BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal. Menurut data World Health Organization (WHO) (2014), insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus pada tahun 2012, sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang pada tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012 (WHO, 2014). Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan, kanker paru 26 per 100.000 laki-laki dan kanker kolorektal 16 per 100.000 laki-laki. Insiden kanker serviks tertinggi di negara Eropa adalah Hungaria 22,5 per 100.000 perempuan per tahun diikuti Slovakia 21.6 per 100.000 perempuan dan Republik Czech sebesar 18.9 per 100.000 perempuan (Szaboova, 2014). Prevalensi penyakit kanker di Indonesia berdasarkan data Sub direktorat (Subdit) kanker direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia per 20 Januari 2014, dari total perempuan 36.761.000 jiwa usia 30 - 50 tahun, prevalensi kanker serviks
1
2
ada di rasio 1,3 per 1.000 penduduk atau sekitar 840 orang (Depkes, 2015). Data tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%) dan kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%) (Depkes, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Provinsi Jawa Tengah angka kejadian kanker serviks pada tahun 2014 sebanyak 909 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Kanker serviks ditandai tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Diperkirakan 90 persen kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV). Beberapa faktor yang diduga menjadi faktor risiko lesi prakanker serviks meliputi status sosial ekonomi, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan, multiparitas, merokok dan riwayat penyakit kelamin (Katz, et al 2012). Faktor risiko inilah yang dapat memberikan peluang meningkatkan kejadian lesi prakanker serviks (Depkes, 2009). Selain itu dengan mengetahui faktor risikonya, kita dapat memikirkan langkah-langkah pencegahan dari penyakit ini sehingga kita dapat meminimalisir angka morbiditas dan mortalitasnya. Walaupun sampai sekarang etiologi pasti penyakit ini belum diketahui, namun pada penelitianpenelitian para pakar terdahulu telah diketahui bahwa kanker serviks uteri adalah penyakit yang sering di temukan pada wanita yang mengalami infeksi Human Papiloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18 (Rahmawati, 2012). Lesi prakanker merupakan salah satu tanda yang mungkin akan menjadi kanker. Perkembangan kanker serviks sulit dideteksi, sehingga disarankan setiap
3
perempuan melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Tanda dan gejala kanker serviks yang dapat dikenali seperti nyeri, perdarahan saat berhubungan intim, keputihan berlebihan, nyeri di area pinggul dan saat buang air kecil. Sekitar 92% penderita tidak mempunyai keluhan (Scorge, et al 2014). Penanganan kanker serviks lebih mahal dibanding penanganan penyakit lain. Pencegahan sedini mungkin dapat mengurangi risiko dan penyebaran kanker serviks. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor risiko, serta mengenali tanda dan gejala. Faktor lain yang menunjang keberhasilan pencegahan kanker serviks adalah penemuan stadium prakanker dan stadium dini serta pengelolaannya sehingga memberikan hasil penyembuhan antara 66,3%-95%, sedangkan pada stadium lanjut angka harapan hidup 9,4%-63,5% (Iskandar, 2009). Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan pap smear, pemeriksaan sitologi cairan Liquid-Base Cytology (LBC), pemeriksaan Deoxyribose-Nucleic Acid (DNA) Human Paviloma Virus (HPV), IVA serta Inspeksi Visual dengan Lugol Iodin (VILI). Pemeriksaan yang paling mudah adalah pap smear, tetapi pap smear masih terlalu mahal untuk sebagian besar masyarakat. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan IVA karena biayanya lebih murah dan dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan tingkat dasar, sehingga dapat dijadikan pilihan untuk masyarakat (Katz, et al 2012). Sensitifitas IVA untuk mendeteksi kanker sebesar 75%, sedangkan spesifitasnya sebesar 85% (Gravitt, et al 2010). Menurut WHO (1985) pendekatan alternatif untuk deteksi kanker serviks di negara berkembang dengan konsep down staging yang dimaksudkan untuk deteksi penyakit pada stadium dini dengan pemeriksaan IVA (Graffikin, et al 2007).
