BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah suatu tahapan yang memerlukan perhatian khusus mengenai asupan zat gizi. Hal ini dikarenakan pada anak usia sekolah pada
umumnya
berada
pada
masa
pertumbuhan
dan
perkembangan.
Perkembangan anak usia sekolah berlangsung tetap dan laten. Pengaturan makanan yang dikonsumsi anak lebih diutamakan yang memenuhi kecukupan energi anak untuk metabolismenya dan pertumbuhan rata-rata (Mahan and Stump, 2004). Kecukupan energi golongan umur 10-12 tahun akan lebih besar dibanding anak usia 7-9 tahun, hal ini dikarenakan pertumbuhan yang terjadi lebih cepat terutama pada pertambahan tinggi badan. Kecukupan gizi anak usia 10-12 tahun mulai berbeda anatara anak laki-laki dengan anak perempuan hal ini karena anak laki-laki akan lebih banyak melakukan aktifitas fisik (Istiany, 2013). Makanan bergizi yang baik dan cukup adalah unsur terpenting bagi kelangsungan hidup, kesehatan dan pengembangan generasi-generasi saat ini agar lebih berhasil. Anak yang gizinya tercukupi dan baik akan bisa lebih baik dan lebih berprestasi di sekolah, bisa tumbuh dewasa dengan sehat dan kelak bisa lebih memberikan gizi yang baik sebagai awal yang baik bagi kehidupan anakanaknya (UNICEF, 2006). Asupan zat gizi seseorang akan berpengaruh langsung terhadap status gizinya. Kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi akan dapat digunakan secara efisien
1
jika tercukupi kebutuhannya sehingga tidak akan berdampak buruk kepada status gizi seseorang. Jika seseorang mengalami kekurangan ataupun kelebihan asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh maka akan terjadi gangguan dan masalah gizi (Almatsier, 2002). Upaya peningkatan program pendidikan dasar khususnya, tidak akan banyak berarti apabila tidak di lakukan upaya pemerhatian yang lebih mendalam kondisi anak itu sendiri. Dalam hal ini kondisi anak yang dimaksud adalah salah satunya kondisi fisik/jasmani anak, dimana yang mempengaruhi kondisi fisik/jasmani anaka salah satu faktornya adalah gizi. Keadaan gizi anak tergantung dari tingkat konsumsi dimana tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Hidangan yang berkualitas adalah hidangan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan tersebut. Susunan hidangan yang memenuhi kebutuhan tubuh anak akan mempengaruhi kondisi kesehatan gizi anak dalam keadaan sebaik-baiknya (Sediaoetama, 1996). Pada pertengahan 1990 di Indonesia mulai muncul sekolah unggul yang kemudian tumbuh dan berkembang pesat. Sekolah fullday merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran islam dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan peserta didik. Pada sekolah fullday selama satu minggu hanya 5 hari yang digunakan sedangkan pada hari sabtu di isi dengan kegiatan relaksasi dan kreatifitas sehingga tingkat aktifitas fisik dimungkinkan lebih tinggi. Selain itu, pada sekolah fullday peserta didik juga diberi makan siang. Adanya makan siang ini dimungkinkan mempengaruhi status
2
gizi anak karena makan siang memberi kontribusi 2/5 dari total konsumsi makan anak dalam sehari (Yusmiyati, 2007). Jam belajar yang lebih panjang ini membuat anak akan lebih banyak menghabiskan waktunya disekolah dimana pada saat jam makan siang anak masih berada di sekolah. Hal ini membuat pihak sekolah harus menyediakan makan siang di sekolah bagi siswa-siswanya. Makanan yang biasnya disediakan oleh sekolah dapat berupa makan utama (meal) atau makanan selingan (snack time), dan bahkan kedua-duanya (Marotz et al. , 2005). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 diketahui bahwa prevalensi kurus berdasarkan IMT/U pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus, sedangkan prevalensi gemuk berdasarkan IMT/U pada anak umur 5-12 tahun adalah 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan dari permasalahan tersebut mengenai asupan makan pada anak apakah berdampak pada status gizi anak sehingga masalah-masalah gizi yang akan ditimbulkan dapat di ketahui dan di tanggulangi secara dini. Maka peneliti akan mengaadakan penelitian tentang “HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI ANAK DI FULLDAY SCHOOL SD BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA”
3
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang ada dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara asupan energi dan protein makan siang dengan status gizi anak di fullday school SD Budi Mulia Dua Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Dari latar belakang yang ada tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara total asupan energi dan protein dalam sehari makan siang dengan status gizi anak di fullday school SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan khusus untuk menganalisis: a. Hubungan antara asupan energi dan protein makan siang dengan status gizi anak di fullday school SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. b. Kontribusi asupan energi dan protein makan siang terhadap total asupan energi dan protein dalam sehari pada anak di fullday school SD Budi Mulia Dua Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
1. Praktis Hasil penelitian dengan melihat status gizi pada anak akibat asupan energi dan protein dan melihat kontribusi asupan energi dan protein makan siang di sekolah dapat dijadikan sebagai acuan penyediaan makanan di sekolah yang baik untuk anak sekolahnya sehingga tidak akan menimbulkan masalah gizi pada anak sekolah. 2. Teoritis Hasil penelitian dapat menambah ilmu tentang hubungan asupan energi dan protein makan siang dengan status gizi pada anak sekolah di fullday school.
