa- peristiwa yang menunjukkan kejadian- kejadian yang berkaitan dengan situasi dan kondisi objek penelitian. Penelitian ini commit to user mengambil tempat dan lokasi penelitian di SMA N I Boyolali dengan
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan penelitian berupa implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. 3. Arsip atau Dokumen Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku atau majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Penelitian ini memperoleh informasi dari berbagai sumber melalui dokumen dan arsip, catatan peneliti, menggali dan menangkap makna yang tersirat dalam dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku atau literaktur yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter, silabus dan RPP guru bidang studi PPKn yang secara substansif berkaitan dengan kurikulum 2013. Arsip yang digunakan berupa foto kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.
D. Teknik Sampling Teknik purposive sampling dilakukan dengan pelaksanaan pengumpulan data, pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan penelitian dalam memperoleh data. Petunjuk informasi pertama akan digunakan peneliti untuk menemukan informan kedua selanjutnya dari informasi kedua ini akan digunakan menanyakan kepada informan yang lebih mengetahui dan memahami informasi yang dibutuhkan oleh peneliti bilamana informasi yang dibutuhkan lebih jauh dan mendalam. Peneliti memilih teknik purposive sampling dimana informan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini dianggap mengetahui permasalahan commit to user mendalam dan dapat memberikan informasi terpercaya. Penelitian ini dalam
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengumpulkan data bersumber dari kepala sekolah, waka kesiswaan, waka kurikulum, guru mata pelajaran PPKn, KTU, beberapa peserta didik kelas XI jurusan IPS di SMA N I Boyolali.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Penelitian
menggunakan
wawancara
mendalam
sebagai
tekhnik
pengumpulan data sehingga terjadi sebuah wawancara yang bersifat lentur, tidak berstruktur ketat, tidak harus dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang kali. Wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian berkaitan dengan perencanaan pendidikan karakter berfokus pada Agung Wardoyo AW selaku kepala sekolah, pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 pada Bambang Prihantoro BP selaku waka kurikulum dan Setyo Budi SB selaku guru mata pelajaran PPKn, Hasil pendidikan karakter berasal dari wawancara Jumadi JM selaku waka kesiswaan dan Basuki Widiastomo BW selaku waka TU dan faktor pendukung dan penghambat dapat dipertanyakan kepada AW, BP, JM, SB, BW. 2. Observasi Observasi dilakukan dalam penelitian ini berfokus pada observasi langsung berperan aktif. Sumber data yang digunakan untuk penelitian berupa tempat ruang kelas XI- IIS dan peserta didi pada saat KBM pada jam pelajaran commit to user PPKn pada jam pertama dan kedua.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Analisis Dokumen Mencatat dokumen sebagai content analysis yakni mencatat bagian penting yang terdapat dalam dokumen atau arsip yang mendukung materi yang sesuai dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen. Wawancara mendalam bersifat lentur, tidak berstruktur ketat, tidak harus dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang kali. Observasi berperan aktif dilakukan dimana peneliti datang langsung ke lokasi penelitian yaitu di SMA N I Boyolali untuk mencari data dengan pengamatan terhadap situasi dan kondisi yang ada untuk mendapatkan kebenaran dan melihat kenyataan yang terjadi. Kemudian penulis melakukan analisis dokumen dengan cara mencatat dan menyimpulkan makna atau isi setiap dokumen dan arsip, untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dukumen dan arsip yang relevan dengan penelitian ini.
F. Validitas Data Validitas data yang dipakai dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara trianggulasi. Trianggulasi yang dipilih berupa trianggulasi data dan trianggulasi metode. Penjelasan atas dasar trianggulasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Trianggulasi Data Trianggulasi data (data triangulation) digunakan peneliti untuk memperoleh data dari sumber yang berbeda- beda terdiri dari informan, tempat dan peristiwa serta arsip atau dokumen. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Trianggulasi metode Trianggulasi metodologis (methodological triangulation) dilakukan dengan metode atau teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indept interview) pengamatan langsung (observasi), dan analisis dokumen.
G. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Analisis data interaktif ini terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi data. Ketiga komponen ini dilakukan secara interaktif baik antar komponen maupun proses pengumpulan datanya sehingga rangkainnya merupakan rangkaian interaksi yang bersifat siklus. Siklus interaksi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Kegiatan dalam penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan dari sumber data yang telah ditentukan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu yaitu: metode wawancara, observasi dan analisis dokumen. 2. Reduksi Data Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang terdapat dalam field note. Data kualitatif dengan reduksi data yang disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara seperti melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan kedalam uraian yang lebih luas dan sebagainya. Reduksi data ini dilakukan sepanjang penelitian baik sebelum atau sesudah pengumpulan data dan berlangsung sejak peneliti commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian sampai pada proses verifikasi data. 3. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dengan cara merangkai data atau informasi yang telah direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar atau skema tabel yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan dan disusun secara logis dan sistematis sehingga dapat dipahami mengenai hal yang terjadi dalam penelitian yang memungkinkan peneliti melakukan suatu analisis atau tindakan berdasarkan pemahaman tersebut. Peneliti melakukan pencatatan dan membuat pernyataan untuk membuat kesimpulan pada awal pengumpulan data hingga penyajian data. 4. Verifikasi Data Kesimpulan akhir dilakukan sampai proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasikan sehingga data cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut: 1 Pengumpulan Data 2 Reduksi Data
3 Sajian Data 4 Verifikasi Data
Gambar 4: Skema Model Analisis Interaktif commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Temuan Penelitian 1. Perencanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali
Peneliti mengadakan penelitian di SMA N I Boyolali dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Kegiatan persiapan penelitian baik yang berkaitan dengan surat ijin, wawancara dan pengambilan dokumen sekolah diawali dari kesediaan Kepala TU untuk membantu peneliti. Peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai hal misalnya pembuatan janji dengan para guru dan kepala sekolah dan pengumpulan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian. Bambang Wardayo BW selaku kepala TU memberikan data pelengkap berkaitan denah sekolah yang dan Akreditasi sekolah yang digunakan untuk mewakili biodata sekolah disajikan dalam Cek Lapangan Cek Dokumen CLCD-1 Lampiran 22 dalam halaman 239. Struktur organisasi sekolah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah Agung Wardoyo dalam Catatan Lapangan Hasil Wawancara, (Informan AW CLHW-I/ 1 JWB- 5) halaman 183. Hal itu disajikan dalam dokumen CLCD-4 halaman 243. Struktur organisasi sekolah di SMA N I Boyolali dilengkapi dengan Tata kerja atau dikenal dengan struktur organisasi dan tata kerja (SOT) dapat dilihat dalam CLCD-5 Lampiran 26 halaman 244. Struktur organisasi kepegawaian dilengkapi dengan daftar guru dan karyawan SMA N I commit to user Boyolali terdapat dalam CLCD-6 Lampiran 27 halaman 245.
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
Pendidikan karakter sudah tertanam semenjak SMA N I Boyolali berdiri yaitu pada tahun 1958. Menurut dokumen yang berkaitan program pendidikan karakter yang berkaitan dengan lingkungan adalah Program Adiwiyata. Program Adiwiyata merupakan salah satu ciri pendidikan karakter di SMA N I Boyolali terjabar dari visi dan misi sekolah dipaparkan oleh Waka Kurikulum Bambang Prihantoro, (informan BP CLHW- II JWB 11) lihat halaman 202 yang menuangkan bahwa visi dari sekolah adalah “Terwujudnya sekolah yang berkualitas dalam prestasi dan layanan, berwawasan global, dengan penguasaan IPTEK yang berakar pada nilai iman dan Taqwa, kebangsaan, budaya dan lingkungan hidup”. Sedangkan misi SMA N I Boyolali adalah pertama melaksanakan pendidikan, pembelajaran, pembimbingan secara kreatif, inovatif, aktual, melalui guru yang berkompeten dan profesional. Kedua membangun dan mengembangkan kompetensi peserta didik secara akademis dan non akademis sesuai tuntutan dan perkembangan pendidikan. Ketiga membangun dan mengembangkan semangat berprestasi secara kompetitif dari tingkat sekolah hingga tingkat nasional. Keempat mengembangkan budaya ilmu dan tata kehidupan yang religius. Kelima membangun jiwa semangat nasionalisme dan kebangsaan dalam keutuhan NKRI. Keenam Membangun dan mengembangkan komitmen cinta kehidupan alam budaya dan lingkungan hidup melalui: pelestarian budaya dan lingkungan hidup; pencegahan pencemaran budaya dan lingkungan hidup; penanggulangan kerusakan budaya dan lingkungan hidup; dan pemberdayaan budaya dan lingkungan hidup. Ketujuh mengembangkan dan mengelola sarana prasarana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
sekolah yang mendukung keberhasilan pendidikan dan pembelajaran secara optimal tertuang dalam dokumen CLCD-9 Lampiran 30 dengan dokumentasi foto kegiatan program Adiwiyata dan foto lingkungan program Adiwiyata di dalam Lampiran 49 di halaman 298 dan Lampiran 51 halaman 302. Berdasarkan penjelasan BP maka akan dilengkapi (informan AW CLHW-I/ 2 JWB 3) terdapat tujuh kebiasaan efektif untuk menciptakan sinergi seperti menjadi orang yang proaktif; memulai gagasan akhir dalam setiap akhir berpikir, mengutamakan hal yang harus diutamakan, berpikir untuk menang, memahami orang lain terlebih dulu sebelum oranglain memahami kita, mewujudkan sinergi, memperbarui kehidupan tertuang dalam foto kata- kata bijak disetiap sudut dinding sekolah yang merupakan salah satu upaya dari pengembang Program Adiwiyata dapat dilihat dalam Lampiran.
a. Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn di SMA N I Boyolali Sesuai dengan visi dan misi yang tertuang dalam program Adiwiyata di SMA N I Boyolali disajikan dalam CLCD-9 dapat dilihat Lampiran 30 halaman , menjadi sasaran utama pelaksanaan pendidikan karakter seperti apa yang diungkapkan oleh informan yaitu: “ Program adiwiyata merupakan salah satu program sekolah yang merupakan penjabaran dari visi dan misi sekolah. Hal ini dapat kita lihat bahwa visi sekolah yaitu terwujudnya sekolah yang berkualitas dalam prestasi dan layanan, berwawasan global, dengan penguasaan IPTEK yang berakar pada nilai iman dan Taqwa, kebangsaan, budaya dan lingkungan hidup. Sedangkan dari Visi itu terjabar menjadi 7 misi SMA N I Boyolali. Program Adiwiyata commit to user merupakan salah satu misi
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
pengembangan lingkungan yang terdapat dalam misi no 6 yang terdiri dari empat bagian. Lebih jelas mengenai Program Adiwiyata itu seperti apa nanti saya akan memberikan filenya yang berkaitan dengan Program Adiwiyata”. (Informan BP CLHW-II/ JWB- 11) lihat halaman 202.. Sebagai langkah-langkah strategis untuk mewujudkan Visi tersebut, dirumuskan Misi SMA N I Boyolali sebagai berikut: 1) Melaksanakan pendidikan, pembelajaran, dan pembimbingan secara kreatif, inovatif, aktual, melalui guru yang kompeten dan profesional; SMA N I Boyolali adalah salah satu sekolah menengah negeri yang telah mengadakan pembelajaran yang mempunyai penjurusan IPA, IPS, dan program percepatan atau akselerasi. Sesuai profil Evaluasi Diri Sekolah EDS (lihat CLCD8 Lampiran 29) disana menyebutkan adanya pengembangan 8 standar kompetensi yang merupakan tolok ukur SMA N I Boyolali dalam rangka melaksanakan pendidikan, pembelajaran, dan pembimbingan secara kreatif, aktual, melalui guru yang kompeten dan professional. Standar Kompetensi sekolah yang terdiri dari 8 itu antara lain: standar isi SI, standar proses, standar kompetensi lulusan SKL, standar PTK, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Point yang pertama ini lebih didominasi oleh standar PTK dimana peranan seorang tenaga pendidik dan kependidikan merupakan ujung tombak untuk mengarahkan bagaimana peserta didik mau dididik, dibimbing, diaktifkan, dimotifasi, diaktualkan dan diberdayakan sesuai kemampuan bakat, minat dan intelektualnya. Pembelajaran PPKn yang berlangsung sesuai dengan SKL dalam kurikulum 2013. Peranan seorang guru sebagai fasilitator sangat menentukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
keberhasilan seorang peserta didik di sekolah. Sesuai dengan kurikulum 2013 bahwa sumber belajar tidak hanya berasal dari dalam kelas, buku, akan tetapi sumber belajar dari media atau lingkungan kelas juga sangat diperlukan dalam pembelajaran PPKn di SMA N I Boyolali. 2) Membangun dan mengembangkan kompetensi peserta didik secara akademis dan non akademis sesuai tuntutan dan perkembangan pendidikan; Kegiatan OSIS dan MPK di sekolah yang terbagi- menjadi beberapa sekbid yang dipandu oleh para guru sebagai pembina kegiatan merupakan upaya SMA N I Boyolali untuk membangun dan mengembangkan kompetensi peserta didik secara akademis dan non akademis sesuai tuntutan dan perkembangan pendidikan. Kegiatan akademis dalam mata pelajaran PPKn dapat dilakukan dengan cara PBM di sekolah, perlombaan dan kegiatan praktek untuk pembelajaran tertentu. Kegiatan non akademik dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang jumlahnya ada 17 kegiatan dan kegiatan gerakan pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan sosial maupun etika, tata krama di sekolah karena pada dasarnya bahwa mata pelajaran PPKn merupakan salah satu substansi pengajaran pendidikan karakter bidang moral. (Informan AW CLHW-I/ 2 JWB 3) tertuang dalam dokumen CLCD-13 Lampiran 34 halaman 259. 3) Membangun dan mengembangkan semangat berprestasi secara kompetitif dari tingkat sekolah hingga tingkat internasional; Semangat dan kemampuan peserta didik dalam mengikuti kegiatan di sekolah merupakan hasil dari motivasi siswa itu sendiri dan peranan guru SMA N I Boyolali sebagai pembina kegiatan dalam rangka memfasitasi kegiatan siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
Hal ini dapat kita lihat bahwa upaya para guru dalam memberikan apresiasi atas prestasi siswa dengan cara penambahan nilai secara proporsional ke dalam LCK atau raport siswa sesuai dengan mata pelajaran yang relevan (dapat dilihat dalam Lampiran 35 dan Lampiran 43). Kegiatan pengembangan semangat berprestasi dapat dibuktikan dengan adanya sederet kegiatan siswa yang mendapatkan juara selama dua tahun terakhir. Beberapa kegiatan yang dikembangkan di SMA N I Boyolali yang berkaitan dengan pembelajaran PPKn dapat dilakukan dengan cara membangun semangat, mengembangkan bakat dan minat, melatih kedisiplinan, tanggungjawab dan meningkatkan motivasi siswa. Beberapa kejuaraan yang dilombakan dan meraih juara antara lain: Kompetisi Matematika, Kompetisi Presentasi Kimia, Rancang Produk Inovasi Energi Alternatif, Lomba kepramukaan, Olahraga, Lintas alam, Seni Budaya Jawa tengah, Lomba siswa berprestasi, Kejuaraan PBB, Lomba Biology Competition, Lomba geguritan, Murotal MTQ, Tilawah, Festival Cipta Baca Puisi, Poster, Tari Tradisional, Drama, Paduan Suara, Olimpiade SAINS. Beberapa kejuaraan diatas merupakan sederet prestasi siswa dan upaya Pembina SMA N I Boyolali dalam rangka membangun dan menciptakan kreatifitas bagi peserta didik dapat dilihat pada Tabel 7 halaman 261. 4) Mengembangkan budaya ilmu dan tata nilai kehidupan yang religius; Kemampuan peserta didik dalam hal akademik dan non akademik merupakan modal utama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara nyata bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah pendidikan karakter yang dikembangkan dalam mata pelajaran PPKn melalui substansi pengajaran pendidikan karakter dalam bidang politik, hukum, dan moral. Sedangkan Tujuan pendidikan menengah khususnya SMA N I Boyolali adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bukti kegiatan diatas disajikan dalam (CLCD- 12) halaman 258. 5) Membangun jiwa semangat nasionalisme dan kebangsaan dalam keutuhan NKRI; Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran PPKn di SMA N I Boyolali sesuai dengan SKL kurikulum 2013 dapat diaplikasikan melalui beberapa kegiatan pembiasaan seperti seminar Nasionalisme Budaya dan Karakter Bangsa NASKARSA, upacara bendera, kegiatan beruba latihan dasar kepemimpinan LDK, kegiatan Paskibra, Kegiatan Pramuka/ Kemah Karakter (dilihat dalam Lampiran 45, 46, 47, 48) halaman 294- 297. Mula-mula, kita membentuk kebiasaan kita; lama kelamaan, kebiasaan kitalah yang membentuk kita menjadi watak yang bisa menciptakan semangat nasionalisme dan kebangsaan dalam keutuhan NKRI. Dalam kegiatan kademik tertuang dalam mata pelajaran PPKn commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
berupa analisa kasus pelanggaran HAM yang tertuang dalam RPP kelas XI sesuai dengan kurikulum 2013 yang telah menerapkan 5M dalam pertemuan PBM. 6) Membangun dan mengembangkan komitmen cinta kehidupan alam, budaya, dan lingkungan hidup melalui: Pembelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang merupakan salah ilmu yang secara multidemensial yang mengandung aspek epistimologis dan aksiologis yang mengajarkan bagaimana seorang warga Negara harus berbuat dan bertindak sebagai warga Negara yang baik. Upaya warga Negara terhadap kepeduliannya terhadap Negara dapat diwujudkan dengan cara pelestarian budaya dan lingkungan hidup; Pencegahan pencemaran budaya dan lingkungan hidup; Penanggulangan kerusakan budaya dan lingkungan hidup; Pemberdayaan budaya dan lingkungan hidup. Kegiatan dalam upaya pengembangan kehidupan lingkungan hidup di SMA N I Boyolali dapat diwujudkan melalui program Adiwiyata terdapat dalam Lampiran 30 disajikan pada halaman halaman 298- 300. 7) Mengembangkan, mengelola sarana dan prasarana sekolah yang mendukung keberhasilan pendidikan dan pembelajaran secara optimal dan terpadu; Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia saja akan tetapi juga fasilitas. Fasilitas yang digunakan dalam mendukung keberhasilan pendidikan ditentukan dari sumber belajar dan sarana prasarana yang mendukung. SMA N I Boyolali menyedikan berbagai fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan peserta didik diantaranya tersedianya laboratorium IPA yang terdiri dari laboratorium Biologi, Fisika dan Kimia, laboratorium Bahasa, dan komputer, laboratorium fitness, commit TIK to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan olah raga tenis, sepak bola, basket, voli, ruang konseling/ BP, perpustakaan, kantin yang bersih dan sehat, toilet dan kamar mandi yang bersih dan sehat, tempat sampah yang terbagi menurut jenisnya organik dan anorganik yang terbagi di masing- masing ruangan. Tata letak sekolah yang strategis dilengkapi dengan lingkungan program Adiwiyata yang rindang (dapat dilihat Lampiran 41, 42, dan 44) disajikan halaman 290, 291, dan 293. Kurikulum 2013 mengutamakan pembelajaran berbasis scientific leraning yang menekankan pembelajaran berbasis 5M juga menekankan sumber belajar diluar kelas. Untuk itu lingkungan yang nyaman dan rindang merupakan salah satu sumber belajar yang mendukung kegiatan PBM. Pembelajaran PPKn memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber dalam pembelajaran terhadap kegiatan 5M yang berkaitan dengan materi pokok. 8) Mengembangkan layanan pendidikan yang efektif dan efisien berbasis kekinian dan kepuasan masyarakat. Tujuan sekolah dalam memberikan pelayanan pendidikan yang efektif dan efisien berbasis kekinian dan kepuasan masyarakat merupakan modal dasar dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini dapat dilihat dalam kondisi evaluasi diri sekolah yang tertuang dalam EDS yang merupakan profil mutu dari penyelenggaraan sekolah. EDS menyebutkan kondisi nyata dan beberapa kekuatan dan kelemahan dari 8 standar kompetensi yang diselenggarakan di SMA N I Boyolali. Dari kondisi nyata yang diperoleh akan diperoleh feedback antara sesuatu yang harus dipertahankan, ditingkatkan dan yang harus dibenahi sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
dengan kemampuan sekolah menurut rencana kerja jangka menengah dan jangka panjang RKJM dan RKJP sekolah, (disajikan dalam Lampiran 29 halaman 249). Visi dan misi SMA N I Boyolali dalam kurikulum 2013 menunjang pelaksanaan program pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn. Misi diatas akan dijadikan pedoman dalam upaya seorang guru dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menuntut keterampilan seorang guru dalam melakukan empat pemahaman yang antara lain pemahaman berkaitan dengan capaian kompetensi peserta didik, memahami materi PPKn yang akan disajikan, melaksanakan proses PBM sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran dan menerapkan 5M di setiap pertemuan, dan harus melakukan penilaian pembelajaran yang berupa penilaian proses, tes lisan dan penugasan peserta didik sesuai dengan RPP yang telah dibuat berdasarkan SKL yang diturunkan menjadi KI dan KD dalam mata pelajaran PPKn kelas XI.
b. Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali Sebetulnya kurikulum 2013 bukanlah kurikulum baru, dalam kurikulum sebelum 2013 juga memasukkan nilai- nilai pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn tetapi belum terkonsep. Kurikulum 2013 berbasis scientifik learning dengan menerapkan 5M dan pemahaman 4 kompetensi itu merupakan syarat wajib dalam melaksanakan proses KBM baik itu berlangsung didalam maupun di luar kelas. Pemahaman kompetensi meliputi pemahaman capaian pembelajaran, pemahaman materi pembelajaran, pemahaman proses dan pemahaman penilaian. Pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam commit to user kurikulum 2013 merupakan bagian dari SKL. Sehingga tidak hanya PPKn
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
melainkan semua mata pelajaran sudah memiliki nilai- nilai pendidikan karakter (Informan SB, CLHW-IV/1 JWB 2) disajikan halaman 215. SKL dalam kurikulum 2013 telah memasukkan nilai- nilai pendidikan karakter, sehingga RPP yang dibuat juga menuliskan nilai- nilai pendidikan karakter yang aplikasinya diterapkan disela- sela pembelajaran baik itu diawal KBM, disaat proses KBM atau akhir KBM dengan nilai- nilai sikap yang dapat ditunjukkan siswa, dengan demikian pendidikan karakter bukanlah sebuah pelajaran melainkan aplikasi sikap yang terbentuk dari sebuah proses yang telah ditetapkan, dilakukan, diharuskan dalam kondisi tertentu dalam kehidupan. (Informan SB CLHW-IV/ 2 JWB 2) disajikan halaman 220 dan tertuang dalam dokumen CLCD-17 Lampiran 38 halaman 266.. Nilai- nilai karakter yang dikembangkan pada mata pelajaran PPKn di SMA N I Boyolali meliputi 18 nilai pendidikan karakter. Selain nilai pendidikan karakter tertuang dalam silabus dan RPP mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 maka nilai karakter juga langsung tertuang dalam laporan capaian kompetensi siswa (LCK) seperti diungkapkan informan BP berikut: “Evaluasi yang dilakukan guru terhadap murid dengan cara membuat laporan penilaian yang berisi tentang capaian kompetensi peserta didik atau yang kita kenal dengan laporan capaian kompetensi (LCK)”. LCK merupakan salah satu pengembangan kompetensi yang berlangsung dalam kurikulum 2013 berupa pengembangan kompetensi guru dalam penilaian. Kompetensi penilaian yang tertuang dalam LCK meliputi pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan, dan pengembangan sikap spiritual dan commit to user sosial. Mata pelajaran PPKn di SMA N I Boyolali dalam pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
pengetahuan meliputi kegiatan menganalisis kasus- kasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM sesuai dengan nilai- nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Keterampilan kita upayakan dalam mengkomunikasikan baik lisan maupun tulisan tentang corak kehidupan masyarakat pada zaman prakarsa, teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Budha serta karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia. Pengembangan sikap spiritual dan sosial dapat dilakukan melalui penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianutnya, berperilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli dan santun, responsive dan proaktif, menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. (informan BP CLHW-II/ JWB 7) disajikan halaman 200 dalam dokumen CLCD-7 Lampiran 28 halaman 248.
c. Strategi Pendidikan Karakter Berdasarkan penjelasan (informan AW CLHW-I/ 2) sebagai kepala sekolah menjelaskan bahwa misi SMA N I Boyolali adalah “Terwujudnya Sekolah Yang Berkualitas Dalam Prestasi Dan Layanan, Berwawasan Global, Dengan Penguasaan Iptek Yang Berakar Pada Nilai Iman Dan Taqwa, Kebangsaan, Budaya, Serta Lingkungan Hidup”. Untuk mencapai visi sekolah tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat. Strategi adalah rencana atau commit to user kebijakan yang dirancang untuk mencapai tujuan. Dengan demikian strategi
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperlukan sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan (informan AW CLHW- I/ 1 JWB 2) disajikan halaman 182 dengan adanya kurikulum 2013 ini merupakan faktor pendukung dilaksanakannya pendidikan karakter, walaupun pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang baru namun kurikulum 2013 memiliki induk bahwa didalam SKL tercantum nilai- nilai pendidikan karakter dan itu tidak dimiliki dalam
kurikulum
sebelumnya.
Nilai
pendidikan
karakter
tidak
harus
dispesifikasikan melainkan dilaksanakan dan dikembangkan secara substansional. Strategi dalam pendidikan karakter di SMA N I Boyolali dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya melalui kegiatan akademik, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan OSIS dan Kesiswaan hal yang sama diungkapkan oleh informan JM berikut: “Pertama melalui KBM, kedua melalui kegiatan ekstrakurikuler, dan yang ketiga melalui kegiatan organisasi kesiswaan misalnya saja para siswa terlibat
dan
sekaligus
menjadi
anggota
OSIS
dan
majelis
permusyawaratan kelas MPK. OSIS memiliki 10 program kerja yang harus dilaksanakan melalui masing- masing sekbid. Melalui masa orientasi peserta didik baru MOPDB mereka akan mengetahui bagaimana visi dan misi sekolah terhadap adanya pendidikan karakter” (Informan JM, CLHW-III/ JWB 1) disajikan halaman 207. Penjelasan JM dapat dijabarkan sesuai dengan dokumen penelitian bahwa untuk kegiatan akademis melalui KBM dengan pedoman penyusunan RPP dari masing- masing mata pelajaran. Kegiatan ekstra kurikuler meliputi kegiatan ekstrakurikuler pilihan bagi siswa reguler IPA, IPS dan program percepatan user Palang Merah Remaja (PMR); akselerasi seperti; Karya ilmiah commit remaja to(KIR);
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Paskibra; Pecinta Alam; Musik (band); Olahraga (basket, sepakbola atau Futsal, bulutangkis, beladiri: karate, taekwondo, pencak silat);
Klub TI; English
Conversation Club; Pembinaan OSN; Deucsth Club; Elsada; dan Persada, hal yang sama diungkapkan oleh (Informan AW CLHW-I/ 2/ JWB 3) halaman 186. OSIS dan Kesiswaan merupakan kegiatan ketiga yang terbagi menjadi 10 program. Program kerja sekbid 1 pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang Maha Esa, sekbid 2 pembinaan akhlak mulia, sekbid 3 pembinaan budi pekerti, sekbid 4 pembinaan prestasi akademik, seni, dan, atau, olahraga sesuai bakat dan minat, sekbid 5 pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransin sosial dalam konteks masyarakat plural, dan sekbid 6 pembinaan krativitas keterampilan dan kewirausahaan, sekbid 7 pembinaan kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, sekbid 8 pembinaan sastra dan budaya, sekbid 9 pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sekbid 10 pembinaan komunikasi dalam bahasa inggris. Pembiasaan dalam “English Day” pada hari Rabu dan Jumat. Sumber (Informan JM, CLHW-III/ JWB 2) halaman 208 disajikan dalam CLCD-13 Lampiran 34 halaman 259. Program Afirmasi merupakan sebuah program pemerintah dalam menyamakan kedudukan dan peran anak bangsa dari papua dan papua timur yang berprestasi untuk menikmati pendidikan menengah di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Program Afirmasi Dikmen diperkenalkan melalui kegiatan MOPDB, dua tahun terakhir SMA N I Boyolali menerima peserta didik baru masing- masing 3 orang. Tahun pelajaran 2013/ 2014 terdapat 3 peserta didik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
program afirmasi yang masuk dalam satu kelas dan sekarang berada di kelas XIIIS/1. Tahun pelajaran 2014/ 2015 peserta didik program afirmasi juga ada 3 orang yang satu masuk kelas IPA dan yang dua masuk kelas IPS. Sumber (Informan JM CLHW-III/ JWB 2) disajikan dalam CLCD-15 Lampiran 36 halaman 263 dan 264.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berkarakter Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pendidikan karakter berbasis lingkungan merupakan realisasi program kegiatan Adiwiyata di sekolah. Kegiatan program Adiwiyata dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan kurikulum 2013 hal ini sesuai dengan informan BP selaku waka kurikulum sekaligus sebagai ketua program Adiwiyata yang menegaskan bahwa: “Karena kurikulum yang kita terapkan saat ini adalah kurikulum 2013 maka didalam SKL sarat dengan nilai pendidikan karakter yang salah satunya terdapat dalam program “Adiwiyata”. Periode tahun pelajaran 2013/ 2014 SMA N I Boyolali berhasil menjuarai lomba program kegiatan “Adiwiyata” nomor dua tingkat provinsi melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH). Perlombaan yang dilakukan melibatkan kegiatan akademis dengan KBM yang menggunakan RPP berbasis lingkungan pada setiap mata pelajaran dan 16 kegiatan ekstrakurikuler diantaranya adalah kegiatan pramuka, ekstrakurikuler olahraga, PMR, Karisma, Persada, Paskibra, baca alkitab, Dutch Club, English Club, KIR, dan OSN”. (Informan BP CLHW-II/ JWB 5) halaman 200 disajikan dalam CLCD-9 Lampiran 30 halaman 252.
Sedangkan pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 menekankan commit to user nilai utama pendidikan karakter pada SKL yang didalamnya telah mempunyai
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada semua mata pelajaran, hal itu merupakan kelebihan dari kurikulum 2013 yang tidak ada dalam kurikulum sebelumnya, seperti apa yang dikatakan oleh informan AW, kepala sekolah SMA N I Boyolali berikut ini: “Induk dari pada kurikulum 2013 terdapat dalam SKL maka setiap pembelajaran semua guru harus membuat RPP yang disesuaikan dengan KI dan KD dengan memasukkan nilai- nilai karakter yang ada dalam mata pelajaran PPKn”. (Informan AW CLHW-I/ 1/ JWB 4) halaman 183. Dalam wawancara kedua dengan AW selaku kepala sekolah juga ditegaskan kembali bahwa pentingnya semua guru menyusun RPP berkarakter dengan penegasan sebagai berikut: “Ya. Semua guru wajib menyusun RPP karakter dalam kurikulum 2013 karena pendukung dalam setiap amanat pendidikan karakter tercantum dalam induk SKL dan itu tidak terdapat didalam kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 mencantumkan nilai pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran yang ada di sekolah terutama di SMA N I Boyolali”. (Informan AW, CLHW-I/ 2/ JWB 12) halaman 194.