4
Kesadaran wanita Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker serviks secara teratur masih rendah. Cakupan deteksi dini di Indonesia kurang dari 5% sehingga banyak kasus kanker serviks ditemukan pada stadium lanjut yang sering kali menyebabkan kematian (Depkes, 2015). Rendahnya kesadaran masyarakat menjadi penghambat penyembuhan penyakit kanker. Berdasarkan data Sub Direktorat (Subdit) PPTM (2014) kendala deteksi dini kanker serviks adalah kurangnya pendidikan, rasa takut untuk memeriksakan diri, belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi secara maksimal, faktor sosial dan kultur masyarakat (Depkes, 2015). Strategi promosi kesehatan sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan cakupan pemeriksaan IVA. Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial (Mubarok, 2007). Salah satu promosi kesehatan yang dilakukan di Indonesia adalah program see and treat. Program tersebut memiliki beberapa aktifitas seperti pasien datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan IVA jika ditemukan adanya lesi prakanker serviks maka diberikan pengobatan pada saat itu (Nuranna, 2012). Menurut Saraswati (2011) dalam
penelitiannya
menyatakan
promosi
kesehatan
dapat
meningkatkan
pengetahuan tentang kanker serviks dan partisipasi wanita dalam program deteksi dini kanker serviks. Pelaksanaan program promosi kesehatan meelalui pendidikan kesehatan secara berkelanjutkan diharapkan dapat mendeteksi 80 persen dari total wanita usia produktif di Indonesia pada tahun 2015 (Depkes, 2015).
5
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2015 didapatkan data bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tim deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA terlatih sesuai standar yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pekalongan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar menunjukkan angka capaian skrining kanker serviks yang didapatkan dari 21 Puskesmas di Kabupaten Karanganyar tahun 2014 sejumlah 3.285 orang dan 345 orang (10%) dinyatakan positif lesi prakanker serviks. Angka capaian tersebut sangat kurang mengingat jumlah sasarannya adalah 120.244 orang dengan target per tahun sejumlah 19.239 orang. Angka capaian skrinning kanker servik pada bulan Januari–Mei 2015 sejumlah 5.605 orang dan 277 orang dinyatakan positif lesi prakanker serviks (Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2015). Program pengendalian kanker serviks nasional di Kabupaten Karanganyar menerapkan metode IVA untuk skrining lesi prakanker serviks karena lebih murah, cepat dan dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Layanan deteksi dini kanker serviks ini dapat diperoleh di seluruh Puskesmas yang ada di wilayah kabupaten Karangnyar (21 Puskesmas). Kabupaten Karanganyar mempunyai 3 Puskesmas yang menjadi pilot project dalam pengobatan krioterapi lesi prakanker serviks, akan tetapi belum diketahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lesi prakanker serviks pada wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor risiko kejadian lesi prakanker serviks di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar.
6
B. Rumusan Masalah Penelitian Kanker serviks tidak terjadi secara tiba–tiba, tetapi melalui proses yang lama. Proses terjadinya kanker serviks dimulai dari tahap lesi prakanker hingga menjadi kanker. Wanita dengan lesi prakanker biasanya tidak merasakan keluhan bahkan terkesan normal, sehingga wanita cenderung tidak menyadarinya. HPV diduga kuat sebagai penyebab utama dari lesi prakanker serviks. Namun, virus ini tidak cukup untuk menimbulkan kanker serviks. Ada faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya lesi prakanker serviks seperti usia, usia pertama kali melakukan intercourse, jumlah pasangan seksual, penyakit IMS, pemakaian kontrasepsi, paritas dan sosial ekonomi (Rasjidi, 2008). Oleh karena itu deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya lesi prakanker serviks sangatlah penting. Kegiatan skrining kanker serviks dilakukan sebagai upayan untuk menurunkan angka kematian akibat kanker serviks dengan menemukan secara dini adanya lesi prakanker serviks pada wanita. Salah satu metode skrining yang dilakukan adalah metode IVA, dimana layanan metode IVA ini sudah dapat diperoleh di seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar karena belum diketahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian lesi prakanker serviks di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor usia, usia pertama kali melakukan intercourse, jumlah pasangan, paritas dan sosial ekonomi merupakan faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar?”
7
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar b. Mengetahui hubungan usia, usia pertama kali melakukan intercourse, jumlah pasangan, paritas dan sosial ekonomi dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar c. Mengetahui faktor risiko lesi prakanker serviks yang paling dominan di Puskesmas wilayah Kabupaten Karanganyar D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan kesehatan Sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pencegahan faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks 2. Institusi pendidikan a. Sebagai bentuk aplikasi dari tridarma perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat b. Memberikan sumbangsih dan bahan referensi dalam bidang keperawatan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam rangka meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian 3. Masyarakat
8
a. Memberikan informasi dan pengetahuan yang tepat mengenai faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks b. Memberikan pemikiran yang positif mengenai pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks 4. Peneliti a. Memperluas ilmu pengetahuan dan meningkatkan komunikasi dalam melakukan promosi kesehatan b. Memperoleh pengalaman dan aplikasi dalam melakukan penelitian kesehatan
E. Keaslian Penelitian Penelitian terkait dengan topik faktor risiko lesi prakanker serviks sudah banyak dilakukan tetapi hasil penelitian tersebut tidak mendapatkan perhatian. Penelitian mengenai topik tersebut lebih banyak dilakukan di negara Eropa. Beberapa penelitian terkait yang mirip dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai keaslian penelitian dijelaskan pada tabel 1.