5
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian yang Berhubungan dengan Hubungan antara Asupan Energi dan Protein Makan Siang dengan Status Gizi Anak di fullday school SD Budi Mulia Dua Yogyakarta No 1.
Peneliti Laxmaiah
Judul Impact of mid day meal
Tahun
Desain
1999
Cross sectional
Hasil Program pemberian makan siang akan mengakibatkan
program on educational and
meningkatnya status pendidikan yang lebih baik (drop out
nutritional status of school
berkurang) dan peningkatan gizi anak-anak sekolah serta
children in karnataka
peningkatan aktifitas anak di sekolah.
children in Karnataka 2.
Ahmed
Impact of feeding children
2004
in school:
Sistematikal
Program pemberian makanan meningkatkan tingkat partisipasi
review
dan kehadiran, dan mengurangi angka drop out. Program
evidence from Bangladesh
pemberian makanan meningkatkan diet, status gizi, penerimaan materi. Sedangkan pada ibu Program pemberian makanan akan meningkatkan pengetahuan sikap, energi dan kesehatan.
3.
Blue
The government primary
2005
Cross sectional
Pengaruh makan siang di sekolah terhadap status gizi anak
school mid-day meals
tergantung pada kebiasaan makan anak di rumah. Program
scheme: An assessment of
makan siang di sekolah tidak akan meningkatkan status gizi anak
program implementation
jika konsumsi makan anak di rumah lebih sedikit dibandingkan
and impact in udaipur
makanan yang mereka konsumsi di sekolah
district
6
No 4.
Peneliti Ralston, et al.
Judul National School Lunch
Tahun 2008
Program:
Desain
Hasil
Sistematikal
Program penyelenggaraan makan siang akan berefek sedikit
Review
mengatasi masalah obesitas pada anak, serta berpartisipasi
Background, Trends, and
dalam mengatur intake gizi yang lebih berguna bagi tubuh
Issues in US
termasuk konsumsi makanan dengan unsur gizi utama dan makanan yang tidak di konsumsi dan mengurangi konsumsi makanan manis, selain itu juga didapatkan hasil konsumsi makanan berlemak akan berkurang dan akan berubah mengkonsumsi makanan yang sebelumnya tidak dikonsumsi seperti susu dan sayuran.
5.
Dercon, et al.
School Meals as a Safety Net: an
2012
Longitudinal
Pengaruh makanan sekolah seperti pengaman yang sangat
Study
penting terhadap status gizi anak sekolah dimana status gizi akan
Evaluation of the Midday
bertahan sampai dewasa dan kemungkinan akan mempengaruhi
Meal Scheme in
kemampuan mereka untuk berfungsi
India
penuh dalam kehidupan sehari-hari.
7
Perbedaan dan persamaan secara garis besar penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah sama-sama meneliti tentang hubungan asupan makan pada anak selama di sekolah dengan keadaan dan kondisi anak usia sekolah. 2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah: a. Segi metode penelitian ini mengguna menggunakan metode cross sectional dimana penelitian terdahulu ada yang menggunakan metode sistematikal riview, case control, namun ada juga yang sama menggunakan metode cross sectional. b. Segi variabel penelitian yang diteliti adalah variabel independen dalam hal ini adalah asupan energi dan protein makan siang pada anak dan variabel dependen adalah status gizi anak di fullday school dimana penelitian terdahulu variabel dependennya ada yang status pendidikan, aktifitas anak di sekolah, tingkat kehadiran, perubahan intake makanan, dll. c. Segi tempat penelitian yang diteliti adalah lebih konsen meneliti anak-anak fullday school di SD Bdi Mulia Dua Yogyakarta dimana penelitian terdahulu adalah kebanyakan pada anak-anak sekolah non fullday school dan belum banyak yang meneliti di Yogyakarta.
8