2.Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali
a. Pendidikan Karakter pada mata pelajaran PPKn dalam Kehidupan Sehari- hari. Kepala sekolah akan selalu berusaha mewujudkan visi dan misi sekolah untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas dan berkarakter dilakukan dengan berbagai kegiatan. Beberapa kegiatan yang dilakukan baik itu yang commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersifat akademik non akademik maupun gerakan bertujuan akan membentuk sebuah sinergi yang positif. “Menciptakan sinergi dengan 7 kebiasaan efektif seperti menjadi orang yang proaktif; memulai gagasan akhir dalam setiap akhir berpikir, mengutamakan hal yang harus diutamakan, berpikir untuk menang, memahami orang lain terlebih dulu sebelum oranglain memahami kita, mewujudkan sinergi, memperbarui kehidupan”. Sumber (Informan AW CLHW-I/ 2/ JWB 3) halaman 186 disajikan dalam CLCD-28 Lampiran 50 halaman 301. 1) Kegiatan Pendidikan Karakter pada mata pelajaran PPKn. Pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn di SMA N I Boyoali dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama mengikutkan diklat program diklat yang diikuti ada 2 macam yaitu Diklat Nasionalisme dan karakter bangsa melalui kegiatan kesiswaan bagi guru dalam jalur pendidikan (NASKARA) dan Motivasi spiritual dengan motto aku bangga Indonesia Tanah Airku (ABITA). Model diklat tsb diterapkan guru dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran terutama mengajar mata pelajaran PPKn. Kedua dengan cara recash/ refresh dimana konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 tercantum langsung didalam SKL. Misi pendidikan karakter itu sendiri dikembangkan berpedoman pada SKL yang dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dari setiap mata pelajaran yang akan diajarkan oleh masing- masing guru mata pelajaran, mengadakan koordinasi dan pelatihan program sekolah pada kegiatan yang dilakukan oleh para guru. Kegiatan ketiga dengan cara melakukan kegiatan Pendidikan Nasionalisme Budaya dan Karakter Bangsa (PNBKB) yang commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipandu oleh tim PNBKB SMA N I Boyolal9 (Informan AW, CLHW-I/ 2 JWB 4) halaman 188 disajikan dalam dokumen CLCD-16 Lampiran 37 halaman 265. Kegiatan dalam pendidikan nasionalisme budaya dan karakter bangsa PNBKB di SMA N I Boyolali berkaitan dengan hal- hal: a) Keteladanan Guru Keteladanan merupakan pembelajaran yang sangat penting dalam mewujudkan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali. Semakin kongkrit peserta didik mengikuti dan mempelajari bahan pengajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Mendengar dan melihat bernilai 50% dalam kerucut pengalaman Edgar Dale. Model dan pengalaman dari pelajaran menempati efektifitas belajar sebesar 90%. Dengan demikian maka teladan para guru yang mengajarkan nilai- nila kehidupan begitu penting dalam rangka pembentukan karakter peserta didik. Dengan pembekalan, pelatihan, dan pembekalan yang memadai diharapkan para guru secara menyeluruh dapat memberikan pendidikan nilai- nilai karakter kepada peserta didik di SMA N I Boyolali. Guru di SMA N I Boyolali memiliki aturan- aturan etis yang melandasi pelaksanaan tugas dan pokok guru di sekolah. Struktur Organisasi dan Tugas yang menyebutkan tugas pokok dan fungsi guru di SMA N I Boyolali tertuang didalam sumber CLCD- 5 dan 6 dalam Lampiran 26 sedangkan daftar nama guru dan karyawan dapat dilihat
dalam
Lampiran 27. Program sekolah dalam
menumbuhkan karakter guru dapat dilakukan dengan cara dengan cara recash/ refresh dimana konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 tercantum langsung didalam SKL sarat dengan pendidikan karakter. Misi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
pendidikan karakter itu sendiri dikembangkan berpedoman pada SKL yang dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dari setiap mata pelajaran yang akan diajarkan oleh masing- masing guru mata pelajaran, mengadakan koordinasi/ pelatihan program sekolah pada kegiatan yang dilakukan oleh para guru (Informan AW CLHW-I/ 2 JWB 4 halaman 188 dan Informan SB CLHW-IV/ 2 JWB 6 halaman 222). b) Keluarga dan Lingkungan Keluarga dan lingkungan sekitar peserta didik tinggal sangat menentukan kualitas daripada karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik berasal dari latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda sehingga respon dan tanggapan peserta didik dalam menyikapi nilai- nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran juga berbeda- beda. Terharu dan menangis tatkala seorang guru memberikan contoh nilai- nilai kehidupan yang berkaitan dengan pendidikan karakter karena meraka berasal dari latar belakang keluarga yang kurang kasih sayang, orang tuanya telah meninggal sejak kecil, tidak serumah dengan orang tuanya karena mereka mengikuti program afirmasi, kekerasan dalam rumah tangga, dan mungkin dari faktor ekonomi. Tapi ada juga peserta didik yang biasa saja karena kondisi lingkungan keluarga sudah mengajarkan seperti itu dan bahkan peserta didik mengalaminya. Peranan orang tua dirumah dan guru di sekolah sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan emosional anak. Guru dan orang tua memiliki peranan yang sama karena beliau sebagai orang tua yang bisa mengarahkan peserta didik kearah yang lebih baik (Informan SB CLHW-IV/1 JWB 4) halaman 216. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
Komunikasi dengan orang tua murid untuk membicarakan perkembangan prestasi pesera didik, sikap dan keterampilan peserta didik diselenggarakan minimal satu semester dua kali. Pada awal semester orang tua wali peserta didik datang ke sekolah untuk rapat pleno yang membahas tujuan awal tahun program sekolah beserta perkembangan peserta didik. Dan akhir semester orang tua wali peserta didik dalam rangka mengambil laporan catatan kompetensi LCK atau dikenal dengan Raport. (Informan AW CLHW-I/ 2 JWB 9 halaman 192 dan Informan BP CLHW-II JWB 7 halaman 200). Kegiatan bakti sosial yang mana orangtua peserta didik sebagai anggota masyarakat diharapkan partisipasinya dalam rangka bakti sosial yang akan dilaksanakan oleh SMA N I Boyolali dengan cara menyumbangkan ide, gagasan atau tenaga terhadap kegiatan bakti sosial yang akan dilaksanakan. Adanya majalah buletin dan majalah zodiak yang merupakan program kerja peserta didik dalam setiap tahunnya dan hasil yang diperolah dari pihak sekolah dapat diketahui oleh orangtua peserta didik melalui majalah baik dalam bentuk soft copy yang ada didalam web di situs internet maupun hard copy berupa majalah yang telah dicetak” (Informan AW, CLHW-I/ 2 JWB 9) halamaan 192 disajikan dalam CLCD-19 Lampiran 40) halaman 289.
c) Kerangka perilaku Peserta di sekolah Nilai- nilai kehidupan karakter yang diperoleh dari lingkungan dan keluarga akan membawa dampak positif terhadap pelaksanaan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali. Dari kehidupan awal mereka yang berbeda- beda latar belakang memungkinkan pihak sekolah melalui waka kesiswaan untuk commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyatukan persepsi dan sikap para peserta didik dalam rangka mewujudkan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali. Mengajarkan bagaimana perilaku peserta didik saat mereka berada di lobby sekolah, di koridor, di tangga turun naik lantai, saat berada di ruang kelas, kantin sekolah, bermain di lapangan, saat berada di toilet sehingga para peserta didik menjadi paham dan bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari- hari Kerangka perilaku adalah rincian praktis perilaku peserta didik yang diharapkan dalam lingkungan sekolah. Tujuan diberikannya kerangka perilaku ini adalah pertama menciptakan perilaku positif, kedua menciptakan keharmonisan dalam hubungannya dengan warga sekolah, ketiga menciptakan kerjasama dalam PBM, keempat memperjuangkan adanya visi dan misi sekolah. Kerangka perilaku peserta didik yang dimaksud dijelaskan Tabel 11 dalam CLCD-18 Lampiran 39 halaman 288. d) Mensosialisasikan Tata Tertib Sekolah Sosialisasi pertama kali diberikan kepada para peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan sekolah dalam rangka mewujdkan pendidikan karakter dilakukan melalui pengenalan tata tertib sekolah pada saat MOPDB. Penjelasan mengenai tata tertib tsb menjelaskan tentang bagaimana perilaku peserta didik saat mereka berada di lobby sekolah, di koridor, di tangga turun naik lantai, saat berada di ruang kelas, kantin sekolah, bermain di lapangan, saat berada di toilet sehingga para peserta didik menjadi paham dan bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari- hari, dapat dilihat Lampiran 32. Tata tertib bagi guru dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
karyawan dapat dilihat di lembar belakang struktur organisasi dan tata kerja SOT SMA N I Boyolali dapat dilihat dalam CLCD- 5 Lampiran 26 halaman 254. Hal serupa diungkapkan oleh AW dalam wawancara: “... Pendidikan karakter yang keberadaanya tidak bisa tampak sekaligus melainkan dapat kita amati setelah beberapa waktu kemudian karena nilai pendidikan karakter yang kita masukkan dalam semua mata pelajaran merupakan pendidikan proses. Penilaian proses yang kita tanamkan dalam pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn misalnya dalam sebuah tema kedisiplinan sekolah membuat aturan sekolah yang berupa tatib awalnya terasa semua peserta didik dipaksa dengan tatib tsb karena apabila terjadi pelanggaran maka peserta didik terpaksa dikenakan sanksi. Tetapi dengan sanksi tsb peserta didik akan terbiasa untuk berperilaku sesuai dengan tatib. Kebiasaan perilaku yang sesuai dengan tatib itulah yang akan membudaya menjadi sikap hidup yang berkarakter untuk memahami dan menjalankan tanggungjawabnya terhadap diri sendiri, sesama manusia, Negara Indonesia dan alam semesta”. e) Evaluasi Kualitas adalah suatu proses untuk mengetahui tingkat keberhasilan sebuah program kerja. Evaluasi yang dihasilkan berkaitan dengan kualitas berkaitan dengan nilai dan arti dengan menggunakan pertimbangan (judgement) berdasarkan kriteria tertentu (Arifin Panigoro, 2008: 5). Evaluasi yang dilakukan dalam rangka pendidikan karakter di SMA N I Boyolali menggunakan metode observasi kualitatif yang dilakukan oleh semua guru bidang studi berdasarkan karakter yang menjadi acuan penetapan capaian kompetensi peserta didik yang terdapat dalam laporan capaian kompetensi (LCK) dapat dilihat dalam CLCD-7 Lampiran 28 halaman 247. Evaluasi yang dilakukan sekolah terhadap para guru commit to user dan karyawan di SMA N I Boyolali dilakukan dengan menggunakan sasaran kerja
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
pegawai (SKP) dapat dilihat dalam CLCD- 2 Lampiran 23 halaman 241 dan laporan perkembangan sekolah dalam profil sekolah melalui Evaluasi Diri Sekolah EDS dapat dilihat dalam CLCD- 8 Lampiran 29 halaman 249 yang dilakukan oleh pengawas. Penilaian kinerja guru (PKG) yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dilihat dalam CLCD- 3 Lampiran 24 halaman 242. Kegiatan yang terprogram dilaporkan setiap akhir tahun anggaran. Kepala sekolah juga mengadakan supervisi dan monitoring terhadap kinerja para guru dan karyawan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan PTK di SMA N I Boyolali (sumber, BP CLHW-II/ JWB 9; kurang lebih sama dengan penjelasan (Informan BW CLHWV/ JWB 4 halaman 229 dan informan BP CLHW-II/ JWB 7) halaman 200. f) Membangun Atmosfer Sekolah dalam Pendidikan Karakter AW selaku kepala sekolah di SMA N I Boyolali dan para guru, staf karyawan, komite, peserta didik dan orang tua peserta didik berusaha membutuhkan sebuah komitmen dalam upaya mewujudkan Visi dan misi sekolah. Upaya kegiatan PBM yang didukung oleh sarana prasarana yang ada baik ruang kelas, fasilitas kelas, gedung sekolah, laboratorium, lapangan yang memadai, tempat parkir yang luas dan lain- lain. Pemutaran lagu- lagu nasionalisme sebelum pukul 07.00 bell masuk berbunyi, pengadaan program Adiwiyata berupa usaha nyata dalam kelestarian lingkungan, gerakan sosial dan pembiasaan perilaku, program PNBKB, penegasan tata tertib dengan kredit point dengan pembinaan waka kesiswaan dan tim STPKS, penutupan pintu gerbang pukul 07.05 s/d 07.30 merupakan salah satu usaha nyata dalam membangun atmosfir pendidikan karakter di SMA N I commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
Boyolali. Penempatan poster kata- kata tempat- tempat strategis maupun di sepanjang koridor ruang merupakan salah satu program adiwiyata dalam rangka mewujudkan budaya berkarakter. 2) Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menciptakan pendidikan karakter Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menciptakan pendidikan karakter terdapat dalam semua kegiatan. Kegiatan yang dapat menciptakan jiwa kepemimpinan yang diterapkan dalam gambaran kehidupan yang suka menolong, bekerja keras, bermusyawarah, cinta kasih, kepedulian alam dan kepedulian dengan sesama, sikap patriot, kesederhanaan keramahan dan kesantunan, kedisiplinan dapat diwujudkan dalam kegiatan pramuka, Paskibra; Pecinta Alam, Karya ilmiah remaja (KIR); Palang Merah Remaja (PMR) Pecinta Alam (Persada), Karisma (Kegiatan Keagamaan) dan untuk kegiatan ektrakurikuler yang dapat meningkatkan nilai- nilai karakter berkaitan dengan seni dan olahraga dapat diwujudkan dalam kegiatan Musik (band); Olahraga (basket, sepakbola/ Futsal, bulutangkis, beladiri: karate, taekwondo, pencak silat); Klub TI; English Conversation Club; Pembinaan OSN; Deucsth Club. Khusus untuk kegiatan pramuka bersifat wajib bagi siswa baru kelas X dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan bagi siswa reguler IPA, IPS dan program percepatan akselerasi dapat dilihat dalam Lampiran 45, 46, 47, 53, 54, 55, 56, 57 halaman 294- 300. 3) Gerakan untuk menciptakan Pendidikan Karakter Kegiatan disini diartikan sebagai kegiatan yang sifatnya pembiasaan yang sifatnya membentuk watak dan karakter peserta didik. Kegiatan gerakan dapat ditunjukkan dengan cara bakti sosial; pembiasaan nilai- nilai karakter yang commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada 18 nilai karakter di sekolah seperti kegiatan bersama dalam menciptakan program Adiwiyata dapat dilihat dalam Lampiran 49. Bersalaman dan cium tangan bapak ibu guru sebelum pembelajaran di kelas; Memakai seragam OSIS lengkap setiap hari senin dan hari- hari besar nasional untuk upacara bendera; Pembiasan 4S yaitu senyum, sapa, sopan, dan santun kepada semua orang; Menghargai yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda; Berdoa sebelum KBM; Menciptakan sinergi dengan 7 kebiasaan efektif seperti menjadi orang yang proaktif; memulai gagasan akhir dalam setiap akhir berpikir, mengutamakan hal yang harus diutamakan, berpikir untuk menang, memahami orang lain terlebih dulu sebelum oranglain memahami kita, mewujudkan sinergi, memperbarui kehidupan. a) Pembinaan kepribadian dalam wawasan kebangsaan dan bela negara Kegiatan yang dapat dilakukan dengan upacara bendera setiap hari Senin dan hari besar nasional dengan memakai seragam OSIS lengkap; Menyanyikan lagu- lagu nasional mars dan hymne; Melaksanakan kegiatan kepramukaan; Mengunjungi dan mempelajari tempat- tempat bernilai sejarah; Mempelajari dan menelusuri nilai- nilai luhur kepahlawanan dan semangat juang para pahlawan; Melaksanakan kegiatan bela negara; Menjaga dan menghormati symbol dan lambang negara; Melakukan pertukaran pelajar antar daerah contohnya program afirmasi. b) Pembinaan prestasi akademik sesuai bakat dan minat Mengadakan kegiatan perlombaan, kegiatan ilmiah, workshp dan kegiatan seminar,
study banding, mendesain dan commit to user
memproduksi
media
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran,
mengadakan
pameran
karya
inovatif,
mengoptimalkan
perpustakaan sekolah, membentuk club sains dan olahraga, menyelenggarakan festival dan lomba seni, dan meyelenggarakan lomba pertandingan olah raga. c) Pembinaan demokrasi, HAM, politik, lingkungan hidup dan toleransi Mengembangkan tugas dan peran sebagai anggota OSIS; Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa, melaksanakan kegiatan dengan prinsip kejujuran, transparan, dan profesional; Melaksanakan hak dan kewajiban dalam pergaulan di masyarakat; melaksanakan kegiatan debat, pidato, diskusi, kelompok belajar; Melaksanakan MOPDB; Melaksanakan penghijauan dan perlindungan lingkungan sekolah. d) Pembinaan kreatifitas keterampilan dan kewirausahaan Meningkatkan kreativitas, keterampilan dalam menciptakan suatu barang yang bermanfaat dalam bidang barang dan jasa; Meningkatkan usaha bidang koperasi sekolah; Mengadakan praktek kerja lapangan dan industri; Meningkatkan kemampuan kompetensi peserta didik berkebutuhan khusus. e) Pembinaan kualitas kesehatan dan gizi Melaksanakan perilaku hidup sehat; melaksanakan usaha kesehatan sekolah; melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba, rokok, HIV AIDS dan zat aditif lainnya; meningkatkan kesehatan reproduksi remaja; melaksanakan hidup aktif; melakukan diversifikasi pangan; melaksanakan pengamanan jajanan di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
f) Pembinaan sastra dan budaya Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan wawasan keterampilan peserta didik bidang sastra dalam menyelenggarakan festival/ lomba, sastra dan budaya; meningkatkan daya cipta dan apresiasi budaya. g) Pembinaan TIK Memanfaatkan TIK dalam fasilitas KBM; menyediakan TIK sebagai wahana kreatifitas dan inovasi peserta didik; memanfaatkan TIK untuk meningkatkan integritas kebangsaan. h) Pembinaan komunikasi Bahasa Inggris. Melaksanakan lomba debat pidato; menulis korespondensi; kegiatan Engslih Day, Story Telling, Puzzles Words/ Scrabble.
