BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien menjadi prioritas yang utama dalam setiap pelayanan kesehatan (ECRI Institute, 2014). Jaminan keselamatan dari setiap orang yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan menjadi salah satu tantangan yang paling penting dalam pelayanan kesehatan saat ini (Anderson, 2003). Meskipun banyak pasien yang menderita kerugian dapat dikurangi setiap tahunnya, tetapi evaluasi keselamatan pasien tetap harus dilakukan. Sudah banyak laporan publikasi mengenai pengukuran keselamatan pasien, tetapi hanya sedikit bukti bahwa pasien dan penyedia layanan kesehatan menggunakan data ini untuk memberikan informasi mengenai keselamatan pasien tersebut (Austin et al., 2013) The Special Commission of Inquiry into the NSW Acute Public Health System menerangkan hubungan antara keselamatan pasien dan supervisi untuk petugas kesehatan. Supervisi yang baik dapat menurunkan kesalahan dan meningkatkan kualitas pelayanan pasien dan supervisi yang tidak adekuat dapat memberikan kontribusi terhadap hasil pasien yang buruk (Health Education and Training Institute, 2012). Supervisi yang baik dapat dicapai dengan adanya sikap saling menghormati dan saling percaya diantara penyelia dan karyawannya. Supervisi yang baik dan terencana dapat meningkatkan kinerja personel. Standar supervisi berbeda-beda di setiap bidang dan digunakan sesuai kebutuhan. Standar supervisi menjelaskan kinerja atau kemampuan menggunakan produk atau program agar lebih efektif dan dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan (Young, Campbell, Brien, & Dwyer, 2008). Rumah sakit memiliki standar untuk pencapaian supervisi klinis yang berbedabeda dilihat baik dari pendidikan penyelia, proses supervisi untuk petugas kesehatan sebagai cara untuk menambah pencapaian kepuasan pekerja yang lebih baik yang bertujuan untuk meningkatkan hasil yang dapat diberikan kepada pasien (Center for Addiction and Mental Health, 2008). Tanpa adanya supervisi, tujuan pelaksanaan 1
2
program dan hasil yang di dapat tidak dapat sesuai dengan yang diharapkan. Manajer rumah sakit bertanggung jawab untuk meyakinkan penurunan dan pengurangan infeksi di rumah sakit tersebut. Salah satu program di rumah sakit yang memerlukan supervisi adalah program hand hygiene (cuci tangan). Cuci tangan merupakan salah satu program PPI untuk keselamatan pasien di rumah sakit yang paling sederhana untuk menindaklanjuti penyakit infeksi. Cuci tangan adalah salah satu kegiatan yang efektif untuk tenaga kesehatan untuk mengurangi penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit (Mcguckin, 2013). Tangan merupakan bagian tubuh yang paling mudah untuk menularkan penyakit baik dari petugas kesehatan ke pasien, dari pasien ke petugas kesehatan, dari sesama pasien, maupun dari peralatan kesehatan ke pasien. Sedikitnya 20 rumah sakit memperlajari dampak cuci tangan untuk risiko infeksi nosokomial yang telah dipublikasikan antara 1977-2008. Dari keterbatasan penelitian, banyak laporan menunjukkan adanya hubungan sementara antara peningkatan praktek cuci tangan dan menurunkan infeksi nosokomial (World Health Organization, 2009). Lebih dari 20 tahun, banyak penelitian telah menjelaskan bahwa intervensi efektif dapat meningkatkan kepatuhan diantara pekerja klinis dengan pengukuran kepatuhan cuci tangan yang bervariasi yang dilakukan dengan observasi langsung atau dapat juga dilihat dari konsumsi dari produk cuci tangan (World Health Organization, 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan cuci tangan pada petugas kesehatan di Amerika Serikat berada di bawah 50% (Mcguckin, 2013) dan penelitian yang dilakukan pada 40 rumah sakit di Amerika Serikat menunjukkan kepatuhan petugas kesehatan terhadap hand hygiene rata-rata 56,6% (Larson et al., 2007). Di Indonesia prevalensi perilaku benar dalam mencuci tangan menunjukkan angka 47% dibandingkan tahun 2007 yaitu 23,2% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Dilihat dari hal tersebut maka perlu adanya supervisi (pengawasan) untuk menilai suatu program dikatakan berjalan dengan baik atau tidak. Pelaksanaan supervisi oleh pengawas atau biasa dikenal dengan istilah penyelia saat ini menjadi perhatian khusus.
3
Supervisi untuk pelaksanaan kebersihan tangan ini berbeda-beda tergantung dari kebijakan rumah sakit tersebut. Di rumah sakit untuk program cuci tangan berada di dalam unit Pencegahan dan Pengendaian Infeksi (PPI). Pola supervisi bersifat sangat kontekstual tergantung dari kondisi rumah sakit. Oleh karena itu pola supervisi untuk pelaksanaan kebersihan tangan di setiap rumah sakit berbeda-beda pula. Tujuan dari supervisi pelaksanaan kebersihan tangan ini di rumah sakit meliputi menilai kinerja personal dan melatih personal dengan intervensi pada saat ini, menilai secara berkala level dan kualitas pelaksanaan kebersihan tangan, menilai dampak intervensi untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan, membandingkan kinerja pelaksanaan kebersihan tangan antar rumah sakit, menyelidiki adanya infeksi, mengadakan proyek penelitian, meningkatkan persepsi pasien dan keluarga pasien terhadap kualitas pelayanan (Larson et al., 2009) Permasalahan dalam supervisi pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit mulai dari hubungan antara penyelia dan orang yang di supervisi, peran penyelia sendiri, cara supervisi, maupun kesiapan dari SDM itu sendiri mengenai supervisi pelaksanaan kebersihan tangan ini berbeda-beda di setiap rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi gambaran pola supervisi pelaksanaan kebersihan tangan yang ada di rumah sakit. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah bagaimana pola supervisi pelaksanaan kebersihan tangan yang dilakukan di rumah sakit umum di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi pola supervisi pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit umum di wilayah Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
4
a.