9
Peneliti dan Judul Penelitian Abduljabbar, et al (2014) Types and risk factors of cervical cancer
Natphosuk, et al (2013) Risk factors for cervical cancer in Northeastern Thailand : detailed analyses of sexual and smoking behavior
Desain Penelitian Desain penelitian diskripsi cross sectional dengan pendekatan retrospektif
Desain penelitian case control dengan matching usia
Tabel 1. Keaslian Penelitian Sampel dan Variabel Hasil Penelitian Tempat Penelitian Penelitian Penelitian Variabel Dari 34 dilaksanakan independen: responden, 11 di Rumah tipe dan adenocarcinom Sakit (RS) faktor risiko a, 19 squamous Bahrain kanker cell carcinoma dengan servik dan dan 4 tidak sampel 34 variabel terdeteksi. 30 wanita dependen: responden dengan pap kanker berusia >50 smear positif servik tahun Penelitian dilakukan di Thailand dengan sampel 177 wanita
Variabel independen: faktor risiko kanker servik dan variabel dependen: perilaku seksual dan merokok
Kebiasaan merokok, jarak antara menarche dan hubungan seksual pertama kali <6 tahun merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks
Persamaan dan Perbedaan Persamaan: retrospektif Perbedaan: Desain penelitian, tehnik sampling dadan metode screening
Persamaan: Desain penelitian Perbedaan: Variabel penelitian, tempat penelitian, tehnik sampling dan metode screening
10
Peneliti dan Judul Penelitian Das, et al (2013) Prevalence and risk factor for cervical cancer intraepithelia l neoplasia in patients attending gynecologica l outpatient Departement Reis, et al (2011) Risk factors for cervical cancer : result from a hospitalbased case control study
Desain Penelitian Desain penelitian diskripsi cross sectional
Desain penelitian adalah case control
Tabel 1. Lanjutan Sampel dan Variabel Tempat Penelitian Penelitian Penelitian Variabel dilakukan di independen Hyderabad, adalah dengan frekensi dan sampel faktor risiko sebanyak 32 terjadinya wanita CIN dan dengan variabel positif dependen Cervical adalah Intraepithelia kanker Neoplasia servik (CIN)
Penelitian ini dilakukan di Istanbul sejumlah 209 wanita dengan kanker servik
Variabel independen: faktor risiko dan variabel dependen: riwayat menstruasi,r eproduksi, dan seksual
Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan CIN terjadi pada responden dengan ekonomi rendah, hubungan seksual <15 tahun, tidak merokok, dan responden tanpa kontrasepsi
Persamaan: Variabel penelitian Perbedaan: Desain penelitian, tehnik sampling, tempat penelitian dan metode screening
Faktor risiko kanker serviks: usia pertama kali melakukan hubungan seksual sebelum 20 tahun dan riwayat penyakit genetalia
Persamaan: Desain penelitian Perbedaan: Variabel penelitian dan tempat penelitian
11
Peneliti dan Judul Penelitian Wahyuningsi h dan Mulyani (2014) Faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks
Yuniar dkk (2009) Faktor – faktor yang mempengaru hi kejadian kanker serviks
Desain Penelitian Kualitatif dengan desain case control
Penelitian diskripsi analisis dengan desain cross sectional
Tabel 1. Lanjutan Sampel dan Variabel Tempat Penelitian Penelitian Penelitian Variabel dilaksanakan independen: di Puskesmas faktor risiko Kecamatan terjadinya Jatinegara lesi Jakarta prakanker dengan servik dan sampel kasus variabel 40 responden dependen: dan sampel lesi kontrol 52 prakanker responden serviks
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Karanganyar dengan sampel sejumlah 70 wanita
Variabel independen: faktor risiko kanker servik dan variabel dependen: kanker serviks
Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan Faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks: usia>35 tahun, paritas >3 kali, usia pertama kali intercourse usia >20 tahun dan menggunakan kontrasepsi <4 tahun
Persamaan: Desain penelitian, variabel penelitian dan metode screening Perbedaan: Tempat penelitian, variabel penelitian dan tehnik sampling
Faktor risiko terjadinya kanker servik adalah usia pertama kali melakukan hubungan seksual dan kontrasepsi
Persamaan : Metode screening Perbedaan : Desain penelitian, tempat penelitian dan tehnik sampling