b. Menciptakan Proses Belajar Mengajar PPKn Sesuai Kurikulum 2013 Guru dapat melakukan pemahaman kompetensi capaian pembelajaran, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian. Pada pelaksanaan 4 pengembangan kompetensi tsb terdapat dalam RPP yang terangkum dalam langkah- langkah kegiatan pembelajaran. Dimulai dari pendahuluan dengan pembiasaan berdoa, apersepsi materi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian pokok- pokok dalam cakupan materi pembelajaran. Kegiatan inti kita awali dari mengamati dengan cara peserta didik membaca barbagai kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai media cetak untuk mengetahui tentang pengertian HAM, macam HAM, instrument HAM Nasional, prisnsip pelaksanaan HAM di Indonesia, berbagai pelanggaran HAM dalam keluarga. commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menanya peserta didik menanyakan contoh- contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengeksplorasikan dalam menentukan sumber data yang akurat yang ada di lingkungannya berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM. Mengasosiasikan peserta didik mencari hubungan pelanggaran HAM dengan aspek sosial budaya dalam
masyarakat
Indonesia
dan
mengkomunikasikan
peserta
didik
mempresentasikan berbagai kasus pelanggaran HAM di wilayahnya berdasarkan temuannya di lapangan. Terdapat dalam dokumen CLCD-17 Lampiran 38 halaman 266. Langkah pembelajaran PPKn sesuai dengan kurikulum 2013 terintegrasi dalam 4 kompetensi yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1) Pemahaman Kompetensi (capaian pembelajaran) Pembelajaran dalam kurikulum 2013 terbagi menjadi beberapa SKL yang tertuang kedalam KI dan KD digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan RPP setiap mata pelajaran. Mata pelajaran PPKn kelas XI mengandung materi pokok tentang kasus- kasus pelanggaran HAM. Capaian pembelajaran untuk mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA N I Boyolali yang tertuang dalam KI (3) diupayakan dengan cara memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kompetensi
inti
merupakan gambaran kompetensi
utama
yang
dikelompokkan kedalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektof, kognitif, dan psykomotor) yang harus dipelajari peserta didik melalui pembelajaran disetiap jenjang sekolah. Kompetensi dasar yang diharapkan pada capaian pembelajaran PPKn kelas XI tertuang dalam KD (3.1) berupa menganalisis kasus- kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan dan pemajuan
HAM
sesuai
dengan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. KI dan KD yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran PPKn diharapkan dapat menghasilkan indikator sesuai dengan capaian pembelajaran. Capaian pembelajaran PPKn dengan materi pokok kasus- kasus pelanggaran HAM kelas XI semester I diperoleh indikator pencapaian kompetensi sbb: mendeskripsikan pengertian HAM, mengkalisifikasikan macam- macam HAM dan instrument HAM Nasional, mendeskripsikan prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia, dan berbagai kasus pelanggaran HAM di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Indikator pencapaian kompetensi ditetapkan dengan tujuan agar setelah siswa mempelajari berbagai kasus- kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dapat mendeskripsikan
pengertian
HAM
dengan
benar;
Peserta
didik
dapat
mengkalisfikasikan macam- macam HAM; dan instrument HAM Nasional dengan tepat; Peserta didik dapat mendeskripsikan prinsip- prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia dengan tepat; dan Peserta didik dapat mendeskripsikan berbagai kasus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sesuai kehidupan sehari- hari dengan tepat. 2) Pemahaman Materi Pembelajaran Abdulah Alkaf (2014: 14) dalam sosialisasi kurikulum 2013 memaparkan bahwa: “pemahaman materi pembelajaran disesuaikan dengan konsep berupa konteks peserta didik yang bervariasi sesuai dengan kesiapannya intelektual, fisik dan mental dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual”. Pemahaman materi pembelajaran dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn menakankan adanya penyajian materi tidak berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa. Materi pembelajaran yang disajikan dalam kurikulum 2013 disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik dalam rangka mewujudkan warga Negara yang bertanggungjawab (taat norma, asas dan aturan) sesuai dengan KI dan KD dalam RPP yang telah dibuat. Penekanan kompetensi dari setiap materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik dalam mata pelajaran PPKn berupa aplikasi nyata dalam kehidupan sebagai warga Negara yang baik sehingga Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan dan mata pelajaran saja akan tetapi merupakan sebuah keterampilan yang harus dimiliki dan dapat ditunjukkan oleh peserta didik melalui tindakan nyata dan sikap keseharian. Materi pokok dalam mata pelajaran PPKn kelas XI pada kurikulum 2013 berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM pada pertemuan pertama dibagi menjadi dua yaitu kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai media cetak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
dan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar. Kasus pelanggaran HAM yang berasal dari media cetak meliputi pengertian HAM, macam- macam HAM, instrument HAM Nasional, dan prinsip- prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar meliputi ruang lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penguatan materi PPKn pada kurikulum 2013 dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik dan mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, menambah materi yang dianggap penting harus dilakukan. Perlu adanya evaluasi tingkat kedalaman materi PPKn sesuai dengan tuntutan kebutuhan peserta didik dan menyusun RPP sesuai dengan KI dan KD yang telah ditetapkan dalam SKL. 3) Pemahaman Proses Pembelajaran Proses pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 menekankan adanya pendekatan saintifik dan kontekstual. Pembelajaran PPKn yang diterapkan di SMA N I Boyolali menekankan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah problem based learning PBL. Kemampuan peserta didik dalam sebuah pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan 5M yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan pembelajaran dalam setiap kali pertemuan. Sri Haryati (2014: 2) memaparkan bahwa “strategi pembelajaran PKn dilakukan sesuai tujuan pembelajaran yang menekankan tiga model pembelajaran commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu model contecstual teaching learning CTL, problem based learning PBK dan model VCT ”. Berkaitan dengan pendapat tersebut maka pembelajaran PPKn yang diterapkan di SMA N I Boyolali menekankan model pembelajaran problem based learning PBK. Langkah- langkah dalam pembelajaran meliputi upaya guru dalam menjelaskan tujuan pembelajaran; Menjelaskan logistic kebutuhan; Memotivasi siswa dalam pemecahan masalah, mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berkaitan dengan masalah; Mendorong mengumpulkan informasi melalui eksperimen dalam mendapatkan penjelasan akan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Guru harus membantu peserta didik dalam mempersiapkan sebuah karya, refleksi, dan evaluasi terhadap proses penyelidikan yang dilakukan. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran PPKn yaitu ceramah bervariasi, penugasan, tanya jawab, dan diskusi. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan merupakan konten yang bersifat mastery sedangkan keterampilan kognitif dan psikomotor adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih dan diajarkan secara langsung direct teaching. Sikap adalah konten developmental yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan tidak langsung indirect teaching. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar keaktifan peserta didik melalui kegiatan 5M. Kegiatan mengamati meliputi: (melihat, membaca, mendengar, menyimak); Menanya meliputi: secara lisan dan tertulis; Mengeksplorasi meliputi: (penelitian berbagai kasus HAM dalam
pembelajaran
PPKn;
Mengasosiasi
meliputi:
(menghubungkan,
menentukan keterkaitan, membangun cerita atau konsep); Mengkomunikasikan commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meliputi: (tertulis, lisan, gambar, grafik, tabel, dll). Guru mempunyai rencana pelaksanaan pembelajaran dalam setiap mata pelajaran yang tertuang didalam RPP. Pembuatan RPP pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 sebaiknya tidak diklasifikasikan sendiri- sendiri melainkan disusun berdasarkan satu kesatuan yang utuh sesuai dengan urut- urutan penyusunan RPP dilengkapi langkah- langkah pembelajaran yang menekankan 5M disetiap pertemuan. SB menerapkan kegiatan 5M melalui diskusi kelompok yang kemudian mempresentasikan hasil pekerjaannya kemudian menyimpulkan secara individu yang akan menjadi nilai akhir dari kinerja peserta didik. Kegiatan kelompok dapat kita ambil melalui aktivitas siswa dalam mengamati, menanyai, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan materi akhir dalam kegiatan belajar mengajar PPKn. Model PBL yang diterapkan di SMA N I Boyolali menggunakan studi kasus, problem solving dan inquiri ini dapat dilakukan dalam kegiatan kelompok dapat dilihat Lampiran 38. Sebagaimana diungkapkan oleh SB berikut: “Pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi KI dan KD yang akan diajarkan sesuai dengan RPP. Misalnya saja tema pembelajan HAM dalam kurikulum 2013 saat ini diberikan di kelas X, XI, dan XII. Strategi pembelajaran PPKn untuk kelas X ditekankan pada pengenalan HAM, sedangkan untuk kelas XI mengarah pada pematangan HAM dan untuk kelas XII pada aplikasi HAM
yang
dikondisikan
dengan
kehidupan
sehari-
hari.
Mengembangkan program diklat yang pernah kita ikuti yaitu dengan melaksanakan program PNBKB dan memotivasi peserta didik dalam KBM dengan menggunakan salam ABITA baik pada saat awal atau akhir sebelum KBM diakhiri”. (Informan SB CLHW-IV/1/ JWB 3) halaman 215.
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Pemahaman Penilaian Pembelajaran Penilaian pembelajaran dalam kurikulum 2013 dapat berupa “nilai proses atau nilai harian diperoleh dari tes tertulis, tes lisan dan penugasan”. Penilaian ini didapatkan dari kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam hal penanaman nilainilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn dapat diterapkan dalam “diskusi kelas pada saat KBM”. Peserta didik dapat diamati dari segi kesopanan, sikap menghargai pendapat orang lain, suka bermusyawarah, toleransi, kreatif, tanggungjawab dll. Pengembangan wawasan kebangsaan bagi pendidik di SMA N I Boyolali dilakukan melalui 1. kebijakan sekolah; 2. kelembagaan; 3. sarpras; 4. kurikulum; 5. kesiswaan melalui kegiatan ekstrakurikuler; 6. kegiatan terprogram, kegiatan rutin, kegiatan pembiasaan, keteladanan; dan 7. kegiatan yang berkaitan dengan tenaga pendidik dan kependidikan. Kegiatan pengembangan wawasan kebangsaan bagi pendidik di SMA N I Boyolali dilakukan secara terjadwal dari hari Senin s/d Kamis dengan melibatkan tim PNBKB SMA N I Boyolali (Informan SB CLHW-IV/ 2 JWB 6) disajikan dalam dokumen CLCD-16 Lampiran 37. Skala nilai pengetahuan menggunakan skala nilai 0 sd 100. Nilai keterampilan menggunakan kuantitatif 1-4 dengan kelipatan 0.33 dengan 2 desimal dibelakang koma. Skala nilai sikap spiritual dan sosial dalam (KI1 dan KI2) menggunakan kualitatif dengan kode A artinya Sangat Baik nilai 4, kode B artinya Baik nilai 3, kode C artinya Cukup nilai 2 dan kode K artinya kurang nilai 1. Nilai akhir setiap mata pelajaran diperoleh dari 30% nilai harian, 30% nilai ulangan tengah semester dan 40% diperoleh dari nilai ujian akhir semester.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
Nilai pada laporan hasil belajar atau LCK selalu dikomentari dari pendidik berdasarkan kompetensi yang diselenggarakan dalam satu semester. Sebagaimana dengan informan BP sbb: “ Hampir sama bu, tapi LCK lebih menjabarkan kompetensi peserta didik baik dari nilai akademis maupun akademis. Nilai akademis dapat dituangkan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif, capaian kompetensi mata pelajaran kelompok (A) wajib, mata pelajaran kelompok B wajib, kelompok mata pelajaran C (peminatan), prestasi yang pernah diraih, deskripsi kognitif, sikap, dan nilai keterampilan pada mata pelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik”. (Informan BP CLHW-II/ JWB 8) halaman 201.
c. Membangun Proses Belajar Mengajar yang dinamis dan berkualitas 1) Sumber materi yang bervariasi Sumber materi yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMA N I Boyolali sangat bervariasi, mulai dari buku- buku standar dari pemerintah dengan kurikulum 2013 bagi kelas X dan XI baik IPA, IPS dan Akselerasi. Kurikulum 2013 menegaskan bahwa selain buku sebagai sumber belajar maka internet, lingkungan dan pengalaman merupakan sumber belajar yang bervariasi diterapkan di SMA N I Boyolali. Lingkungan yang dihasilkan dalam mewujudkan Program Adiwiyata dapat dijadikan sumber belajar bagi semua mata pelajaran di SMA N I Boyolali. Lingkungan seluas 22.345m² mampu memberikan pelayanan maksimal sebagai sumber belajar. Lingkungan Adiwiyata dapat mendukung beberapa pembelajaran seperti penjaskes dengan lingkungan yang luas IPA dengan commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemanfaatan ekosistemnya, IPS dengan pengenalan ruang dan kegunaannya, Bahasa Indonesia dengan kondisi lingkungannya, PPKn dapat menunjukkan sikap kita terhadap kepedulian lingkungan dan beberapa mata pelajaran yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang banyak mengandung nilai- nilai pendidikan karakter dalam proses pembelajaran terpadu (Informan SB CLHW-IV/ 2/ JWB 8) halaman 223. 2) Metode Pembelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013 Metode
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
pendekatan
scientific learning. Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah. Model pembelajaran yang digunakan adalah problem based introduction dengan langkah- langkah pembelajaran yang tersusun dalam rencana pembelajaran RPP. Pengalaman experience merupakan strategi pembelajaran yang mudah diterapkan dalam KBM untuk memotivasi siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah dialami oleh masing- masing peserta didik. Pengalaman peserta didik yang berbeda- beda akan menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Kurikulum 2013 yang menekankan 5M dalam mengembangkan KI, K2, K3, dan K4 yang tertuang dalam RPP ditandai dengan adanya mengamati, menanya, mengeskplorasikan, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan akan menjadi bagian penting dalam pembelajaran. KBM yang menekankan kurikulum 2013 selalu berfokus pada siswa dengan istilah student centre. Keterampilan guru dalam mengembangkan 4 kompetensi
berupa
capaian
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
proses
pembelajaran, dan penilaian dilakukan oleh seorang guru terhadap keaktifan siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
dalam menganalisa sebuah tugas baik individu maupun tugas kelompok dengan memperhatikan nilai- nilai pendidikan karakter yang telah tertuang didalam SKL. Peserta didik tidak hanya mengumpulkan tugas dan membuat sebuah karya akan tetapi proses pembuatan dan menghasilkan akan menjadi point penting didalam penilaian yang dilakukan oleh seorang guru. 3) Aplikasi Pembelajaran Outingclass untuk mengaplikasikan teori pembelajaran dalam kelas. Aplikasi teori pembelajaran di dalam kelas dapat dilakukan selama 2 kali dalam semester. Kegiatan outingclass biasa dilakukan pada awal semester dan akhir semester. Pada akhir tahun pelajaran 2013/ 2014 SMA N I Boyolali mengadakan kegiatan outingclass tepatnya ke Magelang ke AKABRI TARUNA. Kegiatan itu dilakukan selama 2 hari 3 malam dengan tujuan untuk melatih siswa dalam gerakan latihan dasar kepemimpinan LDK. Latihan dasar kepemimpinan merupakan aplikasi teori mata pelajaran PPKn dalam mengajarkan sebuah kedisiplinan, kepemimpinan dan tanggungjawab menjadi pribadi yang memiliki jiwa dan semangat kebangsaan, nasionalisme, dan patriotisme. Kegiatan outingclass membawa dampak positif terhadap pembentukan watak dan karakter peserta didik. LDK adalah salah satu kegiatan yang dapat mendukung adanya pelaksanaan tata tertib di sekolah. Tata tertib sekolah akan menjadi sebuah kebiasaan yang bisa diwujudkan oleh semua warga sekolah tanpa adanya suatu tekanan dan paksaan karena merupakan sebuah kebiasaan yang membudaya. Mula- mula membentuk kebiasaan kita yang diatur dengan sebuah aturan atau tata tertib, lama kelamaan, kebiasaan kita yang membentuk kita. commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Pelajaran Bahasa inggris yang Intensif Sesuai dengan program kerja OSIS yang dibina oleh masing- masing guru yang ditunjuk sebagai tim Pembina OSIS SMA N I Boyolali maka beberapa kegiatan di SMA N I Boyolali terbagi menjadi 10 seksi bidang. Pelajaran Bahasa Inggris merupakan sebuah pembinaan OSIS yang masuk dalam sekbid 10 tentang pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris. Deskripsi kegiatan komunikasi dalam Bahasa Inggris sesuai dengan kompetensi yang ada pada mata pelajaran Bahasa Inggris meliputi lima kegiatan. Satu kegiatan yang dapat memotivasi dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa inggris oral secara aktif dan produktif melalui lomba, debat, dan pidato berbahasa Inggris. Dua melaksanakan kegiatan menumbuh kembangkan dan sekaligus mengasah bakat, minat, dan kemampuan peserta didik dalam menulis Bahasa Inggris. Tiga meningkatkan kemampuan peserta didik dan memotivasi dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan memilih hari Rabu dan Jumat sebagai hari wajib berbahasa Inggris atau dikenal dengan English Day. Empat melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan bercerita dengan menggunakan Bahasa Inggris. Lima kegiatan dalam menumbuhkembangkan sense of interst pada Bahasa Inggris melalui permainan puzzle berbahasa Inggris lihat Lampiran 34 halaman 259. 5) Penyelenggaraan materi teknologi informasi setingkat universitas yang terintegrasi dalam penggunaan teknologi informasi komunikasi dalam pembelajaran lintas bidang studi. commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Hari efektif KBM di sekolah selama 6 hari. Selama 6 hari Senin sampai dengan Sabtu KBM dimulai pukul 07.00 diakhiri sampai pukul 14.30 dari Senin- Kamis. Jumat KBM diakhiri pukul 11.30 sedangkan Sabtu diakhiri pukul 13.45 lihat Lampiran 32 halaman 255.