Karakteristik penyelia untuk supervisi pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit umum wilayah Kota Yogyakarta
b.
Faktor eksternal yang mempengaruhi supervisi dalam pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit umum wilayah Kota Yogyakarta
c.
Hubungan antara penyelia dan yang disupervisi untuk pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit umum wilayah Kota Yogyakarta
d.
Cara melakukan supervisi untuk pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit umum wilayah Kota Yogyakarta
e.
Proses evaluasi supervisi untuk supervisi pelaksanaan kebersihan tangan di rumah sakit umum wilayah Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dapat digunakan untuk mengetahui pola supervisi program cuci tangan yang digunakan di setiap rumah sakit umum di wilayah kota Yogyakarta dan juga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk standarisasi pola supervisi yang paling efektif sesuai tipe rumah sakit yang ada di Yogyakarta.
2.
Bagi semua rumah sakit umum di wilayah kota Yogyakarta, hasil pola supervisi yang didapatkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara manajemen untuk mengukur kinerja program cuci tangan sehingga dapat digunakan selanjutnya untuk mengambil keputusan dalam meningkatkan kepuasan pasien.
3.
Bagi penulis dapat menambah pengetahuan mengenai berbagai pola supervisi program cuci tangan yang digunakan di tiap rumah sakit umum di wilayah kota Yogyakarta, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan dan juga dapat membawa hasil penelitian ke rumah sakit tempat peneliti bekerja dan menerapkan mana pola supervisi yang cocok.
5
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pola supervisi di seluruh rumah sakit umum di wilayah kota Yogyakarta sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan, ada beberapa penelitian terdahulu yang hampir serupa sudah pernah dilakukan yaitu 1.
Penelitian dilakukan oleh Elizabeth McInnes (2014) dengan judul A Qualitative study of senior hospital managers’ views on current and innovative strategies to improve hand hygiene. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi yang paling baik diterapkan untuk meningkatkan pemenuhan program cuci tangan di rumah sakit. Penelitian dilakukan di rumah sakit pendidikan rujukan ketiga di Sydney, Australia dengan metode penelitian kualitatif sampling purposive. Sampel pada penelitian ini 13 senior manajer dan pengambilan data dengan cara wawancara. Hasilnya ada 7 tema yang didapat yaitu perubahan budaya dimulai dari pemimpin, memperbarui dalam cara memberikan pesan, menghubungkan dengan 5 momen kepada semua pasien, hasil audit diaplikasikan, pemberdayaan pasien, membuat konsep ulang kepada yang tidak patuh, dan mulai menggunakan sanksi bila tidak mematuhi. Kesimpulan yang didapat yaitu untuk memperkuat program hand hygiene yang ada perlu strategi berdasarkan 5 momen cuci tangan seharusnya dilakukan sesuai dengan peran dan tempat yang spesifik dan kepada petugas kesehatan yang berinteraksi seluruh pasien.
2.
Penelitian dilakukan oleh Estelle Lilian Mua (2011) dengan judul Peningkatan Kepuasan dan Kinerja Perawat melalui Supervisi Kepala Ruangan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan supervisi klinik terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat di RS tersebut. Penelitian dilakukan di rumah sakit di Palu dengan menggunakan metode quasi experiment pre-post test design with control group. Sampel tiap kelompok 32 perawat dan 56 dokumen. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan bermakna pada supervisi klinik. Supervisi klinik berdampak pada kepuasan kerja dan kinerja perawat.
6
3.
Penelitian oleh V. Erasmus (2009) dengan judul A Qualitative Exploration of Reasons for Poor Hand Hygiene Among Hospital Workers : Lack of Positive Role Models and Convincing Evidence That Hand Hygiene Prevents CrossInfection. Tujuan penelitian untuk melihat potensi determinan dari kepatuhan cuci tangan diantara pekerja kesehatan di rumah sakit. Penelitian dilakukan di ICU dan kamar bedah dari 5 rumah sakit dengan tipe berbeda-beda di Belanda dengan menggunakan metode wawancara. Sampel 65 perawat, termasuk juga dokter, residen dan mahasiswa kedokteran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden penelitian menyatakan bahwa kepatuhan cuci tangan yang paling utama dipengaruhi oleh pekerja senior rumah sakit. (Erasmus et al., 2009) Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi
pola supervisi program cuci tangan di seluruh rumah sakit di kota Yogyakarta. Melihat beberapa penelitian yang serupa sebelumnya, maka penelitian ini bersifat asli karena belum banyak penelitian tentang supervisi program cuci tangan di rumah sakit umum di Kota Yogyakarta. Kebaruan penelitian ini mengenai masalah, tujuan penelitian, lokasi penelitian, metode penelitian dan sampel berbeda dari penelitian sebelumnya.