d. Menyediakan Fasilitas yang sesuai dengan Perkembangan IPTEKS Menyediakan fasilitas yang representative merupakan bagian penting dalam dukungan sekolah terhadap keberhasilan pendidikan. Fasilitas yang dimaksud meliputi sarana prasarana untuk keperluan belajar mengajar (foto dapat dilihat pada Lampiran 42 dan 44), sbb: Ruang kelas ber AC dan dengan LCD proyektor dan komputer; Kelas dengan jumlah 32 siswa per kelas; Laboratorium IPA yang lengkap; Laboratorium komputer; Internet free hot spot; Kantin sekolah yang bersih dan sehat; Kamar mandi yang bersih; Lingkungan yang sehat, rindang dan luas mendukung KBM; Ruang musik nasional dan seperangkat gamelan jawa dalam SSJ; Lapangan olah raga basket, tenis, sepak bola, voli dan lapangan upacara; Ruang Konsultasi atau BP; Ruang Perpustakaan; Ruang Griya Alumni; Ruang Penjaskes dan ruang fitness; Ruang UKS dan kesehatan. Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disusun sebuah diagram strategi pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali sebagai berikut:
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Visi dan Misi SMA N I Boyolali
Pendidikan Karakter pada Mapel PPKn dalam Kurikulum 2013 (1) Kegiatan Ekstrakurikuler dalam menciptakan Pendidikan kKarakter (2) Gerakan untuk menciptakan Pendidikan Karakter (3)
Keteladanan Guru
Membangun Atmosfer
Kerangka Perilaku
E V A
PESERTA DIDIK SMA N I BOYOLALI
Keluarga dan Lingkungan
L U A
Tata Tertib Sekolah Peserta Didik dan PTK
S I
Gambar 6: Strategi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyoali (Sumber: Observasi peneliti) Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, memberikan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang terbit pada tahun 2011, (lihat Bab II pada halaman 25- 26), telah diterapkan dalam konteks SMA N I Boyolali. Strategi diatas dapat dijelaskan sbb: 1) Pendidikan Karakter Pada Mapel PPKn dalam Kurikulum 2013 SMA N I Boyolali melaksanakan pembelajaran terpadu
yang
mengintegrasikan nilai- nilai pendidikan karakter ke semua mata pelajaran. Kegiatan yang dapat mengaplikasikan nilai- nilai karakter dalam kehidupan sehari- hari melalui kegiatan ekstrakurikuler dan gerakan baik itu kegiatan sosial atau pembiasaan. Semua kegiatan di SMA N I Boyolali baik yang bersifat akademik maupun non akademik berdasarkan upaya warga sekolah untuk commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan visi misi sekolah. Kurikulum 2013 yang telah diterapkan di SMA N I Boyolali pada mata pelajaran PPKn merupakan salah satu ciri kurikulum yang telah memasukkan nilai- nilai pendidikan karakter dalam SKL. Pembelajaran PPKn yang berlangsung di SMA N I Boyolali menggunakan 5M yang berbasis scientifik learning yang berpusat pada keaktifan siswa. Guru menggunakan 4 pemahaman kompetensi terhadap penilaian yang dilakukan terhadap capaian KI, K2. K3, K4. Guru mengembangkan capaian kompetensi yang akan diajarkan melalui analisis KI dan KD. Guru mengembangkan materi pembelajaran PPKn dengan tema HAM baik kelas X, XI, dan XII. Guru mengembangkan proses pembelajaran yang berfokus pada student centre. Guru melakukan penilaian berdasarkan kompetensi K1, K2, K3, dan K4 dengan menggunakan kuantitatif berkisar 0 s/d 4 dengan kisaran 0.33 dengan penulisan dua angka dibelakang koma pada semua mata pelajaran, dan penilaian kualitatif untuk mendiskripsikan semua sikap yang bisa kita amati. 2) Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Menciptakan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter yang mengandung 18 nilai karakter dapat kita terapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler. SMA N I Boyolali memiliki 16 kegiatan ekstrakurikuler dan pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat wajib bagi peserta didik khususnya kelas X. Pramuka merupakan salah satu kegiata yang dapat membentuk 18 nilai pendidikan karakter yang dapat diperoleh peserta didik.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Gerakan untuk menciptakan pendidikan karakter Gerakan yang dilakukan oleh SMA N I Boyolali ini bersifat sosial atau pembiasaan. Kegiatan sosial dapat dilakukan dengan cara bakti sosial mengambil paku didalam pohon, membuat saluran biopari dan kegiatan yang berkaitan dengan program Adiwiyata atau program kepedulian lingkungan. Kegiatan pembiasaan dapat dilakukan dengan cara memutar lagu- lagu nasional sebelum bell mulai KBM, bell masuk pukul 07.00, menekankan 5S, upacara setiap hari senin dan hari besar nasional, memakai seragam sekolah sesuai tata tertib sekolah, mentaati peraturan tata tertib sebagai guru, karyawan dan peserta didik. 4) Keteladanan Guru Guru merupakan ujung tombak penemu keberhasilan dalam mengajar, sehingga keteladanan guru sangat diperlukan bagi peserta didik di sekolah. Semakin kongkrit peserta didik mengikuti dan mempelajari bahan pengajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Mendengar dan melihat bernilai 50% dalam kerucut pengalaman Edgar Dale. Model dan pengalaman dari pelajaran menempati efektifitas belajar sebesar 90%. Dengan demikian maka teladan para guru yang mengajarkan nilai- nila kehidupan begitu penting dalam rangka pembentukan karakter peserta didik. Dengan pembekalan, pelatihan, dan pembekalan yang memadai diharapkan para guru secara menyeluruh dapat memberikan pendidikan nilai- nilai karakter kepada peserta didik di SMA N I Boyolali.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Lingkungan dan Keluarga Keluarga dan lingkungan sekitar peserta didik tinggal sangat menentukan kualitas daripada karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik berasal dari latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda sehingga respon dan tanggapan peserta didik dalam menyikapi nilai- nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran juga berbeda- beda. Terharu dan menangis tatkala seorang guru memberikan contoh nilai- nilai kehidupan yang berkaitan dengan pendidikan karakter karena meraka berasal dari latar belakang keluarga yang kurang kasih sayang, orang tuanya telah meninggal sejak kecil, tidak serumah dengan orang tuanya karena mereka mengikuti program afirmasi, kekerasan dalam rumah tangga, faktor ekonomi. Tapi ada juga peserta didik yang biasa saja karena kondisi lingkungan keluarga sudah mengajarkan seperti itu dan bahkan peserta didik mengalaminya. 6) Kerangka Perilaku Kerangka perilaku adalah rincian praktis perilaku peserta didik yang diharapkan dalam lingkungan sekolah. Tujuan diberikannya kerangka perilaku ini adalah pertama menciptakan perilaku positif, kedua menciptakan keharmonisan dalam hubungannya dengan warga sekolah, ketiga menciptakan kerjasama dalam PBM, keempat memperjuangkan adanya visi dan misi sekolah. Kerangka perilaku peserta didik meliputi segala kegiatan siswa dilingkungan sekolah baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan yang dilakukan dengan proses pengamatan.
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Sosialisasi Tata Tertib Sosialisasi pertama kali diberikan kepada para peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan sekolah dalam rangka mewujdkan pendidikan karakter dilakukan melalui pengenalan tata tertib sekolah pada saat Masa Orientasi Peserta Didik Baru MOPDB. Penjelasan mengenai tata tertib tsb menjelaskan tentang bagaimana perilaku peserta didik saat mereka berada di lobby sekolah, di koridor, di tangga turun naik lantai, saat berada di ruang kelas, kantin sekolah, bermain di lapangan, saat berada di toilet sehingga para peserta didik menjadi paham dan bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari- hari. Tata tertib guru dan karyawan dapat dilihat di lembar struktur organisasi dan tata kerja SOT SMA N I Boyolali. 8) Evaluasi Evaluasi yang dilakukan dalam rangka pendidikan karakter di SMA N I Boyolali menggunakan metode observasi kualitatif yang dilakukan oleh semua guru bidang studi berdasarkan karakter yang menjadi acuan penetapan capaian kompetensi peserta didik yang terdapat dalam laporan capaian kompetensi (LCK). Evaluasi yang dilakukan sekolah terhadap para guru dan karyawan di SMA N I Boyolali dilakukan dengan menggunakan sasaran kerja pegawai (SKP). Laporan perkembangan sekolah dalam profil sekolah melalui EDS. Kegiatan yang terprogram dilaporkan setiap akhir tahun anggaran. Kepala sekolah juga mengadakan supervisi dan monitoring terhadap kinerja para guru dan karyawan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan PTK di SMA N I Boyolali.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Membangun Atmosfir Pemutaran lagu- lagu nasionalisme sebelum pukul 07.00 bell masuk berbunyi, pengadaan program Adiwiyata berupa usaha nyata dalam kelestarian lingkungan, gerakan sosial dan pembiasaan perilaku, program PNBKB, penegasan tata tertib dengan kredit point dengan pembinaan waka kesiswaan dan tim STPKS, penutupan pintu gerbang pukul 07.05 s/d 07.30 merupakan salah satu usaha nyata dalam membangun atmosfir pendidikan karakter di SMA N I Boyolali. Penempatan poster kata- kata tempat- tempat strategis maupun di sepanjang koridor ruang merupakan salah satu program adiwiyata dalam rangka mewujudkan budaya berkarakter.
3.Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali
a. Nilai- nilai Karakter yang Menunjang Prestasi Akademik Siswa UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional yang terdapat pada pasal 2 bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Konteks tersebut memiliki makna bahwa kemampuan peserta didik dalam rangka membentuk watak, kepribadian yang bermartabat itu penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus membentuk karakter dan budaya bangsa yang nasionalis dan patriotis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
Pendidikan karakter di sekolah pada awalnya diperkenalkan dengan adanya peraturan tata tertib. Mula-mula kita membentuk kebiasaan, lama kelamaan kebiasaan kitalah yang membentuk kita ini adalah modal dasar dalam pembentukan sikap dan perilaku kehidupan yang berlandaskan dengan peraturan. SMA N I Boyolali menerapkan delapan kebiasaan orang sukses yang kata- kata kiasannya dijadikan poster kata- kata bijak di sepanjanjang koridor ruangan. Pertama jadilah proaktif: menjadi seseorang yang bertanggung jawab atas hidupmu sendiri; Kedua merujuk pada tujuan akhir: definisikan misi dan sasaran hidupmu; Ketiga dahulukan yang utama: menyusun prioritas, dahulukan hal-hal yang penting; Keempat berfikir menang-menang dengan cara: bersikaplah agar setiap orang bisa menang; Kelima berusaha memahami dahulu, baru dipahami: jadilah pendengar yang baik, dan tulus; Keenam mewujudkan sinergi: dengan cara bekerjasama agar mencapai hasil lebih baik; Ketujuh mengasah gergaji: perbaikilah dirimu secara berkala; Kedelapan melampaui efektivitas, menggapai keagungan: temukan panggilan jiwamu, dan ilhami orang lain menemukan panggilan jiwanya. Pendidikan karakter yang diaplikasikan ke dalam pendidikan akademik maupun non akademik di SMA N I Boyolali menekankan 18 nilai pendidikan karakter yang ada. Ekstrakurikuler yang terdiri dari 16 jenis kegiatan yang semua mengandung nilai pendidikan karakter. Program kegiatan aplikasi dari diklat pendidikan karakter dengan dibentuknya tim STPKS, PNBKB. Program sekolah yang berkaitan dengan kesiswaan melalui OSIS dan Program Afirmasi Adem. Program Adiwiyata yang mengembangkan basisnya ke dalam kurikulum commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran. Kegiatan gerakan sosial dan pembiasaan dapat ditunjukkan melalui sikap dan keterampilan para peserta didik dalam mengikuti program kegiatan yang menjadi rutinitas SMA N I Boyolali. Pendidikan karakter dalam rangka mewujudkan kepribadian peserta didik yang bermartabat sesuai dengan visi dan misi SMA N I Boyolali dapat ditunjukkan dengan adanya beberapa prestasi kejuaraan dari para peserta didik setiap tahun. Didukung proses pembelajaran yang didukung dengan kurikulum 2013 yang mengandung nilai karakter pada SKL, PBM yang berkualitas dengan fasilitas sesuai perkembangan IPTEK dan sarana prasarana yang memadai. Informan JM selaku Waka Kesiswaan memberikan pernyataan dalam wawancara: “ Kebetulan setiap tahun SMA N I Boyolali selalu mendapatkan kejuaraan. Beberapa kejuaraan dapat diwujudkan dalam bentuk piala, piagam, dan dokumentasi tertulis sekolah sebagai rekapan pertahu. Bukti prestasi dua tahun terkhir yang dapat saya dokumentasikan ada nanti anda bisa pinjam. Usaha sekolah untuk memotivasi mereka dengan cara memberikan reward. Waka kesiswaan membuat surat permohonan kepada kepala sekolah yang akan disampaikan kepada semua guru yang bertugas sebagai pengajar, pembina ekskul, dan wali kelas supaya memberikan apresiasi atas prestasi siswa dengan penambahan nilai secara proporsional dalam penilaian raport bagi peserta didik di SMA N I Boyolali”. (JM, CLHW-III/ JWB 9) halaman 210.
Foto beberapa piala juara perlombaan peserta didik SMA N I Boyolali yang dipajang di depan pintu masuk gedung utama dapat dilihat pada Lampiran 43. commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pendidikan Karakter di SMA N I Boyolali Berhasil Menciptakan Nilainilai PPKn sesuai Tujuan Kurikulum 2013 Pendidikan karakter di SMA N I Boyolali bukan merupakan sebuah mata pelajaran tersendiri melainkan bentuk aplikasi nilai- nilai karakter terhadap pembelajaran yang bersifat akademik maupun non akademik. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan akademik melalui kurrikulum pembelajaran dan kegiatan non akademik melalui ekstrakurikuler dan gerakan. Selain prestasi bidang akademik peserta didik SMA N I Boyolali juga mempunyai prestasi terhadap dukungan dan partisipasi mereka terhadap kepedulian lingkungan dalam Program Adiwiyata. Berikut pernyataan BP selaku Waka Kurikulum sekaligus ketua tim Program Adiwiyata SMA N I Boyolali dalam wawancara sbb: “Salah satu program dari Kementrian Lingkungan Hidup dalam rangka menyongsong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup”. (Informan BP CLHW-II JWB 3) halaman 199. Hal serupa juga diutarakan oleh JM selaku Waka Kesiswaan dalam wawancara: “Kegiatan bakti sosial, keterlibatan siswa dalam program “Adiwiyata”, diklat OSIS, dan gelar kreatifitas pelajar. OSIS adalah salah satu lembaga yang
mengajarkan
bagaimana
tata
cara
permusyawaratan
dan
kepemimpinan dan penerapan nilai- nilai pancasila yang menggunakan saintefik learning seperti yang diterapkan dalam kurikulum 2013. SKL dalam kurikulum 2013 sarat dengan nilai- nilai pendidikan karakter”. (Informan JM, CLHW-III JWB 3) halaman 209. Mata pelajaran PPKn adalah salah satu mata pelajaran yang mengandung banyak nilai- nilai karakter. Pembelajaran dalam PPKn yang menggunakan commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kurikulum 2013 berbasis scientific learning merupakan sebuah pembelajaran yang memberikan nuansa nyata dalam kehidupan sehari- hari. Pendidikan karakter semua dilakukan seimbang baik yang bersifat akademis maupun non akademis semua mencantumkan nilai karakter. Dalam kegiatan akademis setiap guru mata pelajaran membuat RPP sesuai kurikulum 2013 dalam kegiatan non akademis misalnya kegiatan ekstrakurikuler menggunakan basis lingkungan “Adiwiyata”. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan kegiatan diluar kelas. SMA N I Boyolali melaksanakan beberapa kegiatan yang intinya mengarah pada pembelajaran di dalam kelas yang pelaksanaannya di luar kelas, hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang berbasis saintifik learning bahwa sumber belajar tidak hanya di dalam kelas akan tetapi lingkungan akan mengajarkan kita pembelajaran yang konkrit dapat kita peroleh didalam kehidupan. SMA N I Boyolali mengadakan kegiatan seminar sehari berkaitan dengan adanya AIDS, Narkoba dan bahayanya. Kegiatan seminar itu bermanfaat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di masa pubertas seperti di kalangan pelajar tingkat menengah. Seminar itu dihadiri beberapa instansi terkait yang dapat memberikan materi seperti pihak Kepolisian dan Kesehatan.
Pihak
kepolisian
menjelaskan
dampak
penggunaan
dan
penyalahgunaan obat yang tidak sesuai dengan tim medis akan dikenakan tindakan pidanan pelanggaran obat dan narkotika, sedangkan pihak medis menjelaskan bahaya penggunaan obat- obatan terlarang dan narkotika bagi perkembangan dan pertumbuhan kesehatan tubuh kita. Seminar itu memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
dampak positif selain menciptakan pendidikan karakter suka berkomunikasi, toleransi, peduli sesama, peduli lingkungan, tanggungjawab, demokrasi, cinta damai, kerjasama, kemandirian dari semua nilai pendidikan karakter tsb masuk didalam mata pelajaran PPKn yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan hidup sehari- hari, tertuang dalam CLCD-30 Lampiran 52. Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 dan karakter yang diupayakan di SMA N I Boyolali sesuai dengan RKJP 2015 tertuang dalam Tabel 8, 9, 10 halaman 282- 287. Kegiatan pembelajaran diluar jam pelajaran peserta didik dilatih dalam kegiatan organisasi selain OSIS peserta didik dilibatkan dalam hal kesiswaan. Kegiatan kesiswaan merupakan wujud nyata dari aplikasi mata pelajaran PPKn yang diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Seperti yang diungkapkan oleh (informan JM CLHW-III JWB 11) sesuai dengan pemaparan JM berikut: “Betul selain OSIS peserta didik dilibatkan juga dalam organisaasi kesiswaan dimana program kerja kesiswaan menjadi pantauan oleh Waka Kesiswaan. Program kerja kesiswaan dilakukan adanya peran serta siswa dan guru dalam sebuah kegiatan sekolah. Program kerjanya antara lain: pelaksanaan PPDB, MOPDB, mensosialisasikan Tatib PDB, pembagian tugas pembinaan ekstrakurikuler, mempersiapkan pergantian pengurus OSIS dan MPK, melaksanaan kegiatan keagamaan, program pelaksanaan HUT ataupun luxstrum SMA N I Boyolali setiap tanggal 21 September, pelaksanaan hari raya kurban, pelaksanaan kegiatan lomba/ OSN, pembinaan OSIS dan MPK 3-4 kali dalam satu semester bersama- sama dengan Waka Humas dan Waka kurikulum, mempersiapkan serah terima kelas XII kepada orang tua/ wali. Pembelajaran karakter secara langsung dalam proses organisasi dalam kehidupan”. (Informan JM, CLCD- 11) commit to user disajikan dalam CLCD-12 Lampiran 33 halaman 258.
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali
a. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali Berdasarkan penjelasan dari AW, faktor- faktor pendukung pelaksanaan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali, sebagai berikut: “Faktor pendukungnya ada tiga yaitu satu dilihat dari sarana dan prasarana yang memfasilitasi dilaksanakannya pendidikan karakter. Dua kualitas guru dan beberapa peran orangtua peserta didik dalam memberikan motivasi terhadap pelaksanaan pendidikan karakter. Tiga kesiapan peserta didik secara intelektual, fisik dan mental dalam pendidikan karakter melalui kurikulum 2013.” (Informan AW CLHW-I/ 2 JWB 13) halaman 194. Hal serupa diungkapkan oleh BP sebgai berikut: “Faktor pendukungnya bahwa kurikulum 2013 memiliki SKL yang didalamnya sudah meletakkan dasar dan nilai- nilai pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di sekolah”. (Informan BP CLHW-II JWB 12) halaman 202. Hal yang berkaitan dengan faktor pendukung diungkapkan oleh JM sebagai berikut: “Hampir 90% guru di SMA N I Boyolali sudah mendapatkan sosialisasi kurikulum 2013 itu merupakan faktor pendukung pelaksanaan kurikulum 2013.” (Informan JM CLHW-III JWB 10) halaman 211. Berdasarkan beberapa pengakuan informan diatas maka peneliti melakukan pengamatan dalam konteks pendidikan karakter pada mata pelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
132 digilib.uns.ac.id
PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali yang merupakan faktor pendukungnya adalah sebagai berikut: 1) Visi dan Misi SMA N I Boyolali yang menekankan pendidikan karakter. 2) SKL dalam kurikulum 2013 yang mencantumkan nilai- nilai pendidikan karakter. 3) Sarana dan prasarana yang memfasilitasi dilaksanakannya pendidikan karakter 4) Motivasi dari orang tua, guru dan warga sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter. 5) Kesiapan peserta didik secara intelektual, fisik dan mental dalam pendidikan karakter melalui kurikulum 2013.
b. Faktor Penghambat Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali Beberapa hambatan dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali menurut dari beberapa informan salah satunya AW adalah faktor waktu pemantauan dan faktor keluarga peserta didik. 1) Hambatan dalam Perencanaan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali a) Pembagian Materi dalam Mata Pelajaran PPKn HAM adalah salah satu materi PPKn yang diajarkan di SMA N I Boyolali dari kelas X, XI, dan XII. Sehingga guru sebelum mulai KBM harus menjelaskan tatacara belajar mata pelajaran PPKn yang diberikan pada minggu ke commit to user dua pada tahun pelajaran 2014/ 2015. Guru menganalisis KI, dan KD yang akan
perpustakaan.uns.ac.id
133 digilib.uns.ac.id
dijabarkan dalam RPP. Menurut informan SB pembagian materi HAM untuk mata pelajaran PPKn dilakukan sebagai berikut: “SKL dalam kurikulum 2013 telah memasukkan nilai- nilai pendidikan karakter. Berdasarkan KI dan KD dari kurikulum 2013 materi PPKn terbagi menjadi 4 materi idiologi. Materi dalam mata pelajaran PPKn adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dari 4 materi Idiologi dirangkum dalam kegiatan pembelajaran PPKn saat ini berdasarkan nilai moral, Pancasila, dan HAM. Contoh dalam RPP untuk materi HAM yang berkaitan dengan Pancasila kita ajarkan dengan toleransi antar umat beragama, musyawarah mufakat, aturan untuk menjaga dan menghargai sesuai dengan konstitusi UUD 1945 pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari dengan saling menjaga kerukunan tanpa perpecahan yang akan kita ajarkan dalam peranan sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI dengan adanya NKRI yang kita miliki dari sabang sampai merauke, beragam seni budaya akan mempersatukan Bangsa Indonesia yang menjadi semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PPKn yang berbasis saintifik learning menegaskan 5M dalam mengajar apabila dalam pembelajaran PPKn dengan KI dan KD yang terjabar dalam silabus dan RPP akan terbagi menjadi pengenalan materi HAM untuk kelas X, pematangan atau pemantapan materi HAM untuk kelas XI, dan aplikasi materi yang dapat dilakukan di kelas XII”. (Informan SB, CLHW-IV/ 2 JWB 3) halaman 220. b) Ketersediaan Buku sesuai Kurikulum 2013 dan Sarana Prasarana Keberadaan buku kurikulum 2013 yang belum mencukupi bagi siswa dan belum merata untuk semua mata pelajaran yang didrop ke sekolah menurut informan SB, CLHW-II JWB 12. Sarana prasarana LCD, soud system yang sebagian kurang berfungsi dengan baik dikarenakan adanya rehab gedung commit to user menurut (Informan JM CLHW-III JWB 10) halaman 211.
perpustakaan.uns.ac.id
134 digilib.uns.ac.id
2) Hambatan dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali. Menurut informan AW yang menjadi penghambat pendidikan karakter di SMA N I Boyolali adalah sebagai berikut: “Faktor penghambat ada dua yaitu satu penggunaan waktu yang sangat terbatas untuk memonitor kegiatan secara spesifik terhadap pelaksanaan pendidikan karakter. Dua pemerataan keteladanan yang belum menyeluruh dari faktor lingkungan rumah atau domisili peserta didik yang tidak kondusif di lingkungan sekitar peserta didik”. (Informan AW CLHW-I/ 2 JWB 13) halaman 194. Penjelasan dari faktor penghambat yang pertama diatas berkaitan dengan adanya waktu pelaksanaan pendidikan karakter itu sendiri. AW menegaskan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali merupakan pendidikan proses yang membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan. Pendidikan karakter ditanamkan melalui kegiatan akademik dan non akademik untuk membentuk nilai- nilai sikap pembiasaan yang dapat membentuk karakter siswa. Karakter dibentuk mula- mula dikendalikan dengan aturan atau tata tertib yang pada akhirnya dapat membudaya menjadi sebuah kebiasaan tanpa paksaan. Tujuan visi dan misi SMA N I Boyolali merupakan dasar untuk melaksanakan pendidikan karakter. Penjelasan pada hambatan yang kedua berkaitan dengan latar belakang keluarga dan domisili lingkungan peserta didik yang berbeda- beda membuat pelaksanaan pendidikan karakter membutuhkan penanganan yang bervariatif. Sikap dan karakter yang dimiliki peserta didik mempengaruhi pelaksanaan KBM commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
didalam kelas, hal yang sama diungkapkan oleh SB, selaku guru mata pelajaran PPKn sebagai berikut: “Peserta didik berasal dari latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda sehingga respon dan tanggapan peserta didik dalam menyikapi nilai- nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran juga berbeda- beda. Terharu dan menangis tatkala seorang guru memberikan contoh nilainilai kehidupan yang berkaitan dengan pendidikan karakter karena meraka berasal dari latar belakang keluarga yang kurang kasih sayang, orang tuanya telah meninggal sejak kecil, tidak serumah dengan orang tuanya karena mereka mengikuti program afirmasi, kekerasan dalam rumah tangga, faktor ekonomi. Tapi ada juga peserta didik yang biasa saja karena kondisi lingkungan keluarga sudah mengajarkan seperti itu dan bahkan peserta didik mengalaminya. Peranan orang tua dirumah dan guru di sekolah sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan emosional anak. Guru dan orang tua memiliki peranan yang sama karena beliau sebagai orang tua yang bisa mengarahkan peserta didik kearah yang lebih baik.” (Informan SB CLHW-IV/1 JWB 4) halaman 216.
B. Pembahasan
Deskripsi Temuan Penelitian pada bagian A diatas, maka dapat dikonstruksikan dalam empat teori sebagai berikut: 1. Perencanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn berdasarkan visi misi sekolah. 2. Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn tercermin dalam kehidupan sehari- hari. commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn sesuai dengan kurikulum 2013 4. Pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013. Penelitian ini menguraikan analisa dua teori yang dibangun dari hasil penelitian implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali sebagai berikut:
1. Perencanaan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn Sesuai dengan Visi Misi Penelitian ini sesuai dengan perencanaan pada penelitian awal lihat halaman 33 bab II. Salah satu teori yang dikembangkan berdasarkan temuan dilapangan bahwa pendidikan karakter memiliki peranan penting dalam pembelajaran PPKn. Karena pada dasarnya mata pelajaran PPKn adalah mata pelajaran yang mengandung 4 pilar dalam kehidupan. Empat pilar yang terkandung didalam mata pelajaran PPKn dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari- hari didalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Kemdiknas (2011: 64) yang menegaskan bahwa “sekolah yang baik akan mengelolan lembaga pendidikannya menggunakan basis pendidikan karakter” maka hal tsb diterapkan juga di SMA N I Boyolali. Aplikasi pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran akademik dan non akademik sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kegiatan akademik melalui kurikulum pembelajaran merupakan salah satu penerapan nilai- nilai karakter yang diaplikasikan kedalam commit to user pembelajaran PPKn. Pada dasarnya pendidikan karakter adalah salah satu pondasi
perpustakaan.uns.ac.id
137 digilib.uns.ac.id
awal dalam sebuah pembelajaran. Pendidikan karakter digunakan sebagai dasar konsep dalam membentuk kepribadian peserta didik. Penelitian ini menetapkan dasar- dasar etika, moral, kepedulian, kejujuran, tanggungjawab dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan nilai karakter yang ada. Winarno (2012: 39) menegaskan pengertian bahwa “mata pelajaran PPKn mengajarkan berbagai bentuk nilai kehidupan dan mengajarkan sila- sila pancasila di sekolah”. Mata pelajaran PPKn adalah salah satu mata pelajaran multidemensional yang merupakan kumpulan berbagai ilmu sosial yang didalamnya mengandung aspek epistimologis dan aksiologis dalam menyadari diri sepenuhnya sebagai peserta didik. Pembelajaran PPKn dengan tema HAM yang diajarkan dari kelas X, XI, dan XII akan diterakpan dengan menggunakan teknik bahwa kelas X berupa pengenalan, kelas XI berupa pemahaman dan kelas XII berupa pengamalan dalam aplikasi kehidupan baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Retno Listyarti (2012: 6) menegaskan bahwa: “pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn mengandung 18 nilai”. Nilai- nilai pendidikan yang dikembangkan di SMA N I Boyolali terdiri dari: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab. Albertus (2010: 63) menegaskan “pengembangan diri manusia secara utuh melalui dimensi yang dimiliki religious, moral, personal, sosial, cultural, temporal, institusional, relasional, dan lain lain”. Berdasarkan nilai- nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
138 digilib.uns.ac.id
pendidikan karakter yang semua diterapkan di SMA N I Boyolali maka kegiatan yang mendominasi pentingnya nilai- nilai karakter dapat diperjelas sbb: Religius dalam mata pelajaran PPKn mengandung Sikap dan perilaku patuh, toleransi, hormat menghormati dalam melaksanakan ajaran agama di SMA N I Boyolali kegiatan religius ditanamkan sejak pertama kali para siswa mengikuti kegiatan masa orientasi peserta didik baru (MOSPDB). Nilai religius ini ditanamkan dengan cara bimbingan terhadap para siswa sesuai dengan agamanya masingmasing dalam ruang tertentu, contoh: peserta didik beragama islam masuk kedalam mushola untuk mendapatkan wasilah/ pengajian. Kemdiknas (2010: 8) menegaskan bahwa “tiga manajemen yang diterapkan dalam sekolah berbasis kompetensi diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari yang berkarakter”. Pada saat bulan Romadhon 1435H selama 1 minggu masuk pertama tahun pelajaran 2014/ 2015 dimulai peserta didik baru mengikuri MOSPDB selama 4 hari dan 2 hari berikutnya diadakan pesantren kilat bagi semua peserta didik kelas X, XI, XII. Pada saat isoma peserta didik non muslim masuk ruangan sesuai dengan agama masing- masing untuk diberikan siraman rohani. Jujur dalam mata pelajaran PPKn mengajarkan kejujuran dalam bentuk tutur kata sikap, perkataan, tindakan dan pekerjaan yang sesuai dengan kenyataan yang dilakukan. Nilai kejujuran ditanamkan di SMA N I Boyolali dengan cara dibentuk kantin kejujuran, pelaksanaan tugas harian baik individu atau kelompok, bentuk pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh peserta didik atau bentuk dan nilai religi yang menjadi kewajiban telah dilaksanakan sepenuhnya atau belum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
139 digilib.uns.ac.id
Toleransi dalam mata pelajaran PPKn terkandung sikap toleransi baik dalam beragama maupun bermusyawarah ataupun berkomunitas tanpa adanya SARA. Nilai toleransi dapat dilakukan melalui perayaan hari besar agama di sekolah, pembagian daging kurban pada saat Idul Adha. Kegiatan sosial yang berkaitan dengan kerja bakti, pemberian santunan dan pembersihan lahan yang menjadi lingkungan sekitar, dan lain- lainl. Disiplin dalam mata pelajaran PPKn dapat ditunjukkan dengan adanya perilaku tertib, sopan dalam berbagai ketentuan dan peraturan. SMA N I Boyolali menyelenggarakan latihan dasar kepemimpinan (LDK) ke Akademi Militer untuk setiap angkatan. Pasukan pengibar bendera (PASKIBRA) yang digunakan sebagai salah satu cara untuk melatih kedisiplinan. Satuan Pelacakan dan Penanggulangan Kerawanan Siswa (STPKS) salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kedisiplinan siswa dengan pantaun kinerja seminggu sekali pada hari sabtu pagi. Kerja keras dalam pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn dapat ditunjukkan dengan sikap bersungguh- sungguh dalam mengatasi hambatan belajar dan menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik- baiknya. Nilai kerja keras selalu ditanamkan di SMA N I Boyolali ke dalam semua kegiatan baik kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun kegiatan pembelajaran, kegiatan sosial di luar kelas. Kreatif merupakan nilai dalam berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil dari sesuatu yang dimiliki. Nilai kreatif di SMA N I Boyolali dapat ditunjukkan dengan adanya beberapa kejuaraan baik yang bersifat science maupun sosial melalui berbagai perlombaan. Mandiri merupakan nilai pendidikan karakter yang dapat commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditunjukkan dengan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung terhadap orang lain dalam melaksanakan tugas- tugas. Mandiri dapat diwujudkan di SMA N I Boyolali melalui berbagai tugas mandiri dari semua mata pelajaran maupun kegiatan ko korikuler, ekstrakurikuler yang sifatnya individu yang dapat dilaksanakan oleh para peserta didik. Demokratis merupakan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam mata pelajaran PPKn yang merupakan cara yang dimiliki peserta didik di SMA N I Boyolali dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dengan memposisikan antara hak dan kewajiban yang sama dengan orang lain. Rasa ingin tahu dapat diperoleh dari peserta didik melalui gemar membaca buku berkaitan dengan materi pembelajaran atau sumber lain internet, majalah, TV, radio maupun pengalaman pribadi yang mendukung. Semangat kebangsaan dapat diajarkan dalam mata pelajaran PPKn melalui wawasan yang menempatkan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Kegiatan ini dapat diwujudkan melalui kemah berkarakter yang dilakukan oleh peserta didik di SMA N I Boyolali dalam setiap tahun. Kegiatan penyelenggaraan ini dilakukan dengan melibatkan kemah lintas jenjang pendidikan antar SD, SMP, SMA dan umum. Cinta tanah air diajarkan dalam mata pelajaran PPKn melalui cara berpikir, bersikap, berbuat dengan kesetiaan terhadap bangsa dan negara. Nilai cinta tanah air di wujudkan di SMA N I Boyolali melalui kegiatan seminar nasionalisme yang diadakan sekolah bekerja sama dengan lembaga pendidikan setempat seperti Primagama, Neutron dan Ganesha Operation secara bergantian dalam setiap tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
141 digilib.uns.ac.id
Menghargai prestasi dilakukan untuk menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/ komunikatif ditanamkan untuk menciptakan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya. Cinta damai dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti upacara bendera peringatan hari besar nasional, menyanyikan lagu nasional. Peduli lingkungan teraplikasi terhadap kegiatan program Adiwiyata di SMA N I Boyolali. Peduli sosial dibuktikan kedalam segala kegiatan gerakan yang bersifat gerakan sosial, kerja bakti maupun pemberian santunan ketempat/ daerah yang membutuhkan. Tanggungjawab merupakan keempat komponen yang keberadaannya merupakan sebuah tindakan atau cara untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, mau membantu sesama yang membutuhkan dan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya, didukung dengan upaya Pemerintah Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus dalam Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yaitu sebuah pemerataan pendidikan bagi semua eduacation for all tanpa adanya diskriminasi maka SMA N I Boyolali diberikan kepercayaan untuk mendidik putra/ putri dari Papua dan Papua Timur. Tahun 2014 ini di SMA N I Boyolali mendapatkan jatah 4 orang untuk mengikuti pendidikan selama 2 tahun terakhir ini. Lickona (2006: 64) “Pendidikan karakter yang mengandung totalitas psykologis melalui afektif, kognitif dan psykomotor”, hal ini diperjelas melalui aplikasi dari delapanbelas nilai karakter merupakan nilai- nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Nilai nilai karakter merupakan nilai- nilai pembiasaan dalam kehidupan seharicommit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hari baik saat pembelajaran di dalam kelas maupun kehidupan diluar kelas. Pendidikan karakter dan mata pelajaran PPKn merupakan pembelajaran yang saling mendukung dan tidak terpisahkan sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral yang merupakan ciri khusus pembelajaran PPKn.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran PPKn tercermin dalam kehidupan sehari- hari Mulyasa (2012: 11) menegaskan bahwa: “keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dijabarkan kedalam sembilan proses indikator”. Indikator yang sesuai dengan penelitian ini diantaranya adalah: adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan mandiri; Adanya peningkatan mutu pembelajaran; Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar; Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat; Adanya peningkatan tanggungjawab sekolah; Tumbuhnya sikap keterampilan, dan pengetahuan secara utuh di kalangan peserta didik; Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM); Terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning); Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continous quality improvement). Mulyasa (2009: 45) menegaskan bahwa “kepala sekolah yang mandiri, demokratis, dan professional harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yakni pembinaan mental berupa: moral, fisik, dan artistik”. Pada dasarnya perencanaan pendidikan karakter berasal commit to user dari pembiasaan. SMA N I Boyolali menerapkan pendidikan karakter dengan cara
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merencanakan keseharian melalui kegiatan dalam berbagai bidang ilmu pembelajaran. Perencanan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali dapat dilakukan melalui tiga kegiatan. Penjelasan Kegiatan pertama berkaitan dengan kegiatan akademik dimana semua guru yang mengajar disiplin ilmu yang berbeda- beda harus berpatokan pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah salah satu kurikulum yang memiliki standar kompetensi lulusan (SKL) yang didalamnya syarat dengan pendidikan karakter sehingga para guru diharuskan membuat perangkat pembelajaran sebelum memulai pembelajaran atau yang kita kenal dengan RPP. Kegiatan yang kedua berupa kegiatan non akademik berupa kegiatankegiatan OSIS dan kegiatan kesiswaan. Antara lain kegiatan pramuka yang bersifat wajib bagi siswa baru kelas X dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan bagi siswa reguler IPA, IPS dan program percepatan akselerasi seperti; Karya ilmiah remaja (KIR); Palang Merah Remaja (PMR); Paskibra; Pecinta Alam; Musik (band); Olahraga (basket, sepakbola/ Futsal, bulutangkis, beladiri: karate, taekwondo, pencak silat); Klub TI; English Conversation Club; Pembinaan OSN; Deucsth Club; Elsada; dan Persada. Kegiatan ketiga berupa gerakan misalnya saja bakti sosial; pembiasaan nilai- nilai karakter yang ada 18 nilai karakter di sekolah seperti bersalaman dan cium tangan bapak ibu guru sebelum pembelajaran di kelas; Memakai seragam OSIS lengkap setiap hari senin dan hari- hari besar nasional untuk upacara bendera; Pembiasan 5S yaitu senyum, sapa, sopan, dan santun kepada semua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
144 digilib.uns.ac.id
orang; Menghargai yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda; Berdoa sebelum KBM. Menciptakan sinergi dengan 7 kebiasaan efektif seperti menjadi orang yang proaktif; memulai gagasan akhir dalam setiap akhir berpikir, mengutamakan hal yang harus diutamakan, berpikir untuk menang, memahami orang lain terlebih dulu sebelum oranglain memahami kita, mewujudkan sinergi, memperbarui kehidupan. Beberapa program kegiatan dapat dilakukan dengan memasang beberapa kata- kata bijak di area kelas dan lingkungan sekolah seperti halnya di bawah pohon beringin halaman depan sekolah tertulis dalam tembok bercat coklat muda berukuran kurang lebih 3 x 1.5 m yang berbunyi: “Bejo Bejone Wong Kang Lali Iseh Bejo Wong Kang Eling Lan Waspodo”; Science is Bright; Nilai pendidikan karakter dan budaya yang mencakup 18 nilai; Sukses berawal dari kemauan sendiri untuk berusaha; hanya orang bodoh yang bikin kotor lingkungan; Tumbuhkan budaya malu karena datang terlambat, berbuat salah, dan malu karena tidak berprestasi; Pendapat William Arthurd Ward seperti guru yang biasa- biasa berbicara, guru yang bagus menerangkan, guru yang hebat mendemonstrasikan, guru yang agung memberi inspirasi. Menurut Mulyasa (2012: 59) menegaskan bahwa: “perubahan dan pengembangan kurikulum dimulai dari penataan terhadap delapan elemen standar nasional”. Penjelasan yang sama dari informan AW selaku kepala sekolah SMA N I Boyolali yaitu semua guru wajib menyusun RPP karakter kurikulum 2013 karena pendukung dalam setiap amanat pendidikan karakter tercantum dalam induk SKL dan itu tidak terdapat didalam kurikulum sebelumnya. Kurikulum commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2013 mencantumkan nilai pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran yang ada di sekolah terutama di SMA N I Boyolali. Mulyasa (2012: 135) menegaskan bahwa: “point penting dalam penilaian yaitu penilaian harus disesuaikan dengan standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses”. Sebetulnya kurikulum 2013 bukanlah kurikulum baru, dalam kurikulum sebelum 2013 juga memasukkan nilai- nilai pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn tetapi belum terkonsep. Kurikulum 2013 berbasis saintefik learning dengan menerapkan 5M dan pemahaman 4 kompetensi dimana seorang guru harus terampil mempersiapkan capaian pembelajaran, menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai, melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan melaksanakan penilaian, itu merupakan syarat wajib dalam melaksanakan proses KBM baik itu berlangsung didalam maupun di luar kelas. PPKn dalam kurikulum 2013 memiliki jam efektik di SMA sebanyak 32 jam mata pelajaran per semester. Kurikulum 2013 yang memilki SKL berisi nilainilai karakter terjabar dalam KI dan KD. Mata pelajaran PPKn memiliki 4 materi idiologi. Materi dalam mata pelajaran PPKn adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dari 4 materi Idiologi dirangkum dalam kegiatan pembelajaran PPKn saat ini berdasarkan nilai moral, Pancasila, dan HAM. Materi untuk kelas X pengenalan bentuk- bentuk HAM, materi kelas XI mengenai pemahaman bentuk- bentuk HAM, dan materi kelas XII berkaitan dengan aplikasi atau penanaman sikap yang berkaitan dengan HAM di Indonesia.
commit to user
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PPKn sesuai dengan Kurikulum 2013 Hasil penelitian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 menghasilkan sebuah pembelajaran proses. Kegiatan proses pembelajran dalam mata pelajaran PPKn yang diterapkan menggunakan langkah 5M
yakni
mengamati,
menanya,
mengelaborasi,
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasikan. Keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn sesuai dengan kurikulum 2013 mencakup 4 pemahaman. Pertama pemahaman capaian pembelajaran, pemahaman materi pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan proses penilaian. a) Pemahaman Kompetensi (capaian pembelajaran) Pembelajaran dalam kurikulum 2013 terbagi menjadi beberapa SKL yang tertuang kedalam KI dan KD digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan RPP setiap mata pelajaran. Mata pelajaran PPKn kelas XI mengandung materi pokok tentang kasus- kasus pelanggaran HAM. Capaian pembelajaran untuk mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA N I Boyolali yang tertuang dalam KI (3) diupayakan dengan cara memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
147 digilib.uns.ac.id
Capaian pembelajaran PPKn dengan materi pokok kasus- kasus pelanggaran HAM kelas XI semester I diperoleh indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut mendeskripsikan pengertian HAM, mengkalisifikasikan macammacam HAM dan instrument HAM Nasional, mendeskripsikan prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia, dan berbagai kasus pelanggaran HAM di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Indikator pencapaian kompetensi ditetapkan dengan tujuan agar setelah siswa mempelajari berbagai kasus- kasus pelanggaran HAM di Indonesia dari berbagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dapat mendeskripsikan pengertian HAM dengan benar; Peserta didik dapat mengkalisfikasikan macam- macam HAM; dan instrument HAM Nasional dengan tepat; Peserta didik dapat mendeskripsikan prinsip- prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia dengan tepat; dan Peserta didik dapat mendeskripsikan berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sesuai kehidupan sehari- hari dengan tepat. b) Pemahaman Materi Pembelajaran Abdulah Alkaf (2014: 14) dalam sosialisasi kurikulum 2013 memaparkan bahwa: “pemahaman materi pembelajaran disesuaikan dengan konsep berupa konteks peserta didik yang bervariasi sesuai dengan kesiapannya intelektual, fisik dan mental dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual”. Pemahaman materi pembelajaran dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn menakankan adanya penyajian materi tidak berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
148 digilib.uns.ac.id
Penguatan materi PPKn pada kurikulum 2013 dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik dan mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, menambah materi yang dianggap penting harus dilakukan. Perlu adanya evaluasi tingkat kedalaman materi PPKn sesuai dengan tuntutan kebutuhan peserta didik dan menyusun RPP sesuai dengan KI dan KD yang telah ditetapkan dalam SKL. c) Pemahaman Proses Pembelajaran Proses pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 menekankan adanya pendekatan saintifik dan kontekstual. Pembelajaran PPKn yang diterapkan di SMA N I Boyolali menekankan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah problem based learning PBL. Kemampuan peserta didik dalam sebuah pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan 5M yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan pembelajaran dalam setiap kali pertemuan. Sri Haryati (2014: 2) memaparkan bahwa “strategi pembelajaran PKn dilakukan sesuai tujuan pembelajaran yang menekankan tiga model pembelajaran yaitu model contecstual teaching learning CTL, problem based learning PBK dan model VCT ”. Berkaitan dengan pendapat tersebut maka pembelajaran PPKn yang diterapkan di SMA N I Boyolali menekankan model pembelajaran problem based learning PBK. Langkah- langkah dalam pembelajaran meliputi upaya guru dalam menjelaskan tujuan pembelajaran; Menjelaskan logistic kebutuhan; Memotivasi siswa dalam pemecahan masalah, mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
149 digilib.uns.ac.id
belajar yang berkaitan dengan masalah; Mendorong mengumpulkan informasi melalui eksperimen dalam mendapatkan penjelasan akan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Guru harus membantu peserta didik dalam mempersiapkan sebuah karya, refleksi, dan evaluasi terhadap proses penyelidikan yang dilakukan. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran PPKn yaitu ceramah bervariasi, penugasan, tanya jawab, dan diskusi. 4) Pemahaman Penilaian Pembelajaran Penilaian pembelajaran dalam kurikulum 2013 dapat berupa “nilai proses atau nilai harian diperoleh dari tes tertulis, tes lisan dan penugasan”. Penilaian ini didapatkan dari kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam hal penanaman nilainilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn dapat diterapkan dalam “diskusi kelas pada saat KBM”. Peserta didik dapat diamati dari segi kesopanan, sikap menghargai pendapat orang lain, suka bermusyawarah, toleransi, kreatif, tanggungjawab dll. Pengembangan wawasan kebangsaan bagi pendidik di SMA N I Boyolali dilakukan melalui 1. kebijakan sekolah; 2. kelembagaan; 3. sarpras; 4. kurikulum; 5. kesiswaan melalui kegiatan ekstrakurikuler; 6. kegiatan terprogram, kegiatan rutin, kegiatan pembiasaan, keteladanan; dan 7. kegiatan yang berkaitan dengan tenaga pendidik dan kependidikan. Skala nilai pengetahuan menggunakan skala nilai 0 sd 100. Nilai keterampilan menggunakan kuantitatif 1-4 dengan kelipatan 0.33 dengan 2 desimal dibelakang koma. Skala nilai sikap spiritual dan sosial dalam (KI1 dan KI2) menggunakan kualitatif dengan kode A artinya Sangat Baik nilai 4, kode B artinya Baik nilai 3, kode C artinya Cukup nilai 2 dan kode K artinya kurang nilai commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Nilai akhir setiap mata pelajaran diperoleh dari 30% nilai harian, 30% nilai ulangan tengah semester dan 40% diperoleh dari nilai ujian akhir semester.
4. Pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013. Penelitian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 didukung beberapa faktor antara lain Visi dan Misi SMA N I Boyolali yang menekankan pendidikan karakter. SKL dalam kurikulum 2013 yang mencantumkan nilai- nilai pendidikan karakter. Sarana dan prasarana yang memfasilitasi dilaksanakannya pendidikan karakter. Motivasi dari orang tua, guru dan warga sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter. Kesiapan peserta didik secara intelektual, fisik dan mental dalam pendidikan karakter melalui kurikulum 2013. Hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali meliputi: pembagian materi pokok dalam Mata Pelajaran PPKn yang menggunakan HAM sebagai salah satu materi PPKn yang diajarkan di SMA N I Boyolali dari kelas X, XI, dan XII. Sehingga guru sebelum mulai KBM harus menjelaskan tatacara belajar mata pada kelas X dan pengenalan mata pelajaran dengan materi pokok pelanggaran kasuskasus HAM. Guru menganalisis KI, dan KD yang akan dijabarkan dalam RPP. Ketersediaan buku mata pelajaran kurikulum 2013 yang belum merata dilihat dari jumlah mata pelajaran yang diajarkan dengan jumlah peserta didik secara keseluruhan. Sarana prasarana yang kurang optimal digunakan karena sebagian commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beralihfungsi dengan adanya penempatan ruang laborat yang digunakan sebagai kelas sementara.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain berupa keterbatasan teknis dan keterbatasan non teknis. 1. Keterbatasan Teknis Penelitian Keterbatasan teknis kegiatan belajar mengajar di kelas pada mata pelajaran PPKn sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan kurikulum 2013 akan tetapi nilai- nilai karakter yang ditanamkan kepada peserta didik masih bersifat umum. Kurikulum baku secara makro telah ditentukan dalam KI dan KD dimana pendidikan karakter telah diletakkan dalam KI (4) sehingga membatasi kreatifitas guru dalam menciptakan pembelajaran yang menekankan keterampilan afektif. Penelitian dibatasi waktu dalam mengobservasi KBM sebatas proses pembelajaran PPKn didalam satu kelas IPS dengan 5 informan sebagai peserta didik sebagai pengontrol data (validasi). Jadwal mata pelajaran PPKn yang telah ditentukan pada setiap kelas membuat penelitian harus memilih kesempatan, untuk mengobservasi peserta didik dari jenjang kelas dan penjurusan sesuai ketentuan sekolah.
2. Keterbatasan Non Teknis Penelitian Keterbatasan non teknis penelitian adalah hal yang membatasi secara maksimal sebuah penelitian yang bersumber dari luar teknik pengumpulan data. commit to user
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal- hal yang menghambat adanya beberapa dokumen yang dianggap rahasia sehingga tidak boleh difoto kopi sebagai dokumen peneliti, beberapa dokumen yang belum ditandatangani kepala sekolah dikarenakan informan memberikan file berupa softcopy kepada peneliti, banyaknya dokumen yang belum diberi cap dikarenakan beberapa dokumen sekolah yang berkaitan dengan surat menyurat dikirim lewat e-mail, adanya sebagian data yang kurang lengkap karena adanya mutasi pegawai yang belum menyerahkan dokumen kepada pegawai baru seperti: bukti NPSN, NIS, Penjelasan tentang Logo Sekolah, dan adanya ijin operasional sekolah dengan bukti kopian yang sudah tidak jelas terlihat. Peneliti menanggulangi penjelasan yang diungkapkan informan secara garis besar dengan merekam menggunakan video hp. Sebagian besar penjelasan yang tidak terekam dicatat ditambah dengan dokumen penguat dari informan.
commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN
A. SIMPULAN 1. Perencanaan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali Melibatkan Semua Aspek Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab- bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 tidak hanya berdasarkan dokumen pemerintah berupa kurikulum saja melainkan beberapa faktor yang dilibatkan antara lain berkaitan dengan:
a. Semua Guru dan Karyawan Guru dan karyawan SMA N I Boyolali paham tentang latar belakang, tujuan dan bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter pada umumnya dan penerapan pada pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di sekolah.
a. Peserta didik SMA N I Boyolali Semua peserta didik di SMA N I Boyolali paham tentang latar belakang dan tujuan dari implementasi pendidikan karakter penerapan dalam mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di sekolah
commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Orang tua peserta didik SMA N I Boyolali Secara umum orang tua peserta didik SMA N I Boyolali memahami arti penting pendidikan karakter dan mendukung sepenuhnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
2. Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali
a. Nilai- nilai pendidikan karakter terintegrasi Pelaksanaan nilai- nilai pendidikan karekter yang terintegrasi kedalam semua kegiatan peserta didik baik bersifat akademik, non akademik maupun gerakan yang bersifat sosial dan pembiasaan. Beberapa kegiatan akademik didukung dengan fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan perangkat pedoman pelaksanaan pembelajaran di dalam kurikulum 2013. Sumber daya manusia yang berkompeten dan berwawasan yaitu para guru dan staf dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Kegiatan non akademis dan pembiasaan merupakan aplikasi sikap dari nilai- nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan 18 nilai karekter yang dikembangkan di SMA N I Boyolali.
b. Langkah teknis strategi pembelajaran Langkah dan strategi pembelajaran yang up to date dan bervariasi; Pola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik learning, pembelajaran kooperatif menggunakan diskusi berbasis masalah commit tokelompok user
perpustakaan.uns.ac.id
155 digilib.uns.ac.id
dengan model pembelajaran Problem Based Introduction; Rabu dan Jumat sebagai English Day: Penyetaraan materi TIK setingkat universitas; Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran lintas bidang studi. Outingclass untuk aplikasi teori dengan pembelajaran di luar lingkungan sekolah: Hari efektif selama 6 hari dimulai pukul 07.00 WIB dari Senin s/d Kamis sampai pukul 14.30 hari Jumat selesai KBM pukul 11.30 dan hari Sabtu berakhir pukul 13.30 WIB.
c. Penciptaan kondisi sekolah yang mendukung Pemutaran lagu- lagu nasional pada saat sebelum bell masuk kelas, adanya lingkungan yang bersih, sejuk dan nyaman dilengkapi dengan banyaknya tanaman rindang dengan pohon beringin di lingkungan depan sekolah sebanyak 3 pohon ditambah pepohonan lain yang mendukung. Poster- poster lingkungan yang mendorong warga sekolah untuk menunjukkan sikap berkarakter. Perilaku dari guru, karyawan dan warga sekolah dalam memberikan motivasi dan sikap 5S mendukung semangat kekeluargaan bagi para peserta didik dan warga sekolah. Tersedianya toilet yang bersih, kantin kejujuran, sarana prasarana yang mendukung dengan guru berakademik sesuai mata pelajaran yang diampu, ketepatan hadir 30 menit sebelum bell masuk bagi guru dan 15 menit bagi peserta didik akan membangun tingkat disiplin. Tata tertib yang memperlakukan sistem kredit bagi peserta didik yang mengalami pelanggaran. Penutupan pintu gerbang sekolah pada saat pukul 07.05 WIB dan dibuka kembali setelah pukul 07.30 WIB diberlakukan menyeluruh terhadap peserta didik, para guru dan karyawan. commit to user
156 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pembinaan Gerakan Pembinaan sifat gerakan ada dua macam. Gerakan sosial bersifat pelibatan peserta didik, warga sekolah, masyarakat dan guru karyawan beruba bakti sosial membantu korban bencana, kerja bakti dalam upaya melestarikan lingkungan yang menjadi program Adiwiyata, gerakan kebersamaan dalam segala kegiatan kesiswaan dan ekstrakurikuler. Gerakan yang kedua bersifat pembiasaan sikap dalam kehidupan sehari- hari di lingkungan sekolah. Menerapkan 5S dan 7 K, menghormati yang lebih tua menyayangi yang lebih muda, sopan dalam bertutur dan santun dalam bertindak, percaya diri, tidak minder dan bertanggungjawab yang dapat diaplikasikan dalam beberapa kegiatan sekolah dan diikuti oleh semua peserta didik, salah satu kegiatan wajib yang diikuti adalah kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
3. Hasil Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali Hasil pendidikan karakter yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran melalui kegiatan berdoa bersama dilakukan oleh semua guru dan karyawan 15 menit sebelum bell masuk pukul 07.00 WIB dipimpin oleh kepala sekolah. Berdoa bersama guru dan peserta didik sebelum jam pertama dan doa penutup setelah KBM. Perayaan hari besar keagamaan. Adanya siraman rohani bagi non muslim dan kultum bagi siswa muslim. Kegiatan karisma yang tergabung dalam kegiatan agama Islam. Penjurusan kelas terdiri dari kelas IPA, IPS, dan program percepatan Akselerasi. Khusus kelas XII tahun Pelajaran 2014/ 2015 terdiri dari commit to user
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelas IPA dan IPS saja. Kelulusan per tahun 100%. Beberapa prestasi kejuaraan dari berbagai bidang. Beberapa even kesiswaan yang menjuarai MURI. Pendidikan karakter yang menghasilkan alumni masuk di Universitas Negeri di Indonesia. Pendidikan karakter berbasis lingkungan melalui Program Adiwiyata yang mendapat Juara II Tingkat Provinsi. Pergaulan peserta didik dalam lingkup kelas maupun lingkungan sekolah yang terdiri dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda- beda. Adanya Program Afirmasi Adem yang dilaksanakan 2 tahun terakhir dengan menempatkan peserta didik dari Papua bergabung dalam suasana Pembelajaran di SMA N I Boyolali. Pembelajaran PPKn yang menekankan capaian pembelajaran sesuai dengan indikator pada RPP yang telah dibuat, memahami materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan 5M disetiap kali pertemuan dan melakukan penilaian.
4.
Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali
a. Faktor Pendukung Beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di SMA N I Boyolali adalah satu sarana prasarana yang memadai, dua kualitas guru yang berkompeten untuk memberikan fasilitator bagi peserta didik, kualitas guru dan beberapa peran orangtua peserta didik dalam memberikan motivasi terhadap commit to user
158 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelaksanaan pendidikan karakter, tiga kesiapan peserta didik secara intelektual, fisik dan mental dalam pendidikan karakter melalui kurikulum 2013.”
b. Faktor Penghambat Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 ada empat yaitu satu penggunaan waktu yang sangat terbatas untuk memonitor kegiatan secara spesifik terhadap pelaksanaan pendidikan karakter merupakan faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter. Dua pemerataan keteladanan yang belum menyeluruh dari faktor lingkungan rumah/ domisili peserta didik yang tidak kondusif dalam masyarakat berkarakter, masih adanya tindakan yang tidak berkarakter di lingkungan sekitar peserta didik. Tiga ketersediaan buku- buku penunjang kurikulum 2013 yang masih terbatas baik dari jumlah siswa maupun pemerataan jenis buku untuk pelajaran di sekolah. Keempat sebagian sarana prasarana LCD, soud system kurang berfungsi maksimal dikarenakan adanya rehab gedung. Sedangkan teori yang bisa dibangun dalam penelitian ini terkait dengan implementasikan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurrikulum 2013 di SMA N I Boyolali adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn berdasarkan visi misi sekolah. 2. Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn tercermin dalam kehidupan sehari- hari. commit to user
159 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn sesuai dengan kurikulum 2013 4. Pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013.
B. IMPLIKASI
Dilihat dari simpulan dari hasil penelitian tentang implementasikan pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurrikulum 2013 di SMA N I Boyolali, maka implikasi dapat diambil sebagai berikut: 1. Dengan adanya penelitian ini, maka akan memberikan gambaran bagi SMA yang lainnya, khususnya SMA di wilayah Boyolali atau SMA yang sederajat di
Indonesia
pada
umunya
untuk
mengembangkan
model
pengimplementasian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam kurikulum 2013 di masing- masing sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 2. Dengan penelitian ini, sekiranya dapat memberikan masukan kepada SMA yang lainnya khususnya SMA N I Boyolali untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam proses pengimplementasian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam kurikulum 2013. 3. Dengan penelitian ini, akan memberikan gambaran dan masukan kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIKPORA Kab. Boyolali dalam proses pengawasan terhadapcommit pelaksanaan to user pengimplementasian pendidikan
160 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karakter pada mata pelajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam kurikulum 2013. 4. Dengan adanya penelitian ini, maka akan memberikan gambaran bagi Perguruan
Tinggi
berkaitan
dengan
bagaimana
sekolah
formal
pengimplementasian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam kurikulum 2013, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 5. Dengan adanya penelitian ini, maka memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana tatacara pengimplementasian pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam kurikulum 2013, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi SMA N I Boyolali Sejauh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 di SMA N I Boyolali baik, sehingga perlu upaya yang konsisten untuk mempertahankan kegiatan yang telah berjalan dan mengevaluasi kegiatan yang telah terlaksana. Terdapat saran dari peneliti kepada SMA N I Boyolali adalah sebagai berikut: commit to user
161 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Singkronisasi nilai- nilai karakter antara lingkungan keluarga dan pihak sekolah perlu ditingkatkan. b. Perlu diselenggarakan seminar keluarga yang melibatkan semua orang tua peserta didik yang sifatnya mendekatkan hubungan kasih sayang orang tua dimasa pubertas. Peran orang tua selain sebagai orang yang dihormati juga bisa menjadi teman sharing.. c. Penambahan kuota kecapatan internet disetiap ruang kelas agar akses internet semakin cepat untuk mendapatkan sumber pembelajaran selain dari buku, lingkungan, dan guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan kurikulum 2013. d. Melestarikan dan mempertahankan budaya lokal daerah setempat yang memiliki sejumlah kenangan. e. Pemerataan buku kurikulum 2013 dari semua mata pelajaran dan jumlah peserta didik agar KBM di SMA N I Boyolali menjadi lebih maksimal. f. Pembuatan RPP pada mata pelajaran PPKn hendaknya disusun secara utuh dan sistematis setiap kali pertemuan mulai dari KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode, media, langkah- langkah KBM, penilaian, dilengkapi penskoran dengan memasukkan 5M setiap kali pertemuan
2. Bagi Peneliti yang Relevan Penelitian berikutnya disarankan untuk mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut: a. Penelitian digunakan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya dalam penelitian tentang pengaruh pendidikan karakter terhadap kepedulian peserta didik to user patriotisme, mengembangkan dalam meningkatkan sikapcommit naisonalisme,
162 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran PPKn, mengembangkan pembelajaran dalam kurikulum 2013, metode pembelajaran PPKn di SMA dll. b. Perlu dikaji lebih dalam tentang metode dan strategi pembelajaran afektif yang menekankan kemampuan peserta didik dalam melaksanakan pendidikan karakter di sekolah. c. Pengkajian ulang dalam metode evalusi pembelajaran dalam kurikulum 2013. d. Pengkajian lebih dalam mengenai implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah lain.
3. Bagi Program Studi Teknologi Pendidikan Bagi program Studi Teknologi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta peneliti memberikan saran- saran sbb: a. Perlu dikembangkannya pendidikan karakter bagi mahsiswa pascasarjana Universitas Sebelas Maret, agar menghasilkan lulusan yang tidak hanya pandai tetapi juga terampil. b. Diharapkan dapat terus menggalakkan penelitian dibidang pendidikan karakter sehingga turut mendukung program pemerintah dalam pelaksanaan pendidikan nasional. c. Perlu adanya penelitian dengan model R & D yang berkaitan dengan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMA. Hal yang terkait dengan sasaran pendidikan karakter tidak hanya kemampuan kognitif melainkan kemampuan afektif dan psykomotor. commit to user